JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) A-229

dokumen-dokumen yang mirip
Simulasi dan Analisa Kinerja Protokol (Zigbee) pada Jaringan Sensor Nirkabel

Analisa Kinerja Protokol Sensor Media Access Control (S-MAC) pada Jaringan Sensor Nirkabel

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DESAIN TOPOLOGI KOMUNIKASI WIRELESS SENSOR NETWORK (WSN) PADA APLIKASI SISTEM STRUCTURAL HEALTH MONITORING (SHM) JEMBATAN ABSTRAK

Analisis Pengalokasian Ukuran Guaranteed Time Slot Pada Wireless Body Area Network Berbasis IEEE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) merupakan sebuah jaringan yang disusun oleh

I. PENDAHULUAN. secara langsung melalui jaringan kabel[1,2]. Implementasi jaringan dengan

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN)

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI ENERGI TMAC DENGAN CSMA IEEE DI JARINGAN SENSOR NIRKABEL

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 3 Parameter Simulasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MAC LAYER PADA WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) WICLIF F. WAU

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

IMPLEMENTASI KOLABORASI NODE PADA SISTEM KOMUNIKASI AD HOC MULTIHOP BERBASIS JARINGAN SENSOR NIRKABEL

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE , standar

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

Mengenal Teknologi ZigBee Sebagai Standart Pengiriman Data Secara Wireless

Metode Penyimpanan Data Secara Kolaboratif Dalam Jaringan Sensor

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

Metode Penyimpanan Data Secara Kolaboratif Dalam Jaringan Sensor

KUALITAS LAYANAN DAN DATA PADA JARINGAN NIRKABEL ZIGBEE/XBEE BERDASARKAN JARAK DAN CUACA NASKAH PUBLIKASI

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PENGARUH NILAI SUPERFRAME ORDER DAN BEACON ORDER TERHADAP KINERJA JARINGAN NIRKABEL MULTIHOP PADA PROTOKOL IEEE

EVALUASI KINERJA PROTOKOL MAC ALOHA DAN CSMA/CA PADA PROSES PEMBENTUKAN MOBILE AD HOC NETWORK (MANET) UNTUK SISTEM KOMUNIKASI TAKTIS

DESAIN DAN ANALISA MANAJEMEN KONSUMSI DAYA PADA WSN UNTUK SISTEM MONITORING KESEHATAN STRUKTUR (SMKS) JEMBATAN

ANALISIS DAN SIMULASI WIRELESS SENSOR NETWORK (WSN) UNTUK KOMUNIKASI DATA MENGGUNAKAN PROTOKOL ZIGBEE

PENGARUH JARAK DAN OBSTACLE PADA RSSI JARINGAN ZIGBEE ( ) Reza Febrialdy Yuwono 1, Novian Anggis S. 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA ALGORITMA LEACH (Low-Energy Adaptive Clustering Hierarchy) PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi

Implementasi Kolaborasi Node Pada Sistem Komunikasi Ad Hoc Multihop Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4. Evaluasi Performansi

PEMBANGUNAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL BERPROTOKOL ZIGBEE UNTUK MONITORING SUHU PADA RUANGAN SERVER

I. PENDAHULUAN. Jaringan sensor nirkabel (wireless sensor network) terdiri atas sejumlah besar

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan simulasi pengaruh

Studi Level Daya Pada Perangkat Zigbee Untuk Kelayakan Aplikasi Realtime Monitoring

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KINERJA JARINGAN WPAN ZegBee DENGAN TOPOLOGI CLUSTER TREE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

Optimasi Cross Layer Untuk Protokol Dynamic Source Routing Pada Komunikasi Antar Kendaraan Berbasis Vehicular Ad-Hoc Networks (VANETs)

SISTEM PEMANTAUAN LINGKUNGAN BERBASIS WSN DENGAN LAJU SAMPLING YANG ADAPTIF

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencemaran udara dapat mempengaruhi kesejahteraan manusia, baik secara

METODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Proses Simulasi. Analisis Hasil. Gambar 11 Metode penelitian.

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP

ANALISIS PERFORMANSI TRANSMISI DATA PROTOKOL ZIGBEE (IEEE ) TERHADAP PENAMBAHAN JUMLAH CLIENT PADA WIRELESS SENSOR NETWORK

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed

Terdapat 2 macam link : link fisik dan link logik (contoh: virtual path yang terdiri atas virtual channel)

KINERJA ROUTING AODV DAN AOMDV PADA JARINGAN WPAN ZIGBEE DENGAN TOPOLOGO MESH

Journal of Control and Network Systems

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH JUMLAH DEVICE TERHADAP PERFORMANSI STANDAR ZIGBEE PADA WSN UNTUK APLIKASI SMART BUILDING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE B

Wireless LAN Arsitektur Basic Service Set Extended Service Set Tipe-tipe station Sublapisan MAC...

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

Perangkat Lunak Telekomunikasi PROTOCOL ALOHA

TEKNOLOGI. Prima Kristalina, Lab. Komunikasi Digital Politeknik Elektronika Negeri Surabaya EEPIS Wireless Sensor Networks Research Group

Simulasi Pengaruh Ketinggian Nodal Sensor Terhadap Quality of Services (QoS) Jaringan Sensor Nirkabel Dengan Ns-2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

III. METODE PENELITIAN

KOMUNIKASI DATA & JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. biaya pembangunan yang relatif murah, instalasi mudah serta kemampuannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

ANALISIS KINERJA ZIGBEE ( ) PADA GEDUNG BERTINGKAT MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai IEEE secara umum, standar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pentingnya Efisiensi Energi pada Perangkat Komunikasi Bergerak

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI

Protokol Routing Power Efficient Gathering in Sensor Information Systems pada Wireless Sensor Network

TUGAS AKHIR. ANALISIS PACKET DELAY VoIP (Voice over Internet Protocol ) PADA JARINGAN AD-HOC WIRELESS LAN ( IEEE )

