BAB I PENDAHULUAN. lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik menyebabkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian; (4) manfaat penelitian; (5) batasan

REKOMPAK-JRF Pascagempa Dan tsunami 2006

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

PERENCANAAN HUNTAP PAGERJURANG

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

STATUS 28 NOVEMBER 2011

EVALUASI KINERJA BKM / TPK

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

PASCA ERUPSI MERAPI PELAKSANAAN BANTUAN DANA LINGKUNGAN (BDL) DAN PELAKSANAAN BANTUAN DANA RUMAH (BDR)

SOSIALISASI KEGIATAN REHABILITASI/REKONSTRUKSI PASKA GEMPA BUMI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya (magnitude). Disamping

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

Klasifikasi Pinjaman dan Hibah

BAB I PENDAHULUAN. tiga gerakan yaitu gerakan sistem sunda di bagian barat, gerakan sistem pinggiran

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara dibawah koordinasi Satkorlak Bencana Gempa dan Tsunami di Banda

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

HALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PROYEK KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto, 2011).

RINGKASAN EKSEKUTIF. Kerusakan dan Kerugian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Latar Belakang. Dalam rentang waktu antara 2004 dan 2010, beberapa bencana alam yang cukup parah melanda Indonesia:

KEADAAN UMUM WILAYAH. koorditat 07 º 40 42,7 LS 07 º 28 51,4 LS dan 110º 27 59,9 BT - 110º 28

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA KOTA MANADO

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

menyatakan bahwa Kabupaten Klaten memiliki karakter wilayah yang rentan terhadap bencana, dan salah satu bencana yang terjadi adalah gempa bumi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

I. Permasalahan yang Dihadapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. tiga lempeng tektonik dunia yaitu Hindia-Australia di Selatan, Pasifik di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

PERMASALAHAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCAGEMPA 27 MEI 2006 DI YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH

Erupsi Merapi DIY & Jateng (2010) Gempa & Tsunami Pangandaran Jabar (2007)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Disampaikan pada Sosialisasi RP2KP/SPPIP Semarang, 5 Juni 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

Sistem Manajemen Bencana cluster kesehatan Kasus: Bencana Merapi yang berkepanjangan di Propinsi DIY dan Jawa Tengah

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

Peristiwa ini menjadi

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Klaten merupakan bagian dariprovinsi Jawa Tengah, yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Letak negara Indonesia yang berada pada tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik menyebabkan Indonesia sering mengalami bencana gempa bumi dan gunung meletus. Gempa bumi terbesar dengan korban dan kerusakan cukup parah dalam kurun waktu lima tahun terakhir adalah gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United State Geological Survey melaporkan bahwa gempa terjadi sebesar 6,2 pada skala Richter. (www.wikipedia.org) Gempa dengan kekuatan besar tersebut membawa akibat pada daerah sekitar Yogyakarta yaitu Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas. Karena begitu besarnya kekuatan gempa yang terjadi mengakibatkan kerusakan yang besar juga. Diantaranya rusaknya infrastruktur wilayah, rusaknya tempat tinggal penduduk, rusaknya modal sosial masyarakat serta lebih dari 5.800 jiwa meninggal dunia dan menimbulkan trauma yang mendalam terhadap korban gempa. (www.vivanews.com) Dalam wikipedia juga dilaporkan bahwa kerusakan akibat gempa tersebut juga menimpa situs-situs bersejarah yaitu:

2 Tabel 1.1 Kerusakan Situs-situs Bersejarah Akibat Gempa Bumi D. I Yogyakarta No Nama situs bersejarah Jenis kerusakan 1 Candi Prambanan Bagian-bagian candi runtuh dan beberapa batuan yang menyusun candi rusak 2 Makam Imogiri Beberapa kuburan amblas, lantai-lantai retak dan amblas, sebagian tembok dan bangunan runtuh, hiasan keramik pecah 3 Candi Borobudur Bangsal Trajuman yang menjadi simbol keadilan ambruk 4 Bangsal Kraton Yogyakarta Tidak mengalami kerusakan yang berarti 5 Obyek Wisata Kasongan Gapura Kasongan patah di kiri dan kanan, kerajinan keramik sebaian besar rusak parah dan ambruk Sumber: diolah dari www.wikipedia.org Kerusakan yang begitu besar menjadi masalah besar bagi masyarakat dampak gempa tersebut. Di tengah kesulitan yang dihadapi masyarakat saat itu, negara-negara yang tergabung dalam Java Reconstruction Fund melalui World Bank memberikan dana bantuan untuk perbaikan permukiman pada daerah-daerah yang terkena dampak langsung dari bencana alam gempa bumi tersebut. Bantuan diberikan dalam bentuk program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak). Dimana dana yang digunakan adalah hibah dari Java Reconstruction Fund (JRF) yang merupakan kumpulan dari negara-negara European Commission, Netherlands, UK, Finland, Denmark,

