Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

dokumen-dokumen yang mirip
IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

BAB IV MUTAH DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA. A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Menggunakan atau Tidak

BAB IV ANALISIS HUKUM POSITIF TERHADAP PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM TERHADAP HAK ISTRI DALAM PERKARA NOMOR 0241/PDT.G/2016/PA.

BAB III PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL

BAB IV ANALISIS YURIDIS PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM TERHADAP HAK-HAK ISTRI DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL

BAB IV. Hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya, selain. memuat alasan dan dasar dalam putusannya, juga harus memuat pasal atau

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara hukum adalah adanya jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI DALAM PUTUSAN NO. 718 K/AG/2012

PUTUSAN Nomor 6 /Pdt.G/2011/PTA Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. A. Analisis Terhadap Penerapan Asas Ratio Decidendi Hakim Tentang Penolakan Eksepsi dalam Perkara Cerai Talak Talak

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N Nomor 4/Pdt.G/2014/PTA.Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 148/Pdt. G/2010/PTA. Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN P U T U S A N Nomor : 72/Pdt.G/2011/PTA.Bdg.

P U T U S A N Nomor 000/Pdt.G/2015/PTA.Btn

P U T U S A N. Nomor 03/Pdt.G/2011/PTA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA PERCERAIAN ( STUDI KASUS PERKARA NOMOR : 239/PDT.G/2009/PA.GTLO DAN NOMOR : 06/PDT.G/2010/PTA.

A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Penolakan Pembagian Gaji PNS Pasca Perceraian. melaksanakan pembagian gaji PNS yang di dapat oleh suami PNS di

BAB I PENDAHULUAN. Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman. memiliki tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta

P U T U S A N Nomor 34/Pdt.G/2011/PTA. Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 16/Pdt.G/2013/PTA.Pdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

P U T U S A N. Nomor : 38/Pdt.G/2009/PTA.Pdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N

PUTUSAN Nomor 03/Pdt.G/2016/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 19/Pdt.G/2011/PA.Prg

P U T U S A N. Nomor 0318/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

PUTUSAN NOMOR : 258/Pdt.G/2013/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN NOMOR 28/Pdt.G/2013/PTA.Smd DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN NOMOR <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN PUTUSAN. Nomor : Pdt.G/2011/PTA.AB BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN

Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), h Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan

BAB V PEMBAHASAN. penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian yang

P U T U S A N Nomor : 76/Pdt.G/2010/MS-Aceh. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III. DESKRIPSI PERKARA CERAI TALAK DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg

P U T U S A N. Nomor : 06/Pdt.G/2010//PTA.Plk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara, yang berpuncak pada

P U T U S A N Nomor 34/Pdt.G/2011/PTA Pdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO. 5667/PDT.G/2013/PA. Kab Mlg TENTANG PENAMBAHAN NAFKAH ANAK SETIAP PERGANTIAN TAHUN

P U T U S A N NOMOR 000/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 1599/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

P U T U S A N. Nomor 1965/Pdt.G/2013/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N. Nomor 1745/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N Nomor <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TENTANG DUDUK PERKARANYA

PUTUSAN Nomor : 85/Pdt.G/2010/PA.Pkc

P U T U S A N. Nomor : --/Pdt.G/2013/MS-Aceh

Nomor : 121/Pdt.G/2011 /PTA.Bdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 198/Pdt.G/2011/PA.Pkc BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 1387/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PUTUSAN Nomor : 150/Pdt.G/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2011/PTA Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Termohon/ Pembanding; L a w a n

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

PUTUSAN Nomor : 30/Pdt.G/2010/PTA. Smd. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0556/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB II Landasan Teori

Nomor 0606/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN PUTUSAN Nomor : 1382/Pdt.G/2013/PA.Pas

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

P U T U S A N Nomor: 1373/Pdt.G/2014/PA. Pas

TENTANG DUDUK PERKARANYA

PUTUSAN. Nomor 91/Pdt.G/2013/MS-Aceh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 1336/Pdt.G/2015/PA. Pas

SALINAN PUTUSAN Nomor :57/Pdt.G/2010/PTA. Smd. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N No. 83 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara

1. Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon / suami atau kuasanya :

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

P U T U S A N. Nomor : 0325/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA.Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

P U T U S A N Nomor : 051/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

PUTUSAN Nomor 0050/Pdt.G/2015/PA. Pas

بسم ا هلل الرحمن ا لرحيم

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2013/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

PUTUSAN. Nomor 64/Pdt.G/2013/MS Aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keduanya mengembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan agar. senantiasa bertaqwa kepada-nya dengan mempergunakan nama-nya serta

PUTUSAN Nomor 0036/Pdt.G/2015/PA. Pas

P U T U S A N. Nomor : 37/Pdt.G/2009/PTA.Pdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 1651/Pdt.G/2015/PA.Pas DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 50/Pdt.G/2010/PTA Btn.

tempat tinggal di Desa xxxxxxxxxxxx, Kecamatan Ayah, Kabupaten

PUTUSAN Nomor /Pdt.G/2013/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 27/Pdt.G/2014/PTA.Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0565/Pdt.G/2011/PA.Bn.

Nomor: 54/Pdt.G/2013/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TIDAK DITERAPKANNYA KEWENANGAN EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH SELAMA IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NOMOR:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg) Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di Pengadilan Agama Malang. Dalam analisis ini, dibagi menjadi dua sub bab yaitu pertama menjelaskan tentang alasan-alasan tidak diterapkannya kewenangan ex officio Hakim tentang nafkah iddah dalam perkara cerai talak. Yang kedua, menjelaskan tentang tinjauan yuridis terhadap tidak diterapkannya kewenangan ex officio Hakim tentang nafkah selama iddah dalam perkara cerai talak. A. Analisis Terhadap Alasan-Alasan Tidak Diterapkannya Kewenangan Ex Officio Hakim tentang Nafkah Selama Iddah dalam Perkara Cerai Talak Dalam pasal 4 huruf b UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan KeHakiman, menjelaskan bahwa pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. 1 Terkait dengan hal tersebut Hakim di dalam peradilan mempunyai kewenangan ex officio atau hak jabatan Hakim, yang mana dalam memutuskan suatu perkara Hakim 1 Pasal 4 huruf b UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan KeHakiman. 79

80 dapat keluar dari aturan baku selama ada pendapat yang sesuai dengan Undang-Undang. 2 Alasan-alasan Hakim Pengadilan Agama Malang mengenai tidak diterapkannya kewenangan ex officio dalam perkara tersebut, karena Hakim menganggap bahwa seorang istri apabila tidak mengajukan gugatan tentang nafkah iddah dalam rekonvensi, Hakim berpendapat jika istri (Termohon) sudah mengetahui hukum (bukan orang awam) yang sudah mengerti hak-hak istri yang didapatkan pada waktu perceraian. Hakim beranggapan jika tidak ada tuntutan dari pihak istri, istri dianggap sudah rela apabila tidak mendapatkan nafkah iddah. Dari anggapan itu, Hakim tidak menggunakan ex officionya dalam memberikan nafkah iddah tersebut. 3 Namun dalam perkara cerai talak ini, Hakim memberikan mut ah yang jumlahnya besar kepada istri (Termohon). Hakim mengabulkan tuntutan mut ah sebesar 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Disini Hakim mengabulkan mut ah karena suami (Permohon) adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki kemampuan untuk memberikan mut ah tersebut. 2 Munasik, Wawancara, Malang, 06 Mei 2014. 3 Ibid.

81 Sebagai penjelasannya Hakim pengadilan Agama Malang, dalam menggunakan kewenangan ex officio terdapat pertimbangan-pertimbangan dalam menerapkannya, antara lain: 4 - Pertama, dapat memberikan pelajaran kepada seorang suami supaya tidak semaunya dalam menceraikan istri. Suami agar berfikir dua kali dalam melakukan perceraian. - Kedua, dapat memberikan jaminan pada seorang istri untuk menerima hak-haknya setelah terjadi perceraian. Hak-hak istri bisa terpenuhi sesuai keinginannya untuk membiayai kehidupan. - Ketiga, seorang Hakim menganggap seorang suami mempunyai kemampuan secara ekonomi untuk dibebani kewajiban membayar mut ah dan nafkah iddah, berdasarkan kemampuan suami dan kepatutan menurut suami dalam memberikan nafkah setiap hari kepada istri dengan cara melihat penghasilan dari suami. - Keempat, dalam suatu pengadilan selalu menerapkan prinsip keadilan bagi seorang istri karena perceraian. - Kelima, seorang Hakim menganggap mut ah dan nafkah iddah sebagai kewajiban hukum bagi bekas suami yang berkaitan dengan hak-hak yang dimiliki mantan istri akibat perceraian karena talak. Kewenangan ex officio Hakim tidak dapat diterapkan untuk melindungi hak istri setelah terjadi perceraian dikarenakan beberapa sebab, antara lain: 5 4 Ibid.

82 - Pertama, apabila seorang istri dalam keadaan qabla al dukhu<l. - Kedua, jika istri (Termohon) dalam keadaan dijatuhi talak ba in atau nusyu<z. Maka istri tidak berhak mendapatkan apa-apa dari suami. - Ketiga, adanya pernyataan dari pihak istri (Termohon), yang tidak menghendaki diberikannya hak-hak yang didapat setelah terjadinya perceraian karena talak. Pada pasal 178 ayat (1), (2), dan (3) HIR, dijelaskan bahwa: 1. Pada waktu bermusyawarah, Hakim, karena jabatannya, wajib melengkapi segala alasan hukum yang tidak dikemukakan oleh kedua belah pihak. 2. Hakim wajib mengadili semua bagian tuntutan. 3. Hakim dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut, atau memberikan lebih daripada yang dituntut (Rv 50). Memang dalam putusan Nomor:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg tentang cerai talak, Hakim tidak menerapkan kewenangan ex officionya dan tidak memberikan nafkah iddah kepada pihak istri. Salah satu Hakim Pengadilan Agama Malang, Bapak Musthofa menjelaskan bahwa dasar hukum tidak diberikannya nafkah iddah karena tidak ada tuntutan dari pihak istri. Pada dasarnya Hakim tidak boleh memutuskan tanpa adanya tuntutan atau tidak boleh memilih yang diminta. Hakim disini mengambil dalil dalam pasal 41 huruf c UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 24 ayat 2 PP No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan pasal UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-Undangan. 6 5 Ibid. 6 Musthofa, Wawancara, Malang, 06 Mei 2014.

83 Dalam perkara tersebut, Hakim tidak menggunakan kewenangan ex officionya dalam menetapkan nafkah iddah. Padahal dalam pertimbanganpertimbangan yang dijelaskan di atas pada poin kelima, Hakim menganggap mut ah dan nafkah iddah sebagai kewajiban seorang bekas suami yang berhak diterima oleh bekas istri pada saat terjadinya perceraian. Tetap saja Hakim tidak menerapkan kewenangan ex officionya. Dalam proses hukum cerai talak di pengadilan agama diuraikan secara teknik yuridis dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor: KMA/032/Sk/IV/2006 tentang pemberlakuan buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan (Edisi Revisi 2010), sebagai berikut: Pengadilan secara ex officio dapat menetapkan kewajiban nafkah iddah atas suami untuk istrinya, sepanjang istrinya tidak terbukti berbuat nusyuz dan menetapkan kewajiban mut ah (pasal 41 huruf c UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 149 huruf a dan b Kompilasi Hukum Islam). 7 Melihat putusan Mahkamah Agung yang dijelaskan di atas, meskipun Termohon tidak mengajukan gugatan nafkah iddah dalam gugatan rekonvensinya. Seharusnya Majelis Hakim tetap memberikan nafkah iddah, karena dikhawatirkan apabila nafkah iddah tersebut tidak diberikan akan membawa kemudhorotan bagi mantan istri ketika sudah terjadi perceraian, yang menyebabkan istrinya akan kekurangan ekonomi karena tidak adanya jaminan untuk mendapatkan sesuatu dari mantan suaminya apabila sudah terjadi perceraian. Meskipun dalam pasal 178 HIR dijelaskan, bahwa Hakim dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut, atau 7 Muhammad Syaifudin, et al, Hukum Perceraian..., 254.

84 memberikan lebih daripada yang dituntut. Pada pasal tersebut, tidak mutlak untuk dijadikan landasan hukum karena pada asasnya Hakim bersifat aktif di dalam persidangan. Dan kewenangan ex officio tersebut, dapat digunakan untuk mencegah terjadinya pengajuan gugatan yang diajukan oleh mantan istri. Dalam pengajuan gugatan lagi untuk meminta atau menuntut hak-hak yang dimilikinya ke pengadilan agama, setelah mengetahui bahwa mantan istrinya pada saat terjadi perceraian mendapatkan hak-hak tersebut. Karena hal tersebut akan memberatkan bagi mantan istri apabila mengajukan gugatan lagi, sebab dalam berproses di pengadilan tentunya membutuhkan biaya lagi dan juga akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sedangkan prinsipnya dalam berperkara di pengadilan agama harus menjunjung tinggi prinsip peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. B. Tinjauan Yuridis Terhadap Tidak Diterapkannya Kewenangan Ex Officio Hakim Tentang Nafkah Selama Iddah Dalam Perkara Cerai Talak Berdasarkan hasil wawancara dan data-data yang terkumpul dari Putusan Hakim Pengadilan Agama Malang Nomor: 1110/Pdt. G/2013/PA. Mlg, Majelis Hakim terhadap tidak diterapkan kewenangan ex officio menggunakan dasar hukum pasal 41 huruf c Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Sedangkan tidak diberikannya nafkah iddah, Hakim Pengadilan Agama Malang menggunakan Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang Peraturan Perundang-Undangan dan PP No. 9 Tahun

85 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Hakim dalam persidangan di pengadilan agama, memiliki kewenangan Ex Officio yang artinya kewenangan oleh jabatan atau kewenangan Hakim dalam memutus perkara tanpa diminta. Kewenangan ex officio Hakim digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi dari seorang istri. Seorang Hakim selalu menggunakan kewenangan ex officionya apabila istri tidak menuntut apa-apa ketika terjadi perceraian, Hakim selalu menanyakan kepada pihak istri namun istri terkadang tidak ingin mendapatkan nafkah iddah atau mut ah tersebut karena istri sudah merasa rela dan mengetahui kemampuan suami yang dijelaskan sebagaimana pasal 156 huruf f dan 158 Kompilasi Hukum Islam. 8 Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ditegaskan pada pasal 41 huruf (c) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menjelaskan bahwa pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri. Pada pasal inilah yang kemudian secara otomatis memperbolehkan Hakim menentukan suatu kewajiban yang tidak disebutkan dalam tuntutan (petitum), namun Hakim bisa menggunakan atau tidak menggunakan kewenangan ex officio tersebut. 8 Munasik, Wawancara, Malang, 06 Mei 2014.

86 Mengenai nafkah iddah yang diberikan kepada bekas istri setelah terjadinya perceraian, penulis menemukan beberapa pasal dalam Kompilasi Hukum Islam. Di antaranya pasal 149 huruf (a) dan (b) dan pasal 152 Kompilasi Hukum Islam, sebagai berikut: Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 149 huruf (a) dan (b), yaitu: Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib: a. memberikan mut` ah yang layak kepada bekas isterinya, baik berupa uang atau benda kecuali bekas isteri tersebut qobla al dukhul. b. memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas istri selama dalam iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba in atau istri nusyus dan dalam keadaan tidak hamil. Pasal 152 yang berbunyi: Bekas isteri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali ia nusyuz. 9 Dalam pasal di atas dijelaskan, apabila terjadi perceraian maka seorang istri berhak mendapatkan nafkah iddah atau mut ah. Dalam putusan Nomor:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg), istri mendapatkan mut ah namun tidak mendapatkan nafkah iddah. Hakim yang memutus perkara tersebut, tidak menerapkan kewenangan ex officionya. Padahal dalam putusan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor: KMA/032/Sk/IV/2006 (edisi revisi 2010) yang dijelaskan di atas, bahwa pengadilan secara ex officio dapat menetapkan kewajiban nafkah iddah atas suami untuk istrinya, sepanjang istrinya tidak terbukti berbuat nusyuz dan menetapkan kewajiban mut ah (pasal 41 huruf c UU No. 1 9 Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Nuansa Aulia, 2008), 46.

87 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 149 huruf a dan b Kompilasi Hukum Islam). 10 Dampak dari putusan cerai talak yang hanya mengabulkan tuntutan (petitum) Pemohon tanpa menghukum Pemohon untuk membayar nafkah iddah kepada Termohon walaupun secara yuridis dibenarkan karena tidak ada tuntutan. Namun dalam perspektif keadilan, kepastian hukum dan asas manfaat masih menjadikan suatu masalah. masalahnya, ketika Termohon hadir di pengadilan agama dengan penuh harapan bahwa kepentingannya dapat dilindungi dan akan mendapatkan hak-haknya pada saat terjadinya perceraian sesuai hukum yang berlaku namun yang didapatkan hanya akta cerai. Bagi sebagian Termohon/Penggugat Rekonvensi yang mengerti hukum atau yang menggunakan seorang pengacara (ahli hukum) memang tidak mengalami masalah. Namun jika Termohon adalah masyarakat awam, maka tidak akan ada yang memberikan bantuan atau nasehat hukum. Padahal memberikan bantuan atau nasehat hukum kepada para pihak adalah perintah Undang-Undang sebagaimana diatur dalam Pasal 119 HIR/143 RBg dan Pasal 132 HIR/156 RBg jo. Pasal 58 ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo. Pasal 4 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan KeHakiman. Maka Hakim memberitahukan kepada Termohon tentang akibat putusnya perceraian karena talak, dapat dibenarkan secara hukum. 10 Muhammad Syaifudin, et al, Hukum Perceraian..., 254.

88 Sekiranya Termohon menggunakan haknya dengan mengajukan gugatan rekonvensi itu adalah hak Termohon. Hakim tidak bisa dianggap telah berpihak kepada Termohon, melainkan hal yang dilakukan Hakim ini dalam rangka menerapkan asas keadilan kepada para pihak yang berperkara. Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pengadilan agama telah diberi wewenang untuk menjunjung harkat dan martabat serta melindungi hak-hak istri dengan cara mewajibkan kepada Pemohon untuk memberikan biaya penghidupan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri. 11 Untuk mewujudkan maksud Undang-Undang di atas, Mahkamah Agung telah memberikan perintah sebagaimana yang tertulis dalam buku II secara jelas menyatakan bahwa pengadilan agama secara ex officio dapat menetapkan kewajiban nafkah iddah atas suami untuk istrinya, sepanjang istrinya tidak terbukti berbuat nusyuz, dan menetapkan kewajiban mut ah. 12 Oleh karena itu, Hakim pengadilan agama berupaya untuk mengetahui jenis pekerjaan suami yang jelas dan pasti serta mengetahui perkiraan rata-rata penghasilan perbulan untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan nafkah iddah. Menurut Sudikno Mertokusumo pada awalnya Mahkamah Agung dalam menerapkan Pasal 178 ayat 3 HIR dalam beberapa putusannya berpendapat bahwa Mahkamah Agung dalam beberapa putusannya 11 Pasal 41 huruf c Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 12 Buku II, Pedoman Pelaksanakan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama..., 152.

