I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun perusahaan yang telah go public akan menerbitkan laporan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

Disusun oleh : Nama : Lonella Dwita NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Widyatmini, SE., MM.

Nama : Nurlita NPM : Pembimbing : Rini Tesniwati,SE.,MM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. corporate governance dan budaya perusahaan terhadap corporate risk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan sampel seluruh perusahaan High-Intellectual

PENGARUH MEKANISMECORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDITOR, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keputusan investasi terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Consumer

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

: Suriana Juniarti NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Sugiharti Binastuti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Berdasarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kriteria sesuai dengan teknik purposive sampling. Sumber data yang

Fildza Aqmarina Imanda. II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu suatu metode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif. Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dengan jumlah

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sum, kurtosis dan skewness atau kemencengan distribusi (Ghozali, 2011). Variabel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang lebih sedikit. Hal ini

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

CHAIRUNNISA NURSANI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini objek penelitian dipilh dengan metode purposive

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. perusahaan publik yang terdaftar berjumlah 393 perusahaan. Sampel dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bidang consumer and goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

DAFTAR LAMPIRAN. Data Variabel Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku. Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selanjutnya akan membahas mengenai penelitian tentang pengaruh komisaris

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. purposif. Deskripsi dari masing-masing variabel penelitian sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV HASIL PENGUJIAN. yang terdapat dalam delapan jenis industri yang berbeda-beda. Kedelapan jenis industri

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hasil analisis statistik secara umum dari data yang digunakan: Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP PRODUKTIVITAS PADA SEKTOR MANUFAKTUR DI INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjelaskan karakteristik sampel terutama yang mencakup nilai rata-rata (mean),

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Penggunaan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran data yang akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. berturut-turut terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun 2013-

III.METODE PENELITIAN. go public yang melakukan pengungkapan informasi dalam annual report-nya dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari data-data sekunder berupa laporan keuangan yang telah diperoleh, maka

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. variabel terikat adalah sebagai berikut : Hasil statistik deskriptif pada tabel 4.1 menunjukkan :

Cahaya Fajrin R Pembimbing : Dr.Syntha Noviyana, SE., MMSI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang akurat. Berdasarkan statistik deskriptif diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan atau mendeskripsikan suatu data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun pengamatan dan harus memiliki laba bersih positif.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. data yang sudah dikumpulkan dalam penelitian ini.berikut hasil analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor

WIWI WIDIA NINGSIH 2C EB19

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan adalah Laporan Laba-Rugi, Laporan Posisi Keuangan, dan Catatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, free cash flow dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINDAKAN PAJAK AGRESIF (STUDI PADA ENTITAS PUBIK SEKTOR MANUFAKTUR)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Nama : Nurmala Ekatami NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Bambang Darmadi, SE., MM.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH KURS MATA UANG ASING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

HASIL UJI REGRESI PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. Descriptive Statistics

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan ditampilkan secara sendiri-sendiri. Penelitian ini mengunakan alat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

1 PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN PROPRIETARY COST TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2015) YONA LUKSANDY UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ABSTRACT This study aims to analyze the influence of corporate governance mechanism and proprietary cost toward voluntary disclosure and the implication on firm value. The population in this study are all of componies listed on the Stock Exchange in the period of 2015. In this study, sample of 105 companies were selected using purposive sampling. Analysis tool used in this study is the Multiple Regression Analysis (MRA) and Simple Regression Analysis (SRA). This result is indicate that the size of the board of commissioners has positive effect on voluntary disclosure with a significantly level of 0,00. The voluntary disclosure has positive effect on the firm value with a significantly level of 0,00. The institutional ownership, the managerial ownership, proprietary cost, and the proportion of independent commissioners has no significantly effect on voluntary disclosure. Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Proprietary Cost, The Proportion of Independent Comissioners, size of the Board of Commissioners, Voluntary Disclosure, Firm Value. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun perusahaan yang telah go public akan menerbitkan laporan tahunan. Laporan tahunan merupakan media informasi yang menghubungkan komunikasi entitas bisnis dengan pihak-pihak yang berkepentingan (shareholders). Informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi wajib yang harus dipenuhi berdasarkan peraturan Bapepam No.KEP-431/BL/2012 atau yang disebut sebagai pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang dilakukan perusahaan selain dari apa yang diwajibkan oleh peraturan atau yang

