BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan sawah sekitar 99,101 ha sebagai komoditas utama pertanian. Desa ini terdiri dari tiga Kepala Dusun (Kadus), empat Rukun Warga (RW) dan 17 Rukun Tetangga (RT). Dusun satu dibagi menjadi dua RW yaitu RW satu yang terdiri dari lima RT, dan RW dua terdiri dari tiga RT. Dusun dua hanya terdiri satu RW yaitu RW tiga yang dibagi menjadi tiga RT, dan Dusun tiga juga terdiri dari satu RW yaitu RW empat yang dibagi menjadi enam RT. Batas-batas wilayah dari desa penelitian yang digunakan untuk pemukinan yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Kalicupak, sebelah selatan berbatasan wilayah dengan Desa Pajerukan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Kedung Benda, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sokaraja Wetan. Jarak pusat Pemerintah Desa dengan Kecamatan yaitu lima km, sedangkan jarak Pemerintah Desa dengan Pemerintah Kabupaten Banyumas sembilan km. Akses lalu lintas kendaraan umum menuju desa dapat dijangkau menggunakan ojek atau becak. Desa ini dilalui jalan beraspal yang merupakan jalan Kabupaten Purbalingga. Adapun jalan antar dusun, antar RW, dan RT masih ada yang berbatu. Berdasarkan monografinya, topografi desa ini merupakan daerah dataran rendah. Jumlah bulan hujan pada setiap tahunnya adalah 7 bulan dengan suhu antara 31-34 C. Luas wilayah desa secara keseluruhan adalah 155,125 ha yang terbagi dalam beberapa fungsi. Penggunaan lahan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
29 Tabel 1. Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan No Penggunaan lahan Luas (ha) 1 Sawah irigasi ½ teknis 99,101 2 Tegal/lading 6,750 3 Pemukiman 43,482 4 Perkantoran pemerintahan 0,042 5 Lapangan 1,000 6 Kas desa 3,330 7 Prasarana umum lainnya 1,420 Jumlah 155,125 Sumber : Data Kependudukan Kantor Desa 2009 Berdasarkan Tabel 1. terlihat bahwa sebagian besar lahan dimanfaatkan untuk persawahan irigasi ½ teknis karena sebagian besar masyarakat bermatapencaharian sebagai petani. Selain dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, lahan di desa tersebut juga banyak dimanfaatkan untuk pemukinan. 4.2 Keadaan Penduduk, Pendidikan, dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk desa penelitian pada tahun 2009 yaitu 3223 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1636 jiwa (50,8 persen) dan perempuan 1587 jiwa (49,2 persen). Pada dasarnya di desa ini terdapat berbagai macam karakteristik jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin. Karekteristik jumlah penduduk tampak pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Golongan Umur Laki-Laki Perempuan 0-9 263 227 10-19 275 279 20-29 253 297 30-39 283 286 40-49 196 186 50-59 180 147 lebih dari 60 186 165 Jumlah 1636 1587 Sumber : Data Kependudukan Kantor Desa 2009 Berdasarkan Tabel 2. terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada penduduk perempuan. Namun pada golongan umur 20-29 tahun jumlah penduduk perempuan lebih tinggi dari pada penduduk laki-laki. Rasio jenis kelamin adalah 104 jiwa penduduk laki-laki per 100 jiwa penduduk perempuan. Artinya terdapat 104 jiwa laki-laki diantara 100 jiwa perempuan.
