V. IMPLIKASI MANAJERIAL

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN KOMPETENSI WIDYAISWARA MELALUI KOLABORASI PENYELENGGARAAN DIKLAT DENGAN LEMBAGA LAIN. Oleh :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI BALI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Negeri di Kabupaten Aceh Selatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1)

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan

2015, No e. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

2016, No menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana; Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi seperti saat ini, harus dipersiapkan sumber daya manusia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Faraserianti, 2013

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

2014, No Indonesia Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.41/MENHUT-II/2006 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MATARAM

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peralihan besar-besaran dalam bidang ekonomi, yaitu era globalisasi. Era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2016, No d. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 54 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penelitian dan Pengembangan, serta Pendidika

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN

Penyelenggaraan Diklat Administrasi Umum yang dilakukan oleh Balai

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 09 Februari 2016

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 81 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI BALI

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

2016, No mineral untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis dan dapat dilaksanakan secara berjenjang; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seba

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

2011, No Memperhatikan : 4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan (Beri

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); MEMUTUSKAN: Menetapka

PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA LABORATORIUM. Oleh: Nur Dewi. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan. Abstrak

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENJENJANGAN JABATAN FUNGSIONAL SANDIMAN

BAB III STANDAR NASIONAL PENELITIAN. Bagian Kesatu. Ruang Lingkup Standar Nasional Penelitian. Pasal 42

BAB V MODEL STRATEGI PENINGKATAN MANAJEMEN MUTU DIKLAT. Sistem manajemen pada organisasi yang unggul harus mampu melakukan

I. PENDAHULUAN 2.1. LATAR BELAKANG. Dalam menghadapi era peradaban globalisasi, peningkatan mutu suatu

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN DAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI. Pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam dua tingkatan pelaksanaan, yaitu:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dan merupakan bagian dari Pendidikan Pertanian untuk tingkat rendah diselenggarakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peluang Jabatan Widyaiswara Utama Berkembang di Lembaga Diklat Pemerintah Daerah Oleh: Irwan Widyaiswara Muda BKPP Aceh

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 20 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN SAR NASIONAL

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

2017, No Perikanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelaut

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

V. IMPLIKASI MANAJERIAL Berdasarkan hasil penelitian hubungan penilaian kinerja dengan motivasi kerja widyaiswara pada Pusat Diklat Kehutanan, kementerian Kehutanan Bogor memiliki hubungan yang positif antara penilaian kinerja dengan motivasi kerja, sehingga diperoleh beberapa informasi bagi Pusdiklat Kehutanan Bogor dalam rangka membentuk penilaian kinerja yang lebih efektif dan efesien agar dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai. Informasi ini diperoleh dari hasil rataan skor dan uji korelasi Rank Spearman. Pada tujuan penilaian kinerja diperoleh total rataan skor sebesar 3,67 sudah dapat dimanfaatkan. Namun instansi perlu untuk lebih intensif dalam menyadarkan pegawainya akan tujuan dari penilaian kinerja yang dilaksanakan. Penjelasan tujuan penilaian kinerja kepada pegawai dilakukan pada saat akan melaksanakan penilaian kinerja sehingga tujuan penilaian kinerja untuk meningkatkan prestasi bisa tercapai. Waktu penilaian kinerja diperoleh total rataan skor sebesar 3,83 dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penilaian kinerja pada Pusdiklat Kehutanan sudah dapat dimanfaatkan. Namun atasan selaku penilai hendaknya memantau kinerja pegawainya setiap waktu, bukan hanya pada saat penilaian kinerja dilaksanakan. Pada prosedur penilaian kinerja diperoleh total rataan sebesar 3,41 hal ini sudah dapat dimanfaatkan. Instansi hendaknya melakukan analisis jabatan dengan lebih baik yang mendalam sehingga penilaian kinerja dapat disesuaikan dengan uraian jabatan yang ada dan pada akhirnya dapat menilai seluruh jabatan dengan baik. Analisis dapat dilakukan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan uraian dan spesifikasi pekerjaan yang sedang digunakan.

Pada metode penilaian kinerja diperoleh total rataan sebesar 3,82 dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penilaian kinerja pada Pusdiklat Kehutanan sudah dapat dimanfaatkan. Penilaian suatu kinerja terhadap para pegawai mempunyai kriteria tertentu yang dijadikan suatu patokan dalam proses penilaiannya. Metode penilaian kinerja yang digunakan instansi hendaknya mempertimbangankan maksud dari penilaian kinerja. Hal tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan kriteria penilaian yang mewakili setiap kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pegawai. Untuk menjaga akuntabilitas pegawai, kepada pegawai diwajibkan menyampaikan hasil laporan pelaksanaan tugas atau kegiatan yang telah dilakukan pada setiap semester. Pada implementasi penilaian kinerja diperoleh total rataan sebesar 3,35 Bogor telah dilaksanakan dengan kurang baik, sehingga hasil penilaian kinerja tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Agar nilai implementasi penilaian kinerja yang lebih baik dari proses penilaian kinerja dapat dijadikan umpan balik atau menggunakan komunikasi dua arah antara penilai dan pegawai mengenai kinerja bagi pegawai. Proses penilaian dapat dilakukan melalui tatap muka atau diskusi tentang hal-hal penilaian kinerja sehingga dapat menyentuh hal-hal pokok yang dapat memuaskan bagi yang dinilai. Pada implementasi analisis pegawai tentang motivasi kerja diperoleh total rataan sebesar 3,56 apat disimpulkan bahwa motivasi pegawai baik. Namun Pusat Diklat Kehutanan harus senantiasa memotivasi pegawai dengan memperhatikan motif dan kebutuhan agar dapat berguna untuk peningkatan kinerja pegawai. Selain itu instansi perlu melengkapi sarana dan prasarana kerja agar pegawai dapat meningkatkan kinerjanya secara optimal. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Sperman dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian kinerja yang diterapkan Pusdiklat merupakan salah satu faktor yang membuat pegawai senang pada pekerjaan mereka sekarang, sehingga pegawai dapat termotivasi untuk bekerja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi Rank Sperman sebesar 1 (kategori korelasi paling kuat) sedangkan penilaian kinerja dengan motivasi kerja yang mempunyai kategori korelasi rendah sebesar

0,230. Hubungan korelasi yang rendah hendaknya menjadi input atau perhatian bagi Pusat Diklat Kehutanan untuk lebih memperhatikan metode penilaian kinerja. Sistem dan prosedur kinerja hendaknya dievaluasi setiap tahun oleh tim penilai yang dibentuk oleh instansi untuk menangani sistem penilaian kinerja yang diberlakukan. Implikasi manajerial berdasarkan data dan fakta hasil penelitian hubungan penilaian kinerja dengan motivasi kerja widyaiswara pada Pusat Diklat Kehutanan, kementerian Kehutanan Bogor, dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perencanaan Pusat Diklat Kehutanan merupakan instansi pendukung Kementerian Kehutanan dalam menyediakan sumberdaya manusia kehutanan guna menjalankan tugas-tugas pembangunan kehutanan. Untuk itu Pusat Diklat Kehutanan telah membuat program-program dan rencana stratejik untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia kehutanan, antara lain melalui pendidikan dan pelatihan diberbagai bidang kehutanan. Untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan di bidang kehutanan diperlukan tenagatenaga widyaiswara (pengajar) yang handal serta didukung dengan dana yang memadai. Oleh karenanya Pusat Diklat Kehutanan perlu membuat rencana pembinaan dan pengembangan widyaiswara sesuai dengan beban tugas dan tuntutan pembangunan kehutanan. Pembinaan dan pengembangan widyaiswara yaitu memberi kesempatan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi, mengikut sertakan dalam berbagai diklat, seminar, workshop, magang dan lain-lain baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sesuai dengan temuan dari skripsi ini, Pusat Diklat Kehutanan seharusnya perlu merencanakan jumlah dan kualifikasi widyaiswara sesuai dengan bidang-bidang tugas Kementerian Kehutanan serta mengusulkan anggaran sesuai yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan diklat-diklat kehutanan. 2. Pengorganisasian Pusat Diklat Kehutanan secara struktur berada dibawah Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan. Organisasi Pusat Diklat Kehutanan terdiri dari jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural yang ada pada Pusat Diklat Kehutanan terdiri dari bidang program dan evaluasi, bidang penyelenggaraan

