MENGKAJI ULANG HARI JADI GARUT Tinjauan Teori dan Metodologi

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

NOVEL DAN SEJARAH MAKALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

METODE SEJARAH. Presentasi Oleh HY Agus Murdiyastomo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PERISTIWA SEJARAH

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Agus Mulyana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

PENGANTAR ILMU SEJARAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia

MENJADI PENELITI SEJARAH Oleh: Miftahuddin

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengajaran Sejarah Pada Generasi Muda Secara Efektif

Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah *) Oleh : Agus Mulyana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan totalitas pengalaman yang dapat dipandang dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB III METODE PENELITIAN

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.4. Bentuk publikasi secara tertulis tentang peristiwa pada masa lampau

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ki Gede Sebayu merupakan tokoh pendiri Tegal yang telah dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

METODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1).

METODE PENELITIAN. suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PERTEMUAN KE 1-2. : Pendidikan Sejarah/Pendidikan Sejarah

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah Resume Pengarang: Sartono Kartidirdjo

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

SEJARAH LOKAL DI INDONESIA OLEH: MURDIYAH WINARTI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MUATAN LOKAL DAN SEJARAH GARUT: PERSPEKTIF PAEDAGOGIS *)

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

NASKAH SUMBER ARSIP :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

Sejarah Dan Pembangunan Bangsa. A. Sobana Hardjasaputra Guru Besar Ilmu Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Barat. Berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode dan teknik penelitian

UKBM SEJARAH 3.6/4.6/1/6-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan suatu proses dalam membuat suatu kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

PANDUAN KULIAH KERJA LAPANGAN ( KKL) JAWA TENGAH / YOGYAKARTA 2013

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

Transkripsi:

MENGKAJI ULANG HARI JADI GARUT Tinjauan Teori dan Metodologi MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Mengkaji Ulang Hari Jadi Garut. Diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung Belerja Sama dengan Pemkab. Garut dan Puslit KKLPPM Universitas Padjadjaran pada hari Selasa, 10 Maret 2009 di Pendopo Kabupaten Garut oleh: Mumuh Muhsin Z. PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2009

MENGKAJI ULANG HARI JADI GARUT Tinjauan Teori dan Metodologi 1 oleh Mumuh Muhsin Z. 2 Abstrak Sesungguhnya tidak ada penulisan sejarah yang final. Secara metodologis terbuka peluang penulisan ulang sejarah. Alasannya adalah setiap generasi ada kecenderungan menulis sejarahnya sendiri. Kemudian, ada kemungkinan ditemukan sumber-sumber baru dan metodologi baru. Selain itu, terbuka kemungkinan juga adanya penafsiran-penafsiran baru. Atas dasar alasan tersebut, sejarah Garut pun, khususnya yang berkait dengan hari jadinya bisa bahkan perlu dikaji ulang. Pengantar Sejarah adalah ilmu yang mempelajari segala aktivitas masa lalu manusia, yang meliputi aktivitas sosial, ekonomi, politik, budaya, agama, dan sebagainya. Sejarawan bertugas melakukan rekonstruksi masa lalu itu dalam bentuk kisah sejarah (historiografi). Lengkap tidaknya hasil rekonstruksi bergantung pada seberapa banyak masa lalu itu meninggalkan jejak (traces), dan seberapa banyak si peneliti bisa menemukan jejak itu. Jejak ini sering diistilahkan sebagai sumber (sources), data, fakta (fact), bukti (evidence), atau saksi mata (eyewitness). Karya sejarah yang disusun oleh seseorang mencerminkan kemampuan orang itu dalam melacak jejak dan menemukan sumber-sumber. Selain itu, 1 Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr. A. Sobana Hardjasaputra yang telah memberikan banyak masukan pada makalah ini. 2 Pengajar Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. 2

kualitas karyanya pun mencermintan kemampuan si penyusun dalam memberikan penafsiran (interpretation) terhadap sumber; kemampuan memberikan penafsiran sangat dipengaruhi oleh penguasaannya atas teori dan metodologi. Yang sering jadi persoalan adalah pada saat menulis, tidak ada peneliti sejarah yang bisa mendapatkan semua sumber sejarah terkait dengan sekaligus secara lengkap, pada sisi lain teori dan metodologi pun terus berkembang. Atas dasar alasan itulah penulisan kembali sejarah itu sering dilakukan. Dengan demikian, meninjau ulang tulisan sejarah, termasuk di dalamnya penentuan hari jadi adalah sesuatu yang lumrah dan halal selama hal itu dilakukan dengan pertanggungjawaban ilmiah demi sebuah kebenaran. Bahkan, seorang sejarawan Amerika, Carl Lotus Becker (1873-1945), lebih ekstrem lagi, melaui artikelnya berjudul Everyman His Own Historian secara implisit mengesankan bahwa setiap generasi menulis sejarahnya sendiri, setiap rezim menulis sejarahnya sendiri, setiap orang boleh menulis ulang sejarah yang pernah ditulis orang lain. Hal tersebut tercermin pula dalam tulisan sejatah Garut; pernah dilakukan oleh Sulaeman Anggapraja, Kunto Sofianto, Warjita, mungkin juga masih ada yang lainnya. Penulisan Ulang Sejarah Menulis ulang sejarah sangat dimungkinkan untuk dilakukan karena, paling tidak, tiga hal, yaitu: 1. Ditemukan sumber-sumber baru. 2. Munculnya teori dan metodologi baru. 3. Munculnya penafsiran/interpretasi baru. Sumber (sources) sejarah adalah bahan yang jadikan rujukan (reference) oleh sejarawan ketika dia menulis karya sejarah. Sumber tersebut memiliki fungsi memperkuat argumen, menggugurkan argumen, atau 3

membandingkan argumen. Bagi sejarawan sumber adalah segala-galanya; tidak ada sumber, tidak ada sejarah. Sumber sejarah itu ada yang disebut sumber primer, sekunder, tersier, dan seterusnya. Sejarawan mengidealkan menggunakan sumber primer, yakni sumber dari tangan pertama, sumber sezaman, atau sumber yang dibuat atau dituturkan oleh orang yang menyaksikan langsung peristiwa. Dilihat dari segi bentuknya, sumber itu terdiri atas: 1) sumber benda atau sumber tak tertulis (unwritten sources) meliputi artefak dan benda-benda. Artefak adalah benda-benda peninggalan masa lampau seperti tembikar, keramik, lukisan tapak tangan, dan lukisan-lukisan binatang di gua-gua, keranda, manik-manik, foto, peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Sumber-sumber benda antara lain berupa bangunanbangunan, monumen, senjata, candi-candi, rumah, dan lain-lain. 2) sumber tertulis (written sources), seperti arsip, dokumen, surat, surat kabar. 3) sumber-sumber lisan (oral sources), yaitu sumber yang diperoleh melalui wawancara sejarah lisan dengan pelaku-pelaku sejarah. Sumber lisan memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya sebagai sumber sejarah. Dalam sejarah tradisional sumber sejarah lisan (oral sources) dapat berbentuk cerita rakyat (folklore), mitos, legenda, carita, pantun, beluk, dan sebagainya. Sumber-sumber sejarah yang bisa juga dikategorikan sumber lisan adalah fiksi, nyanyian, puisi, petatah-petitih, dan sebagainya. Sumber-sumber seperti ini memiliki makna historis, karena dapat mengungkapkan rasa suka dan duka, memberikan nuansa lokal dan lingkungan tertentu, seringkali pula mengungkapkan nilai-nilai moral masyarakat sekitar, serta mampu merefleksikan suasana kultural dan jiwa zaman (zeitgeist)-nya. Sumber sejarah jenis ini sangat bermanfaat guna menangkap fakta mental (mentifact) dan fakta sosial (socifact)-nya, sehingga keutuhan sejarah kemanusiaan (human history) bisa diperoleh. Di Garut pun berkembang mitos-mitos seperti Prabu Siliwangi, Bagendit, 4