3 dan Asian Development Bank yang diadministrasikan oleh Word Bank. (Dokumen Rencana Penataan Permukiman Desa Gombang, 2008) Rekompak adalah program pembangunan kembali permukiman pasca gempa bumi di wilayah D. I Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2006 dengan menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan, dimana sumber dana adalah hibah dari Java Reconstruction Fund (JRF) dan lembaga pelaksana adalah Kementrian Pekerjaan Umum. Dalam implementasiya program Rekompak dilakukan oleh Kementrian Pekerjaan Umum sebagai executing agency dan implementasi dilapangan ditunjuk konsultan sebagai pendamping masyarakat. Ditingkat nasional ditunjuk National Management Consultant (NMC), ditingkat propinsi ditunjuk District Management Consultant (DMC) dan implementasi di tingkat masyarakat didampingi oleh Fasilitator. Pengimplementasian program Rekompak ini mulai dari tanggal 20 Oktober 2006 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2011. (Distric Management Consultant) Untuk menunjang proses rekonstruksi pasca gempa di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, JRF membantu mulai dengan program Bantuan Dana Rumah (BDR) dan dilanjutkan dengan Bantuan Dana Lingkungan (BDL). Tujuan dari Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi rumah pasca bencana gempa DIY dan Jateng ini adalah terbangunnya kembali rumah tahan gempa di wilayah bencana gempa di DIY dan Jateng. Masyarakat harus membangun rumah sesuai dengan Pedoman Teknis Rumah Tahan Gempa. Sedangkan program Bantuan Dana Lingkungan merupakan salah satu program dari Rencana Penataan

4 Permukiman (RPP) atau Community Settlement Plant (CSP). Rencana Penataan Perukiman adalah rencana pembangunan di tingkat kelurahan/desa untuk kurun waktu 5 tahun yang disusun berdasarkan aspirasi, kebutuhan dan cita-cita masyarakat untuk memperbaiki kondisi lingkungan permukimannya serta mendukung kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana. Rekompak ini berbasis pemberdayaan, dari semua kegiatan yang diadakan oleh JRF harus dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan didampingi fasilitator di lapangan. Di Jawa Tengah terdapat tiga kabupaten yang mendapatkan bantuan dana dari JRF yaitu Klaten, Boyolali dan Magelang. Di Klaten, JRF telah berjalan maksimal seperti dikatakan oleh Asung Prakosa selaku Team Leader District (DMC): Di Klaten program JRF bisa berjalan maksimal, selama beberapa tahun terakhir dana yang sudah dikucurkan mencapai 26 miliar. (www.jatengprov.go.id) Klaten merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang terkena dampak langsung gempa bumi tersebut. Kerusakan yang terjadi cukup parah. Korban meninggal akibat gempa mencapai 1.819 jiwa. Di Klaten sendiri jumlah kecamatan yang mendapat bantuan BDR mencapai 12 kecamatan dengan 104 desa yang dikoordinasi oleh JRF dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) pemerintah Kabupaten Klaten. (Distric Management Consultant) Di website resmi Rekompak, disebutkan Klaten menerima bantuan pembangunan rumah korban gempa mencapai 5823 unit dengan jumlah nominal Rp. 66.660.000.000,- dan pembangunan prasarana lingkungan seperti bak kontrol; BOP; box/plat decker; drainase, selokan, SAH, SAL; gorong-gorong; jalan; jalan-

5 cor beton/blok; jalan-makadam; jalan-paving blok; jembatan; sanitasi, MCK; sumur suntik dan talud. Total dana yang diperlukan untuk pembangunan prasarana lingkungan di Klaten ini mencapai 12.912.047.500 juta. (www.rekompakjrf.org) Salah satu desa di Klaten yang memperoleh bantuan JRF adalah Desa Gombang yang termasuk ke dalam kecamatan Cawas. Desa ini merupakan salah satu desa yang mengalami kerusakan parah akibat gempa bumi Yogyakarta. Dalam program Rekompak, Desa Gombang memperoleh tiga program bantuan yaitu Bantuan Dana Rumah (BDR), Bantuan Dana Lingkungan (BDL) dan Simulasi dalam menghadapi bencana. Tidak semua daerah yang terkena dampak gempa mendapat program Bantuan Dana Rumah dan Bantuan Dana Lingkungan. Desa Gombang merupakan salah satu desa yang memenuhi kriteria untuk dapat mengajukan kedua bantuan tersebut. Di Desa Gombang pembangunan rumah yang rusak akibat gempa mencapai 37 buah dengan jumlah bantuan sebesar Rp. 740.000.000,-. Pemberian bantuan untuk per rumah roboh atau rusak parah sebesar Rp. 20.000.000,-. Pemberian bantuan pembangunan rumah diprioritaskan kepada keluarga miskin dan atau rentan yang rumahnya hancur total/tidak memungkinkan untuk dihuni. Keluarga miskin dan terparah yang menerima bantuan merupakan keluarga yang telah disepakati oleh masyarakat di setiap kelurahan. Keluarga yang diprioritaskan menerima bantuan rehabilitasi rumah tersebut tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat Perumahan (KSM-P) yang terdiri dari sekitar 10-15 anggota. Di Desa Gombang sendiri terdapat 3 KSM-P dengan jumlah total

