BAB I PENDAHULUAN. Masalah pertanahan di Indonesia telah muncul dengan beragam wujud

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB V PENUTUP. Kabupaten Tabalong, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai pertanahan tidak pernah surut. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. qqqqqqqnegara Indonesia merupakan Negara agraris, sehingga tanah mempunyai arti

BAB I PENDAHULUAN. kepastian hukum atas kepemilikan tanah tersebut. ayat (3) menentukan bahwa, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

I. PENDAHULUAN. Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB VI SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai

BAB II PERAN KANTOR PERTANAHAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

NASKAH PUBLIKASI MEDIASI DAN SENGKETA TANAH (STUDI TENTANG KEKUATAN PENYELESAIAN SENGKETA JUAL BELI TANAH DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KUDUS)

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL. Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

Pertanyaan: Ringkasan Jawaban: Analisa. 1. Surat Tanah di Indonesia. Dapat kah dilakukan amandemen nama pemilik pada surat tanah?

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat mencegah permasalahan mengenai harta warisan tersebut, hukum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. terhadap persepsi yang berbeda, perbedaan-perbedaan tersebut dapat pula

PENYELESAIAN SENGKETA DALAM JUAL BELI TANAH DI LUAR PENGADILAN DI KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB V PENUTUP. penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

SURAT EDARAN NOMOR 9/SE/X/2017

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

AKIBAT HUKUM PENGALIHAN HAK JUAL BELI MELALUI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH ATAS TANAH WARISAN TANPA PERSETUJUAN SALAH SATU AHLI WARIS LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang paling atas. Yang dimanfaatkan untuk menanami tumbuh-tumbuhan disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon

BAB V PENUTUP. dengan masyarakat Desa Waepana melalui mediasi adalah sebagai berikut,

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PENGKAJIAN DAN PENANGANAN KASUS PERTANAHAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Seorang yang memiliki HGB yang sudah habis masa berlakunya, maka

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENUTUP. bertentangan dengan Pasal 19 ayat (2) huruf C UUPA yang menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia terkenal dengan sebutan Archipelago yang hilang

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH

I. PENDAHULUAN. kegiatannya manusia selalu berhubungan dengan tanah. Sehubungan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. itu, kebijakan pembangunan pertanahan haruslah merupakan bagian yang tidak

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya tanah bagi manusia, menyebabkan tanah mempunyai nilai tinggi, dimana

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan waris muncul dan dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertanahan di Indonesia telah muncul dengan beragam wujud dalam banyak aspek. Pangkal suatu sengketa tanah tidak selamanya berasal dari tuntutan warga masyarakat yang tanahnya dicaplok oleh orang lain yang tidak berhak, tetapi tidak jarang terjadi tuntutan mereka yang merasa berhak dan orangorang yang berspekulasi menuntut tanah orang lain yang ingin dikuasainya karena mereka mengetahui si pemilik tidak punya bukti yang kuat terhadap tanahnya. Selain itu juga tidak jarang terjadi, sengketa tanah justru berpangkal pada tidak adanya jaminan kepastian hukum dari alat bukti yang dipunyai oleh pemilik tanah termasuk sertipikat tanah yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Bukti hak tanah berupa sertipikat ini merupakan persoalan pokok yang cukup menimbulkan kerumitan dalam sengketa tanah. Dalam Undang-Undang Pokok Agraria (selanjutnya disebut dengan UUPA) yang merupakan induk dari perundang-undangan pertanahan di Indonesia, menetapkan dalam Pasal 19 bahwa salah satu kegiatan pendaftaran tanah adalah pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Penjelasan Umum UUPA juga menyebutkan bahwa pendaftaran itu akan diselenggarakan dengan mengingat pada kepentingan serta keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas

2 sosial ekonomi dan kemungkinan-kemungkinannya dalam bidang personil dan peralatannya. Semenjak ada penegasan tersebut yang kemudian ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, yang kemudan dicabut dan digantikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pelaksanaan Pendaftaran Tanah masih terkesan berjalan lambat. Masih banyak pemilik tanah yang belum memiliki kesadaran untuk mendaftarkan hak atas tanahnya sehingga kemudian kegiatan pendaftaran tanah digiatkan dengan berbagai proyek seperti PRONA atau LARASITA. Dalam kondisi yang demikian adalah sangat wajar sekali bilamana kegiatan pendaftaran tanah yang bertujuan untuk menciptakan kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah, pelaksanaan kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah belum terwujud sepenuhnya dan mengundang timbulnya banyak sengketa. Kondisi dan situasi pendaftaran tanah di Indonesia masih bertumpu pada sistem negatif, walaupun ada kecenderungan ke arah sistem positif, dimana dalam sistem negatif alat bukti hak yang bernama sertifikat hanya merupakan bukti yang kuat bukan merupakan bukti yang mutlak. Seseorang yang namanya tercatat dalam sertifikat tidak secara mutlak menunjukkan bahwa ia adalah pemilik tanah yang bersangkutan. Hal ini karena sertifikat tersebut masih dapat dibatalkan bilamana ada pihak yang merasa lebih berhak atas tanah tersebut dengan alat bukti lain bahwa ia adalah pemilik tanah yang bersangkutan maka Pengadilan dapat membatalkan sertifikat tersebut.

3 Penyelesaian sengketa pertanahan tidak selamanya harus dilakukan melalui proses peradilan. Penyelesaian yang dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat terkadang cukup efektif dalam menyelesaikan sengketa pertanahan. Penyelesaian demikian dapat dikategorikan sebagai bentuk penyelesaian melalui mediasi tradisional. Mengingat kultur masyarakat Indonesia yang kental dengan nuansa musyawarah untuk manfaat. Selain itu dikenal pula penyelesaian melalui Kantor Pertanahan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN). Dalam rangka penyelesaian sengketa melalui cara ini telah ditetapkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 34 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan. Dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan ini disebutkan bahwa sengketa pertanahan adalah perbedaan pendapat mengenai: a. Keabsahan suatu hak b. Pemberian hak atas tanah c. Pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihannya dan penerbitan tanda bukti haknya antara pihak yang berkepenitngan dengan instansi di lingkungan Badan Pertanahan Nasional. Petunjuk teknis ini dibuat karena selain penyelesaian sengketa melalui pengadilan/litigasi, di dalam sistem hukum nasional dikenal penyelesaian sengketa melalui lembaga di luar peradilan/non litigasi sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dikatakan pula bahwa salah satu alternatif penyelesaian sengketa diselesaikan melalui proses mediasi yang merupakan proses

4 penyelesaian berdasarkan prinsip win-win solution yang diharapkan memberikan penyelesaian secara memuaskan dan diterima semua pihak. Hasil akhir dari Mediasi Pertanahan adalah keputusan penyelesaian sengketa yang merupakan kesepakatan para pihak yang bersangkutan. Kesepakatan tersebut pada pokoknya berisi opsi yang diterima, hal dan kewajiban para pihak. Berdasar kesepakatan tersebut secara substansi mediasi telah selesai, sementara tindak lanjut pelaksanaannya menjadi kewenangan Pejabat Tata Usaha Negara. Setiap kegiatan mediasi hendaknya dituangkan dalam Berita Acara Mediasi. Formalisasi kesepakatan secara tertulis dengan menggunakan format perjanjian, agar mempunyai kekuatan mengikat berita acara tersebut ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Mediasi pertanahan sebagaimana tersebut di atas tidak melibatkan pengadilan sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999. Tata cara penyelesaian sengketa pertanahan ini dimutakhirkan dengan dikeluarkannya Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 yang mengatur tentang mekanisme penyelesaian sengketa tanah. Tercatat dalam BPN RI bahwa di Indonesia untuk tahun 2013 terdapat 2.335 kasus, tahun 2014 sendiri terdapat 4.223 kasus pertanahan, yang diselesaikan melalui mediasi sebanyak 793 kasus dan 508 melalui litigasi, dan sisanya masih berproses di pengadilan 1. Dalam laporan ini memperlihatkan bahwa jalur mediasi lebih banyak menyelesaikan kasus pertanahan dibandingkan dengan litigasi pada kurun waktu yang sama. Sedangkan untuk Provinsi Kalimantan 1 www.bpn.go.id diakses pada tanggal 18 Oktober 2015