2 disebut sebagai pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Luas pengungkapan sukarela masih sedikit dilakukan oleh perusahaan di Indonesia dibuktikan dengan beberapa hasil penelitian, penelitian Nabor dan Suardana (2014) menemukan rata-rata pengungkapan sebesar 19,38%, dan penelitian Nugroho dan Poluan (2015) menunjukkan bahwa rata-rata pengungkapan sukarela sebesar 42,15%. Berdasarkan kenyataan yang ada seharusnya perusahaan lebih transparansi dan megungkapkan secara sukarela atas laporan yang diterbitkan agar memberikan informasi kepada para investor sebagai dasar pengambilan keputusan investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan serta berguna bagi perusahaan untuk menilai bagaimana reaksi investor terhadap pengumuman informasi akuntansi yang disajikan. Dalam Al-Qur an dijelaskan bahwa pencatatan laporan harus pasti dan tidak ada unsur penipuan, ayat yang menjeleskan yaitu surah Asy-Syu ara ayat 181-183 sebagai berikut: أ و ف وا ال ك ي ل و ل ت ك ون وا م ن ال م خ س ر ين ١٨١ و ز ن وا ب ال ق س ط اس ال م س ت ق يم ١٨٢ و ل ت ب خ س وا الن اس أ ش ي اءه م و ل ت ع ث و ا ف ي ا ل ر ض م ف س د ين ١٨٣ Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan; 181. dan timbanglah dengan timbangan yang lurus; 182. dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu

3 merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan 183. ( Asy-Syu ara:181-183). Luas pengungkapan sukarela dapat dipengaruhi oleh mekanisme corporate governance. Mekanisme corporate governance diperlukan untuk pengendalian dan pengawasan terhadap manajer dalam mengelola perusahaan untuk menjamin bahwa perusahaan telah mengungkapkan informasi secara transparan dan sukarela kepada shareholders. Informasi yang diberikan akan ditunjukkan dalam tingkat pengungkapan, bahwa semakin baik mekanisme corporate governance maka akan semakin banyak informasi yang diungkapkan. Mekanisme corporate governance dapat diproksikan dengan beberapa indikator seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris yang diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Hal lain yang dapat memengaruhi perusahaan dalam melakukan pengungkapan sukarela adalah proprietary cost. Proprietary cost merupakan biaya yang timbul karena informasi privat yang diungkapkan oleh perusahaan yang dapat digunakan pesaing, sehingga membahayakan posisi kompetitif perusahaan (Sari, 2012). Nabor dan Suardana (2014) juga menyatakan bahwa pertimbangan biaya seperti halnya proprietary cost menjadi perhatian perusahaan dalam melakukan pengungkapan sukarela. Pengungkapan sukarela diharapkan dapat menjadi good news bagi investor atau pemegang saham sehingga dapat membentuk nilai perusahaan

4 (Arisanti dan Daljono, 2014). Uyar dan Merve (2012) mengemukakan bahwa semakin banyak informasi yang diungkapan dalam pengungkapan sukarela, maka dapat meningkatkan nilai perusahaan dimata investor. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini berjudul Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Proprietary Cost Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Serta Implikasinya Terhadap Nilai Perusahaan. Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela? 2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela? 3. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela? 4. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela? 5. Apakah proprietary cost berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela? 6. Apakah luas pengungkapan sukarela berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan?

5 II. METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015. B. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan tahunan dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015. C. Teknik Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang mempunyai tujuan atau target tertentu. Adapun kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015. 2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan pada tahun 2015. 3. Perusahaan tersebut menyajikan seluruh informasi data yang diperlukan dalam pengukuran variabel yang digunakan pada laporan tahunan. 4. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode arsip (dokumentasi). Data ini diperoleh dari website resmi BEI yaitu www.idx.co.id sedangkan data lainnya yaitu referensi dari jurnal yang mendukung penelitian ini.