30 Menurut Rusli (1995) menjelaskan bahwa usia produktif yaitu usia 15-64 tahun, sedangkan usia non produktif adalah 0-14 tahun dan lebih dari 65 tahun. Pada penelitian ini, usia produktif penduduk perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki yaitu perempuan sebanyak 1195 jiwa dan laki-laki sebanyak 1187 jiwa. Data yang diperoleh pada usia kurang dari 14 tahun dan lebih dari 60 tahun tidak dijabarkan secara rinci. Oleh karena itu, usia produktif dihitung dari usia 10-59 tahun, sedangkan usia 0-9 dan lebih dari 60 tahun termasuk usia non produktif. Masyarakat di desa ini memiliki pendidikan yang beragam, hanya sebagian kecil dari masyarakat yang memperoleh pendidikan sampai pada jenjang yang tinggi. Data mengenai jumlah penduduk desa berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sumber : Data Kependudukan Desa Tahun 2009 Pendidikan masyarakat desa ini tergolong rendah. Sebagian besar masyarakat hanya menamatkan pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar (SD)/sederajat yaitu 1249 jiwa. Kesadaran masyarakat akan pendidikan masih rendah. Banyak masyarakat yang mampu membayar sekolah namun enggan untuk menyekolahkan anaknya ke tingkat yang tinggi. Setelah menamatkan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas, biasanya pemuda-pemudi lebih memilih untuk bekerja dari pada melanjutkan sekolah. Masyarakat pada umumnya bekerja di bidang pertanian. Hal ini dikarenakan masih luasnya lahan persawahan. Namun, masyarakat yang menjadi
31 buruh tani jumlahnya lebih besar yaitu 261 jiwa, dibandingkan dengan petani yang mempunyai lahan yaitu 176 jiwa. Data selengkapnya mengenai mata pencaharian penduduk desa tampak pada Gambar 3. J u m l a h 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 197 272 426 37 12 11 161 4 9 Jenis Pekerjaan Gambar 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Sumber : Data Kependudukan Desa Tahun 2009 Pada Gambar 3. tampak bahwa sebagian besar masyarakat bekerja pada sektor informal dibandingkan sektor formal. Tingkat pendidikan yang rendah menjadi kendala masyarakat desa untuk bekerja di sektor formal. Hal tersebut menyebabkan mereka lebih memilih bekerja di sektor informal. Pekerjaan buruh pabrik adalah salah satu pekerjaan yang paling diminati masyarakat. Selain bekerja menjadi buruh pabrik, bekerja sebagai buruh tani pun banyak dipilih oleh masyarakat. Jika dilihat dari kepemilikan lahan pertanian, semakin sedikit masyarakat yang memiliki lahan persawahan. Akibatnya masyarakat hanya dapat bekerja sebagai penggarap atau menyewa lahan persawahan. Susahnya mendapatkan irigasi untuk lahan persawahan menjadi salah satu alasan para petani menjual lahan persawahannya. 4.3 Sarana dan Prasarana Desa Sarana dan prasarana desa yang terdapat pada desa antara lain sarana dan prasarana transportasi, komunikasi, kesehatan, dan pendidikan. Prasarana transportasi yang dimanfaatkan masyarakat untuk menunjang perekonomian masyarakat adalah jalan desa maupun antar desa, jembatan yang menghubungkan antar desa, becak dan ojek merupakan kendaraan umum yang digunakan
32 masyarakat untuk bepergian. Semakin banyaknya masyarakat yang mempunyai kendaraan bermotor roda dua menyebabkan kurangnya minat masyarakat untuk memilih kendaraan umum sebagai alat transportasi. Kondisi jalan desa maupun antar desa sudah cukup baik karena jalan antar desa sudah beraspal. Namun, masih terdapat jalan antar dusun yang belum beraspal. Selain itu, jembatan yang menghubungkan antar desa maupun antar dusun sudah terbuat dari beton. Sarana dan prasarana komunikasi yang ada di desa adalah wartel (warung telepon), radio, dan televisi. Semakin bertambahnya telepon genggam yang dimiliki oleh masyarakat mengakibatkan pengguna warung telepon semakin berkurang. Minat masyarakat pada media elektronik radio sebagai alat komunikasi juga mengalami penurunan akibat bertambahnya jumlah televisi yang dimiliki masyarakat. Hal tersebut dikarenakan masyarakat menilai bahwa penyampaikan pesan melalui media televisi lebih menarik. Sarana dan prasarana kesehatan yang dimanfaatkan masyarakat untuk menunjang kesehatan masyarakat adalah posyandu dan tenaga kesehatan yaitu bidan desa serta paramedis. Belum tersedianya fasilitas puskesmas, sehingga banyak masyarakat yang mengunjungi puskesmas Kecamatan Sokaraja karena letaknya yang lebih dekat dengan desa dibandingkan puskesmas Kecamatan Kalibagor. Letak puskesmas Kecamatan Kalibagor yang jauh dengan desa, menyebabkan diadakannya pelayanan Puskesmas Keliling (Pusling) setiap hari rabu untuk memberikan kemudahan berobat pada masyarakat. Sarana dan prasana pendidikan yang tersedia di desa untuk memudahkan masyarakat memperoleh pendidikan antara lain terdapat TK (Taman Kanakkanak), SD (Sekolah Dasar), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Data selengkapnya mengenai sarana dan prasaran pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sarana dan Prasarana Pendidikan No Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan Unit 1 Taman Kanak-Kanak 1 2 Sekolah Dasar 2 3 Sekolah Menengah Pertama 1 Sumber : Data Kependudukan Desa Tahun 2009
33 Sebelumnya SD (Sekolah Dasar) di desa penelitian berjumlah 3 unit, namun pada tahun 2005 SD N 1 dan SD N 2 mengalami penggabungan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya jumlah guru di Kecamatan Kalibagor, sehingga harus menggabungkannya. Terdapatnya sarana dan prasarana pendidikan belum sepenuhnya menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan. Masih terdapat anak yang hanya menamatkan pendidikannya pada tingkat SD ataupun SMP, bahkan ada beberapa anak yang tidak bersekolah. 4.4 Kelembagaan Desa Program-program pemberdayaan masyarakat yang ada di perdesaan dimaksudkan untuk mengembangkan masyarakat desa. Berbagai pihak dibutuhkan untuk mewujudkan program-program pemberdayaan tersebut, tidak hanya masyarakat tetapi pihak lainpun dituntut untuk aktif dalam mensukseskan program-program pemberdayaan desa. Dibutuhkan suatu lembaga yang dapat menjadi wadah dalam pelaksanaan program pemberdayaan. Lembaga-lembaga yang ada di desa penelitian antara lain lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan. Lembaga pemerintahan desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawarahan Desa (BPD). Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan perangkat desa. Pemilihan Kepala Desa diadakan lima tahun sekali yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, sedangkan perangkat desa dipilih melalui seleksi di tingkat desa. Pemerintah Desa bertugas mengelola administrasi masyarakat dan semua hal yang berhubungan dengan kepentingan umum. Pemilihan BPD berbeda dengan pemilihan Kepala Desa maupun perangkat desa, karena pemilihan BPD dilakukan secara musyawarah oleh seluruh ketua RT, ketua RW, dan Pemerintah Desa. Kegiatan pemberdayaan di perdesaan ada yang dipelopori oleh pemerintah atau komunitas lokal. Masyarakat memiliki beberapa aktivitas yang dilakukan untuk menjaga kerukunan diantara mereka. Kelompok aktivitas di wilayah tersebut antara lain pengajian dan arisan ibu-ibu antar RT serta kegiatan Karang Taruna. Kelompok pengajian dan arisan secara rutin mengadakan kegiatan setiap bulan, sedangkan pengurus dan anggota Karang Taruna mengadakan pertemuan hanya pada bulan-bulan tertentu. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya kegiatan rutin setiap bulan yang dilakukan Karang Taruna. Salah satu kegiatan Karang
34 Taruna adalah memeriahkan HUT RI di tingkat desa. Selain itu, terdapat Gapoktan (gabungan kelompok tani) yaitu suatu organisasi yang menjadi wadah untuk pemberdayaan para petani. Gapoktan yang terdapat di desa ini terdiri dari tiga kelompok tani yaitu kelompok tani Tirta Sari, kelompok tani Sari Mukti, dan kelompok tani Mudi Rahayu. Karang Taruna dan Gapoktan merupakan kelembagaan kemasyarakatan yang ada di desa tersebut. 4.5 Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan merupakan program pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan di perdesaan. Program ini masuk ke desa penelitian pada tahun 2009. Desa ini diberi kesempatan untuk melaksanakan program PNPM Mandiri Perdesaan sampai tahun 2014. Alasan desa tersebut mendapatkan bantuan program PNPM Mandiri Perdesaan yaitu masih banyaknya Rumah Tangga Miskin (RTM). Terdapat beberapa penggolongan keluarga, yaitu: (1) keluarga pra sejahtera (keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, sandang, pangan papan, dan kesehatan) sebanyak 224 keluarga; (2) keluarga sejahtera 1 (keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dalam hal sandang, pangan, dan pelayanan kesehatan tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya) sebanyak 260 keluarga; (3) keluarga sejarah 2 (keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi) sebanyak 260 keluarga; dan (3) keluarga sejahtera 3 (keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) pada masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material, organisasi, dan lain ) sebanyak 26 keluarga. Pengurus Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di tingkat desa dipilih secara musyawarah oleh beberapa perwakilan dari warga RTM, BPD, Pemerintah Desa, ketua RT dan RW. Struktur kepengurusan PNPM Mandiri Perdesaan sebagai berikut:
