pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas.

dokumen-dokumen yang mirip
dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

EKSTRAKSI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN GAUSSIAN DAN MULTI-BLOCK LOCAL BINARY PATTERN UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT FANNY RISNURAINI

Panjang bin dari setiap penggabungan disesuaikan dengan skala yang digunakan,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor

IDENTIFIKASI JENIS AGLAONEMA MENGGUNAKAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK ADITYA DWI GUSADHA

Identifikasi Citra Daun Menggunakan Morfologi, Local Binary Patterns dan Convex Hulls

PENGGABUNGAN FITUR LOCAL BINARY PATTERNS UNTUK IDENTIFIKASI CITRA TUMBUHAN OBAT IYOS KUSMANA

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

EKSTRASI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN LOCAL BINARY PATTERN UNTUK IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN PADI DAN ANTHURIUM BERBASIS WEBSITE TOMY KURNIAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI MOBILE UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT MENGGUNAKAN LOCAL BINARY PATTERN DENGAN KLASIFIKASI PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGGABUNGAN FITUR MORFOLOGI, LOCAL BINARY PATTERN VARIANCE, DAN COLOR MOMENTS UNTUK APLIKASI MOBILE IDENTIFIKASI CITRA TUMBUHAN OBAT

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Nurul Ilmi 1 1 Fakultas Informatika, Universitas Telkom, Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur maupun metode

ANALISIS TEKSTUR UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT MENGGUNAKAN KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE

Teknik pengenalan wajah berbasis fitur local binary pattern (LBP)

SAMPLING DAN KUANTISASI

ANALISIS KINERJA SUPPORT VECTOR MACHINE

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Deteksi Kemiripan Citra Tanaman Anggrek Menggunakan Metode Support Vector Machine (SVM) Kernel Linear

Studi Kuantisasi Bin Terhadap Metode Local Binary Pattern dan Local Binary Pattern Variance pada Deteksi Citra Asap

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGENALAN UANG KERTAS DOLLAR AMERIKA DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

BAB 2 LANDASAN TEORI

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Perumusan masalah

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Model Citra (bag. 2)

PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCRIMINATIVE LOCAL DIFFERENCE PATTERNS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM IDENTIFIKASI KAYU RAMIN BERBASIS CITRA MENGGUNAKAN LOCAL BINARY PATTERN DAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK CANGGIH TRISYANTO

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN

Gambar 2 Prinsip pencarian: (a) struktur dan area-area pencarian, (b) jumlah dari garis-garis sampling (Sumber: (Kirchgeβner et al. 2002).

PERBANDINGAN TEKNIK SCALE INVARIANT FEATURE TRANSFORM (SIFT)

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

PENGENALAN TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK DAN PEMROSESAN AWAL THINNING ZHANG SUEN

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

BAB II TEORI PENUNJANG

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

DETEKSI LOCAL TAMPERING PADA VIDEO MENGGUNAKAN ALGORITMA LBP-TOP

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

(IMAGE ENHANCEMENT) Peningkatan kualitas citra di bagi menjadi dua kategori yaitu :

KLASIFIKASI CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI CIRI YANG INVARIANT TERHADAP ROTASI

Percobaan 1 Percobaan 2

PENDETEKSI DOCKING STATION MENGGUNAKAN ROTATION INVARIANT LOCAL BINARY PATTERN PADA VISUAL BASED SERVICE ROBOT

Implementasi Deteksi Mata Otomatis Menggunakan Pemfilteran Intensitas dan K-Means Clustering

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

PENDETEKSI DOCKING STATION MENGGUNAKAN ROTATION INVARIANT LOCAL BINARY PATTERN PADA VISUAL BASED SERVICE ROBOT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB II LANDASAN TEORI

Implementasi Deteksi Seam Carving Berdasarkan Perubahan Ukuran Citra Menggunakan Local Binary Patterns dan Support Vector Machine

DETEKSI KERUSAKAN PERMUKAAN BAN PADA ANGKUTAN UMUM DENGAN METODE LOCAL BINARY PATTERN DAN KLASIFIKASI NEAREST NEIGHBOR

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

Pengolahan Citra Digital: Peningkatan Mutu Citra Pada Domain Spasial

OPTIMASI PEMILIHAN THRESHOLD DAN OPERATOR FUZZY LOCAL BINARY PATTERN MENGGUNAKAN MULTI OBJECTIVE GENETIC ALGORITHM GIBTHA FITRI LAXMI