Dalem Boncel, Roro Kidul, dan sebagainya. Kesemua itu, dalam batasbatas tertentu memiliki arti bagi penelitian sejarah setelah kritik metodologis. Bisa jadi ada sumber-sumber sejarah (benda, tertulis, atau lisan), yang pada saat Sulaeman Anggapradja, Kunto Sofianto, atau Warjita menulis Sejarah Garut, belum ditemukan atau belum digunakan. Sebagai ilustrasi, beberapa waktu belakangan ini di Jawa Barat ditemukan sejumlah artefak, di antaranya bekas reruntuhan candi di Karawang, di Kabupaten Bandung, dan di Kabupaten Tasikmalaya. Semua temuan baru ini akan mengubah tulisan sejarah Indonesia, terutama untuk periode Zaman Hindu-Buddha, sehingga sejarah Indonesia untuk periode pra-sejarah dan periode Hindu-Budha harus ditulis ulang. Teori dan metodologi sejarah pun terus berkembang, dari yang semula bersifat konvensional berubah ke sejarah dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial. Sejarah konvensional memiliki beberapa kecenderungan, misalnya berorientasi pada penulisan peristiwa-peristiwa besar dan orang-orang besar (great events dan great man) seperti perang, diplomasi, pahlawan, politik, dan sebagainya. Penulisan sejarah seperti ini sering bersifat deskriptif-naratif. Sejarah nonkonvensional adalah sejarah dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial yang berorientasi pada kelas sosial (buruh, petani, elite), peristiwa sosial, institusi sosial, fakta sosial (kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas, kesalehan, kekesatriaan, demografi, migrasi, urbanisasi, dan sebagainya) (Kuntowijoyo, 2003). Penulisan sejarah jenis ini lebih bersifat analisisstruktural. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kemampuan menafsirkan pun turut berkembang, sudut pandang filosofis pun berkembang. Atas dasar itu, untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi dan lebih memuaskan hasrat intelektualitas manusia, maka penulisan ulang sejarah (termasuk penetapan hari jadi) selalu terbuka untu dilakukan. 5

Atribut Garut Atribut atau predikat yang melekat pada Garut bisa bermacam-macam. Garut sebagai tempat pemukiman; Garut sebagai kota (industri, pendidikan, pariwisata, santri); Garut sebagai pusat perdagangan; Garut sebagai kota pemerintahan; Garut sebagai kabupaten; Garut sebagai kota perkebunan dan pertanian, dan sebagainya. Masing-masing predikat ini perlu penjelasan yang didukung fakta. Dengan demikian, perkembangan Garut sebagai kota, kurang lebih bisa diurutkan sebagai berikut: 1. Kota yang berkembang karena kegiatan pertanian. 2. Kota yang tumbuh karena kegiatan pasar, pengumpulan, dan distribusi barang. 3. Kota yang berkembang sebagai pusat kegiatan keagamaan. 4. Kota sebagai tempat kedudukan penguasa 5. Kota pusat politik, pendidikan, industri, pariwisata, dan kota koloni. Mencari Hari Jadi Kota Mencari hari jadi kota memiliki arti penting, baik secara idealis maupun secara praktis-pragmatis. Arti penting hari jadi kota sejajar dengan arti pentingnya kita mengetahui sejarah sendiri, mengetahui jati diri. Moal aya kiwari mun euweuh bihari ; moal aya ayeuna mun euweuh kamari; moal aya isuk mun euweuh ayeuna. Sejarah adalah proses yang terus-menerus. Garut bukan kota yang uju-ujug aya, tapi Garut memiliki masa lalu; masa lalu yang panjang penuh liku. Mengetahui masa lalu itu penting untuk cermin diri, sekaligus sebagai barometer untuk mengukur prestasi. Hal itu hanya mungkin terjadi kalau Garut memiliki titimangsa hari jadi. Secara pragmatis memiliki hari jadi pun penting. Bukankah acara-acara seremonial tertentu baik di lembaga pemerintahan maupun di lembaga legislatif sering diselenggarakan 6

dengan mengambil momen hari jadi kota/kabupaten. Tentu saja kita ingin hari jadi Garut itu didasarkan pada landasan historis yang benar dan ilmiah. Pertimbangan-petimbangan yang sering dijadikan alasan menetapkan hari jadi adalah: 1. Dicari dari kronologi yang setua mungkin. 2. Mampu menimbulkan rasa bangga penduduk dan warga masyarakat seluruhnya. 3. Mempunyai ciri khas atau identitas yang jelas. 4. Bersifat Indonesia-sentris bukannya Neerlando-sentris Masalah-masalah yang muncul dalam menetapkan hari jadi kota adalah: 1. Bila mencari hari jadi kota dalam arti waktu resmi menjelma menjadi kota, maka perlu diketahui bahwa kota-kota di Jawa umumnya disahkan melalui surat keputusan pemerintah kolonial Belanda, atau dapat juga berupa piagem dari penguasa tradisional. 2. Bila hari jadi kota ingin mendasarkan pada kronologi awal terbentuknya pemukiman di suatu daerah, maka harus digunakan berbagai sumber sejarah yang lebih tua lagi (prasasti, babad, berita asing). Bukti-bukti adanya pemukiman paling awal di suatu wilayah dapat dilacak melalui: 1. Adanya peninggalan prasasti otentik di lokasinya (in-situ) atau prasasti yang sudah disimpan di tempat lain, namun bertutur tentang suatu wilayah. 2. Adanya sumber-sumber tertulis tradisional, babad dalam bentuk naskah lontar atau turunannya, berita-berita asing, dan arsip surat-surat keputusan pemerintah kolonial 3. Adanya peninggalan artefaktual sezaman dengan kronologi yang telah disepakati. 7