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (13) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) A-9 Simulasi dan Analisa Kinerja Protokol 8.15. (Zigbee) pada Jaringan Sensor Nirkabel Arizal Lebda Septyantono danwirawan Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 111 E-mail: wirawan@ee.its.ac.id Abstrak Jaringan sensor nirkabel digunakan untuk memantau daerah rawan bencana alam, sensor suhu suatu pabrik, dan lain lain. Node node sensor tersebut diletakkan pada daerah yang sulit dijangkau oleh manusia. Oleh karena itu konsumsi energinya rendah, delay yang tidak terlalu lama, dan throughput yang sesuai dengan kebutuhan, serta drop paket yang sedikit merupakan hal yang harus diperhatikan. Untuk mengatasi masalah tersebut dikembangkan protokol 8.15. (Zigbee). Makalah ini menjelaskan uji performa (throughput, delay dan konsumsi energi) dari protokol 8.15. (Zigbee) dengan 3 mode (beacon mode, inactive slot mode dan non-beacon mode). Dari analisa data simulasi dapat disimpulkan bahwa pada saat interval pengiriman pesan 1 detik atau pada saat trafik dalam keadaan paling padat mode beacon memiliki nilai throughput lebih besar yaitu antara,8% - 3,71% dari pada mode non-beacon dan mode inactive slot memiliki throughput 7,93% - 3,8% lebih kecil dari pada mode non-beacon, serta pada interval pengiriman pesan ini mode beacon memiliki nilai konsumsi energilebih besar 3,9% - 75,8% dari pada mode non-beacon dan nilai konsumsi energi pada mode inactive slot lebih besar 1,1% - 8,9% dari pada mode non-beacon. Sedangkan pada nilai delay memiliki nilai yang berbanding terbalik dari pada nilai throughput, pada interval pengiriman pesan 1 detik atau kondisi trafik paling tidak padat pada simulasi ini, mode beacon memiliki nilai delay lebih besar 1,85% - 83,93% dari pada mode non-beacon dan pada mode inactive slot memiliki nilai delay lebih besar 8,5% - 9,% dari pada mode non-beacon.. Bertambahnya jumlah node juga mempengaruhi nilai kinerja dari protokol 8.15. (Zigbee). Kata Kunci beacon mode, inactive slot, non-beacon mode throughput, delay, wireless sensor network. I. PENDAHULUAN Jaringan sensor nirkabel merupakan suatu jaringan yang terdiri dari node-node sensor yang disebarkan pada area tertentu. Node sensor dikomposisikan dari beberapa module seperti embeded processor, memori, sensor, dan radio dengan konsumsi energi yang minimum. Perangkat-perangkat pada node sensor membutuhkan baterai sebagi sumber energinya. Node sensor digunakan untuk mengumpulkan, merasakan, memproses data, dan mengirimkan data. Node sensor menggunakan link komunikasi nirkabel agar dapat berkomunikasi dengan node-node lainnya. Ada beberapa teknik dan cara agar node sensor dapat mengonsumsi energi secara efisien. Salah satunya yaitu dengan mempertimbangkan peran dari protokol media access control (MAC). MAC merupakan bagian dari lapisan data link control. MAC mempunyai fungsi untuk mengatur akses media agar tidak terjadi tabrakan data (collision). Sebagai contoh yaitu protokol MAC pada 8.11 yang digunakan pada jaringan komputer nirkabel. Tetapi protokol 8.11 ini tidak cocok untuk digunakan pada jaringan sensor nirkabel. Dikarenakan protokol 8.11 tidak didesain untuk penghematan konsumsi energi. Salah satu protokol yang sesuai pada jaringan sensor nirkabel yaitu protocol 8.15. (ZigBee). Dalam layer media akses kontrol protokol 8.15. (ZigBee), terdapat tiga mekanisme untuk mengakses saluran yaitu mode beacon,inactive slotdan mode non-beacon. Pada tugas akhir ini akan dilakukan suatu penganalisaan karakterisitik kinerja dari protokol 8.15. (ZigBee) dengan cara mensimulasikan menggunakan perangkat lunak network simulator (NS-). Tahap pengerjaan tugas akhir ini adalah berupa pembelajaran prinsip kerja dari protocol 8.15. (ZigBee), protokol routing yang digunakan, library dari perangkat lunak NS-, dan pengujian hasil program yang telah dilakukan. Dalam tugas tugas akhir ini parameter-parameter penganalisaan data yang digunakan yaitu throughput,end to end delaydan konsumsi energi. II. TEORI PENUNJANG A. Protokol 8.15. (Zigbee) ZigBee adalah spesifikasi untuk jaringan protokol komunikasi tingkat tinggi, menggunakan radio digital berukuran kecil dengan daya rendah, dan berbasis pada standar IEEE 8.15. untuk jaringan personal nirkabel tingkat rendah, seperti alat pengukur listrik dengan inovasi In- Home Display (IHD), serta perangkat-perangkat elektronik konsumen lainnya yang menggunakan jaringan radio jarak dekat dengan daya transfer data tingkat rendah. ZigBee fokus pada aplikasi Radio Frequency (RF) yang membutuhkan data tingkat rendah, baterai tahan lama, serta jaringan yang aman [8]. Perbedaan mendasar antara Zigbee dan IEEE 8.15. adalah pada cakupan layer yang di tangani oleh masing masing komite, IEEE 8.15. fokus kepada layer terbawah, yaitu lapisan fisik dan lapisan MAC (Media Access Control). Sedangkan Zigbee Alliance menangani protokol lainnya, yaitu lapisan network dan lapisan aplikasi. A.1 Media Access Control Lapisan ini didefinisikan oleh standar IEEE 8.15. antara lain, mempunyai tugas untuk pengaksesan saluran agar tidak terjadi tabrakan (Collision). Ada dua mekanisme untuk mengakses saluran yaitu mode beacon dan mode non-beacon. Mode beacon menggunakan teknik CSMA/CA, sedangkan node non beacon menggunakan teknik non CSMA/CA [1]. Pada mode, pada awalnya alat yang berada pada jaringan, akan menunggu transmisi (beacon) dari

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (13) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) A-3 koordinatornya yang akan dikirim secara periodic, jika pesan yang dikirimkan telah selesai, maka koordinator akan menentukan jadwal untuk mengirimkan beacon kembali. sambil menunggu itu, maka device tersebut dapat kembali ke idle mode sampai jadwal yang telah ditentukan. Pada beacon mode, devices yang ada akan masuk kedalam idle mode, dan hanya akan wake up pada saat akan ada pengiriman pesan data, sehingga koordinator perlu dalam keadaan hidup terus menerus[1]. Struktur superframe ditentukan oleh dua parameter Superframe Order (SO) dan Order (BO). Urutan superframe adalah variabel yang digunakan untuk menentukan panjang durasi superframe. Untuk SO = BO (Gambar 3), interval sinyal adalah sama dengan durasi superframe menunjukkan tidak ada bagian yang tidak aktif. Demikian pula, ketika BO lebih besar dari SO (Gambar ), menunjukkan ada bagian yang tidak aktif dalam superframe tersebut. Gambar. 3. BO = SO Gambar. 1. format frame 8.15. Gambar 1 menunjukkan konstruksi dari frame data, juga disebut paket data dari protokol 8.15.. Dalam protokol data unit MAC, payload data ditambahkan dengan sumber dan tujuan alamat, nomor urut untuk memungkinkan penerima untuk mengakui bahwa semua paket yang ditransmisikan telah diterima, byte kontrol frame yang menentukan lingkungan jaringan dan parameter penting lainnya, dan akhirnya urutan frame yang memungkinkan penerima memverifikasi bahwa paket itu diterima tidak rusak. MAC frame ini ditambahkan ke PHY sinkronisasi dan PHY header, yang menyediakan mekanisme yang kuat bagi penerima untuk cepat mengenali dan decode paket yang diterima. A. Struktur Superframe Struktur superframe (Gambar ) merupakan bagian opsional dari WPAN. Superframe adalah durasi waktu antara dua beacon berturut-turut. Struktur superframe ditentukan oleh koordinator. Koordinator juga dapat mematikan penggunaan superframe dengan tidak mengirimkan beacon tersebut. Durasi superframe dibagi menjadi 1 slot bersamaan. ditransmisikan dalam slot pertama. Sisa bagian dari durasi superframe dapat digambarkan dengan istilah, CAP, CFP dan aktif. Superframe ini digunakan untuk menyediakan statistik vital seperti sinkronisasi, mengidentifikasi PAN dan struktur superframe, ke perangkat yang terhubung dalam PAN Wireless []. Gambar.. Struktur Superframe Gambar.. BO > SO III. SIMULASI PROTOKOL 8.15. (ZIGBEE) A. Konfigurasi Topologi Node Topologi yang digunakan pada simulasi protokol 8.15. (Zigbee) diperlihatkan pada gambar 5. Dikarenakan pada ns- jarak secara default jarak pancarnya adalah 3 meter maka jarak yang digunakan baik dari gateway ke node device maupun dari node koordinator ke node device adalah meter. Dikarenakan pada simulasi ini secara murni hanya menguji performa protokol 8.15. (Zigbee) maka protokol routing yang digunakan adalah AODV. Untuk jenis paket yang digunakan adalah paket UDP dengan ukuran 7 Byte perpaket. Jenis sumber trafik yang digunakan adalah CBR [3]. B. Konfigurasi Protokol 8.15.(Zigbee) Setelah melakukan konfigurasi node, maka selanjutnya adalah melakukan konfigurasi protokol 8.15. (Zigbee). Pada simulasi ini menggunakan panjang frame paket data sebesar 7 byte, untuk contention window untuk sinkronisasi menggunakan time slot, dan untuk contention window untuk data menggunakan 1 time slot. Untuk simulasi konsumsi energi maka pada simulasi dilakukan konfigurasi parameter untuk konsumsi daya. Pada simulasi ini menggunakan parameter untuk konsumsi daya pancar sebesar 7 mw, konsumsi daya penerima sebesar mw dan untuk konsumsi daya pada saat idle sebesar,55 mw. Tabel 1. Parameter Simulasi Jenis MAC 8.15. (Zigbee) Protokol routing AODV Panjang frame paket data 7 byte Konsumsi daya pancar 7,mW Konsumsi daya penerima,8mw Konsumsi daya idle,55mw Contention window untuk slot

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (13) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) A-31 sinkronisasi Contention window untuk data Contention window untuk beacon 1 slot slot jika mode beacon Pada simulasi ada beberapa mode yang digunakan yaitu sebagai berikut. 1. 8.15. (Zigbee) dengan beacon. 8.15. (Zigbee) dengan inactive slot 3. 8.15. (Zigbee) tanpa beacon C. Perhitungan Jarak Pancar Radio pada Propagasi TwoRay Ground Berikut merupakan perhitungan secara manual untuk menentukan jarak pancar radio dalam propagasi untuk bidang pantul datar. Parameter yang digunakan: Pt (daya pancar) =,1 watt Pr (respon sensitivitas) = 1,995 x 1-13 watt Ht (ketinggian antena pemancar) =,8 meter Hr (ketinggian antena penerima) =,8 meter Gt (gain antena pemancar) = 1 Gr (gain antena penerima) = 1....,1. 1. 1.,8.,8 1,995 1 d=,989 m = 3 m dari perhitungan telah didapat nilai dari jarak pancar radio sebesar 3m. Sehingga dalam menentukan posisi node dalam tugas akhir ini yaitu nilai jarak antar node sebesar meter. D. Perhitungan Nilai Interval Untuk melakukan pembuatan simulasi dengan protokol 8.15. (Zigbee) hal pertama yang dilakukan adalah mengetahui nilai Interval (BI) antara yang aktif dan yang tidak aktif pada superframe. Berikut adalah perhitungan manual untuk menentukan nilai beacon interval untuk bagian yang tidak aktif dalam superframe. Parameter yang digunakan. abaseslotduration = symbols anumsuperframeslots = 1 slot Rate paket = 5kbps BO ( Order) = 3 SO (superframe Order) = 1 BI = abasesuperframeduration x BO symbols abasesuperframeduration = abaseslotduration x anumsuperframeslots abasesuperframeduration = x 1 symbols = 9symbols menghitung nilai beacon interval dengan BO = 3 dan S = 1 BI = 9 x BO symbols BI BO=3 = 9 x 8 = 78 symbols BI BO=5kbps = 78 / 5 = 1,53 secs BI = 1,53 secs Untuk durasi superframe (SD) dapat dihitung secara manual seperti dibawah ini. SD = abasesuperframeduration x SO SD = 9 x SO symbols SD SO=1 = 9 x 1 = 19 SD SO=5kbps = 19 / 5 =,3 detik SD =,3 detik abasesuperframeduration = SD/1 =,3/1 =.5 detik abasesuperframeduration =.5 detik Dan terakhir adalah menentukan bagian yang tidak aktif dari superframe dapat dihitung secara manual seperti dibawah ini InactivePortion = Interval SuperframeDuration Inactive portion = 1,53,5 = 1,51575 detik Dari perhitungan telah didapat nilai bagian yang tidak aktif dari beacon interval sebesar 1,53 detik. Sehingga pada saat kondisi nilai BO = 3 dan SO = 1 yang artinya nilai BO > SO dan terdapat bagian yang tidak aktif dari beacon interval, dan besar bagian yang tidak aktif tersebut adalah 1,51575 detik. (a) IV. HASIL SIMULASI A. Topologi yang digunakan pada simulasi protokol 8.15. (Zigbee) Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa topologi yang digunakan pada simulasi protokol 8.15. (Zigbee) diantaranya diperlihatkan pada gambar dibawah ini. (d) Gambar. 5. Topologi yang digunakan pada simulasi 8.15. (Zigbee). (a) node dengan 1 gateway. (b) topologi star 3 node. (c) topologi star 5 node. (d) topologi star 1 node. (e) topologi star 15 node. Pada gambar (a) adalah topologi dengan node 1gateway node merupakan gateway dan node 1 dan node merupakan device 1 dan device, jarak antara gateway dan node device masing masing adalah meter. Gambar (b) merupakan topologi star dengan 3 node, gambar (c) merupakan topologi star dengan 5 node, gambar (d) merupakan topologi star 1 node dan gambar (e) merupakan topologi star dengan 15 node. (b) (e) (c)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (13) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) A-3 Pada gambar (b), (c), (d) dan (e) node merupakan koordinator dan node 1 adalah device 1, node adalah device, node 3 adalah device 3, node adalah device, node 5 adalah device 5, node adalah device, node 7 adalah device 7, node 8 adalah device 8, node 9 adalah device 9, node 1 adalah device 1, node 11 adalah device 11, node 1 adalah device 1, node 13 adalah device 13, node 1 adalah device 1 dan node 15 adalah device 15. Jarak antara node koordinator ke masing masing node device adalah meter. B. Hasil Simulasi nilai throughput Pada bagian ini merupakan nilai throughput dari hasil simulasi dengan interval pengiriman pesan yang berbeda. Dari gambar sampai dengan gambar 1 dapat dijelaskan bahwa pada saat interval pengiriman pesan 1 detik pada mode beacon memiliki nilai throughput yang lebih besar yaitu antara,8% - 3,71% dari pada mode non-beacon dan mode inactive slot memiliki throughput 7,93% - 3,8% lebih kecil dari pada mode non-beacon, tetapi pada saat trafik tidak terlalu padat nilai throughput untuk ketiga mode ini memiliki nilai yang hampir sama dan juga dapat dilihat dari gambar bahwa jumlah node juga berpengaruh pada nilai throughput pada saat trafik dalam kondisi paling padat. 1 1 1 1 8 beacon 1 Interval 3 pengiriman 5 Pesan 7(detik) 8 9 1 Gambar.. Hasil pengukuran throughput node 1 gateway. 1 1 1 8 Non 1 3 5 7 8 9 1 Gambar. 7. Hasil pengukuan throughput 3 node. 1 1 1 8 1 3 5 7 8 9 1 Gambar. 8. Hasil pengukuran throughput 5 node. 1 1 8 1 3 5 7 8 9 1 Gambar. 9. Hasil pengukuran throughput 1 node. 1 1 8 Interval Pengiriman pesan (detik) Gambar. 1. Hasil pengukuran throughput 15node. Non Non Non 1 3 5 7 8 9 1 C. Hasil Simulasi Nilai Delay Pada bagian ini merupakan nilai delay dari hasil simulasi dengan interval pengiriman pesan yang berbeda. Dari gambar 11 sampai dengan gambar 1 dapat dijelaskan bahwa pertama nilai delay berbanding terbalik dengan nilai throughput, jadi pada saat interval pengiriman pesan lama nilai delay semakin lama juga. Dan kedua nilai delay pada mode beacon dan nonbeacon memiliki nilai delay yang hampir sama kecuali pada node 15. Pada interval pengiriman pesan 1 detik nilai delay pada mode beacon lebih besar 1,85% - 83,93% dari pada mode non-beacon dan pada mode inactive slot memiliki nilai delay lebih besar 8,5% - 9,% dari pada mode nonbeacon. hal ini disebabkan karena node device juga membutuhkan waktu dalam proses pergantian dari mode idle ke mode receive, sehingga juga mempengaruhi nilai delay ini. Dan pada mode inactive slot memiliki nilai delay yg paling lama, hal ini disebabkan karena pada mode ini ada slot yang tidak aktif pada frame pengiriman pesan, sehingga paket