35 1. Tim Pengelola Kegiatan (TPK), terdiri dari: Ketua, sekretaris, dan bendahara yang mengurusi semua administrasi PNPM Mandiri Perdesaan. 2. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) terdiri dari: KPMD perempuan yang bertanggung jawab pada kegiatan SPP dan PKH dan KPMD laki-laki bertanggung jawab pada kegiatan sarana dan prasarana. Menurut pengakuan perempuan anggota Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP), keterlibatan TPK dalam kegiatan-kegiatan yang didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan lebih dominan dibandingkan KPMD. Hal ini disebabkan orang-orang yang menjadi pengurus TPK merupakan orang-orang yang terpandang di desa tersebut. Akibatnya KPMD cenderung tunduk pada keputusan TPK. Kepala Desa tidak terlalu ikut campur dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan karena orang-orang yang menjadi pengurus PNPM Mandiri Perdesaan khususnya Tim Pengelola Kegiatan (TPK) adalah orang-orang yang disegani oleh Kepala Desa. Pengurus PNPM tingkat desa mempunyai tanggung jawab untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang ada pada program tersebut. Terdapat tiga kegiatan yang mendapat bantuan dana PNPM Mandiri Perdesaan yaitu (1) Sarana dan Prasana (Sarpras); (2) Peningkatan Kualitas Hidup (PKH); dan (3) Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP). Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Sarana dan Prasarana Pada kegiatan sarana dan prasarana (Sarpras) telah melakukan beberapa kegiatan yaitu pembangunan paving jalan antar dusun. Pembangunan paving jalan menghubungkan RW satu, RW tiga, dan RW empat. Pembangunan jalan dilakukan menjadi dua periode yaitu periode pertama dilaksanakan pada tahun 2009 dan periode kedua dilaksanakan tahun 2010. Pada periode pertama melakukan membangun jalan yang panjangnya 750 m dan lebar 2,5 m, sedangkan pembangunan jalan pada periode kedua lebih panjang dari sebelumnya yaitu 885 m dan lebar 2,5 m. Masyarakat di sekitar pembangunan jalan dituntut untuk berpartisipasi baik tenaga maupun materi. Hal tersebut dimaksudkan untuk membangun rasa memiliki masyarakat terhadap jalan yang telah dibangun, sehingga masyarakat perduli untuk memeliharanya. Kader Pemberdayaan
36 Masyarakat Desa (KPMD) laki-laki yang lebih bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. 2) Peningkatan Kualitas Hidup (PKH) Terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan Peningkatan Kualitas Hidup (PKH), antara lain: (1) pelatihan satpam; (2) pelatihan montir bagi pemuda; (3) pelatihan tataboga; dan (4) bantuan untuk posyandu baik bagi bayi dibawah lima tahun (balita) atau lanjut usia (lansia). Kegiatan pelatihan satpam dan montir bagi para pemuda di desa belum berhasil, karena setelah pelatihan ketrampilan yang diperoleh tidak dimanfaatkan dan tidak adanya penyaluran tenaga kerja. Pelatihan tataboga bagi para ibu juga tidak terdapat keberlanjutan, karena pelatihan tersebut belum bisa membangkitkan motivasi para ibu untuk membuka usaha makanan. 3) Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan masing-masing kelompok sebelum meminjam dana pada kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP), yaitu: (1) pembentukkan kelompok; (2) pembuatan proposal pengajuan dana yang disetujui oleh Tim Pengelola Kegiatan (TPK) dan Kepala Desa; dan (3) verifikasi dari Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kecamatan. Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) di desa penelitian diikuti oleh 158 orang yang terbagi menjadi 16 kelompok. Masing-masing kelompok mempunyai anggota minimal lima orang dan maksimal 15 orang. Data secara rinci mengenai kelompok SPP tampak pada Tabel 4.
