PENGARUH POLA HARI HUJAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA TANAMAN KARET MENGHASILKAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH POLA HARI HUJAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA TANAMAN KARET MENGHASILKAN

FAKTOR LINGKUNGAN DAN MODEL PERAMALAN PENYAKIT GUGUR DAUN KARET CORYNESPORA

PENGARUH PENYINARAN ULTRA VIOLET TERHADAP INFEKSI Corynespora cassiicola PATOGEN GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA TANAMAN KARET

KETAHANAN ENAM KLON KARET TERHADAP INFEKSI CORYNESPORA CASSIICOLA PENYEBAB PENYAKIT GUGUR DAUN

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

PENGARUH PUPUK KALIUM TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA PEMBIBITAN KARET

KETAHANAN ENAM KLON KARET TERHADAP INFEKSI Corynespora cassiicola PENYEBAB PENYAKIT GUGUR DAUN ABSTRACT

PENGARUH LAMA DAN INTENSITAS HUJAN TERHADAP INFEKSI DAN PERKEMBANGAN PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA LIMA KLON KARET

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

Hubungan Jumlah Konidia di Udara 362 (Nurhayati, Nirwati Anwar, Abdul Mazid dan Masayu Elsa Lina

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

PENGARUH PUPUK NITROGEN TERHADAP INFEKSI Coryespora cassiicola (Berk & Curt) Wei PADA DAUN KARET DI PEMBIBITAN

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

TINJAUAN PUSTAKA. Stadium ini ditemukan pada daun daun tua yang sedang membusuk. Jamur ini

PENYAKIT Fusarium spp. PADA TANAMAN KARET. Hilda Syafitri Darwis, SP.MP. dan Ir. Syahnen, MS.

KETAHANAN LAPANGAN TANAMAN KARET KLON IRR SERI 100 TERHADAP TIGA PATOGEN PENTING PENYAKIT GUGUR DAUN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI Kerentanan Daun Karet terhadap Jamur Corynespora cassiicola

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

ANALISIS DAMPAK ANOMALI IKLIM LA-NINA 2010 PADA KEBUN PERCOBAAN BALAI PENELITIAN SEMBAWA, SUMATERA SELATAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE YANG BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

VI ANALISIS FAKTOR FAKTOR SUMBER RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI KARET ALAM

PRODUKTIVITAS KLON KARET IRR SERI-100 DAN 200 PADA BERBAGAI AGROKLIMAT DAN SISTEM SADAP

Charloq 1) Hot Setiado 2)

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP PRODUKSI KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI KEBUN HAPESONG PTPN III TAPANULI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisi : Angiospermae ; Kelas : Dicotyledonae ; Ordo : Euphorbiales ; Family:

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

PENYAKIT BIDANG SADAP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKTIVITAS KLON KARET PADA BERBAGAI KONDISI LINGKUNGAN DI PERKEBUNAN

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MUCUNA (Mucuna bracteata D.C) SKRIPSI

RESISTENSI PLASMA NUTFAH IRRDB 1981 TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN Corynespora. RESISTANCE OF IRRDB 1981 GERMPLASM TO Corynespora LEAF FALL DISEASE

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

BISNIS BUDIDAYA KARET

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

BAB IV. EKOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA ANATOMI DAUN DENGAN KETAHANAN PENYAKIT GUGUR DAUN PADA TANAMAN KARET SKRIPSI OLEH : RINI JUNITA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bayan 4 No. 20. Karakteristik bahan di sekitar lokasi Ke-1 didominasi oleh dinding

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

POLA DISTRIBUSI KUTU DOMPOLAN (Planococcus citri) PADA PERKEBUNAN KOPI DESA SEMIDANG ALAS KECAMATAN DEMPO TENGAH KOTA PAGAR ALAM

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia kopi merupakan salah satu komiditi ekspor yang mempunyai arti

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

KETAHANAN GENETIK BERBAGAI KLON KARET INTRODUKSI TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA BIBIT TANAMAN Acacia crassicarpa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN LAMA PENYIMPANAN PADA KERTAS KORAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut ;Divisio : Mycota;

Transkripsi:

J. HPT Tropika. ISSN 1411-7525 63 Vol. 8, No. 1: 63 7, Maret 8 PENGARUH POLA HARI HUJAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA PADA TANAMAN KARET MENGHASILKAN Nurhayati 1) dan Aron Situmorang 2) ABSTRACT Effect of weather on the development of leaf fall disease in the yielding rubber estate. This research was conducted in PTP VII Bergen Lampung from July to August for 5 and 6 (new leaves period). This research was carried out using survey and experiment methods. Parameters observed in the research were persentages of leaf stage, the number of leaf fall per m 2 caused by Corynespora cassiicola and amount of spore distributed in air, daily rainfall amount and number of rain days. Results of the study showed that the pattern of rainfall and number of raindays affected the development of plant s new leaves and leaf fall disease caused by Corynespora. The amount of spores distributed in the air was relatively higher in 5 observation period compared to 6 one. The pattern of rainfall and number of rain days also affected the disease severity which was higher in 5 compared to 6. Epidemy was occurred when lower rainfall amount taking place intermittently with sunny days in the period of new leave formation. Key words : Corynespora leaf fall disease, rubber, rainfall, numbers of raindays PENDAHULUAN Penyakit gugur daun Corynespora (PGDC) yang disebabkan oleh Corynespora cassiicola merupakan salah satu penyakit karet yang sangat penting, karena penyakit ini dapat mengakibatkan peranggasan tanaman karet sepanjang tahun sehingga pertumbuhan terhambat, penyadapan tidak dapat dilakukan dan bahkan menyebabkan kematian tanaman. Selain menyerang tanaman di lapangan penyakit ini juga menjangkiti tanaman karet yang ada di pembibitan, sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Penyakit ini dapat menyerang daun karet baik yang masih muda maupun yang telah tua (Situmorang & Budiman, 1984). Tanaman karet sangat rentan terhadap penyakit gugur daun corynespora pada saat pembentukan daun muda. Stadia daun yang berwarna coklat atau pada saat umur daun sampai 18 hari sejak muncul merupakan stadia daun yang sangat rentan, sehingga apabila pada kondisi ini tanaman terserang C. cassiicola dapat mengakibatkan keparahan penyakit sampai 8 persen (Nurhayati et al, 4). Menurut Soepena (1986) dan Pawirosoemardjo (4) serangan Corynespora sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman muda sehingga masa matang sadap terhambat atau diperpanjang 3 sampai 5 tahun atau lebih, atau sama sekali gagal untuk matang sadap. Pada klon GT 1 yang terserang gugur daun selama dua bulan dapat menurunkan produksi getah lebih dari 4 persen dari produksi normal. Serangan berat gugur daun pada tanaman karet klon PPN 58 dan PPN 2447 di Jawa Tengah mengakibatkan penurunan produksi lateks antara 24 hingga 62 persen (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa, 1988). Penurunan produktivitas juga terjadi pada klon RRIM 6 yang terserang C. cassiicola. Penurunan produktivitas tersebut berkisar antara 3 sampai 4 persen dengan kerugian mencapai ratusan milyar rupiah per tahun (Anwar et al., ). Informasi yang disebutkan sebelumnya merupakan bukti bahwa penyakit gugur daun yang disebabkan oleh jamur tersebut merupakan salah satu penyakit terpenting pada tanaman karet dan bersifat endemis di Indonesia, apabila faktor lingkungan seperti cuaca kondusif dapat berubah menjadi epidemi (Darmono, 6). Timbulnya epidemi penyakit gugur daun dapat disebabkan oleh tiga hal utama yaitu klon karet yang rentan, ras patogen yang lebih virulen dan faktor lingkungan/cuaca yang sangat membantu perkembangan penyakit tersebut (Situmorang, 1998). Indonesia memiliki kondisi iklim yang sangat sesuai bagi perkembangan penyakit gugur daun corynespora. Faktor cuaca seperti suhu, kelembaban atau kebasahan 1 Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Kampus Inderalaya Ogan Ilir Inderalaya 3662 2 Balai Penelitian Perkebunan Sembawa

64 J. HPT Tropika, 8(1) Maret 8 daun serta hujan merupakan faktor yang paling membantu terjadinya epidemi penyakit tersebut Situmorang & Budiman (1984) melaporkan bahwa di daerah yang mempunyai curah hujan merata sepanjang tahun atau daerah dengan batas musim hujan dan kemarau yang tidak begitu jelas, patogen ini mengakibatkan kerusakan berat sehingga tanaman meranggas sepanjang tahun. Sebaliknya di daerah yang mempunyai musim kemarau yang lebih panjang dari tiga bulan serangan patogen tersebut tidak mengakibatkan peranggasan sepanjang tahun. Perubahan iklim global yang berdampak kepada perubahan iklim lokal diyakini memicu perkembangan penyakit gugur daun. Musim hujan atau musim kemarau yang berkepanjangan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan perkembangan penyakit. Musim hujan yang berkepanjangan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya epidemi penyakit gugur daun Corynespora (Situmorang, 1998). Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari seberapa jauh pengaruh pola hari hujan terhadap perkembangan penyakit gugur daun Corynespora pada tanaman karet yang sudah menghasilkan. METODE PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan di Kebun karet yang sudah menghasilkan di lahan perkebunan PTP VII Bergen provinsi Lampung,, Pertanaman yang diamati adalah klon RRIM umur 6-7 tahun dengan jarak tanam 7x3 meter di lahan seluas 7 hektar (Gambar 1). Penelitian dilakukan selama periode pembentukan daun baru tahun 5 dan 6 (selama bulan Juli dan awal Agustus). Dalam penelitian ini digunakan dua metode yakni metode survei dan metode eksperimen. Metode survei dilakukan dalam rangka memperoleh data tentang stadia daun, jumlah daun gugur dan data iklim. Metode ekperimen dilakukan untuk memperoleh data distribusi spora di udara. Parameter pengamatan dalam penelitian ini adalah persentase stadia daun, jumlah daun gugur/m2, distribusi spora serta pola curah hujan dan hari hujan. Penghitungan jumlah spora dilakukan untuk mengetahui distribusi spora C. cassiicola di udara selama percobaan berlangsung. Gelas objek yang telah diolesi dengan gliserin jeli (4 g gelatin+ 13 ml gliserin + 15 ml air) diletakan pada sangkar yang telah terdiri dari plat seng bulat dengan diameter 3 cm. Plat seng tersebut disangga pada bagian tengahnya oleh kayu dengan ketinggian sampai di bawah tajuk pohon. Diletakkan sebanyak 4 sangkar di setiap hektar pada areal perkebunan sesuai mata angin. Adapun luas areal yang digunakan seluas 1 ha yang ditentukan secara acak dari 7 ha hamparan yang ada. Penangkapan spora dilakukan dengan menempatkan sebanyak 4 gelas objek/ sangkar pada setiap hari pada pukul 7. WIB dan diambil pukul 7. WIB keesokan harinya. Jumlah konidia patogen yang tertangkap pada gelas objek dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 1 x 1 dengan luas pengamatan 1 cm 2. Pengamatan dan penghitungan jumlah spora tersebut dilakukan setiap hari pada periode Juli dan Agustus tahun 5 dan 6 (pada Gambar 1. Lokasi perkebunan tempat penelitian dan alat penampung daun gugur