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (13) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) A-33 menjadi menumpuk dan juga banyak drop paket pesan pada bagian akhir simulasi. 1 1 8 1 1 1 9 8 7 5 3 1 8 1 1 8 1 3 5 7 8 9 1 Gambar 11. Hasil pengukuran delay node 1 gateway Non 1 3 5 7 8 9 1 Gambar 1. Hasil pengukuran delay 3 node Non 1 3 5 7 8 9 1 Gambar 13. Hasil pengukuran delay 5 node Non 1 3 5 7 8 9 1 Gambar 1. Hasil pengukuran delay 1 node 1 1 1 1 8 1 3 5 7 8 9 1 Gambar. 15. Hasil pengukuran delay 15 node. D. Hasil Simulasi nilai Konsumsi Energi. Pada bagian ini merupakan nilai delay dari hasil simulasi dengan interval pengiriman pesan yang berbeda. Dari gambar 1 sampai dengan gambar dapat diperlihatkan bahwa mode non-beacon memiliki nilai konsumsi energi yang paling kecil, hal ini disebabkan karena pada mode ini sebelum pengiriman paket pesan tidak ada pengiriman beacon terlebih dahulu, jadi apapun kondisi node device pada mode ini akan langsung dikirimkan paket pesan, jadi walaupun memiliki nilai konsumsi energi yang kecil pada mode ini mengalami drop paket yang banyak. Pada interval pengiriman pesan 1 detik nilai konsumsi energi pada mode beacon lebih besar 3,9% - 75,8% dari pada mode non-beacon dan nilai konsumsi energi pada mode inactive slot lebih besar 1,1% - 8,9% dari pada mode non-beacon.dan juga pertambahan jumlah node device juga mempengaruhi nilai dari konsumsi energi ini. 7 5 3 1 1 3 5 7 8 9 1 Gambar. 1. Hasil pengukuran konsumsi energi node 1 gateway 7 5 3 1 Non 1 3 5 7 8 9 1 Gambar. 17. Hasil pengukuran konsumsi energi 3 node.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (13) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) A-3 1 1 8 Non 1 3 5 7 8 9 1 Gambar. 18. Hasil pengukuran konsumsi energi 5 node. 9 8 7 5 3 1 Non 1 3 5 7 8 9 1 Gambar. 19. Hasil pengukuran konsumsi energi 1 node. pengiriman paket pesan menjadi lebih lama dan hal ini juga menyebabkan banyaknya paket drop pada akhir simulasi. Pada konsumsi energi yang menyebabkan pada mode non-beacon memiliki nilai yang lebih sedikit dari pada kedua mode lainnya, adalah karena pada mode ini tidak menggunakan beacon untuk memberitahu kepada node device bahwa akan ada pengiriman paket pesan sehingga node device dapat berganti mode dari mode idle menjadi mode receive. Dengan kata lain pada mode ini apapun kondisi node device paket pesan akan langsung dikirim, sehingga dapat menyebabkan drop paket. Selain hal tersebut bertambahnya jumlah node juga mempengaruhi nilai kinerja (throughput, delay dan konsumsi energi) terutama pada kondisi trafik yang padat. DAFTAR PUSTAKA [1] Marina Petrova, Janne Riihijarvi, Petri Mahonen, Saverio Labella, Performance Study of IEEE 8.15. Using Measurements and Simulations, Department of Wireless Networks RWTH Aachen University Kackertstrasse 9, Aachen, Germany. [] Datasheet chips ZMD1. [3] Altman, E., Tania Jiménez, NS Simulator for begginers, Lecturer Note, Univ De LosAndes Merida, Venezuela and ESSI SophiaAntipolis, France Desember 3. 1 1 8 Non 1 3 5 7 8 9 1 Gambar.. Hasil pengukuran konsumsi energi 15 node. V. KESIMPULAN Dari analisa data simulasi dapat disimpulkan bahwa pada saat interval pengiriman pesan 1 detik mode beacon memiliki nilai throughput lebih besar yaitu antara,8% - 3,71% dari pada mode non-beacon dan mode inactive slot memiliki throughput 7,93% - 3,8% lebih kecil dari pada mode nonbeacon, serta pada interval pengiriman pesan ini mode beacon memiliki nilai konsumsi energilebih besar 3,9% - 75,8% dari pada mode non-beacon dan nilai konsumsi energi pada mode inactive slot lebih besar 1,1% - 8,9% dari pada mode non-beacon. Sedangkan pada nilai delay memiliki nilai yang berbanding terbalik dari pada nilai throughput, pada interval pengiriman pesan 1 detik mode beacon memiliki nilai delay lebih besar 1,85% - 83,93% dari pada mode nonbeacon dan pada mode inactive slot memiliki nilai delay lebih besar 8,5% - 9,% dari pada mode non-beacon. Yang menyebabkan nilai delay pada mode inactive slot lebih besar dari pada mode lainnya adalah karena pada mode ini ada bagian slot pada frame yang tidak aktif sehingga proses