89 berpendapat bahwa mengabulkan lebih dari yang dituntut, memutuskan sebagian saja dari semua tuntutan yang diajukan atau memutuskan hal-hal yang tidak dituntut bertentangan dengan pasal 178 ayat 3 HIR. Namun Mahkamah Agung berpendapat bahwa pengadilan boleh memberi putusan yang melebihi tuntutan yang diminta dalam hal adanya hubungan yang erat satu sama lainnya. 13 Dengan demikian nampak bahwa Mahkamah Agung dalam menerapkan Pasal 178 ayat 3 HIR tidak diterapkan secara mutlak sebab Hakim dalam menjalankan tugasnya harus bertindak aktif dan selalu berusaha agar memberikan putusan yang benar-benar menyelesaikan perkara. Sebaliknya dalam putusannya tanggal 23 Mei 1970 Mahkamah Agung berpendapat, bahwa meskipun tuntutan ganti kerugian jumlahnya dianggap tidak pantas sedang penggugat mutlak menuntut sejumlah itu, Hakim berwenang untuk menetapkan berapa sepantasnya harus dibayar, dalam hal ini tidak melanggar pasal 178 ayat (3) HIR. Sedangkan dalam putusannya tanggal 8 Januari 1972 Mahkamah Agung berpendapat, bahwa mengabulkan hal yang lebih daripada yang digugat tetapi yang masih sesuai dengan kejadian materiil diizinkan. 14 Dalam putusan Mahkamah Agung tanggal 3 Desember 1974 No. 1043K/Sip/1971, kewajiban Hakim dalam peradilan perdata bahwa menambahkan alasan-alasan hukum yang tidak diajukan oleh pihak-pihak 13 Putusan No. 499 K/Sip/1970, lihat Mahkamah Agung RI, Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, (Balitbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI, 2010), 286. 14 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Cet. V..., 216.

90 merupakan kewajiban Hakim berdasarkan pasal 178 RID. 15 Dapat dilihat bahwa seorang Hakim dapat menggunakan ex officionya, dalam hal tidak ada tuntutan dari pihak Termohon/Penggugat Rekonvensi. Di atas sudah di jelaskan bahwa Hakim dalam menjalankan tugasnya harus bertindak aktif di dalam persidangan, agar tercapai keadilan yang diinginkan. Mahkamah Agung dalam beberapa putusannya juga membolehkan, apabila mengabulkan hal-hal yang lebih daripada yang ditutut diperbolehkan asalkan tidak menyimpang dari fakta hukum (posita). Jadi dalam nafkah iddah yang tidak dituntut oleh Termohon/Penggugat Rekonvensi, seharusnya Hakim tetap memberikan nafkah iddah tersebut meskipun tanpa adanya tuntutan. Apalagi nafkah iddah itu, hal ini berdasarkan pasal 149 huruf (a), (b) dan pasal 152 KHI yang berkaitan erat dengan hukum akibat putusnya perkawinan karena talak. Seorang Hakim semestinya menggunakan kewenangan ex officionya menghukum Pemohon untuk membayar nafkah iddah kepada Termohon, karena seorang Hakim dalam menegakkan keadilan sifatnya mutlak agar mengayomi hak-hak seorang istri pada masa iddah, apalagi terhadap masyarakat yang awam tentang hukum. Dalam menggunakan kewenangan ex officio tidak bertentangan dengan asas ultra petitum. Dalam hal memutuskan suatu perkara dalam persidangan seorang Hakim harus mengambil yang lebih banyak maslah}atnya. Dalam pengambilan dasar-dasar yang digunakan oleh Hakim, terkadang tidak 15 Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktek..., 5.

91 harus sama dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam Undang- Undang. Hakim juga dapat mengambil putusan berdasarkan situasi dan kondisi yang masih cocok diterapkan dalam keadaan memaksa, karena Hakim harus menghukumi suatu perkara sesuai dengan zaman, keadaan, dan tempat. Dengan mengacu pada tiga tujuan hukum yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.