5 Selatan sendiri pada tahun tahun 2013 terdapat 20 kasus, 2014 terdapat 17 kasus pertanahan dimana hanya (satu) kasus yang telah diselesaikan dan penyelesaian tersebut adalah melalui mediasi. Sisa 16 kasus lainnya masih berproses di pengadilan. Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Selatan sepanjang bulan Januari- Desember 2015 memiliki 36 kasus pertanahan baik berupa sengketa, konflik maupun perkara. Kantor Pertanahan Kabupaten Tabalong mempunyai 7 kasus pertanahan dan hanya 2 (dua) yang diselesaikan melalui mediasi sedangkan 5 (lima) kasus lainnya masih berproses pada jalur litigasi. Hal ini memperlihatkan bahwa jalur litigasi masih menjadi pilihan utama dalam menyelesaikan kasus pertanahan meskipun jalur ini lebih berbelit dan lama daripada mediasi yang cenderung lebih singkat dan berbiaya murah. Apalagi pada Kantor Pertanahan setempat terdapat seksi sengketa,konflik dan perkara yang bertugas untuk membantu penyelesaian kasus pertanahan sehingga biaya penyelesaian seharusnya menjadi semakin murah. Didukung pula dengan kondisi kultur masyarakat Tabalong yang masih bersifat kekeluargaan dengan lokasi yang cukup jauh dari perkotaan akan sangat mendukung pelaksanaan mediasi penyelesaian sengketa pertanahan. Penyelesaian sengketa dengan menggunakan mediasi tentunya akan mencegah konflik antar anggota masyarakat. Kenyataan ini lah yang menginsipirasi penulis untuk mengangkat sebuah penelitian dengan judul Analisis Pelaksanaan Penyelesaian Sengketa Pendaftaran Tanah Melalui Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa (Studi Kasus Kantor Pertanahan Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan)

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas rumusan masalah yang ingin dijawab adalah : 1. Bagaimana pelaksanaan mediasi sebagai upaya hukum penyelesaian sengketa pendaftaran tanah pertama kali di Kantor Pertanahan Kabupaten Tabalong? 2. Apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan penyelesaian sengketa pendaftaran tanah pertama kali melalui mediasi? 3. Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan mengkaji pelaksanaan mediasi sebagai upaya hukum dalam penyelesaian sengketa pendaftaran tanah pertama kali. 2. Untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis kendala-kendala dalam pelaksanaan penyelesaian sengketa pendaftaran tanah pertama kali melalui mediasi. 3. Untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat menggunakan jalur mediasi sebagai upaya hukum dalam menyelesaikan sengketa.

7 D. Manfaat Penelitian Suatu Penelitian harus mempunyai manfaat agar penelitian yang telah dilakukan tersebut tidak sia-sia dan berguna untuk semua masyarakat yang membutuhkannya. 1. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan mampu menjadi sumbangan pemikiran dan bahan masukan perkembangan Hukum Pertanahan pada umumnya dan khususnya dalam rangka penyelesaian sengketa melalui mediasi. 2. Bagi pembangunan bangsa dan negara Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi pemerintah maupun pemerintah daerah, instansi Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional serta masyarakat luas dalam menyelesaikan sengketa pendaftaran tanah melalui jalur mediasi E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, setelah melakukan pengamatan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan Perpustakaan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, penelitian mengenai penyelesaian sengketa pendaftaran tanah secara mediasi pada Kantor Pertanahan Kabupaten Tabalong belum pernah dilakukan, tetapi ditemukan kaitan dengan tesis yang berjudul Pelaksanaan Penyelesaian Sengketa Pendaftaran Tanah Secara Mediasi Pada

8 Kantor Pertanahan Kota Padang 2. Akan tetapi penelitian tersebut lebih di fokuskan kepada deskripsi pelaksanaan mediasi dengan melibatkan tetua adat minang dan juga berkaitan dengan tesis yang berjudul Tinjauan Yuridis Acte Van Dading Yang Dibuat Dihadapan Notaris Dalam Proses Penyelesaian Mediasi Sengketa Tanah dimana tesis ini menganalisis tentang keabsahan akta perdamaian 3. Perbedaannya, kedua tesis tersebut tidak menganalisis kendalakendala dalam pelaksanaan mediasi serta upaya-upaya dalam mengatasi kendala yang muncul dalam proses pelaksanaan penyelesaian sengketa pendaftaran tanah. Apabila terdapat penelitian yang mirip diluar pengetahuan penulis, maka hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk saling melengkapi satu sama lain. 2 Rusman, 2009, Pelaksanaan Penyelesaian Sengketa Pendaftaran Tanah Secara Mediasi Pada Kantor Pertanahan Kota Padang,Tesis, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta 3 Arif Ramasiwi Gayuh Priambodo, 2014, Tinjauan YuridisAacteVan Dading Yang Dibuat Di Hadapan Notaris Dalam Proses Penyelesaian Mediasi Sengketa Tanah, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta