BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Teknologi MR Fluid

dokumen-dokumen yang mirip
SIMULASI MAGNETIK 3D DESAIN MAGNETORHEOLOGICAL MULTICOIL BRAKE MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSOFT MAXWELL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN DINAMOMETER KECIL DENGAN MENGGUNAKAN REM ARUS EDDY

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper

Mesin Arus Bolak Balik

PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

GENERATOR SINKRON Gambar 1

MEDAN IMBAS MAGNET I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Fluks medan magnet dari partikel yang bergerak.

Mesin Arus Bolak Balik

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

BAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya.

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. commit to user

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

UNIVERSITAS INDONESIA PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK DARI GERAK RELATIF PERISAI MAGNETIK TERHADAP MAGNET DAN KUMPARAN SKRIPSI

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Kemagnetan

BAB III PERANCANGAN SISTEM

GAYA LORENTZ Gaya Lorentz pada Penghantar Berarus di dalam Medan Magnet

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

Tahan diguncang gempa

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

MAKALAH PRESENTASI MESIN MESIN LISTRIK KHUSUS MOTOR RELUKTANSI

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

AKTUATOR AKTUATOR 02/10/2016. Rian Rahmanda Putra Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri

BAB II LANDASAN TEORI

1.2 Tujuan Makalah Makalah ini dibuat untuk membantu para taruna-taruni dalam hal memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan medan magnet Bumi.

TUGAS TEKNIK TENAGA LISTRIK KELOMPOK 6 MOTOR INDUKSI 3 PHASA

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ALTENATOR. Gambar 1. Altenator

AKTUATOR. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Aplikasi Transfer Daya Nirkabel

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro

Analisis Motor Reluktansi Tipe Switched Reluctance Motor dengan Sumber Tiga Fasa

Gambar 7.1. Sistem starter pada kendaraan

Bab IV Analisis dan Diskusi

Gambar 2.1. Medan Magnet Suatu Material Magnet[5]

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

OPTIMASI DESAIN PERMANENT MAGNETIC BEARING UNTUK APLIKASI TURBIN ANGIN DAYA 10 KW

BAB I PENDAHULUAN. hasil yang diperoleh semakin baik dan sesuai dengan yang diinginkan.

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Kategori Sifat Material

BAB I PENDAHULUAN. Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut :

PENGARUH PROSES PEMBUATAN INTI LILITAN TERHADAP EFISIENSI MOTOR LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN PERANGKAT LUNAK ANSYS MAXWELL

Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL. Hartoyo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang vibration vibration unbalance air gap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar...

BAB III ANALISIS MASALAH. 3.1 Cara Kerja Sisten Starter Pada Kijang Innova. yang diamati pada Toyota Kijang Innova Engine 1 TR-FE masih bekerja

1 BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan konsumsi energi tidak diimbangi dengan

Mulai. Pengumpulan Data

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

Menu hari ini: Induktansi & Energi Magnetik Material Magnet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik.

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM

MAKALAH MOTOR STEPPER DI BIDANG INDUSTRI

BAB III PERANCANGAN ALAT

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Penggerak Robot. Nuryono S.W. UAD TH22452 ROBOTIKA

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

ARTIKEL PENELITIAN DOSEN MUDA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

LAPORAN SURVEY THROAT RING PLTU SURALAYA #8

ANALISA PENENTUAN AIR GAP TERHADAP PERFORMANCE MOTOR AC APLIKASI MARINE USE OLEH : AGUNG GINANJAR M ( )

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI DESAIN KUMPARAN STATOR PADA GENERATOR SINKRON MAGNET PERMANEN FLUKS AKSIAL TANPA INTI STATOR

