Siomay ikan SNI 7756:2013

dokumen-dokumen yang mirip
Sosis ikan SNI 7755:2013

Bakso ikan SNI 7266:2014

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Tugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010.

Tuna dalam kemasan kaleng

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

Terasi udang SNI 2716:2016

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi

Air demineral SNI 6241:2015

Susu segar-bagian 1: Sapi

Air mineral SNI 3553:2015

Ikan beku SNI 4110:2014

Air mineral alami SNI 6242:2015

Es untuk penanganan ikan - Bagian 1: Spesifikasi

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB III BAHAN DAN METODE

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan

SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

Jahe untuk bahan baku obat

Semen portland komposit

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Kulit masohi SNI 7941:2013

BAB III BAHAN DAN METODE

Mutu karkas dan daging ayam

Biji kakao AMANDEMEN 1

MODUL 1 BAKSO IKAN. A. Deskripsi Bakso Ikan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.61/MEN/2009 TENTANG PEMBERLAKUAN WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

Cara uji kimia- Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan

Bambu lamina penggunaan umum

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).tiga perempat dari luas wilayah

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

BAB III BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Syarat Mutu Sosis Daging Menurut SNI

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM LP-103-IDN

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Minuman sari buah SNI

SNI Standar Nasional Indonesia. Minyak goreng. Badan Standardisasi Nasional ICS

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

PRAKTIKUM LAPANGAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam perairan baik perairan darat maupun perairan laut dengan

Cara uji penetrasi aspal

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Analisis kadar abu contoh batubara

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Deskripsi Produk cakalang precooked loin beku di PT.GEM

JURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

Gambar 1. Ikan Tongkol (Ethynnus affinis) (Sumber: Anonim b 2010 )

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Cara uji daktilitas aspal

BERITA NEGARA. BPOM. Pangan Campuran. Bahan Tambahan. Persyaratan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN. Jenis cemaran mikroba dan batas maksimum

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Cara uji berat jenis aspal keras

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN CAMPURAN

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Siomay ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 2 4 Syarat bahan baku, penolong dan bahan lainnya... 2 5 Syarat mutu dan keamanan produk... 3 6 Pengambilan contoh... 4 7 Cara uji... 4 8 Teknik sanitasi dan higiene... 5 9 Peralatan... 5 10 Penanganan dan pengolahan... 5 Lampiran A (normatif) Lembar penilaian sensori... 10 Lampiran B (informatif) Diagram alir proses pengolahan siomay ikan... 11 Bibliografi... 12 Gambar B.1 - Diagram alir proses pengolahan siomay ikan... 11 Tabel 1 - Persyaratan mutu dan keamanan siomay ikan... 4 Tabel A.1 - Lembar penilaian sensori siomay ikan... 10 BSN 2013 i

Prakata Dalam rangka memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan komoditas sosis ikan dalam kemasan yang akan dipasarkan di dalam dan luar negeri, maka perlu disusun suatu Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 65-05 Produk Perikanan, yang telah dirumuskan melalui rapat-rapat teknis, dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 27 Oktober 2011 di Jakarta serta dihadiri oleh wakil dari produsen, konsumen, asosiasi, lembaga penelitian, perguruan tinggi serta instansi terkait sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan. Berkaitan dengan penyusunan Standar Nasional Indonesia ini, maka aturan-aturan yang dijadikan dasar atau pedoman adalah: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 3. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pencemaran Air. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. 8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor PER.15/MEN/2011 tentang Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. 9. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. 10. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor KEP.06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke Wilayah Republik Indonesia. 11. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 28 Desember 2011 sampai 27 Februari 2012 dengan hasil akhir RASNI. BSN 2013 ii

