LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 03 Tahun 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR NIAGA KERTA RAHARJA KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong kegiatan Pasar Tradisional yang mampu berkompetisi dan berdaya saing diperlukan pengelolaan dan pemberdayaan Pasar Tradisional secara Profesional demi kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur; b. bahwa untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dibidang kegiatan jual beli dalam Pasar Tradisional dan usaha-usaha lainnya, maka Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja perlu dikelola secara Profesional; c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang sudah tidak sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu dilakukan Perubahan Peraturan Daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); 3. Undang-undang...
-2-3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembar Negara Nomor 2387); 4. Undang-undang 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 Tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 43 Tahun 2000 Tentang Pedoman Kerjasama Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 153 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah yang dipisahkan; 9. Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Nomor 25, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 2504 ). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG Dan BUPATI TANGERANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR NIAGA KERTA RAHARJA KABUPATEN TANGERANG. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Nomor 25, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 2504 ), diubah sebagai berikut : 1. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 5 Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja (NKR) berazaskan Demokrasi Ekonomi Pancasila. 2. Ketentuan...
-3-2. Ketentuan Pasal 10 diubah, sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut : Pasal 10 Pengurus Perusahaan Daerah adalah : 1. Direksi 2. Badan Pengawas; 3. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut : Pasal 11 (1) Direksi terdiri dari seorang Direktur Utama dan paling banyak 3 (tiga) orang Direktur; (2) Direksi dalam menyelenggarakan pengurusan Perusahaan Daerah bertanggung jawab kepada Bupati; (3) Direktur mempertanggung jawabkan pelaksanaan pekerjaan menurut bidang tugasnya kepada Direktur Utama. (4) Ketentuan lebih lanjut mengatur mengenai ayat (2) dan ayat (3) pasal ini ditetapkan oleh Peraturan Bupati. 4. Ketentuan Pasal 12 diubah, sehingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut : Pasal 12 (1) Jumlah anggota Badan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang; (2) Susunan Badan Pengawas terdiri dari; Ketua merangkap Anggota, Sekretaris merangkap Anggota dan 1 (satu) Anggota; (3) Badan Pengawas keanggotaannya terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, unsur Profesional di bidang perpasaran dan unsur stokeholder. 5. Ketentuan Pasal 13 diubah, sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut : Pasal 13 Badan Pengawas dalam melaksanakan tugas-tugasnya dibantu oleh Sekretariat Badan Pengawas terdiri dari : 1. Sekretariat Badan Pengawas terdiri dari sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Sekretaris dan 1 (satu) orang Pembantu Umum; 2. Keanggotaan Sekretariat diusulkan oleh Badan Pengawas dikukuhkan dengan Keputusan Direksi. 6. Ketentuan..
-4-6. Ketentuan Pasal 14 diubah, sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai berikut : Pasal 14 (1) Dalam menyelenggarakan pengurusan Perusahaan Daerah Direksi dibantu oleh perangkat organisasi dalam bentuk struktur dan tata kerja yang diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati; (2) Perangkat Organisasi dan tata kerja didalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Direksi; 7. Ketentuan Pasal 15 diubah, sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai berikut : Pasal 15 Dalam menyelenggarakan pengurusan Perusahaan Daerah, Direksi mempunyai tugas : a. Memimpin, mengendalikan dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan dan usaha Perusahaan Daerah; b. Mengajukan Laporan kegiatan usaha dan Laporan Keuangan Tahunan hasil audit Akuntan Publik kepada Bupati melalui Badan Pengawas; c. Melakukan pembinaan terhadap para Pegawai Perusahaan dan para Pedagang Pasar; d. Melaksanakan pengelolaan atas kekayaan Perusahaan Daerah; e. Melaksanakan dan membina kegiatan-kegiatan administrasi umum dan administrasi keuangan; f. Mewakili Perusahaan Daerah di dalam dan di luar pengadilan; g. Menyampaikan laporan secara periodik mengenai kemajuan yang telah dicapai oleh Perusahaan Daerah, dalam bentuk Laporan Kegiatan Usaha Triwulanan dan Laporan Keuangan Triwulanan sebagai bahan evaluasi kepada Bupati melalui Badan Pengawas; 8. Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga Pasal 16 berbunyi sebagai berikut : Pasal 16 (1) Untuk menjalan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 15, Direksi memiliki wewenang untuk : a. Mengadakan pengangkatan dan pemberhentian Pegawai ; b. Menetapkan pengangkatan, pemberhentian dan pengalihtugasan para Pegawai dalam rangka pengisian jabatan-jabatan di bawah Direksi ; c. Melaksanakan penandatanganan naskah ikatan hukum antara Perusahaan Daerah dengan pihak lain dalam bentuk apapun tidak termasuk ikatan hukum yang bersifat joint venture dan joint operation; d. Menyampaikan usulan Perubahan terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Tahunan; e. Pemindahtanganan, pembebanan dengan hipotik, baik berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak dan Penyertaan modal Perusahaan Daerah pada perusahaan lain yang terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Bupati; (2) Untuk.
