BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

Sebagai ilustrasi, orang Batak dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus dan. sopan sedangkan orang Batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang

BAB I PENDAHULUAN. televisi membawa manusia kembali pada neo-tribal. permainan. Realitasnya yang sekarang, kecanggihan permainan digital lebih

BAB I PENDAHULUAN. jauh (SLJJ). Konteks ini dimaksudkan bagi setiap pribadi yang. Jika tak bisa percaya pada pasangan akan berdampak pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, dimana setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penting, kurang begitu efektif karena ada sebagaian orang tua yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN. elektronik seperti televisi, internet, maupun radio. Radio adalah. memperoleh informasi dengan cepat sehingga meniadakan jarak,

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, karena fungsinya yang sangat penting untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

Fitri Saraswati / Ike Devi Sulistyaningtyas

SKRIPSI KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DAN ANAK DALAM MENETAPKAN KEPUTUSAN PENTING. (Studi Kasus Pada Siswa Siswi SMA Negeri 1 Kupang)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan komunikasi saat ini, banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB I PENDAHULUAN. Perlis terletak di Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat. Desa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. melangsungkan kehidupannya. Di dalam berinteraksi tersebut antara manusia yang satu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

Pelaksanaan Komunikasi Interpesonal (Tedjo Dwiyanto) 2

Disampaikan dalam Latihan Manajemen Organisasi Fakultas Teknik Universitas Mataram 12 November 2016

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan Bandung yang bergerak

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sehingga manusia baik perseorangan maupun sebagai anggota kelompok selalu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sebagai generasi penerus, calon orang tua dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bertukar pikiran, berbagi informasi dan cenderung memerlukan bantuan orang lain tidak terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG

KOMUNKASI DOSEN PENASEHAT AKADEMIK DALAM PENINGKATAN MUTU DAN KUALITAS MAHASISWA DI STAIN PONTIANAK

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang ada pada diri manusia. Pendidikan mampu menyeimbangkan hidup manusia

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan sebuah hal penting dalam sebuah kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim organisasi SMA Negeri di Pematang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Anonim, 2010 : 4). Namun, pendidikan bukanlah suatu upaya yang

Secara umum dapat disimpulkan bahwa kegiatan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU N o. 20 tahun 2003 pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional. bahwa :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di zaman yang semakin maju ini kebutuhan akan materil semakin meningkat, untuk memenuhi kebutuhan hidup orang harus bekerja agar bisa memenuhi kebutuhannya. Dari keinginan pemenuhan kebutuhan inilah yang membuat para orang tua harus bekerja keras. Bergesernya perilaku tersebut disebabkan adanya anggapan bahwa memenuhi kebutuhan materil anak penting dalam mempertahankan diri di tengah kerasnya roda perekonomian. Dengan anggapan ini orang tua cenderung mengesampingkan pentingnya sebuah kualitas interaksi antara anak dan orang tua atau dalam bentuk kongkret adalah sebuah komunikasi. Kesibukan yang telah menyita waktu para orang tua telah mengakibatkan anak-anak tidak dapat bertukar pikiran dengan leluasa atau sharing dengan orang tua dalam hal ikatan keluarga. Kurangnya sharing tersebut menyebabkan anakanak mencari atau sering berkonsultasi dengan pihak luar. Padahal seharusnya dalam lingkup keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi yang lebih bersifat hubungan antarpribadi, dimana masing-masing anggota dalam keluarga dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak maupun antara anak dengan anak. Masalah hubungan orang tua dan anak pada prinsipnya sering mengakibatkan komunikasi antarpribadi terganggu karena jarang berkomunikasi