1 Ruang lingkup Siomay ikan Standar ini menetapkan syarat mutu dan keamanan pangan siomay ikan, bahan baku, bahan penolong dan bahan lainnya serta penanganan dan pengolahan produk. Standar ini berlaku untuk siomay ikan dan tidak berlaku untuk produk yang mengalami pengolahan lebih lanjut. Standar ini juga mencakup keong mas, ekkado dan produk sejenis lainnya. 2 Acuan normatif Acuan ini merupakan dokumen yang digunakan dari standar ini. Untuk acuan bertanggal, edisi yang berlaku sesuai yang tertulis. Sedangkan untuk acuan yang tidak bertanggal berlaku edisi yang terakhir (termasuk amandemen dan revisinya). SNI 2326:2010, Metode pengambilan contoh pada produk perikanan. SNI 01-2332.1-2006, Cara uji mikrobiologi - Bagian 1: Penentuan Coliform dan Escherichia coli pada produk perikanan. SNI 01-2332.2-2006, Cara uji mikrobiologi - Bagian 2: Penentuan Salmonella pada produk perikanan. SNI 01-2332.3-2006, Cara uji mikrobiologi - Bagian 3: Penentuan Angka Lempeng Total (ALT) pada produk perikanan. SNI 01-2332.4-2006, Cara uji mikrobiologi - Bagian 4: Penentuan Vibrio cholerae pada produk perikanan. SNI 2332.9:2011, Cara uji mikrobiologi - Bagian 9: Penentuan Staphylococcus aureus pada produk perikanan. SNI 2346:2011, Petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori pada produk perikanan. SNI 2354.1:2010, Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu dan abu tak larut dalam asam pada produk perikanan. SNI 01-2354.2-2006, Cara uji kimia - Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan. SNI 01-2354.3-2006, Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan. SNI 01-2354.4-2006, Cara uji kimia - Bagian 4: Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan. SNI 2354.5:2011, Cara uji kimia - Bagian 5: Penentuan kadar logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada produk perikanan. SNI 01-2354.6-2006, Cara uji kimia - Bagian 6: Penentuan kadar logam berat merkuri (Hg) pada produk perikanan. SNI 2357, Penentuan kadar arsen pada produk perikanan. SNI 2367, Penentuan kadar timah putih (Sn) pada produk perikanan. SNI 2372.7:2011, Cara uji fisika - Bagian 7: Pengujian filth pada produk perikanan. BSN 2013 1 dari 12

SNI 2694, Surimi. SNI 01-2705.2-2006, Udang beku - Bagian 2: Persyaratan bahan baku. SNI 01-2728.2-2006, Udang segar - Bagian 2: Persyaratan bahan baku. SNI 2729, Ikan segar. SNI 4110, Ikan beku. 3 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan dalam dokumen ini, istilah dan definisi berikut ini digunakan. 3.1 siomay ikan produk olahan hasil perikanan dengan menggunakan lumatan daging ikan/udang dan atau surimi minimum 30 %, tepung dan bahan-bahan lainnya, dibentuk dan dibungkus dengan kulit pangsit yang mengalami perlakuan pengukusan 3.2 keong emas produk sejenis siomay ikan yang berbentuk seperti kerucut dengan atau tanpa penambahan cabai 3.3 ekkado ikan produk sejenis siomay ikan yang dibungkus dengan kembang tahu setengah kering dan ujungnya dipilin dengan atau tanpa diikat 3.4 kulit pangsit produk yang terbuat dari adonan tepung terigu, air dan garam dapur yang ditipiskan dan dipotong-potong berbentuk persegi 3.5 kembang tahu setengah kering produk yang berasal dari lapisan tipis setengah kering yang diperoleh dari pemanasan cairan yang didapat dari kedelai yang digiling dengan penambahan air 3.6 potensi bahaya potensi kemungkinan terjadinya risiko bahaya di dalam suatu proses atau pengolahan produk jadi yang meliputi dua aspek yaitu bahaya yang akan mengakibatkan gangguan terhadap keamanan pangan (food safety) dan mutu/keutuhan produk jadi pengolahan (wholesomeness) 4 Syarat bahan baku, penolong dan bahan lainnya 4.1 Bahan baku 4.1.1 Bentuk Ikan segar; udang segar; ikan beku; udang beku; lumatan daging ikan; surimi, dengan mutu sesuai spesifikasi. BSN 2013 2 dari 12

4.1.2 Asal Bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar. 4.1.3 Mutu 4.1.3.1 Ikan segar Bahan baku sesuai SNI 2729. 4.1.3.2 Ikan beku Bahan baku sesuai SNI 4110. 4.1.3.3 Udang segar Bahan baku sesuai SNI 01-2728.2-2006. 4.1.3.4 Udang beku Bahan baku sesuai SNI 01-2705.2-2006. 4.1.3.5 Lumatan daging ikan/udang - Kenampakan : bersih, bebas dari sisik, tulang dan duri - Bau : segar spesifik jenis - Tekstur : kompak 4.1.3.6 Surimi Bahan baku sesuai SNI 2694. 4.2 Bahan Penolong 4.2.1 Air Air yang dipakai sebagai bahan penolong untuk kegiatan di unit pengolahan memenuhi persyaratan kualitas air minum yang berlaku. 4.2.2 Es Es sesuai SNI 01-4872.1-2006. 4.3 Bahan lainnya Bahan lainnya yang digunakan harus food grade dan sesuai dengan persyaratan yang berlaku 5 Syarat mutu dan keamanan produk Persyaratan mutu dan keamanan siomay ikan sesuai Tabel 1. BSN 2013 3 dari 12