-5- (2) Untuk melaksanakan ikatan hukum yang bersifat joint venture dan joint operation, terlebih dahulu harus mendapat ijin prinsip Bupati. 9. Ketentuan Pasal 19 diubah, sehingga Pasal 19 berbunyi sebagai berikut : Pasal 19 (1) Direksi diangkat dan atau diberhentikan oleh Bupati atas usulan Badan Pengawas ; (2) Usulan pengangkatan Direksi oleh Badan Pengawas dilakukan setelah fit and propertest kepada calon Direksi yang belum pernah menjadi Direksi ; (3) Untuk dapat diangkat dan menduduki jabatan dalam jajaran Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seseorang harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Warga Negara Republik Indonesia ; b. Diutamakan sekurang-kurangnya memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S1); c. Pada saat pendaftaran, usia tertinggi 58 (lima puluh delapan) tahun; d. Antara anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun garis kesamping termasuk menantu dan ipar, kecuali jika untuk kepentingan perusahaan diijinkan oleh Bupati, Jika sesudah pengangkatan mereka masuk periparan yang terlarang itu, maka untuk dapat melanjutkan jabatannya diperlukan ijin Bupati; e. Bukan pengurus partai politik dan Organisasi Massa. 10. Ketentuan Pasal 20 diubah, sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut : Pasal 20 (1) Masa jabatan Direksi adalah 4 (Empat) tahun; (2) Seseorang dapat menduduki jabatan Direksi paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan dalam kedudukan yang sama di Perusahaan Daerah termasuk apabila Direksi diangkat dalam kedudukan jabatan yang berbeda; (3) Pengangkatan untuk masa jabatan yang kedua sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 (dua), dilakukan apabila Direksi terbukti mampu meningkatkan kinerja Perusahaan Daerah setiap tahun; (4) Bagi Direksi dengan masa periode yang diatur dalam ayat (2) pasal ini telah habis maka kepadanya di berlakukan kembali Fit and Propertest, dan akan diatur lebih lanjut penetapannya kedalam Peraturan Bupati. 11. Ketentuan.
-6-11. Ketentuan Pasal 21 diubah, sehingga Pasal 21 berbunyi sebagai berikut : Pasal 21 Direktur Utama atau Direktur diberhentikan karena : a. Permintaan sendiri; b. Meninggal dunia; c. Tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik karena mengalami sakit berkepanjangan yang mengakibatkan tidak dapat beraktifitas secara normal selama 3 (tiga) bulan berturut-turut; d. Melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian perusahaan daerah; e. Dijatuhi hukuman Pidana berdasarkan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (incrhat van bewijs); f. Berakhir masa jabatannya dan tidak diangkat kembali; g. Tidak mampu meningkatkan kinerja Perusahaan Daerah; h. Memberikan/tidak memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan tanggapan dan keberatan tertulis Bupati terhadap pengesahan Laporan Kegiatan Usaha Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan. 12. Ketentuan Pasal 22 diubah, sehingga Pasal 22 berbunyi sebagai berikut : Pasal 22 (1) Apabila Direktur Utama atau Direktur tidak dapat menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada pasal 21 huruf a dan atau f Badan Pengawas mengusulkan pemberhentian kepada Bupati; (2) Apabila Direktur Utama atau Direktur tidak dapat menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada pasal 21 huruf b dan atau e yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari instansi berwenang, Badan Pengawas mengusulkan pemberhentian kepada Bupati; (3) Apabila Direktur Utama atau Direktur sebagaimana dimaksud pada pasal 21 huruf c, yang dibuktikan dengan surat keterangan Dokter dan jika berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut terdapat bukti-bukti yang kuat, Badan Pengawas mengusulkan Pemberhentian kepada Bupati; (4) Apabila Direksi sebagaimana dimaksud pada pasal 21 huruf f dan atau g yang dibuktikan dengan hasil audit Akuntan Publik terdapat bukti penurunan kinerja, Badan Pengawas mengusulkan pemberhentian kepada Bupati dan selanjutnya Bupati menunjuk seorang atau lebih anggota Badan Pengawas untuk menjalankan tugas-tugas Direksi sebagai Pelaksana Tugas (PLT); 13. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 23 (1) Dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah diterimanya usulan, saran dan pendapat Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada pasal 21 huruf a, huruf b, huruf e dan huruf f Bupati menetapkan Pemberhentian; (2) Atas.