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital

APLIKASI MOBILE UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT MENGGUNAKAN LOCAL BINARY PATTERN DENGAN KLASIFIKASI PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR

Sesi 3 Operasi Pixel dan Histogram. : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

Transkripsi:

Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup penelitian ini adalah: 1. Objek citra adalah data citra daun tumbuhan obat dan citra pohon tanaman hias di Indonesia. 2. Dalam penelitian ini operator MBLBP yang digunakan dalam penggabungan dibatasi paling banyak tiga. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah meningkatkan akurasi identifikasi tumbuhan berbasiskan citra sehingga dapat dilakukan identifikasi secara automatis. Pohon TINJAUAN PUSTAKA Pohon merupakan sesuatu yang penting dalam penggambaran tumbuhan secara keseluruhan. Bagian dari pohon di antaranya daun, batang, bunga, buah, dan akar. Identifikasi tumbuhan melalui pohon dapat diketahui dengan mudah karena pohon menggambarkan keseluruhan bagian pada tumbuhan. Daun Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang umumnya berwarna hijau dan organ vegetatif yang tidak bergantung pada musim. Daun sangat cocok sebagai alat identifikasi tumbuhan karena jumlah daun yang sangat banyak dan dapat ditemui dalam waktu kapan pun, dibandingkan dengan organ lain seperti bunga dan buah. Daun yang ada sangat bervariatif sehingga dapat digunakan sebagai penciri dari tumbuhan. Ciri-ciri daun yang dapat diambil di antaranya morfologi, tekstur, dan bentuk daun. Pengidentifikasian melalui tekstur daun harapannya akan lebih bagus untuk pengenalan tumbuhan. Ekstraksi Fitur Ekstraksi fitur adalah proses memperoleh fitur atau penciri dari suatu citra. Secara umum, fitur citra berupa warna, bentuk, dan tekstur. Acharya dan Ray (2005) mendefinisikan fitur bentuk sebagai pendeskripsi suatu objek yang bebas terhadap posisi, orientasi, dan ukuran. Fitur tekstur didefinisikan sebagai pengulangan pola atau pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas. Tekstur Tekstur adalah gambaran visual dari sebuah permukaan atau bahan. Tekstur dicirikan dengan variasi intensitas pada sebuah citra. Variasi intensitas dapat disebabkan oleh kekasaran atau perbedaan warna pada suatu permukaan. Selain itu tekstur juga merupakan properti dari area. Properti-properti dari tekstur citra meliputi: keseragaman, kepadatan, kekasaran, keberaturan dan frekuensi. Penampilan tekstur dipengaruhi oleh skala dan arah pandangan, serta lingkungan dan kondisi pencahayaan (Mäenpää 2003). Image Enhancement Prinsip dari perbaikan citra (image enhancement) adalah memproses citra sehingga menghasilkan citra yang lebih baik untuk digunakan daripada citra asli sebelumnya. Perbaikan citra dikategorikan menjadi dua yaitu perbaikan citra pada ruang spasial dan pada ruang frekuensi. Perbaikan citra pada ruang spasial merujuk pada citra tersebut dan pendekatan ini didasarkan pada memanipulasi langsung piksel dalam sebuah citra. Perbaikan citra pada ruang frekuensi didasarkan pada mengubah sebuah citra menggunakan modifikasi Fourier Transform (Gonzales 2002). Gaussian Filtering Gaussian Filtering adalah salah satu proses perbaikan citra bertujuan untuk menormalkan frekuensi distribusi dari suatu citra. Gaussian Filtering dapat diformulasikan sebagai berikut: (,= (1) dengan adalah jarak dari titik pusat pada sumbu horizontal, adalah jarak dari titik pusat ke sumbu vertikal dan adalah standar deviasi dari distribusi Gaussian. Perspektif bentuk dari kurva Gaussian akan diperlihatkan pada Gambar 1. 2

Pembobotan yang diperoleh adalah pembobotan biner. Ilustrasi dari MBLBP dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1 Plot perspektif pada kurva Gaussian. Tujuan dari penggunaan fungsi Gaussian pada perbaikan citra adalah memperhalus distribusi frekuensi yang dimiliki oleh citra. Pada citra wajah manusia Gaussian Filtering dapat digunakan untuk mengurangi garis-garis halus pada kulit dan noda-noda kecil yang akhirnya citra tersebut akan terlihat lebih halus. Gonzales (2002) menyatakan bahwa Gaussian filtering dapat digunakan pada sistem analisis yang mencari untuk mencari fitur yang dominan pada suatu citra. Multi-Block Local Binary Pattern Multi-Block Local Binary Pattern adalah metode mendeskripsikan tekstur pada mode warna grayscale dengan mengkodekan intensitas area persegi dengan LBP operator, dan menghasilkan pola biner yang dapat menggambarkan perbedaan struktur lokal pada citra. Li serta tim penelitinya pertama kali memperkenalkan MBLBP pada tahun 2007 untuk mengkodekan area persegi (subregion) menggunakan Local Binary Pattern (LBP) operator pada proses pengenalan wajah. Dibandingkan dengan LBP asli yang dihitung berdasarkan 3x3 piksel ketetanggaan, MBLBP dapat mengambil struktur skala yang lebih luas yang mungkin menjadi fitur yang dominan dari struktur suatu citra (Huang et al. 2009). Pada MBLBP perbandingan antara single piksel LBP digantikan oleh nilai rata-rata dari sub-regions. Sub-regions merupakan hasil rata-rata dari single piksel yang berbentuk persegi. LBP mendefinisikan setiap piksel citra dan menggunakan 3x3 nilai piksel ketetanggaan dengan piksel pusat sebagai thresholding. Nilai single piksel dari MBLBP akan digantikan oleh nilai rata-rata piksel dari blok sub-regions. Pembobotan MBLBP diperoleh dengan membandingkan nilai subregion piksel pusat ( dengan ketetanggaan sub-regions yang lain,,. Gambar 2 Ilustrasi dari MBLBP fitur. Pada Gambar 2 nilai threshold dari subregions yang pertama sebesar 6.67, setelah dilakukan thresholding akan menghasilkan pola MBLBP yaitu 00111100 yang akan dikalikan dengan pembobotan biner sesuai dengan posisi piksel ketetanggaan tersebut berada maka nilai MBLBP sebesar 60. Nilai dari MBLBP dari diformulasikan sebagai berikut: = ( 2 (2) 1, 0 (= 0, 0 (3) dengan adalah nilai rata-rata dari piksel pusat blok sub-region, (=0,,8 adalah ketetanggaan sub-regions dan adalah sign (kode biner). Gambar 2 menunjukkan operasi dasar MBLBP. Nilai MBLBP dapat dihasilkan dengan mengalikan nilai piksel yang telah melalui proses thresholding dan pembobotan biner sesuai dengan posisi piksel ketetanggan tersebut berada. Pola-pola biner pada MBLBP merepresentasikan berbagai struktur pola citra seperti pola tepi, titik, garis, flat areas, dan corner, pada lokasi dan skala yang berbeda. Selanjutnya kode MBLBP direpresentasikan melalui histogram. Histogram menunjukkan frekuensi kejadian berbagai nilai MBLBP. Ukuran citra NxM. 3

Setelah mendapatkan nilai MBLBP pada satiap ketetanggaan (blok(,)), keseluruhan tekstur citra direpresentasikan dengan membentuk histogram dengan formula sebagai berikut: (= ((,,, 0, (4) (,= 1,= 0, (5) dengan K merupakan nilai MBLBP terbesar. MBLBP bekerja menggunakan delapan ketetanggan yang tersebar melingkar (circular neighborhoods) dengan pusat piksel berada di tengah seperti ditunjukkan oleh Gambar 3. Notasi merupakan nilai grey-level dari subregion piksel ketetanggaan. expression analysis dan berbagai macam aplikasi lainnya. LBP bekerja menggunakan delapan ketetanggaan yang tersebar secara melingkar (circular neighborhoods) dengan pusat piksel berada di tengah. Rataan seluruh piksel (piksel ketetanggaan dan piksel pusat) digunakan sebagai nilai ambang batas (threshold). Nilai LBP dihasilkan dengan mengalikan nilai piksel yang telah melalui tahap pemotongan dengan pembobotan biner sesuai posisi piksel ketetanggaan tersebut berada. Gambar 5 Contoh operasi pada LBP. Gambar 3 Circular neighborhood delapan ketetanggaan. Terdapat berbagai macam operator MBLBP dengan berbagai ukuran sampling points dan radius yang ditunjukkan pada Gambar 4. Beragamnya operator ini digunakan untuk membuat ukuran lokal tekstur yang berbeda-beda. Selanjutnya notasi (P,R) akan digunakan untuk piksel ketetanggaan dengan P merupakan sampling points yang melingkar dan R merupakan radius. (8,1) (16,2) (8,2) Gambar 4 Berbagai macam ukuran sampling points dan radius. Local Binary Pattern Local Binary Pattern (LBP) merupakan metode ekstraksi dengan menjumlahkan struktur lokal pada citra yang bekerja pada mode warna grayscale. LBP pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 oleh Timo Ojala. LBP digunakan untuk mencari polapola tekstur lokal pada citra (texture in local neighborhood) (Mäenpää 2003). LBP banyak diterapkan pada banyak aplikasi di antaranya pada image retrieval, face detection, facial Gambar 5 menunjukkan operasi dasar LBP. Perbedaan mendasar di antara MBLBP dengan LBP adalah struktur lokal pada MBLBP direpresentasikan oleh nilai rata-rata dari setiap sub-regions, sedangkan pada LBP struktur lokal direpresentasikan oleh nlai single piksel. Pola-pola biner LBP merepesentasikan bermacam-macam pola tepi, titik, flat areas, dan sebagainya. Nilai LBP menunjukkan kode local binary pattern. LBP dapat diformulasikan sebagai berikut: LBP, (, = ( µ2 (6) (= 1 0 0 <0 (7) dengan dan adalah koordinat pusat piksel ketetanggaan, adalah circular sampling points, adalah banyaknya sampling points, adalah nilai keabuan dari, μ adalah nilai rata-rata piksel ketetanggaan dan piksel pusat, dan adalah sign (kode biner). Kode LBP direpresentasikan melalui histogram. Histogram menunjukkan frekuensi kejadian berbagai nilai LBP. Ukuran citra adalah NxM. Setelah mendapatkan nilai LBP pada setiap neighborhood (blok,), keseluruhan tekstur citra direpresentasikan dengan membentuk histogram: 4

=,,,, 0, (8) 1, =,= 0, (9) dengan K merupakan nilai LBP terbesar. Operator LBP mengalami perkembangan dengan dimodelkannya operator menggunakan berbagai ukuran sampling points dan radius. Beragamnya operator ini digunakan untuk membuat ukuran lokal tekstur yang berbeda-beda. Selanjutnya notasi (P,R) akan digunakan untuk piksel ketetanggaan dengan P merupakan sampling points yang melingkar dan R merupakan radius. LBP pada dasarnya hanya dapat mengkodekan pola mikrostruktur dari suatu citra. Hal tersebut mengakibatkan citra tanaman yang memiliki daun yang jarang sulit dikenali, karena makrokstuktur dari suatu citra belum dapat teridentifikasi dengan baik. Multi-Block Local Binary Pattern (MBLBP) merupakan suatu metode ekstraksi ciri dengan mengkodekan area persegi citra dengan LBP operator untuk mengetahui pola makrostrukstur dari suatu citra. Rotation Invariant Struktur piksel ketetanggaan LBP berbentuk melingkar, untuk itu dibuat suatu cara agar pola-pola LBP tidak sensitif terhadap perubahan rotasi. Istilah ini dinamakan rotation invariant. Contoh: LBP = 00001111 = 15 dapat direpresentasikan dengan circular neighborhood pada Gambar 6. Gambar 6 Rotation Invariant LBP. Rotation invariant didefinisikan sebagai nilai minimum dari rotasi () -bit biner yang dilakukan sebanyak kali:, =min,, =0,1,, 1 } dengan menunjukkan rotation invariant. (10) Nilai dan pola-pola LBP pada Gambar 6 dapat berbeda-beda, tetapi memiliki struktur rotasi yang sama. Setiap pola LBP akan mempunyai pola yang berbeda jika dirotasi searah jarum jam ataupun berlawanan arah jarum jam (Pietikäinen 2000). Uniform Patterns Pola-pola LBP mencerminkan suatu karakteristik dari sebuah tekstur. Pola-pola yang memiliki informasi penting ini dinamakan uniform patterns. Suatu pola dikatakan uniform jika struktur melingkar pola-pola binernya paling banyak terdiri atas dua transisi bit dari 0 ke 1 atau sebaliknya. Sebagai contoh 00000000 (0 transisi), 011111111 (1 transisi), 01110000 (2 transisi), dan 11001111 (2 transisi) merupakan uniform patterns, sedangkan 11001001 (4 transisi) dan 01010011 (6 transisi) bukan merupakan uniform patterns atau disebut nonuniform patterns. Uniform patterns berfungsi untuk mengidentifikasi noda (spot), flat area atau dark spot, sudut, dan tepi (Ojala et al. 2002). Spot Spot/flat Line end Edge Corner Gambar 7 Tekstur uniform patterns. Gambar 7 menunjukkan definisi dari polapola uniform. Untuk mengidentifikasi uniform patterns digunakan formulasi sebagai berikut:, = + (11) dengan, merupakan uniform patterns dari P banyaknya sampling points dan radius R, adalah circular sampling points, adalah nilai keabuan dari, dan adalah nilai keabuan rata-rata seluruh piksel neighborhood. Rotation Invariant Uniform Patterns, ) Penggabungan antara uniform patterns dengan rotation invariant dilambangkan,. Notasi ri menunjukkan rotation invariant dan u2 untuk uniform patterns pada sampling points P dan radius R., merupakan ukuran ketidaksensitifan (invariant) terhadap perubahan grayscale., merupakan ukuran yang digunakan untuk menggambarkan pola spasial. Jumlah pola yang dihasilkan uniform patterns adalah 1+2 bins. Ketika uniform patterns 5

dirotasi sampai ke nilai minimum yang dimilikinya, jumlah pola yang dihasilkan menjadi +1 bins. Rotation invariant uniform patterns diformulasikan sebagai berikut:, =,, 2 +1, (12) Jika pola yang diidentifikasi termasuk uniform patterns, akan dihitung banyaknya bit satu pada pola tersebut yang menentukan letak bin uniform patterns berada. Jika banyaknya sampling points sama dengan delapan, nilai, adalah nol sampai dengan sembilan. Jika non uniform patterns akan masuk ke dalam bin terakhir, yaitu bin ke-sembilan yang merupakan single bin non uniform patterns (Mäenpää 2003). Rotation Invariant Variance Measure (VAR), tidak mendefinisikan lokal kontras tekstur dalam perhitungannya VAR merupakan suatu descriptor untuk mengukur lokal kontras tekstur pada suatu citra. VAR tidak sensitif terhadap perubahan grayscale. VAR berhubungan dengan kondisi pencahayaan suatu citra. Untuk mengukur lokal kontras tekstur pada suatu citra digunakan rotation invariant local variance dengan formula sebagai berikut:, = g µ dengan μ= g (13) (14) dengan merupakan rata-rata sampling points circular neighborhood. Hasil perhitungan VAR menghasilkan nilai continuous yang perlu dikuantisasi berdasarkan persebaran pola tekstur (Guo et al. 2009). LBP Variance (LBPV) LBPV descriptor secara sederhana menggabungkan distribusi frekuensi nilai LBP dan lokal kontras. Variance berhubungan dengan fitur tekstur. Pada umumnya frekuensi tekstur region yang tinggi akan mempunyai variance yang lebih tinggi dan variance tersebut lebih berkontribusi terhadap perbedaan tekstur suatu citra (Guo et al. 2009). Oleh karena itu, variance, dapat digunakan sebagai bobot yang dapat beradaptasi untuk mengatur kontribusi nilai LBP pada perhitungan histogram. Histogram LBPV dihitung menggunakan formula sebagai berikut:, (=, (,,, 0. dengan (15),,,=,,,,,= 0, Penggabungan Operator (16) Penggabungan beberapa N operator dengan nilai sampling points P dan radius R yang bervariasi adalah salah satu cara untuk memperbesar dukungan area spasial dari MBLBP. Penggabungan operator yang digunakan adalah dengan menggunakan concatenation (Guo et al. 2009). Cara kerja concatenation yaitu pada awalnya histogram dari N operator dihitung secara terpisah, kemudian histogram dari masing-masing operator dirangkaikan menjadi satu buah histogram. Pada penggabungan dengan menggunakan concatenation banyaknya bin histogram yang dihasilkan mengalami peningkatan secara linear terhadap pertumbuhan P atau sampling point. Sebagai contoh penggabungan, dengan,, akan menghasilkan histogram dengan panjang bin 10 dijumlahkan dengan 18 bin yaitu sebesar 28 bin. Probabilistic Neural Network (PNN) PNN merupakan Artificial Neural Network (ANN) yang menggunakan teorema probabilitas klasik (pengklasifikasian Bayes). PNN diperkenalkan oleh Donald Specht pada tahun 1990. PNN menggunakan pelatihan (training) supervised. Pelatihan data pada PNN mudah dan cepat. Bobot bukan merupakan hasil pelatihan melainkan nilai yang dimasukkan (tersedia). Menurut Wu et al. (2007) PNN memiliki struktur sederhana dan pelatihan data yang cepat karena tidak perlu memperbaharui bobot. Struktur PNN terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan masukan, lapisan pola, lapisan penjumlahan, dan lapisan keputusan/keluaran. Lapisan masukan merupakan objek yang terdiri atas nilai ciri yang akan diklasifikasikan pada kelas. Struktur PNN ditunjukkan pada Gambar 8. Proses-proses yang terjadi setelah lapisan masukan adalah: 6

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan Gambar 8 Struktur PNN. 1. Lapisan pola (pattern layer) Lapisan pola menggunakan 1 node untuk setiap data pelatihan yang digunakan. Setiap node pola merupakan selisih antara vektor masukan yang akan diklasifikasikan dengan vektor bobot, yaitu =, kemudian dibagi dengan bias tertentu (σ) dan selanjutnya dimasukkan ke dalam fungsi radial basis, yaitu (=exp (. Dengan demikian, persamaan yang digunakan pada lapisan pola adalah. (= ( ( (17) 2. Lapisan penjumlahan (summation layer) Menerima masukan dari node lapisan pola yang terkait dengan kelas yang ada. Persamaan yang digunakan pada lapisan ini adalah: 1 (= 2 exp 2 (18) 3. Lapisan keluaran (output layer) Menentukan kelas dari input yang diberikan. Input x akan masuk ke Y jika nilai paling besar dibandingkan kelas lainnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut diselesaikan Citra yang digunakan diperoleh dari pemotretan tiga puluh jenis citra pohon yang terdapat di Kebun Raya Bogor serta tiga puluh jenis citra daun, depan dan belakang (masingmasing kelas 48 citra) yang terdapat di kebun Biofarmaka IPB Cikabayan dan rumah kaca Pusat Konservasi Ex-situ Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia, Fahutan IPB. Citra yang digunakan berformat JPG. Total citra pohon yang digunakan 300 citra yang terdiri atas 30 kelas masing-masing kelas terdiri atas 10 citra yang dapat dilihat pada Lampiran 1 serta total citra daun yang digunakan sebanyak 1.440 citra yang terdiri atas 30 kelas, depan dan belakang (masing-masing kelas 48 citra) dapat dilihat pada Lampiran 2. Praproses Pada tahap awal praproses, dilakukan perbaikan data pohon dengan memotong citra untuk mendapatkan objek tanaman dan memperkecil ukuran citra menjadi 270x210 piksel. Citra tersebut diperoleh dari hasil cropping dengan bertujuan agar citra focus kepada objek dari citra itu sendiri. Pada data daun dilakukan praproses data dengan mengambil objek setiap satu daun dan memperkecil ukuran citra menjadi 270x240 piksel. Kemudian mode warna citra diubah menjadi grayscale untuk proses ekstraksi selanjutnya. Image Enhancement dengan Gaussian Proses perbaikan citra menggunakan fungsi Gaussian. Sebelum masuk ke tahap ekstraksi, citra diubah ke dalam mode warna grayscale. Tahap selanjutnya citra diproses dengan mengalikan fungsi Gaussian yang ditunjukkan pada persamaan (1) bertujuan untuk memperhalus distribusi frekuensi citra. Ekstraksi Tekstur dengan Local Binary Pattern Ekstraksi tektur pada citra daun hanya dilakukan pada piksel yang menyusun citra tersebut. Citra dikonversi ke mode warna grayscale. Selanjutnya membagi citra ke dalam beberapa local region sesuai dengan sampling points dan radius yang digunakan. 7