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI Selama kira-kira lima tahun belakangan ini terdapat lebih banyak publikasi tentang MRFs daripada electrorheological fluid yang telah disajikan dalam domain publik. Pada awal pengembangan MRFs, hasil yang diperoleh tidak dapat diprediksi, seperti penggambaran penggunaan ketebalan, sedimentasi dan abrasi. Hal ini menciptakan beberapa tantangan awal untuk pengaplikasian pada industri yang didasarkan pada MRFs, terutama untuk aplikasi otomotif. Selama beberapa tahun belakangan ini perilaku stabilitas, sedimentasi dan pengikisan telah dipelajari dibeberapa universitas dan perusahaan di Amerika Serikat (Lord Inc), di Eropa (DEA, BASF, Bayer) dan di Jepang (Bridgestone Inc, Sigma Inc). Aplikasi terbaru dari MRFs seperti peredam, clutch, bantalan aktif sudah beredar ke pasaran dan dalam waktu dekat akan mulai diproduksi (Phillips, 1969). MRFs terdiri dari fluida yang di dalamnya terdapat partikel-partikel feromagnetik yang berukuran nano (Genc, 2000). Partikel-partikel nano ini yang menyebabkan perubahan sifat-sifat pada fluida jika dilakukan suatu treatment tertentu. Elastis pada saat memiliki sifat fluida dan akan semakin plastis jika dialirkan arus (Ismail, 2012). Perubahan struktur parikel feromagnetik menjadi seperti rantai sehingga dapat menaikan viskositas fluida (Seong, 2001). 2.1.1 Prinsip Kerja Teknologi MR Fluid Sifat rheological dari MRFs bergantung pada formulasi bahan kimia dan stabilitas struktur seperti rantai. Material fero berbentuk tidak beraturan, pada saat arus belum diberikan pada fluida. Material tersebut membentuk sebuah rantai, sesaat setelah penerapan arus listrik diberikan,. Secara fisik efek dari MR digambarkan dengan penyederhanaan skematik pada Gambar 2.1 (Grunwald, 2007). Gambar 2.1 Penyederhanaan Skematik MR (Grunwald, 2007) Teknologi MRFs terbagi menjadi berbagai macam bentuk dan penggunaannya, berikut adalah MRFs yang digunakan pada proses simulasi. 4

5 Tabel 2.1 Spesifikasi MRFs (Lord technical data, 2012) Properties MRF-122EG MRF-132DG MRF-140CG Carrier Liquid Hydrocarbon Hydrocarbon Hydrocarbon Filling particle Carbonyl iron Carbonyl iron Carbonyl iron Density g/cm 3 2,28 3,09 3,64 Viscosity, Pa-s @ 40 0,061 ± 0,070 0,112 ± 0,02 0,280 ± 0,070 Solids content by weight, % 72 80,98 85,44 Flash point, o C ( o F) >150 (>302) >150 (>302) >150 (>302) Operating Temperature, o C ( o F) -40 to +130 (- 40 to + 266) -40 to +130 (-40 to + 266) -40 to +130 (- 40 to + 266) Perangkat MRFs memiliki tiga mode kerja dasar: mode katub, mode geser, dan mode squeeze. Prinsip kerja mode katup, MRFs berada pada tengah kutub magnet diam, perbedaan tekanan menimbulkan aliran, hambatan aliran dikendalikan oleh medan magnet, perangkat mode katup meliputi, dan peredam (shock absorber). Dalam mode geser, ada gerakan relatif antara kutub, gerakan ini membuat MRFs menjadi bergeser, tegangan geser dapat diubah dengan mengubah intensitas medan magnet, perangkat modus geser meliputi rem dan kopling, dll. Sedangkan pada mode squeeze, arah kutub magnet "bergerak sejajar dengan garis induksi magnetik, keadaan MRFs menjadi meregang dan terkompresi, secara umum, meskipun perpindahan kutub magnet kecil, tapi itu bisa menghasilkan resistensi besar, biasanya digunakan sebagai peredam getaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Olabi, 2007). Gambar 2.2 Operasi mode cairan magnetorheological; (a) mode aliran, (b) mode geser secara langsung, dan (c) modus squeeze, di mana F, P, D, dan B mewakili kekuatan, tekanan, aliran, perpindahan, kecepatan, dan medan magnet yang diterapkan, masingmasing model (Olabi, 2007)