-7- (2) Atas Keputusan Bupati sebagaimana ayat (1) mengenai pasal 21 huruf a, huruf b, dan huruf e, Bupati menetapkan salah seorang Direksi lainnya untuk merangkap jabatan; (3) Apabila Direktur Utama atau Direktur melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada pasal 21 huruf d, Badan Pengawas melakukan pemeriksaan kepada Direktur Utama atau Direktur; (4) Bupati atas usulan Badan Pengawas dapat memberhentikan sementara Direktur Utama atau Direktur yang diduga telah melakukan tindakan sebagaimana dimaksud pasal 21 huruf d; (5) Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari sesudah pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud ayat (4), Badan Pengawas harus mengadakan sidang, dimana Direktur Utama atau Direktur yang bersangkutan diberikan kesempatan membela diri; (6) Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sesudah sidang Badan Pengawas sebagaimana dimaksud ayat (5), Bupati menetapkan lebih lanjut status Direktur Utama atau Direktur yang bersangkutan diberhentikan seterusnya atau dibatalkan pemberhentian sementaranya. 14. Ketentuan Pasal 24 diubah, sehingga Pasal 24 berbunyi sebagai berikut : Pasal 24 (1) Ketentuan pasal 21 huruf f diberhentikan dengan hormat dan mendapatkan uang penghargaan yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati; (2) Ketentuan pasal 21 huruf b dan huruf c diberhentikan dan diberikan uang santunan yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati; (3) Ketentuan pasal 21 huruf a dan huruf g diberhentikan dan tidak diberikan uang penghargaan yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati; (4) Ketentuan pasal 21 huruf d dan huruf e, diberhentikan dengan tidak hormat dan kepadanya tidak diberikan tunjangan dalam bentuk apapun yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 15. Ketentuan Pasal 25 diubah, sehingga Pasal 25 berbunyi sebagai berikut : Pasal 25 (1) Kepada ahli waris Direktur Utama atau Direktur yang berhenti karena meninggal dunia diberikan uang duka sejumlah 3 (tiga) kali penghasilan yang diterima almarhum pada bulan terakhir dan uang Penghargaan yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional berdasarkan jangka waktu pengabdian almarhum selama Direktur utama atau Direktur; (2) Direktur.
-8- (2) Direktur Utama dan Direktur yang berhenti karena hal sebagaimana pada Pasal 21 huruf c menerima Uang Pasangon sejumlah 5 (lima) kali penghasilan yang diterimanya pada bulan terakhir dan Uang Penghargaan yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional berdasarkan jangka waktu pengabdiannya sebagai Direktur Utama atau Direktur; (3) Kepada Direktur Utama atau Direktur yang diberhentikan karena telah berakhir masa jabatannya dan tidak diangkat kembali diberikan Uang Penghargaan yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan kemampuan keuangan Perusahaan Daerah; (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Uang Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Bupati. 16. Ketentuan Pasal 26 diubah, sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai berikut : Pasal 26 (1) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Direksi sebagaimana dimaksud pasal 20 ayat (2) Peraturan Daerah ini, Badan Pengawas harus telah mengajukan namanama calon Direksi sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, kepada Bupati; (2) Terhadap nama-nama calon yang diajukan oleh Badan Pengawas, pengangkatannnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 17. Ketentuan Pasal 28 diubah, sehingga Pasal 28 berbunyi sebagai berikut : Pasal 28 (1) Badan Pengawas diangkat, ditetapkan dan diberhentikan oleh Bupati ; (2) Untuk dapat diangkat dan menduduki jabatan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, seseorang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Warga Negara Republik Indonesia; b. Mampu menyediakan waktu yang cukup untuk menjadi Pengurus; c. Memiliki keinginan yang kuat dan selalu berorientasi pada dinamis (maju, tumbuh dan berkembang) untuk Perusahaan Daerah; d. Memiliki kemampuan dan kemauan dalam bidang yang dibutuhkan; e. Tidak merangkap jabatan lain dalam suatu Perusahaan Daerah; f. Bukan pengurus Partai Politik dan Organisasi Massa. 18. Ketentuan Pasal 30 diubah, sehingga Pasal 30 berbunyi sebagai berikut : Pasal 30 Badan Pengawas diberhentikan karena : a. Permintaan sendiri ; b. Meninggal dunia ; c. Tidak.