6 E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen a. Luas Pengungkapan Sukarela Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diwajibkan oleh peraturan atau standar akuntansi yang berlaku. Luas pengungkapan sukarela diukur menggunakan indeks pengungkapan sukarela. Daftar item pengungkapan sukarela mengacu pada penelitian Wulandari (2015) dengan jumlah item pengungkapan sukarela 33 item yang tidak diwajibkan menurut peraturan Bapepam No: Kep-431/BL/2012. Indeks Pengungkapan Sukarela (IPS) didapatkan dengan membandingkan jumlah item yang diungkapkan masing-masing perusahaan dengan jumlah maksimum dari item yang digunakan dalam penelitian ini. Sehingga dirumuskan sebagai berikut: IPS = Jumlah item yang diungkapkan Jumlah seluruh item indeks b. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar saham perusahaan. Perhitungan nilai perusahaan (NIP) diukur dengan price book value (PBV) (Setiani, 2013) yang dirumuskan sebagai berikut: PBV = Harga pasar saham Nilai buku per lembar saham x 100 %

7 2. Variabel Independen a. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Nugroho dan Poluan, 2015). Kepemilikan manajerial pengukurannya dirumuskan sebagai berikut: Jumlah saham manajemen KMA = Seluruh saham perusahaan yang beredar b. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional seperti pemerintah, perusahaan, asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain (Juniarti, 2009). Kepemilikan institusional pengukurannya dirumuskan sebagai berikut: Jumlah saham Institusi KIN = Seluruh saham perusahaan yang beredar c. Proporsi komisaris independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan pemegang saham yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (Sari, 2012). Proporsi komisaris independen pengukurannya dirumuskan sebagai berikut: Jumlah komisaris independen KID = Total dewan komisaris

8 d. Ukuran dewan komisaris Dewan komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberikan nasehat kepada direksi. Ukuran dewan komisaris diproyeksikan dengan jumlah seluruh dewan komisaris yang ada dalam perusahaan. e. Proprietary Cost Proprietary cost merupakan cost yang timbul karena informasi privat yang diungka pkan oleh perusahaan dapat digunakan pesaing, sehingga membahayakan posisi kompetitif perusahaan atau mengurangi competitive advantage perusahaan (Sari, 2012). Proprietary cost merupakan pertimbangan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan dan manfaat yang bisa didapatkan dari pengungkapan sukarela suatu perusahaan. Pengukurannya menggunakan Industry Herfindahl Index (IHERF) (Sari, 2012) yaitu: IHERF j = [ S 2 ij ] S j n i=1 Keterangan: IHERFj = Ukuran konsentrasi industri pada industrii yang dimasuki oleh perusahaanj (Proprietary Cost) Sij = Nilai penjualan Perusahaan Sj = Jumlah seluruh penjualan di industri n = Jumlah Industri

9 F. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan suatu data sehingga menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami. Dengan analisa ini akan dihasilkan ratarata (mean), standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum. 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas. 3. Uji Hipotesis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana (Simple Regression Analysis) dan regresi linear berganda (Multiple Regression Analysis) karena terdapat dua model penelitian. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis stastistik yaitu analisis regresi. Analisis regresi yang dilakukan adalah uji R 2, uji F dan uji t.

10 Model 1 Persamaan regresi berdasrkan model dirumuskan sebagai berikut: IPS = α + KMAβ 1 + KINβ 2 + KIDβ 3 + UDKβ 4 + PRCβ 5 + e Keterangan : IPS = Indeks Luas Pengungkapan Sukarela α = Konstanta (Tetap) β1-6 = Koefisien Regresi KMA = Proporsi Kepemilikan Manajerial KIN = Proporsi Kepemilikan Institusional KID = Proporsi Komisaris Independen UDK = Ukuran Dewan Komisaris PRC = Proprietary Cost e = Error (Kesalahan Pengganggu) Model 2 NIP = α + IPSβ + e Keterangan : NIP = Nilai Perusahaan α = Konstanta (Tetap) β = Koefisien Regresi IPS = Indeks Luas Pengungkapan Sukarela e = Error (Kesalahan Pengganggu) III. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Tabel 4.1 Perhitungan Sampel Penelitian No. Kriteria Jumlah 1 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015 532 2 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan tahunan (annual report) pada tahun 2015 79 3 Perusahaan yang tidak menyajikan seluruh informasi dengan data yang diperlukan dalam pengukuran variabel yang 337 digunakan pada laporan tahunan. 4 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember. 6 5 Data Outlier 5 Jumlah sampel perusahaan 105