Ketentuan Memilih Tanggal Hari Jadi a. Ketentuan Umum Sebelum penelitian dilakukan, perlu ditetapkan lebih dahulu, hari jadi apa yang akan dicari. Apakah hari jadi kabupaten atau hari jadi kota? Hal itu penting dilakukan, karena pengertian kabupaten jelas berbeda dengan pengertian kota. Kabupaten mengacu pada bentuk pemerintahan, sedangkan kota mengacu pada aspek fisik. Oleh karena itu, peneliti harus memahami benar latar belakang pembentukan kabupaten atau pendirian kota. b. Ketentuan Khusus 1. Pencarian sumber (primer dan sekunder) harus tuntas. 2. Tanggal yang dipilih berasal dari sumber akurat, yaitu sumber yang memuat data atau menyampaikan informasi yang dapat dipercaya (credible). Dengan kata lain, tanggal hari jadi harus sesuai dengan fakta sejarah yang kuat (hard fact). 3. Pemilihan tanggal harus objektif. Dari siapa/pihak mana sumbernya berasal, dan siapa/pihak mana yang mendirikan kabupaten atau kota, tidak perlu dipermasalahkan, yang penting informasinya dapat dipertanggungjawabkan. 4. Apabila perolehan tanggal harus melalui interpretasi/penafsiran, dua syarat harus dipenuhi, yaitu: a) memperhatikan konteks permasalahannya, dan b) interpretasi/penafsiran itu dilandasi oleh sikap objektif-rasional, bukan subjektif-emosional. 5. Dalam kasus penetapan hari jadi kabupaten atau kota yang menimbulkan pro-kontra, tanggal yang telah dipilih harus dikaji ulang secara seksama. Revisi atau penulisan ulang sejarah, bukan hal yang tabu, melainkan justru suatu keharusan, agar tidak mewariskan sejarah yang salah kepada generasi penerus. 8

Apabila kemudian ditemukan fakta baru atau interpretasi baru yang lebih kuat, maka tanggal yang telah ditetapkan sebelumnya menjadi gurur, diganti oleh tanggal menurut fakta yang lebih dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Simpulan Sejarah tidak tabu untuk ditulis ulang. Pengulangan penulisan sejarah itu tidak menaifkan atau menihilkan karya-karya sejarah yang ada sebelumnya. Demikian pula halnya dengan ketetapan hari jadi kota atau kabupaten, terbuka kemungkinan untuk selalu ditinjau ulang. Penulisan sejarah kota tidak bisa dipisahkan dengan penetapan hari jadi kota. Dengan demikian, kedua hal tersebut semestinya dilakukan simultan. Atau, dengan kata lain, penetapan hari jadi kota atau kabupaten itu harus didasarkan atas kajian sejarah yang kritis dan analitis. Melalui forum ini saya mengusulkan dua hal. Pertama, pemerintah Kabupaten Garut harus memprogramkan penulisan kembali Sejarah Kabupaten Garut secara komprehansif, ilmiah, dan profesional. Kedua, atas dasar kajian sejarah itu, menetapkan hari jadi Garut. 9

Daftar Sumber Becker, Carl Lotus. 1931. Everyman His Own Historian, Annual address of the president of the American Historical Association, delivered at Minneapolis. December 29, 1931. From the American Historical Review, Volume 37, Issue 2, p. 221-236. Garraghan, Gilbert J. 1982. A Guide to Historical Method. New York: Fordham University Press. Hardjasaputra, A. Sobana. 2008. Metode Penelitian Sejarah (Me tode Sejarah), dalam http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/ publikasi_dosen/ metode_penelitian_sejarah.pdf diakses tanggal 3 Februari 2009. Kuntowijoyo.1995. Penganntar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang. Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana. Munandar, Agus Aris. t.th. Indramayu Perspektif Arkeologi-Sejarah. T.t.: t.p. Sumber, Bukti, Fakta Sejarah, dalam http://hapbiker.wordpress.com/ 2007/08/15/bukti-fakta-dan-sumber-sejarah/ 10