dengan anaknya. Dalam situasi seperti ini anak akan merasa jauh dari orang tua padahal tinggal dalam suatu rumah. Kemudian anak merasa dikucilkan karena sulit untuk melakukan diskusi secara tatap muka dan merasa kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Komunikasi antara orang tua dan anak tidak begitu saja dicapai dengan mudah karena dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor penghambat komunikasi yang baik antara orang tua dan anak usia remaja 16-22 tahun adalah orang tua merasa kedudukannya lebih tinggi, orang tua dan anak tidak menggunakan bahasa yang sama sehingga menimbulkan salah paham. Orang tua hanya memberikan informasi tetapi tidak ikut serta memecahkan masalah yang dihadapi remaja. Hubungan antara orang tua dengan remaja hanya terjadi secara singkat dan formal karena terlalu sibuknya orang tua, remaja tidak diberikan kesempatan mengembangkan pandangan-pandangannya secara bebes. (Soekanto 2003:15). Untuk menetapkan sebuah keputusan bukanlah hal yang mudah, karena setiap keputusan yang diambil, akan disusul dengan keputusan-keputusan lain yang berkaitan. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya pertimbangan-pertimbangan yang matang dari pihak-pihak yang terlibat, agar menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak. Apalagi ketika anak-anak berada dalam masa transisi 16-22 tahun atau masih dalam usia remaja yang masih sangat membutuhkan dukungan, saran dan kritik yang membangun bagi setiap pemikiran mereka karena hal ini akan mempengaruhi kehidupan anak-anak baik di masa kini maupun masa yang akan datang.

Dalam suatu keluarga komunikasi antara orang tua dan anak dalam menetapkan keputusan penting sangat berpengaruh pada perkembangan kehidupan anak. Ada beberapa model komunikasi dalam keluarga menurut Gunarsa & Gunarsa, yang pertama cara otokratis yaitu remaja dan kaum muda harus mengikuti pendapat dan keinginan orang tua, kedua cara otoriter yaitu memperbolehkan remaja memberikan pandangan dan pendapatnya akan tetapi tanpa turut dipertimbangkan, yang ketiga cara demokratis yaitu remeja boleh mengemukakan pendapat sendiri, mendiskusikan pandangan-pandangan mereka dengan orang tua, menentukan dan mengambil keputusan. (Gunarsa & Gunarsa 1991:116-117). Situasi seperti ini tidak dapat dilihat dari seberapa dekat hubungan antara orang tua dan anak atau seberapa sering mereka menghabiskan waktu bersama, akan tetapi lebih penting untuk melihatnya dari beberapa faktor yaitu suatu kualitas percakapan yang terjadi, intensitas pertemuan, seberapa banyak waktu luang untuk berdiskusi, aktifitas komunikasi yang dilakukan serta topik-topik apa saja yang dibicarakan pada saat menetapkan keputusan penting. Berbicara mengenai keputusan penting maka tidak terlepas dari komunikasi keluarga yang melibatkan anggota keluarga. Berdasarkan penelitian awal yang peneliti lakukan pada 2 orang siswa dan 1 orang siswi SMA Negeri 1 Kupang, komunikasi yang terjadi dalam keluarga mereka sangatlah jarang dilakukan karena kesibukan orang tua yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan

Wiraswasta dengan jam kerja yaitu pukul 07.30 wita sampai pada pukul 16.00 wita. Dari kepadatan jam kerja inilah membuat orang tua mereka tidak mempunyai waktu untuk berkomunikasi secara efektif bersama keluarga. Akhirnya anak pun tidak mempunyai tempat untuk berkomunikasi membicarakan masalahmasalah yang mereka hadapi, dan merekapun mencari teman atau pihak luar untuk sharing (bertukar pikiran). Sebagai salah satu contoh bahwa anak telah melakukan sharing dengan pihak luar, dapat dilihat berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Kota Kupang. Sejak bulan Januari sampai bulan Desembar tahun 2006, terungkap bahwa remaja sering berkonsultasi di PKBI membicarakan masalah-masalah mereka. Para remaja yang berkonsultasi pada PKBI berasal dari beberapa sekolah yang berada di Kota Kupang, anatara lain SMA Negeri 1 Kupang. Konsultasi yang dilakukan oleh siswa siswi SMA Negeri 1 Kupang biasanya bertema masalah keluarga, dimana mereka mengeluhkan bahwa orang tua selalu menggunakan cara yang bersifat otokratis saat berkomunikasi dengan anak sehingga mereka kurang diberikan kesempatan oleh orang tua untuk menentukan jalan hidupnya sendiri tetapi selalu mengikuti kehendak orang tua. Orang tua selalu mengambil keputusan yang menurut anak tidak sesuai dengan keinginan mereka. Oleh karena itu kadang anak merasa bahwa suatu keputusan hanya diambil oleh orang tua tanpa melihat keinginan dari anak itu sendiri.

Keputusan penting yang selalu diambill oleh orang tua lebih tertuju pada memilih program studi, memilih teman pergaulan dan memilih pacar, padahal menurut anak keputusan-keputusan penting seperti inilah yang harus dibicarakan atau dikompromikan dengan anak terlebih dahulu, agar anak pun bisa mengeluarkan pendapat mereka. Karena belum tentu apa yang diputuskan oleh orang tua baik untuk anak, seperti halnya saat anak ingin memilih program studi yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial tetapi orang tua memaksakan anak untuk mengambil program studi yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Alam. Dari ketidakpuasan inilah yang membuat anak sering kali tidak menghargai hidupnya, mereka sering acuh terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai anak, karena menurut mereka apa yang mereka jalankan bukan keinginan mereka tetapi keinginan dari orang tua. Mereka pun merasa bahwa keterlibatan orang tua dalam pengambilan keputusan penting tidak berjalan sesuai dengan fungsi sebagai orang tua yaitu memberikan gambaran dan arahan pada anak untuk berpikir dan mengeluarkan pendapat tetapi lebih mengarah pada pemimpin yang otokratis. Kehidupan yang kurang memberikan gambaran, arahan dan mengemukakan pendapat kepada anak seperti inilah yang mengakibatkan anak merasa dikucilkan, merasa kurang dihargai bahkan sampai pada ketidakpatuhan terhadap perintah dan keputusan orang tua. Lain halnya dengan anak yang mendapat kesempatan untuk mengeluarkan pendapat dan ikut serta dalam pengambilan keputusan penting. Mereka lebih tekun dalam menjalankan

keputusan tersebut, dan lebih menghargai kehidupan mereka. Data ini dapatkan dari wawancara yang peneliti lakukan pada siswi SMA Negeiri 1 Kupang. Dapat dilihat juga dari kehidupan keseharian, anak yang kurang mendapatkan kesempatan untuk bersama-sama dengan orang tua dalam menentukan keputusan penting mereka lebih cenderung bersifat arogan dan kurang menghargai orang lain dalam menjalankan hidupnya dibandingkan dengan anak yang mendapatkan kesempatan oleh orang tua dalam penetuan keputusan penting, mereka lebih serius, lebih sopan dan lebih menghargai orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Kalau dilihat dari ilmu komunikasi bahwa segala sesuatu bisa berjalan dengan baik apabila terdapat suatu intensitas komunikasi dalam keluarga, sehingga semua anggota keluarga merasa puas dengan apa yang sudah diputuskan bersama. Melihat fenomena tersebut, maka penulis merasa terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul Komunikasi antara oang tua dan anak dalam menetapkan keputuasan penting (Studi kasus pada pada siswa siswi SMA Negeri I Kupang). 1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana komunikasi antara orang tua dan anak siswa-siswi SMA Negeri 1 Kupang dalam menetapkan keputusan penting? 1.3 Tujuan Penelelitian Untuk memperoleh pengetahuan tentang komunikasi antara orang tua dan anak siswa-siswi SMA Negeri 1 Kupang dalam menetapkan keputusan penting. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan hasil penelitian ini dibedakan atas aspek teoritis dan aspek praktis. Kegunaan teoritis berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan kegunaan praktis berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dari berbagai pihak yang membutuhkannya. 1.4.1 Kegunaan Teoritis Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan teori ilmu komunikasi umumnya dan pengembangan komunikasi antarpribadi khususnya. Melengkapi kepustakaan pada FISIP Unwira Kupang. 1.4.2 Kegunaan Praktis Bagi orang tua, untuk menambah informasi tentang komunikasi anatara orang tua dan anak dalam menetapkan keputusan penting.