11 A. Analisis Statistik Deskriptif Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif Model Penelitian 1 N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KMA 105 0,00 0,70 0,05 0,11 KIN 105 0,00 0,95 0,50 0,28 KID 105 0,17 0,75 0,41 0,11 UDK 105 2,00 8,00 4,21 1,57 PRC 105 0,00 0,04 0,00 0,01 IPS 105 0,33 0,76 0,52 0,08 Valid N (listwise) 105 Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif Model Penelitian 2 N Minimum Maximum Mean Std. Deviation IPS 105 0,30 0,80 0,52 0,08 NIP 105 0,00 5,00 1,17 1,12 Valid N (listwise) 105 B. Uji Asumsi Klasik 1. Analisis Uji Asumsi Klasik Model Penelitian 1 a. Uji Normalitas Tabel 4.4 Uji Normalitas Model Penelitian 1. Unstandardized Residual N 105 Normal Parameters(a,b) Mean 0,00 Std. Deviation 0,71 Most Extreme Differences Absolute 0,64 Positive 0,64 Negative -0,03 Kolmogorov-Smirnov Z 0,66 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,78

12 Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai sig. > 0,05. Berdasarkan Tabel 4.4 nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,78 berada di atas 0,05. Hal ini berarti data berdistribusi normal. b. Uji Autokorelasi Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Model Penelitian 1 Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 0,34(a) 0,11 0,068 0,07316 1,855 a Predictors: (Constant), PRC, KIN, KID, UDK, KMA b Dependent Variable: IPS Data yang tidak terjadi Autokorelasi harus memenuhi asumsi du<dw<4-du. Hasil uji autokorelasi pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 1,7827<1,855<4-1,7827. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terjadi autokorelasi. c. Uji Multikolinearitas Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas Model Penelitian 1 Unstandardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics Β Std. Error Tolerance VIF (Constant) 0,47 0,04 12,81 0,00 KMA -0,12 0,07-1,80 0,08 0,90 1,11 KIN -0,03 0,03-1,14 0,26 0,87 1,15 KID 0,02 0,07 0,24 0,81 0,99 1,01 UDK 0,01 0,01 3,04 0,00 0,94 1,07 PRC -0,03 1,40-0,02 0,98 0,97 1,03 a Dependent Variable: IPS

13 Data dikatakan tidak terjadi multikolinearitas jika nilai VIF < 10. Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai VIF yang dimiliki masing-masing variabel berada dibawah 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model peneitian pertama tidak terjadi multikolinearitas. d. Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas Model Penelitian 1 Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t Sig. Std. Β Beta Error (Constant) 0,07 0,02 3,01 0,00 KMA -0,02 0,04-0,04-0,40 0,69 KIN -0,02 0,02-0,09-0,81 0,42 KID -0,03 0,04-0,06-0,62 0,54 UDK 0,00 0,00 0,05 0,46 0,64 PRC -0,07 0,87 0,00 0,09 0,93 a Dependent Variable: ABS_RES Data dikatakan tidak terkena heteroskedastisitas jika nilai Sig. > 0,05. Hasil uji heteroskedastistas melalui uji glejser pada Tabel 4.7 menunjukkan hasil bahwa nilai probabilitas signifikansi masing-masing variabel berada di atas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model penelitian pertama tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

14 2. Analisis Uji Asumsi Klasik Model Penelitian 2 a. Uji Normalitas Tabel 4.8 Uji Normalitas Model Penelitian 2 Unstandardized Residual N 105 Normal Parameters(a,b) Mean 0,00 Std. Deviation 0,99 Most Extreme Differences Absolute 0,22 Positive 0,22 Negative -0,12 Kolmogorov-Smirnov Z 2,26 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,00 Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai sig. > 0,05. Berdasarkan Tabel 4.8 nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,00 berada dibawah 0,05. Hal ini berarti data tidak berdistribusi normal. Namun hasil data tersebut tetap dapat digunakan untuk menguji hipotesis karena jumlah data dalam penelitian lebih dari 100 sampel sehingga asumsi normalitas bukan sesuatu yang penting untuk data yang lebih dari 100, data tetap diasumsikan normal (Gujarati, 2004) b. Uji Autokorelasi Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Model Penelitian 2 Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1,466(a),217,210 0,99738 1,795 a Predictors: (Constant), IPS b Dependent Variable: NIP