-9- c. Tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik karena gangguan kesehatan; d. Tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya; e. Melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian bagi Perusahaan Daerah; f. Dijatuhi hukuman Pidana berdasarkan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (incrhat van bewijs); g. Berakhir masa jabatannya dan tidak diangkat kembali; 19. Ketentuan Pasal 37 diubah, sehingga Pasal 37 berbunyi sebagai berikut : Pasal 37 (1) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya Tahun Buku, Direksi harus telah menyerahkan Laporan Kegiatan Usaha Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan kepada Bupati melalui Badan Pengawas; (2) Laporan Kegiatan Usaha Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus merupakan hasil verifikasi dan rekomendasi dari Badan Pengawas; (3) Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus merupakan hasil audit oleh Akuntan Publik; 20. Ketentuan Pasal 38 diubah, sehingga Pasal 38 berbunyi sebagai berikut : Pasal 38 (1) Apabila Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah diterimanya Laporan Kegiatan Usaha Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan sebagaimana dimaksud pasal 37 tidak mengemukakan tanggapan dan atau keberatan secara tertulis, maka Laporan Kegiatan Usaha Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan tersebut dianggap telah disahkan; (2) Apabila Bupati mengemukakan tanggapan dan atau keberatan secara tertulis, paling lama 1 (satu) bulan Direksi harus menindaklanjuti hal tersebut; (3) Apabila dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan Bupati tidak mengemukakan tanggapan dan atau keberatan secara tertulis setelah menerima jawaban dari Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Laporan Kegiatan Usaha Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan dianggap telah disahkan; (4) Pengesahan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (3), memberikan pembebasan tanggung jawab kepada Direksi dan Badan Pengawas terhadap segala sesuatu yang termuat di dalam Laporan tersebut; 21. Ketentuan.
-10-21. Ketentuan Pasal 40 diubah, sehingga secara keseluruhan Pasal 40 berbunyi sebagai berikut Pasal 40 Setelah dikurangi dengan penyusutan dan lain-lain bentuk pengurangan yang wajar, pemanfaatan laba Bersih yang diperoleh Perusahaan Daerah selama 1 (satu) Tahun Buku dilakukan menurut ketentuan sebagai berikut : a. 25% (dua puluh lima persen) untuk Anggaran Daerah ; b. 30% (tiga puluh persen) untuk membentuk cadangan umum hingga jumlah cadangan umum tersebut sama dengan jumlah modal dasar Perusahaan Daerah ; c. 20% (dua puluh persen) untuk membentuk Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua para Pegawai ; d. 25% (dua puluh lima persen) untuk pemberian jasa produksi bagi Direksi, Badan Pengawas, Sekretariat dan Pegawai. 22. Diantara Ketentuan Bab XVI KETENTUAN LAIN-LAIN dan Bab XVII KETENTUAN PENUTUP, disisipkan Bab XVI A KETENTUAN PERALIHAN, sehingga berbunyi sebagai berikut : BAB XVI A KETENTUAN PERALIHAN Pasal 42A (1) Kedudukan dan masa jabatan Direksi pada awal berlakunya perda ini dapat ditinjau kembali oleh Bupati atas usulan Badan pengawas; (2) Kedudukan dan atau masa jabatan Badan Pengawas pada awal berlakunya perda ini dapat ditinjau kembali oleh Bupati atas usulan Badan Penanaman Modal Daerah; (3) Dalam hal dilakukan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan atau ayat (2), Bupati menunjuk Pelaksana Tugas (Plt); (4) Masa jabatan Pelaksana Tugas (Plt) terhitung sejak ditugaskan sampai dengan ditetapkannya Direksi hasil fit dan proper test; (5) Masa jabatan Direksi hasil fit dan proper test terhitung sejak ditetapkan sampai dengan berakhirnya masa jabatan Direksi lainnya. 23. Ketentuan Pasal 43 diubah, sehingga secara keseluruhan Pasal 43 berbunyi sebagai berikut : Pasal 43 (1) Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Bupati; (2) Pokok-Pokok Pengaturan Direksi dan Badan Pengawas ditetapkan dengan Peraturan Bupati; (3) Pokok-Pokok Kepegawaian Perusahaan ditetapkan dengan Peraturan Bupati. (4) Penetapan tarif-tarif jasa Pelayanan Perpasaran ditetapkan dengan Peraturan Bupati. 24. Ketentuan Pasal 45 dihapus Pasal...
-11- Pasal II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Di tetapkan di Tigaraksa Pada Tanggal BUPATI TANGERANG Diundangkan di Tigaraksa Pada tanggal SEKRETARIS DAERAH A. ZAKI ISKANDAR H. ISKANDAR MIRSAD LEMBARAN DAERAH TAHUN 2013 NOMOR