Bagi anak, untuk menjadi landasan untuk melakukan komunikasi dengan orang tua untuk menetapkan keputusan penting. 1.5 Karangka Pikiran, Asumsi dan Hipotesis 1.5.1 Karangka Pikiran Kerangka berpikir penelitian merupakan penalaran yang dikembangkan dalam memecahkan masalah penelitian ini. Kerangka pikiran pada dasarnya menggambarkan jalan pikiran dan landasan rasional dari pelaksanaan penelitian tentang keterlibatan orang tua dalam menetapkan keputusan penting bagi anaknya. Dalam proses komunikasi tidak mungkin secara langsung terjadi kesepahaman makna, karena setiap manusia mempunyai penerimaan dan penafsiran yang berbeda-beda. Adanya perbedaan pemikirandalam diri manusia, maka diperlukan sebuah komunikasi antarpribadi yang efektif. Dalam komunikasi antarpribadi yang efektif akan berlangsung dua arah dan tatap muka, memungkinkan para pelaku komunikasi untuk menangkap reaksi balik secara langsung baik verbal maupun non verbal, karena dalam situasi ini komunikasi bersifat dialogis sehingga dapat menimbulkan keterbukaan, rasa saling percaya serta suasana keakraban. Terlebih lagi dalam sebuah lingkungan keluarga, komunikasi antara orang tua dan anak sangat penting dan perlu didukung adanya komunikasi antarpribadi yang efektif secara face to face.

Komunikasi antara orang tua dan anak dikatakan penting karena didalam hubungan yang intim dilingkungan keluarga diperlukan rasa keterbukaan dan rasa saling percaya untuk dapat saling berhubungan dan dapat saling berinteraksi. Sifat-sifat yang mendukung efektivitas komunikasi antarpribadi ditunjukan melalui keterbukaan, empati dan perilaku suportif yang dibutuhkan dalam sebuah keluarga. Setiap individu memiliki kepentingan dan tujuan masing-masing dalam menetapkan keputusan. Di masa remaja anak cenderung bersikap labil, oleh sebab itu anak-anak masih membutuhkan adanya dukungan dan saran terhadap apa yang menjadi pemikiran mereka dalam setiap keputusan yang menyangkut hidup mereka, baik saat ini maupun di masa depan. Keterlibatan orang tua dalam menetapkan keputusan tidak sepenuhnya baik bagi anak, apabila keputusan tersebut diambil secara sepihak tanpa didiskusikan terlebih dahulu, hal ini dapat mengakibatkan ketidakpuasan terhadap anak sehingga anak merasa dianggap belum dewasa dan kurang dipercaya sebagai seorang pribadi yabg cukup dewasa. Akibat perilaku yang lebih mengfokuskan pada pekerjaan yang sebagian besar telah menyita waktu mereka, tanpa disadari hal ini telah mengakibatkan minimnya komunikasi antarpribadi secara tatap muka. Dari uraian tersebut, maka kerangka pikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1 Bagan Kerangka Pikiran Penelitian

Orang Tua Anak Model Komunikasi Topik percakapan Intensitas Pertemuan Frekuensi diskusi Respon komunikasi Penetapan Keputusan 1.5.2 Asumsi Asumsi penelitian merupakan proposisi anteseden dan dalam penalaran yang tersirat dalam kerangka pemikiran yang dijadikan sebagai pegangan peneliti untuk sampai pada kesimpulan penelitian. Adapun asumsi yang dipegang oleh peneliti sebelum melakukan penelitian yaitu, komunikasi antara orang tua dan anak dalam menetapkan keputusan penting pada siswa siswi SMA Negeri I Kupang akan berjalan dengan baik apabila orang tua memberikan kesempatan pada anak dalam memberikan pendapat pada suatu pengambilan keputusan. 1.5.3 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Jadi hipotesis yang dapat peneliti rumuskan pada penelitian ini adalah: Komunikasi antara orang tua dan anak siswa-siswi SMA Negeri 1 Kupang dalam penetapan keputusan penting belum berjalan efektif karena orang tua kurang melibatkan anak dalam pengambilan keputusan penting.