6 anggota 37 keluarga yang menerima Bantuan Dana Rumah. (Distric Management Consultant) Sedangkan rencana pembangunan prasarana lingkungan di Desa Gombang yang termasuk ke dalam Rencana Penataan Permukiman meliputi pengaspalan jalan, betonisasi jalan, perbaikan drainase, selokan, SAL, dan SAH, pembuatan talud dan pengerukan, pembuatan TPS untuk pengolahan kotoran hewan, pengolahan air bersih, pembuatan sumur bor di lahan pertanian, pembuatan gorong-gorong, penambahan luas lahan pasar dan penambahan barang dagangan, pengadaan koperasi hasil tani. (Sumber: Dokumen Rencana Penataan Permukiman Desa Gombang, 2008) Penyusunan RPP ini dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan tiga sektor yang ada di masyarakat yaitu sektor masyarakat, sektor usaha dan sektor pemerintah. Untuk mewujudkan pemberdayaan masyarakat, sektor masyarakat sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan program. Masyarakat yang lebih berdaya dalam menata dan membangun desa dan masyarakat yang lebih memahami keadaan wilayahnya sendiri. Dalam program ini diusahakan supaya dalam pembangunan tidak memperlambat atau dapat memperlancar laju perekonomian yang ada di desa tersebut. Sedangkan pihak pemerintah dapat membantu dalam birokrasi antara program Rencana Pembangunan Permukiman, Pemerintah Desa dan sektor luar. (Sumber: Dokumen Rencana Penataan Permukiman Desa Gombang, 2008) Pelaksanaan Bantuan Dana Lingkungan ini dilakukan secara bertahap. Di Desa Gombang pelaksanaan program ini mencapai 5 putaran. Rencana

7 Pembangunan Permukiman ini diharapkan dapat lebih mengakomodasikan kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi lingkungan khususnya terkait dengan orientasi pembangunan lingkungan yang berbasis mitigasi bencana dan terkait dengan disaster risk reduction (DRR). Tujuan dari penyusunan Rencana Penataan Permukiman ini adalah mewujudkan lingkungan permukiman yang nyaman, aman, serasi, seimbang, dinamis, berwawasan lingkungan dan merupakan langkah mitigasi bencana dalam kurun waktu lima tahun. Secara keseluruhan jumlah bantuan yang telah diterima Desa Gombang untuk rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah desa dalam program Bantuan Dana Lingkungan sebesar Rp. 1.240.000.000,-. Data selengkapnya sebagai berikut: Tabel 1.2 Progress Pencairan Dana ke Rekening BKM/TPK Desa Gombang Desa Putaran Termin Tgl cair Dana cair Gombang 1 1 05-Des-08 10.000.000 Gombang 1 2 29-Jan-09 150.000.000 Gombang 2 1 23-Jun-09 100.000.000 Gombang 2 2 14-Des-09 150.000.000 Gombang 3 1 18-Feb-10 180.000.000 Gombang 3 2 13-Apr-10 270.000.000 Gombang 4 1 20-Agust-10 100.000.000 Gombang 4 2 08-Des-10 150.000.000 Gombang 5 1 07-Apr-11 16.000.000 Gombang 5 2 25-Apr-11 24.000.000 Sumber: Distric Managemen Consultant Proses rehabilitasi dan rekonstruksi daerah korban gempa sangat penting untuk memulihkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tekanan psikologis paska gempa. Sehingga dalam pelaksanaan program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas membutuhkan

8 suatu alat kontrol pertanggungjawaban yang jelas atau akuntabilitas agar program Rekompak benar-benar mampu mengakomodasikan kebutuhan masyarakat korban gempa D. I Yogyakarta dan Jawa Tengah. Akuntabilitas disini adalah ukuran yang menunjukkan apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan mampu mengakomodasikan kebutuhan masyarakat yang sesungguhnnya. Wujud dari akuntabilitas ini pada akhirnya dapat dilihat dari kinerja atau derajad pencapaian hasil dari pelaksanaan program. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai apakah pelaksanaan program Rekompak di Desa Gombang, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten accountable atau tidak accountable. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah pelaksanaan program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak) di Desa Gombang Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten akuntabel atau tidak akuntabel? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui akuntabilitas pelaksanaan program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas dalam rehabilitasi dan rekonstruksi daerah korban gempa Yogyakarta.

9 2. Untuk melengkapi tugas akhir (skripsi) sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan (S1) pada jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan studi ilmu administrasi negara dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian sejenis. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau referensi dalam penelitian sejenis.