Tabel 1 - Persyaratan mutu dan keamanan siomay ikan Parameter uji Satuan Persyaratan a Sensori Min 7 (skor 3-9) b Kimia - Kadar air % Maks 60,0 - Kadar abu % Maks 2,5 - Kadar protein % Min 5,0 - Kadar lemak % Maks 20,0 c d Cemaran mikroba - ALT - Escherichia coli - Salmonella - Vibrio cholera* - Staphylococcus aureus Cemaran logam* - Kadmium (Cd) - Merkuri (Hg) - Timbal (Pb) - Arsen (As) - Timah (Sn) koloni/g APM/g - - koloni/g mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg Maks 5 10 4 < 3 Negatif/25 g Negatif/25 g Maks 1 10 2 Maks 0,1 Maks 0,5 Maks 0,3 Maks 1,0 Maks 40,0 e. Cemaran Fisik - Filth - 0 CATATAN* Bila diperlukan 6 Pengambilan contoh Pengambilan contoh sesuai SNI 2326:2010. 7 Cara uji 7.1 Sensori Sensori sesuai SNI 2346:2011. Penilaian sensori sesuai Lampiran A. 7.2 Kimia - Kadar abu dan abu tak larut dalam asam sesuai SNI 2354.1:2010. - Kadar air sesuai SNI 01-2354.2-2006. - Kadar protein sesuai SNI 01-2354.4-2006. - Kadar lemak sesuai SNI 01-2354.3-2006 - Kadmium dan timbal sesuai SNI 2354.5:2011. - Merkuri sesuai SNI 01-2354.6-2006. - Timah sesuai SNI 2367. - Arsen sesuai SNI 2357. 7.3 Mikrobiologi - Escherichia coli sesuai SNI 01-2332.1-2006. - Salmonella sesuai SNI 01-2332.2-2006. - ALT sesuai SNI 01-2332.3-2006. - Vibrio cholerae sesuai SNI 01-2332.4-2006. - Staphylococcus aureus sesuai SNI 2332.9:2011. BSN 2013 4 dari 12

7.4 Fisik Filth sesuai SNI 2372.7:2011. 8 Teknik sanitasi dan higiene Penanganan, pengolahan, penyimpanan, pendistribusian dan pemasaran siomay ikan menggunakan wadah, cara dan alat yang sesuai dengan persyaratan sanitasi dan higiene dalam unit pengolahan hasil perikanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Produk akhir harus bebas dari benda asing yang mengganggu kesehatan manusia 9 Peralatan 9.1 Jenis peralatan a) alat pelumat, b) alat pembeku, c) alat pemotong, d) alat pencampur, e) alat penghalus bumbu, f) alat pengukus, g) alat penutup kemasan, h) meja proses, i) talenan, j) timbangan, k) wadah. 9.2 Persyaratan peralatan Semua peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam penanganan dan pengolahan siomay ikan mempunyai permukaan yang halus dan rata, tidak mengelupas, tidak berkarat, tidak merupakan sumber cemaran mikroba, tidak retak, tidak menyerap air, tidak mempengaruhi mutu produk dan mudah dibersihkan. Semua peralatan dalam keadaan bersih sebelum, selama dan sesudah digunakan. 10 Penanganan dan pengolahan 10.1 Penerimaan 10.1.1 Kemasan a) Potensi bahaya: ketidakamanan produk karena bahan kemasan non food grade dan kurangnya sanitasi dan higiene. b) Tujuan: mendapatkan kemasan yang sesuai spesifikasi kemasan untuk pangan. c) Petunjuk: kemasan yang diterima di unit pengolahan diverifikasi terkait keamanan pangan dan terhindar dari sumber kontaminasi kemudian disimpan pada gudang penyimpanan yang saniter. BSN 2013 5 dari 12

10.1.2 Label a) Potensi bahaya: ketidakamanan produk karena bahan label non food grade dan kurangnya sanitasi dan higiene. b) Tujuan: mendapatkan label yang sesuai spesifikasi label untuk pangan. c) Petunjuk: label yang diterima di unit pengolahan diverifikasi terkait keamanan pangan dan terhindar dari sumber kontaminasi kemudian disimpan pada gudang penyimpanan yang saniter. 10.1.3 Bahan baku dan Bahan lainnya a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan, kontaminasi kimia dan bakteri patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene. b) Tujuan: mendapatkan bahan baku dan bahan lainnya sesuai spesifikasi mutu dan keamanan pangan hasil perikanan. c) Petunjuk: bahan baku dan bahan lainnya diuji secara organoleptik dan ditangani secara cepat, cermat dan saniter sesuai dengan prinsip penanganan yang baik dan benar. 10.2 Teknik penanganan dan pengolahan 10.2.1 Bahan baku 10.2.1.1 Bahan baku ikan/udang utuh segar a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan. b) Tujuan: mendapatkan bahan baku sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: bahan baku dan bahan lainnya diuji secara organoleptik untuk mengetahui mutunya kemudian ditangani secara cepat, cermat dan saniter dengan mempertahankan suhu dingin (0 C - 5 C). 10.2.1.2 Bahan baku ikan/udang beku a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan. b) Tujuan: mendapatkan bahan baku dan sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: bahan baku dan bahan lainnya diuji secara organoleptik dan ditangani secara cepat, cermat dan saniter. 10.2.1.3 Bahan baku lumatan daging/surimi beku a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan. b) Tujuan: mendapatkan bahan baku sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: bahan baku dan bahan lainnya diuji secara organoleptik dan ditangani secara cepat, cermat dan saniter. 10.2.2 Pelelehan a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan. b) Tujuan: mendapatkan bahan baku sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: bahan baku beku yang masih dalam kemasan dilakukan proses pelelehan (thawing) dengan cara direndam dalam air dingin atau air yang mengalir atau dalam suhu ruang secara cermat dan saniter. BSN 2013 6 dari 12

10.2.3 Sortasi 1 a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kerusakan fisik. b) Tujuan: mendapatkan bahan baku sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: bahan baku dipisahkan berdasarkan mutu dan jenis. Sortasi mutu dilakukan secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan mempertahankan rantai dingin (0 C 5 C) 10.2..4 Pencucian 1 a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan dan kontaminasi bakteri patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene. b) Tujuan: mendapatkan bahan baku yang bersih sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: bahan baku dicuci dengan menggunakan air mengalir secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi suhu dingin (0 C 5 C). 10.2.5 Penyiangan a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan dan kontaminasi bakteri patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene. b) Tujuan: mendapatkan bahan baku yang bersih tanpa kepala dan isi perut sesuai dengan spesifikasi. c) Petunjuk: ikan disiangi dengan cara membuang kepala, sisik dan isi perut. Penyiangan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter dan dalam kondisi suhu dingin (0 C 5 C). 10.2.6 Pencucian 2 a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan dan kontaminasi bakteri patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene. b) Tujuan: mendapatkan bahan baku yang bersih sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: bahan baku dicuci dengan menggunakan air mengalir secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi suhu dingin (0 C 5 C). 10.2.7 Pengambilan daging a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan dan kontaminasi bakteri patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene dan terdapatnya benda asing pada lumatan daging. b) Tujuan: mendapatkan daging ikan yang bersih dari duri, kulit dan sisik sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: ikan diambil dagingnya secara cepat, cermat dan hati-hati serta tetap mempertahankan suhu dingin (0 C 5 C). 10.2.8 Pelumatan daging a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan, dan kontaminasi bakteri patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene. b) Tujuan: mendapatkan lumatan daging sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: daging ikan dilumatkan dengan alat pelumat daging (mincer) dan dilakukan secara cepat, cermat, dan saniter serta tetap mempertahankan suhu dingin (0 C 5 C). 10.2.9 Pencampuran a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan dan kontaminasi bakteri patogen. BSN 2013 7 dari 12