6 2.1.2 Prinsip Kerja MR Brake Ilustrasi tiga dimensi dari konfigurasi dasar dari desain MRB ditunjukkan pada Gambar 2.3. Ini terdiri disk yang berputar dalam cairan MR tertutup pada casing yang tertutup. Potongan dibuat untuk menyoroti penampang yang dimodelkan dan dianalisis terlihat pada Gambar 2.3. 1 2 5 7 3 6 4 1. Shaft 2. Ring 3. Disk 4. Surrounding air 5. Casing 6. Coil 7. MR fluid gap Gambar 2.3 Prinsip kerja MRB (Smith, 2007) Proses simulasi yang dilakukan menghasilkan fluks magnetik dengan satuan tesla. Ilustrasi dua dimensi dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 menilustrasikan aliran fluks magnetic yang dihasilkan oleh perangkat yang digunakan. Koil memproduksi fluks pada semua luasan yang tercover tepat dibawahnya, sepanjang diameter dari koil itu sendiri. Magnetic circuit diturunkan dari satu loop yang diciptakan menggunakan hukum Kirchof. Simbol Rcoil1, Rcoil2, Rconect, Rdisk, Rmrfluid menyatakan reluktansi dari inti 1 dan 2, reluktansi dari penghubung, reluktansi dari disk, serta reluktansi dari fluida MR. Reluktansi pada setiap part dapat dihitung dengan: L A (2.1) dimana, L adalah panjang efektif yang dilewati oleh fluks magnetik pada setiap bagian, μ ialah sifat magnetik dan A adalah area dari fluks magnetik. Sedangkan, total dari gaya magnetomotive adalah penjumlahan dari gaya magnetomotive seluruh bagian pada satu loop penuh. Beberapa pengembangan telah dilakukan oleh para peneliti untuk menemukan desain MRB. Desain drum terbalik digunakan pada banyak aplikasi-aplikasi pada prototype truck fan drive yang dibuat oleh General Motors (Smith, 2007).

7 Pengaplikasian pada rem yang terhubung dengan flywheel yang digunakan pada alat untuk melatih otot (Carlson, 2001). Pada Gambar 2.4 menunjukkan posisi koil yang terletak di dalam maupun di luar fluida. Pada desain drum bertujuan untuk memperluas bidang yang berpapasan langsung dengan fluida. Semakin besar luas penampang yang kontak langsung dengan fluida maka akan menambah besar nilai torsi pengereman. Gambar 2.4 Prinsip kerja magnetorheological drum brake (Carlson, 2011) Penulis lain juga memperkenalkan beberapa desain disk yang membentuk huruf T yang bertujuan untuk meningkatkan bagian yang kontak dengan disk (Luchesi, 2004). Pada desain Gambar 2.5 menunjukkan koil diletakan pada tepi-tepi disk yang berbentuk T. Pada desain tersebut sangatlah sulit untuk membuat serta pengantian suku cadang. Gambar 2.5 Prinsip kerja magnetorheological T-shaped brake (Carlson, 2011)

8 Selain mengembangkan variasi desain pada disk, akhir-akhir ini para peneliti juga mengembangkan pada variasi jumlah coil. Jumlah coil ditambahkan bertujuan untuk meningkatkan besar fluks magnetik yang dapat juga meningkatkan performa dari MRB. Beberapa ilmuan memperkenalkan desain menggunakan coil di dalam housing dan beberapa yang lainya menempatkan coil di luar dari housing. Pada desain MRB sebelum-sebelumnya, coil diletakan pada house yang berbentuk silinder. Hasilnya, terdapat banyak kekurangan yang didapatkan, seperti masalah bottle-neck pada fluks magnetik dan kesulitan pada pembuatan maupun dalam pemasangan. Penyelesain masalah tersebut dilakukan pada penelitian konfigurasi baru dari MRB dengan penempatan coil pada sisi housing. Menunjukkan bahwa fluks magnetik yang dihasilkan dapat meningkat, mudah untuk pembuatan, pengujian serta pemeliharaan jika dibandingkan dengan sebelumnya (Nguyen, 2015). Gambar 2.6 Prinsip kerja multi-sided coil MRB (Nguyen, 2015) Koil tambahan sebanyak 6 buah yang posisinya lateral pada disk yang digunakan. Koil diletakan pada luar maupun dalam dari fluida. Seperti yang dapat dilihat dari Gambar 2.6 aliran fluks magnetik pada tiap coil saling terhubung. Gambar 2.7 menjelaskan prinsip kerja MRB multicoil. Desain tersebut diharapkan terjadinya peningkatan fluks magnetik yang signifikan, sehingga dapat meningkatkan performa desain tersebut.

9 Gambar 2.7 Prinsip kerja multi-coil MRB (Nguyen, 2015) 2.2 Permodelan dengan Metode Elemen Hingga Sebuah model elemen hingga (FEM) dari MRB dikembangkan menggunakan ANSYS untuk mengetahui tingkah lakunya secara akurat. Model ini adalah model multiphysics yang dapat menghitung magnetostatics, aliran MRFs, perpindahan panas, respon struktural dalam MRB. Karena sifat MRB yang berbeda-beda, dengan kehadiran program nonlinier seperti saturasi magnetik dan perilaku dari cairan non- Newtonian dan tidak adanya solusi dengan bentuk tertutup, pemodelan elemen terbatas dan analisis essential design step. Prosedur analisis elemen hingga terdiri dari Studi magnetostatics diikuti oleh computational fluid dynamics (CFD) yang dapat disimulasikan di ANSYS. Dapat memberikan distribusi medan magnet pada MRB, yang memungkinkan penentuan tegangan luluh. Distribusi medan magnet kemudian dihubungkan ke dalam permodelan CFD, untuk menghitung tekanan geser dinding gesekan yang diberikan pada dinding dan pada permukaan disk-suhu distribusi dalam MRB. Langkah pertama dalam pemodelan elemen hingga adalah menentukan geometri dasar pada rem. Pemodelan menggunakan axisymmetric, yang berarti bahwa geometri, sifat material dan beban semua konsisten sepanjang arah tangensial. Simulasi magnetostatics, B-H (kepadatan magnetik fluks vs besar luasan yang digunakan) kurva magnet untuk dua MRFs diperoleh dari spesifikasi pabrik dan kurva B-H untuk elemen baja (SAE 1018 baja) yang digunakan sebagai material untuk membentuk casing dan disk (s) adalah diperoleh dari pustaka bahan pada

10 ANSYS. Baja adalah yang ideal dengan reluctance rendah (atau permeabilitas magnet yang tinggi) arah fluks yang dapat dibentuk dan fokus pada fluks magnetik kedalam celah MRFs. 2.3 Sebaran Fluks Magnetik Hasil simulasi magnetik secara dua dimensi yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 dan Gambar 2.9. Jelas terlihat bahwa pada kedua desain, sebagian besar cairan MR di permukaan silinder rotor ditembus secara ortogonal oleh fluks magnetik dari 12 kutub yang berada disekitarnya. Inner-rotor brake, kumparan menghasilkan kekuatan medan magnet yang lebih tinggi daripada outer-rotor brake. Hal ini disebabkan jalur yang dilewati inner-rotor brake lebih pendek jika dibandingkan dengan outer-rotor brake. Hasil ini sejalan dengan konsep operasi dasar sebaran fluks magnetik dimana fluks perjalanan dalam sebuah loop tertutup (Shiao, 2013). Gambar 2.8 Sebaran Fluks Magnetik pada inner-rotor MRB (Shiao, 2013) Gambar 2.9 Sebaran Fluks Magnetik pada outer-rotor MRB (Shiao, 2013)