Kepada Yang Terhormat. Wakil Ketua II DPRD dan Wakil Bupati Jayawijaya. Dan Undangan yang kami hormati

dokumen-dokumen yang mirip
Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

Kepada yang terhormat, Ketua DPRD dan Sekretaris Daaerah Kabupaten Kepulauan Yapen dan Undangan yang kami hormati

Kepada yang terhormat, Wakil Ketua DPRD dan Bupati Biak Numfor dan Undangan yang kami hormati

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua,

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Para Hadirin yang berbahagia.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN BPK-RI DI YOGYAKARTA

Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi Salam sejahtera bagi kita semua,

Assalamualaikum Wr, Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Assalamualaikum Wr, Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

BAB 1 INTRODUKSI. perintah Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945, khususnya pasal 23E yang

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

SAMBUTAN BPK PADA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN ANGGOTA V BPK RI

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BPK Memberikan Opini WDP untuk LKPD TA 2014 Pemprov NTT

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

SAMBUTAN PADA ACARA SERAH TERIMA JABATAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA TANGGAL 13 DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4. Investasi permanen disajikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI DKI JAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SEMARANG TANGGAL 25 JUNI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH OLEH BPK RI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS KE PROVINSI PAPUA MARET 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR : 03 TAHUN 2013

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA

- 9 - PERENCANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

anggaran. BPK akan melakukan tugas pemeriksaan setelah anggaran tersebut selesai dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

JADWAL TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

Kata Sambutan Kepala Badan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

I. PENDAHULUAN.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

BUTAN DALAM RANGKA PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN REPIBLIK INDONESIA KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JAYAWIJAYA TANGGAL 4 SEPTEMBER 2009 Kepada Yang Terhormat Wakil Ketua II DPRD dan Wakil Bupati Jayawijaya Dan Undangan yang kami hormati Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan kasih- Nya, kita semua dapat berkumpul di tempat ini, dalam rangka memenuhi kewajiban konstitusional sesuai dengan ketentuan UUD 1945, UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2006 Tentang BPK-RI, mengenai penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK-Ri atas LKPD Tahun 2008. Acara penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan ini telah sesuai dengan kesepakatan bersama antara BPK-RI dengan DPRD Kabupaten Jayawijaya, tentang Tata Cara Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK kepada DPRD. Selain itu, acara ini bertujuan juga untuk meningkatkan hubungan kerja antara BPK-RI Prwakilan Provinsi Papua dengan DPRD dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan tugas dan fungsinya masing-masing. Penyerahan Laporan HAsil Pemeriksaan ini juga merupakan perwujudan dari transparansi dan juga akuntabilitas pertanggungjawaban pengelolaan APBD oleh Pemerintah Daerah, dan sesuai paket Undang-Undang Keuangan Negara, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Pada kesempatan yang berbahagia ini perlu kami jelaskan bahwa sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentan Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara telah ditegaskan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah disusun oleh Bupati

harus diperiksa terlebih dahulu oleh BPK-RI, baru disampaikan kepada DPRD. Hal ini berarti pula bahwa pembahasan LKPD oleh DPRD bersama Pemerintah Daerah, baru dapat diselenggarakan setelah LKPD diperiksa oleh BPK. Selanjutnya Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, menyebutkan laporan hasil pemeriksaan yang disampaikan kepada DPRD dinyatakan terbuka untuk umum dan dapat diakses melalui website BPK-RI di www.bpk.go.id. Dan sebaliknya perintah daerah juga wajib mempublikasikan hasil pemeriksaan BPK-RI sehingga seluruh stakeholder dan pengguna laporan keuangan lainnya dapat menilai kinerja keuangan pemerintah daerah., Selain itu, perlu kami jelaskan bahwa Opini yang diberikan oleh BPK-RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya untuk tahun Anggaran 2008 adalah sama dengan Tahun Lalu yaitu Disclaimer (Tidak Menyatakan Pendapat). Karena hal-hal berikut: 1. Pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan BPK-RI yang belum dilaksanakan secara optimal; 2. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern, pendapatan asli daerah tahun Anggaran 2008 overstated sebesar Rp5.881.214.546 karena pengakuan penyetoran sisa UUDP sebagai PAD. Hal ini berpengaruh terhadap kewajaran penyajian saldo pendapatan dalam Laporan Keuangan; 3. Persediaan sebesar Rp479.370.000, yang terdiri dari, persediaan ternak pada Dinas Peternakan Rp75.000.000, persediaan ikan pada Dinas Perikanan sebesar Rp50.000.000, persediaan bahan material pada Dinas Kimprasmil sebesar Rp286.000, peersediaan alat cetak pada bagian umum Setda, dan persediaan ATK pada bagian Keuangan Setda tidak dapat diyakini kewajarannya; 4. Nilai aset tetap sebesar Rp151.251.827.168 yang terdiri dari aset tanah sebesar Rp135.732.690.468 dan aset Alat Angkutan Darat Bermotor sebesar Rp15.519.136.700 tidak dapat ditelusuri bukti kepemilikannya; 5. Pendapatan pajak daerah, retribusi daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah tidak didukukng dengan Surat Kepemilikan Pajak Daerah (SKPD) dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) yang mengakibatkan tidak adanya akun piutang dalam neraca dan hak daerah atas pendapatan retribusi dan pajak tidak dapat diyakini kewajarannya; 6. Laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan disebutkan bahwa bukti pertanggungjawaban kegiatan hearing pada DPRD yang diberikan secara tunai sebesar Rp21.190.000.000 tidak lengkap, serta bukti pertanggungjawaban penggunaan uang perjalanan dinas kepada pimpinan dan anggota DPRD sebesar Rp9.462.080.000 tidak lengkap. Hal tersebut berakibat pada belanja daerah sebesar

RP29.652.080.000 (Rp20.190.000.000 + Rp9.462.080.000) tidak dapat diyakini kebenaran penggunaannya dan berpotensi disalahgunakan: Agar LKPD tahun2009 dan tahun berikutnya dapat disajikan secara wajar dan sekaligus memperkokoh terwujudnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik maka langkah yang menjadi prioritas utama dan mendesak yang harus ditempuh semua Pemerintah Daerah se-provinsi Papua: a. Membangun sistem pengendalian intern yang baik di masing-masing SKPD dan Meningkatkan jumlah dan kualitas SDM yang memiliki latar belakag pendidikan dan pelatihan dibidang Keuangan bagi petugas yang terkait dengan Pengelolaan Keuangan Daerah; b. Meningkatkan peran dan fngsi para Badan Pengawas Daerah (Bawasda) dengan cara menempatkan tenaga yang professional; c. Menjabarkan lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedalam bentuk Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah antara lain berupa: 1) Peraturan Daerah tentang pokok-pokok pengelolaan Keuangan Daerah 2) Peraturan Bupati tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah. d. Menyajikan Neraca awal sesuai dengan SAP, hal ini dapat ditempuh dengan melakukan koreksi dan penyesuaian terhadap Neraca Awal sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah sebagaimana diatur dalam PP No. 24 Tahun 2005. Perlu saya sampaikan bahwa dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 56 ayat (3) ditetapkan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus disampaikan Gubernur/Bupati/Walikota kepada BPK paling lambat setelah tahun anggaran bulan Maret 2009. Namun kenyataannya bahwa dari seluruh entitas yang ada pada Provinsi Papua yakni sebanya 21 entitas, hanya 1 entitas yang menyerahkan LKPD tepat waktu sesuai dengan Peraturan yang berlaku Keterlambatan penyerahan LKPD untuk diperiksa oleh BPK-RI tersebut akan mengakibatkan keterlambatan pembahasan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD oleh DPRD yang seharusnya sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 pasal 31 dan UU Nomor 32 tahun 2004 pasal 184 ayat 1 sudah harus disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya pada tahun anggaran berakhir yaitu pada bulan Juni yang lalu. Dengan diserahkan LHP atas LKPD ini, maka sesuai dengan nota kesepakatan yang ditandatangani pada bulan April tahun 2006 yang lalu, DPRD sesuai dengan kewenangannya dan para bejabat yang terkait wajib menindaklanjutinya, selambat-lambatnya 60 hari setelah LHP

ini diterima (pasal 20 dan 21 UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara). Perlu kami tambahkan bahwa posisi Penyelesaian Tindak Lanjut pada Kabupaten Jayawijaya masih sangat rendah Penyelesaian tindak lanjut yang rendah ini menunjukkan bahwa kepatuhan Pemda terhadap peraturan perundang-undangan masih sangat minim. Untuk mengefektifkan penyelesaian Tindak Lanjut dapat ditempuh dengan cara: 1. Pemda meningkatkan peran dan fungsi Majelis TP/TGR dan Inspektorat Daerah. 2. DPRD membentuk Panitia Khusus untuk menangani Tindak lanjut. Akhir kata, perkenankan saya atas nama Pimpinan BPK-RI mengucapkan terimakash kepada Pimpinan DPRD, Bupati dan Para Pejabat di Kabupaten Jayawijaya atas kerjasama yang telah terbina dengan baik selama ini dan di masa-masa mendatang seperti ini, saya harapkan dapat lebih ditingkatkan lagi. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih senantiasa melindungi dan memberkati kita semua dalam melaksanakan tugas masing-masing. Terimakasih atas perhatian Bapak dan Ibu sekalian Shalom dan wassalam untuk kita semua. Jayapura, 4 September 2009 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI Kepala Perwalkilan Provinsi Papua Blucer W. Rajagukguk, SE.,SH., MSc., Ak 19681020 198903 1 008

BUTAN DALAM RANGKA PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN REPIBLIK INDONESIA KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ASMAT TANGGAL 5 OKTOBER 2009 Kepada Yang Terhormat Ketua DPRD dan Bupati Asmat dan Undangan yang kami hormati Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan kasih- Nya, kita semua dapat berkumpul di tempat ini, dalam rangka memenuhi kewajiban konstitusional sesuai dengan ketentuan UUD 1945, UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2006 Tentang BPK-RI, mengenai penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK-Ri atas LKPD Tahun 2008. Acara penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan ini telah sesuai dengan kesepakatan bersama antara BPK-RI dengan DPRD Kabupaten Asmat, tentang Tata Cara Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK kepada DPRD. Selain itu, acara ini bertujuan juga untuk meningkatkan hubungan kerja antara BPK-RI Prwakilan Provinsi Papua dengan DPRD dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan tugas dan fungsinya masing-masing. Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan ini juga merupakan perwujudan dari transparansi dan juga akuntabilitas pertanggungjawaban pengelolaan APBD oleh Pemerintah Daerah, dan sesuai paket Undang-Undang Keuangan Negara, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Pada kesempatan yang berbahagia ini perlu kami jelaskan bahwa sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan UU

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara telah ditegaskan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah disusun oleh Bupati harus diperiksa terlebih dahulu oleh BPK-RI, baru disampaikan kepada DPRD. Hal ini berarti pula bahwa pembahasan LKPD oleh DPRD bersama Pemerintah Daerah, baru dapat diselenggarakan osetelah LKPD diperiksa oleh BPK. Selanjutnya Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, menyebutkan laporan hasil pemeriksaan yang disampaikan kepada DPRD dinyatakan terbuka untuk umum dan dapat diakses melalui website BPK-RI di www.bpk.go.id. Dan sebaliknya perintah daerah juga wajib mempublikasikan hasil pemeriksaan BPK-RI sehingga seluruh stakeholder dan pengguna laporan keuangan lainnya dapat menilai kinerja keuangan pemerintah daerah., Selain itu, perlu kami jelaskan bahwa Opini yang diberikan oleh BPK-RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut adalah merupakan pernyataan professional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam masing-masing LKPD, yang didasarkan pada kriteria: a. Kesesuaian dengan Standar Ajuntansi Pemerintahan; b. Kecukupan pengungkapan; c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; d. Efektifitas Sistem Pengendalian Itern; Dari hasil pemeriksaan berdasarkan kriteria tersebut,terhadap LKPD Kabupaten Asmat BPK-RI menolak memberikan opini atas laporan keuangan tersebut. Hasil pemeriksaan BPK mengingkapkan bahwa: 1. Pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan BPK-RI yang belum dilaksanakan secara optimal. Terhadap 5 (lima) pemeriksaan yang dilakukan pada Pemerintah Kabupaten Asmat menghasilkan 49 temuan dengan 66 rekomendasi senilai Rp125.890.109.129. dari 49 temuan dan 66 rekomendasi tersebut, 4 (empat) rekomendasi telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi sebesar Rp1.899.673.988 dan tindak lanjut yang sebagian sesuai rekomendasi sebesar Rp413.980.000. sehingga nilai tindak lanjut yang telah disampaikan sebesar Rp2.313.653.988 atau 1,84% dari total nilai rekomendasi. 2. Saldo persediaan obat-obatan sebesar Rp698.800.000, pada Dinas Kesehatan tidak diyakini kewajarannya. Selain itu juga terdapat persediaan pada 5 (lima) SKPD yang tidak disajikan dalam neraca. 3. Salso awal asset tetap senilai Rp318.530.792.619, penambahan asset tetap tahun anggaran tahun2008 senilai Rp41.536.552.618 dan asset tetap kendaraan senilai Rp3/262.069.000 tidak dapat diyakini kewajarannya.