diklat serta bagian tata usaha. Di bawah bidang maupun bagian memiliki beberapa seksi dan dibawah memiliki beberapa staf non struktural. Sedangkan widyaiswara merupakan kelompok jabatan fungsional yang secara struktur memiliki fungsi untuk mengajar dan melatih peserta diklat serta bertanggung jawab kepada Kepala Pusat Diklat Kehutanan. Kelompok jabatan widyaiswara yang memiliki beberapa bidang spesialisasi sesuai dengan bidang-bidang pembangunan kehutanan. Secara organisasi, Pusat Diklat Kehutanan sudah cukup memadai untuk menjalankan tugas dan fungsinya untuk menyediakan sumberdaya manusia kehutanan guna mendukung pembangunan kehutanan. Dalam rangka membantu kelancaran pelaksanaan tugas widyaiswara perlu diadakan unit pelayanan administrasi kegiatan widyaiswara. 3. Pelaksanaan Sesuai dengan tugas dan fungsi Pusat Diklat Kehutanan, maka Pusat Diklat Kehutanan menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kehutanan sesuai yang telah direncakanan. Sebagai ujung tombak pelaksanaan kegiatan diklat yaitu para widyaiswara. Dalam pelaksanaan diklat kehutanan, para widyaiswara harus memiliki kemampuan mengajar dan melatih yang profesional serta memiliki kemampuan teknis dan wawasan bidang kehutanan yang memadai. Untuk menghasilkan lulusan diklat yang memadai harus didukung pendanaan yang cukup, penyedian sarana dan prasarana, fasilitas yang memadai serta prosedur kerja dan iklim kerja yang kondusif. Sebagai tambahan saat ini Pusat Diklat Kehutanan sedang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 tahun 2008. Ketersediaan dana, sarana dan prasarana serta fasilitas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan diklat-diklat di Pusat Diklat Kehutanan saat ini cukup memadai. Demikian pula prosedur kerja sudah ada yaitu berupa petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis kegiatan pelaksanaan diklat kehutanan. Namun demikian penilaian kinerja harus selalu dilaksanakan secara efektif untuk menjaga motivasi kerja dan hasil kerja yang memadai. Prosedur penilaian kinerja saat ini sudah baik dengan adanya pedoman penilaian kinerja dan petunjuk penilaian angka kredit bagi widyaiswara. Metoda penilaian kinerja ada yang masih perlu penyempurnaan yaitu perlu adanya komunikasi dua arah antara tim penilaia dengan pegawai

yang dinilai. Walaupun sarana dan prasarana untuk kegiatan diklat sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun jumlahnya untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Pengendalian Mencegah dan menanggulangi terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan diklat kehutanan, maka perlu diadakan kegiatan pengendalian. Kegiatan pengendalian ini juga diperlukan dalam rangka menjaga mutu lulusan diklat kehutanan tetap baik. Pihak pimpinan Pusat Diklat Kehutanan harus melakukan kegiatan pengendalian secara ketat. Dalam pelaksanaan kegiatan diklat kehutanan selalu diadakan monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara periodik (mingguan dan bulanan) maupun sesuai dengan pelaksanaan kegiatan diklat. Hasil monitoring dan evaluasi ini ditulis dalam bentuk laporan pelaksanaan kegiatan diklat kehutanan. Berdasarkan hasil laporan, pimpinan Pusat Diklat Kehutanan perlu mengambil langkah keputusan untuk memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaan diklat, sehingga diperoleh mutu lulusan diklat yang sesuai harapan serta pelaksanaan diklat yang memuaskan peserta diklat. Pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan diklat kehutanan oleh pimpinan saat ini dirasakan sudah memadai, sehingga penyimpangan dalam penggunaan anggaran sangat sedikit dan hasil evaluasi pelaksanaan diklat umumnya memberikan hasil yang baik.