15 Data yang tidak terjadi Autokorelasi harus memenuhi asumsi du<dw<4 - du. Hasil uji autokorelasi pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa 1,7011<1,795<4-1,7011. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terjadi autokorelasi. c. Uji Multikolinearitas Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas Model Penelitian 2 Unstandardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics Β Std. Error Tolerance VIF (Constant) -2,32,66-3,51,00 IPS 6,76 1,26 5,35,00 1,00 1,00 a Dependent Variable: NIP Data dikatakan tidak terjadi multikolinearitas jika nilai VIF < 10. Hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai VIF yang dimiliki variabel luas pengungkapan sukarela (IPS) berada dibawah 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model peneitian kedua tidak terjadi multikolinearitas. d. Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisitas Model Penelitian 2 Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Β Std. Error Beta (Constant) 0,05 1,23 0,04 0,97 IPS 2,88 1,79 0,16 1,61 0,11 a Dependent Variable: RES

16 Data dikatakan tidak terkena heteroskedastisitas jika nilai Sig. > 0,05. Hasil uji heteroskedastistas pada Tabel 4.11 yang menggunakan uji park menunjukkan hasil bahwa nilai probabilitas signifikansi variabel luas pengungkapan sukarela (IPS) sebesar 0,11 berada di atas 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model penelitian kedua tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) 1. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) a. Analisis Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Model Penelitian 1 Tabel 4.12 Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Model Penelitian 1 Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 0,34(a) 0,11 0,068 0,07316 1,855 a Predictors: (Constant), PRC, KIN, KID, UDK, KMA b Dependent Variable: IPS Berdasarkan Tabel 4.12 nilai Adjusted R 2 sebesar 0,068 atau 6,8% yang artinya variabel kepemilikan manajerial (KMA), kepemilikan institusional (KIN), proporsi komisaris independen (KID), ukuran dewan komisaris (UDK), dan proprietary cost (PRC) dapat menjelaskan variabel luas pengungkapan sukarela (IPS) sebesar 6,8%. Sisanya dijelaskan oleh variabel lain.

17 b. Analisis Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Model Penelitian 2 Tabel 4.13 Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Model Penelitian 2 R Adjusted R Std. Error of Durbin- Model R Square Square the Estimate Watson 1,466(a),217,210 0,99738 1,795 a Predictors: (Constant), IPS b Dependent Variable: NIP Berdasarkan Tabel 4.13 nilai R 2 sebesar 0,217 atau 21,7% yang artinya variabel luas pengungkapan sukarela (IPS) dapat menjelaskan variabel nilai perusahaan (NIP) sebesar 21,7%. Sisanya dijelaskan oleh variabel lain. 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Tabel 4.14 Uji F Model Penelitian 1 Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 0,07 5 0,01 2,51 0,03(a) Residual 0,53 99 0,00 Total 0,60 104 a Predictors: (Constant), PRC, KIN, KID, UDK, KMA b Dependent Variable: IPS Data memiliki pengaruh secara simultan antara variabel independen dan variabel dependen jika nilai sig. < 0,05. Berdasarkan Tabel 4.14 nilai sig. sebesar 0,03 yang artinya berada dibawah 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan

18 proprietary cost memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap luas pengungkapan sukarela. 3. Uji Signifikansi Parameter Individual berikut: Adapun hasil pengujian hipotesis penelitian ini dapat dilihat dalam tabel Tabel 4.15 Uji t Model Penelitian 1 Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. t Sig. Β Error Beta (Constant) 0,47 0,03 12,81 0,00 KMA -0,12 0,07-0,18-1,80 0,08 KIN -0,03 0,03-0,12-1,14 0,26 KID 0,02 0,07 0,02 0,24 0,81 UDK 0,01 0,01 0,30 3,04 0,00 PRC -0,03 1,40-0,00-0,02 0,98 a Dependent Variable: IPS Tabel 4.16 Uji t Model Penelitian 2 Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t Sig. Std. Β Beta Error (Constant) -2,32 0,66-3,51,00 IPS 6,76 1,26 0,47 5,35,00 a Dependent Variable: NIP a. Kepemilikan Manajerial dan Luas Pengungkapan Sukarela Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.15 nilai sig. untuk variabel kepemilikan

19 manajerial (KMA) 0,08 > alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar - 0,12. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial (KMA) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis pertama (H1) ditolak. Hasil ini konsisten dengan penelitian Nugroho dan Poluan (2015) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikian terhadap luas pengungkapan sukarela disebabkan jumlah kepemilikan manajerial yang cenderung kecil dalam struktur kepemilikan saham perusahaan. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata persentase kepemilikan manajerial di perusahaan sampel masih tergolong rendah yaitu 5,43%. Jumlah kepemilikan yang cenderung kecil membuat manajemen kurang memiliki hak suara dibanding pemegang saham mayoritas dalam rapat umum pemegang saham perusahaan. Sehingga pihak manajemen tidak punya kendali untuk menentukan informasi yang harus diungkapkan oleh perusahaan. b. Kepemilikan Institusional dan Luas Pengungkapan Sukarela Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.15 nilai sig. untuk variabel kepemilikan institusional (KIN) 0,26 > alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar -

20 0,03. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional (KIN) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis kedua (H2) ditolak. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Poluan (2015) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata persentase kepemilikan institusional di perusahaan sampel tergolong tinggi yaitu 50,41%. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela disebabkan pemegang saham pengendali tidak terlalu tertarik terhadap pengungkapan informasi karena pemegang saham pengendali bisa langsung mengakses informasi yang dibutuhkan secara langsung ke perusahaan tanpa melalui laporan tahunan. Selain itu, informasi penting sengaja ditahan oleh pemegang saham mayoritas agar informasi tersebut tidak dimanfaatkan oleh pesaing perusahaan. c. Proporsi Komisaris Independen dan Luas Pengungkapan Sukarela Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.15 nilai sig. untuk variabel proporsi komisaris independen (KID) 0,81 > alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,02. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel proporsi komisaris independen

21 (KID) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis ketiga (H3) ditolak. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani dan Riznawaty (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Proporsi komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela disebabkan oleh belum efektifnya fungsi komisaris independen sebagai pengawas dikarenakan pengangkatan komisaris independen hanya untuk memenuhi aturan corporate governance (Arifah, 2012). Selain itu semakin besar proporsi komisaris independen tidak menjamin terwakilnya kepentingan pemegang saham sehingga fungsi pengawasan dan pengendalian manajemen tingkat atas yang diharapkan tidak berjalan dengan baik dan berdampak pada kurangnya dorongan terhadap manajemen untuk melakukan pengungkapan secara sukarela. d. Ukuran Dewan Komisaris dan Luas Pengungkapan Sukarela Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.15 nilai sig. untuk variabel ukuran dewan komisaris (UDK) 0,00 < alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris (UDK)

22 berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis keempat (H4) diterima. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Poluan (2015) yang memukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela. Ukuran dewan komisaris yang besar dalam perusahaan dapat meningkatkan pengungkapan sukarela. Semakin banyak jumlah dewan komisaris suatu perusahaan akan meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen dan transparansi informasi yang lebih besar kepada pihak shareholders. Sehingga dewan komisaris mampu menekan kebijakan direksi untuk melakukan pengungkapan secara lebih luas. e. Proprietary cost dan Luas Pengungkapan Sukarela Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.15 nilai sig. untuk variabel proprietary cost (PRC) 0,98 > alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,03. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel proprietary cost (PRC) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis kelima (H5) ditolak. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Nabor dan Suardana (2014) yang menyatakan bahwa proprietary

23 cost berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan sukarela. Hasil pengujian dalam penelitian ini menemukan bahwa proprietary cost tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Pertimbangan biaya dan maanfaat yang akan diterima tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Para pihak manajemen tidak mempertimbangkan biaya serta manfaat dari pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan karena takut akan mengeluarkan banyak biaya daripada manfaat yang akan diterima perusahaan. f. Luas Pengungkapan Sukarela dan Nilai Perusahaan Uji signifikansi dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi dan nilai koefisien beta (β). Jika nilai signifikan < 0,05 dan nilai koefisien beta (β) searah dengan hipotesis yang diajukan maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.16 nilai sig. untuk variabel luas pengungkapan sukarela (IPS) 0,00 < alpha 0,05 dengan nilai koefisien regresi sebesar 6,76. Hal tersebut menunjukkan bahwa luas pengungkapan sukarela (IPS) berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan (NIP). Sehingga hipotesis keenam (H6) diterima. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Arisanti dan Daljono (2014) yang menemukan bahwa pengungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Tingkat pengungkapan yang tinggi artinya informasi yang diungkapkan lebih banyak sehingga dapat menjadi kabar baik bagi investor. Semakin banyak informasi yang diungkapkan, investor semakin banyak mengetahui keadaan

24 perusahaan sehingga semakin banyak hal yang dapat dipertimbangkan untuk keputusan investasi. Selain itu, semakin luas pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan akan menurunkan kesalahan dalam memprediksi kinerja saham suatu perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pengujian dari data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS Statistic 15.0, maka penelitian menyimpulkan bahwa: 1. Kepemilikan manajerial (KMA) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis pertama (H1) ditolak. 2. Kepemilikan institusional (KIN) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis kedua (H2) ditolak. 3. Proporsi komisaris independen (KID) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis ketiga (H3) ditolak. 4. Ukuran dewan komisaris (UDK) berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis keempat (H4) diterima. 5. Proprietary cost (PRC) tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela (IPS). Sehingga hipotesis kelima (H5) ditolak.

25 6. Luas pengungkapan sukarela (IPS) berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan (NIP). Sehingga hipotesis keenam (H6) diterima. B. Saran Penelitian ini memiliki saran untuk perusahaan dan para peneliti selanjutnya sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan Perusahaan disarankan untuk meningkatkan transparansi informasi untuk meningkatkan tingkat pengungkapan sukarela pada pelaporan tahunan, sehingga dapat menarik investor untuk membeli saham perusahaan. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Menambahkan perhitungan dengan sistem pembobotan dalam penilaian indeks pengungkapan sukarela, sehingga menghasilkan penilaian yang lebih relevan. b. Sampel penelitian selanjutnya dapat memasukkan dari semua sektor dengan periode diatas tiga tahun sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi untuk semua perusahaan publik di Indonesia. c. Penelitian selanjutnya dapat memasukkan variabel-variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela, seperti financial distress, kepemilikan asing, komite audit, jumlah rapat komite audit, dan lain-lain.

26 DAFTAR PUSTAKA Andayani, dan Riznawaty, N. F., 2013, Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Perusahaan Manufaktur, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 2, No. 2. Arifah, Amalia, D., 2012, Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Intelectual Capital: Pada Perusahaan IC Intensive, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 9, No. 2. Arisanti, L. A., dan Daljono, 2014, Pengaruh Tingkat Pengungkapan Sukarela Terhadap Nilai Perusahaan, Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 3, No. 3. Gujarati, D., 2004, Basic Econometrics, Fourth Edition, Mcgraw-Hill, New York. Juniarti, 2009, Pengaruh Good Corporate Governance, Voluntary Disclosure Terhadap Biaya Hutang (Costs Of Debt), Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 2. Nabor, M. K. M., dan Suardana, K, A., 2014, Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Proprietary Cost Terhadap Pengungkapan Sukarela, Jurnal Akuntansi, Universitas Udayana. Nugroho, P. I., dan Poluan, G., 2015, Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Kondisi Financial Distress Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan, Jurnal Dinamika Akuntansi, keuangan dan Perbankan, Vol. 4, No. 1. Sari, R. Y. H. K., 2012, Ownership Retention, Komisaris Independen, Proprietary Cost dan Pengungkapan Intellectual Capital Dalam Prospektus IPO, Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, Vol. 9, No. 1. Hal. 76-90. Setiani, Rury, 2013, Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Manajemen, Vol. 2, No. 1. Universitas Negeri Padang. Surat Edaran Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Lampiran Nomor KEP- 431/BL/2012 Tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Uyar, Ali dan Merve, 2012, Value Relevance of Voluntary Disclosure: Evidens from Turkish Firm, Journal of Intellectual Capital, Vol. 13, No. 3.

Wulandari, Yesi, 2015, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Informasi Sukarela pada Laporan Keuangan Tahunan, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang. 27