4. Penggunaan belanja daerah pada 7 (tujuh ) distrik sebesar Rp1.496.857.434 belum dipertanggungjawabkan. Agar LKPD Tahun 2009 dan tahun berikutnya dapat disajikan secara wajar dan sekaligus memperkokoh terwujudnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik maka langkah yang menjadi prioritas utama dan mendesak yang harus ditempuh semua Pemerintah Daerah se-provinsi Papua: a. Membanghun sistem pengendalian intern yang baik di masing-masing SKPD dan Meningkatkan jumlah dan kualitas SDM yang memiliki latar belakag pendinikan dan pelatihan dibidan Keuangan bagi petugas yang terkait dengan Pengelolaan Keuangan Daerah; b. Meningkatkan peran dan fngsi para Badan Pengawas Daerah (Bawasda) dengan cara menempatkan tenaga yang professional; c. Menjabarkan lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedalam bentuk Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah antara lain berupa: 1) Peraturan Daerah tentang pokok-pokok pengelolaan Keuangan Daerah 2) Peraturan Bupati tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah. d. Menyajikan Neraca awal sesuai dengan SAP, hal ini dapat ditempuh dengan melakukan koreksi dan penyesuaian terhadap Neraca Awal sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah sebagaimana diatur dalam PP No. 24 Tahun 2005. Dengan diserahkan LHP atas LKPD ini, maka sesuai dengan nota kesepakatan yang ditandatangani pada bulan April tahun 1006 yang lalu, DPRD sesuai dengan kewenangannya dan para bejabat yang terkai wajib menindaklanjutinya, aelambat-lambatnya 60 hari setelah LHP ini diterima (pasal 20 dan 21 UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara). Presentasi penyelesaian tindak lanjut ini menunjukkan bahwa kepatuhan pemda terhadap peraturan perundang-undangan masih sangat minim. Untuk mengefektifkan penyelesaian Tindak Lanjut dapat ditempuh dengan cara: 1. Pemda meningkatkan peran dan fungsi Majelis TP/TGR dan Inspektorat Daerah. 2. DPRD membentuk Panitia Khusus untuk menangani Tindak lanjut.

Akhir kata, perkenankan saya atas nama Pimpinan BPK-RI mengucapkan terimakash kepada Pimpinan DPRD, Bupati dan Para Pejabat di Kabupaten Jayawijaya atas kerjasama yang telah terbina dengan baik selama ini dan di masa-masa mendatang seperti ini, saya harapkan dapat lebih ditingkatkan lagi. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih senantiasa melindungi dan memberkati kita semua dalam melaksanakan tugas masing-masing. Terimakasih atas perhatian Bapak dan Ibu sekalian Shalom dan wassalam untuk kita semua. Jayapura, 5 Oktober 2009 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI Kepala Perwalkilan Provinsi Papua Blucer W. Rajagukguk, SE.,SH., MSc., Ak 19681020 198903 1 008