b) Tujuan: mendapatkan adonan sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: lumatan daging dimasukkan ke dalam alat pencampur kemudian ditambahkan garam dan dicampur hingga didapat adonan yang lengket (sticky). Selanjutnya dilakukan penambahan bumbu lainnya, campur sampai homogen secara cepat, cermat, saniter dalam kondisi suhu dingin. 10.2.10 Pembentukan a) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene, kemunduran mutu karena kesalahan penanganan. b) Tujuan: mendapatkan bentuk produk sesuai dengan spesifikasi. c) Petunjuk: adonan dibentuk kemudian dibungkus dengan kulit pangsit, untuk keong mas dibentuk menyerupai kerucut, sedangkan ekkado dibungkus dengan kembang tahu setengah kering dan atau tanpa diikat secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi suhu dingin. 10.2.11 Pengukusan a) Potensi bahaya: pertumbuhan bakteri patogen dan cacat mutu karena suhu dan waktu yang tidak sesuai spesifikasi. b) Tujuan: mendapatkan mutu dan keamanan siomay ikan sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: siomay ikan dikukus sesuai spesifikasi. 10.2.12 Pendinginan a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena karena kesalahan penanganan. b) Tujuan: menurunkan suhu siomay ikan sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: siomay ikan didinginkan dengan cara ditiriskan atau dibantu dengan blower atau kipas angin secara cermat dan saniter. 10.2.13 Sortasi 2 a) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene. b) Tujuan: mendapatkan siomay ikan yang aman dan sesuai dengan spesifikasi. c) Petunjuk: siomay ikan disortir secara cepat, cermat dan saniter. 10.2.14 Pengemasan dan penimbangan a) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene dan ketidaksesuaian label. b) Tujuan: melindungi siomay ikan dari kerusakan dan kontaminasi mikroba serta mendapatkan siomay ikan sesuai spesifikasi. c) Petunjuk: siomay ikan dikemas dan ditimbang sesuai spesifikasi serta dilakukan secara cepat, cermat dan saniter. 10.2.15 Penyimpanan beku a) Potensi bahaya: kemunduran mutu karena kesalahan penanganan dan pertumbuhan bakteri karena fluktuasi suhu penyimpanan dan kurangnya sanitasi dan higiene. b) Tujuan: mempertahankan mutu dan menghindari pertumbuhan bakteri patogen. c) Petunjuk: produk disimpan dalam suhu dan fluktuasi sesuai dengan spesifikasi. BSN 2013 8 dari 12

10.2.16 Pemuatan a) Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene dan kesalahan penanganan. b) Tujuan: mendapatkan produk yang aman dikonsumsi dan terlindung dari kerusakan fisik selama pemuatan. c) Petunjuk: produk dalam kemasan dimuat dalam alat transportasi dan terhindar dari penyebab yang dapat merusak atau menurunkan mutu produk. 11 Persyaratan pengemasan 11.1 Bahan kemasan Bahan kemasan harus bersih, tidak mencemari produk yang dikemas, terbuat dari bahan yang baik dan memenuhi persyaratan bagi produk pangan. 11.2 Teknik pengemasan Produk dikemas dengan cepat, cermat, saniter dan higienis. Pengemasan dilakukan dalam kondisi yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi. 12 Pelabelan Setiap kemasan produk yang akan diperdagangkan diberi label sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BSN 2013 9 dari 12

Lampiran A (normatif) Lembar penilaian sensori Tabel A.1 - Lembar penilaian sensori siomay ikan Nama panelis :.. Tanggal:... Cantumkan kode contoh pada kolom yang tersedia sebelum melakukan pengujian. Berilah tanda pada nilai yang dipilih sesuai kode contoh yang diuji. Spesifikasi Nilai Kode Contoh 1 2 3 4 5 1. Kenampakan Cerah spesifik produk, tanpa lendir 9 Cukup cerah, tanpa lendir 7 Agak kusam, sedikit lendir 5 Kusam, berlendir 3 2. Bau Kuat Spesifik produk 9 Cukup kuat spesifik produk 7 Netral 5 Busuk 3 3. Rasa Kuat spesifik produk 9 Cukup kuat spesifik produk 7 Agak masam 5 Masam 3 4. Tekstur Padat dan kompak, 9 Cukup padat dan kompak, 7 Agak lembek 5 Lembek 3 BSN 2013 10 dari 12

Kemasan dan label Gudang penerimaan kemasan Lampiran B (informatif) Diagram alir proses pengolahan siomay ikan Penerimaan Bahan lainnya Pencucian Penghalusan Bahan baku Beku Segar Pelelehan Sortasi 1 Pencucian 1 Penyiangan Pencucian 2 Pengambilan daging Pelumatan daging Pencampuran Pembentukan Pengukusan Pendinginan Sortasi 2 Pengemasan dan Penimbangan Penyimpanan Pemuatan Gambar B.1 - Diagram alir proses pengolahan siomay ikan BSN 2013 11 dari 12

Bibliografi Comission Regulation (EC) No 1881/2006, amending Regulation (EC) No 466/2001 as Regards Heavy Metals-Official Journal of the European Union. Council Regulation (EC) No 104/2000 (o) L 17.21.1.2000.p.22- Office for Official Publications of the European Communities. Permenkes No. 492/MENKES/ PER/ IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor: Hk.00.05.52.4040, tentang Kategori Pangan, Tahun 2006. BSN 2013 12 dari 12