37 Tabel 4. Nama, Jumlah Anggota dan Pinjaman Kelompok dalam Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) Jumlah Jumlah Pinjaman Kelompok/Tahun No Nama Kelompok Jumlah Anggota Anggota yang 2009 (Rp) 2010 (Rp) Aktif 1 PKK 7 7 7.000.000,00-2 Usaha Jaya 11 7 10.000.000,00 9.500.000,00 3 Bakti Usaha 6 4 5.000.000,00 5.000.000,00 4 Gelombang 12 12 11.500.000,00 - Cinta 5 Mugi Jaya 10 6 10.000.000,00 10.000.000,00 6 Mugi Barokah 15 10 15.000.000,00 22.000.000,00 7 Bina Usaha 12 7 10.000.000,00 10.500.000,00 8 KDI 6 4 4.000.000,00 4.000.000,00 9 Barokah 13 6 10.000.000,00 7.500.000,00 10 Mugi Rahayu 11 7 10.000.000,00 13.500.000,00 11 Kenanga 9 5 9.000.000,00 5.500.000,00 12 Wira Usaha 9 8 7.500.000,00 8.000.000,00 13 Usaha Mandiri 9 5 5.000.000,00 4.500.000,00 14 Karya Usaha 12 7 10.000.000,00 8.500.000,00 15 Mugi Rahayu 5 5 5.000.000,00 5.000.000,00 V 16 Bongas Putri 11 5 10.000.000,00 5.500.000,00 Jumlah 158 100 138.000.000,00 119.000.000,00 Sumber : Data Administrasi Kegiatan SPP Tahun 2009-2010 Tidak terdapat kriteria khusus dalam pemilihan anggota Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP). Bagi perempuan yang sudah menikah dan sekiranya dapat membayar angsuran setiap bulannya dapat bergabung dalam kegiatan SPP. Pedoman Teknik Operasional (PTO) kegiatan SPP mencantumkan bahwa kegiatan SPP dikhususkan bagi perempuan yang tergolong Rumah Tangga Miskin (RTM), namun pada kenyataannya kriteria tersebut tidak berlaku. Pihak Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) mengaku pemilihan anggota SPP tidak berdasarkan kriteria RTM karena untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan dalam pengangsuran pinjaman. Sedangkan pemilihan pengurus dalam kelompok sesuai dengan kesepakatan masing-masing anggota kelompok. Kenyataan di lapang menunjukkan bahwa terdapat kelompok yang hanya mencantumkan kepengurusan kelompok untuk formalitas administrasi. Faktanya hanya satu orang pengurus yang mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatan SPP.
38 Setiap perempuan anggota Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) harus mengisi form proposal yang telah disediakan, antara lain persetujuan dari hak waris dan rincian dana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Bagi anggota yang mempunyai keterbatasan dalam membaca dan menulis, biasanya pengisian form proposal dibantu oleh pengurus. Selain aktif dalam pembuatan proposal, anggota yang tergolong muda juga aktif mengikuti rapat-rapat yang berhubungan dengan kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP). Hal tersebut dikarenakan mereka ingin mengetahui kegiatan SPP secara menyeluruh, tidak hanya meminjam dana tetapi juga ingin terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan SPP. Keadaan ini berbeda pada anggota yang tergolong usia lanjut, karena mereka mengikuti kegiatan SPP lebih karena ingin mendapatkan pinjaman. Kegiatan SPP sudah berjalan dua periode, namun terdapat beberapa kelompok yang baru mengikuti satu periode pinjaman. Hal tersebut dikarenakan sistem peminjaman dana dilakukan secara bergiliran, sehingga masing-masing kelompok berbeda. Jumlah dana pada periode pertama yang dapat dipinjam masing-masing individu maksimal Rp 1.000.000,00, sedangkan pada periode kedua maksimal Rp 3.000.000,00. Pihak Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) perempuan lebih bertanggung jawab pada kegiatan SPP.