Nurhayati & Situmorang : Pengaruh Pola Hari Hujan terhadap Perkembangan Penyakit Gugur Daun Corynespora 65 saat terbentuknya daun baru). Data kondisi cuaca dikumpulkan dari Stasiun Klimatologi terdekat meliputi curah hujan dan hari hujan selama bulan-bulan Juli dan Agustus 4, 5 dan 6. Selain itu kondisi cuaca secara kualitatif seperti kondisi cerah atau panas, mendung, berkabut, gerimis dan hujan juga dipantau setiap hari. Kondisi cuaca tahun 4 diamati sebagai pembanding karena pada tahun ini pada areal tersebut terjadi epidemi penyakit gugur daun corynespora. Data yang diperoleh dalam dalam penelitian ini, ditata dan dianalisis secara tabulasi serta dilakukan interpretasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pola pembentukan daun muda dan kerentanan daun tajuk terhadap PGDC. Pola stadia daun yang diteliti beragam selama tahun 5 dan 6 (Gambar 2). Selama periode pengamatan tahun 5 dapat dilihat bahwa pada minggu ke tiga Juli 5 jumlah pucuk dan daun cokelat berturut-turut 15 dan 3 persen dari sampel yang diamati. Pengamatan pertama tahun 5 ( 9 juli) dimana daun baru mulai muncul. Pada periode pengamatan selanjutnya (minggu ke empat Juli 5) persentase pucuk 1 Periode pembentukan daun baru tahun 5 Stadia daun (%) 8 6 4 Gugur Pucuk Cokelat Hijau 9Juli 16 Juli 23 Juli 3 Juli 9 Agst 1 Periode pembentukan daun baru tahun 6 Persentase stadia daun 8 6 4 Gugur Pucuk Cokelat Hijau 4 Juli 11 Juli 18 Juli 24 Juli 1 Agst Gambar 2. Keragaman stadia daun selama tahun 5 dan 6

66 J. HPT Tropika, 8(1) Maret 8 menurun dan daun coklat meningkat. Pada periode ini kebanyakan daun sudah memasuki stadia daun hijau (83 persen dari jumlah pengamatan), sedangkan pucuk hanya tinggal 1 persen, 1 hari kemudian 1 persen daun sudah menjadi hijau. Pola stadia daun selama periode pengamatan 6 ternyata sangat berbeda dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pada awal Juli 6 stadia daun yang tertinggi persentasenya adalah pucuk yakni sekitar 71 persen dari jumlah daun yang diamati. Pada periode pengamatan ini hanya 1 persen daun yang berwarna hijau, sedangkan yang berwarna cokelat hanya 2 persen dari jumlah daun yang diamati. Pada pengamatan selanjutnya persentase stadia daun yang masih dalam bentuk pucuk menurun drastis yakni menjadi 28 persen pada minggu ke tiga Juli 6 dan hanya tinggal 2,5 persen pada minggu keempat. Persentase ini relatif tinggi dibandingkan dengan periode pengamatan tahun 5. Pada periode minggu ke tiga Juli 5 persentase daun pucuk hanya 15 persen dari jumlah daun yang diamati (lebih rendah persen dibandingkan angka pada periode pengamatan yang sama dalam tahun 6). Perkembangan penyakit gugur daun Corynespora sangat berhubungan erat dengan periode pembentukan daun muda dan keadaan cuaca terutama hari hujan dan curah hujan. Hari hujan dalam penelitian ini dihitung mulai daun baru muncul sampai daun umur 18 hari dimana daun dalam kondisi rentan terhadap patogen sedangkan umur 19 hari daun sudah hijau. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada bulan Juli 4 jumlah hari hujan 1 hari dengan curah hujan sebesar 178 mm terjadi pada 18 hari pertama di bulan tersebut yang merupakan periode pembentukan daun karet muda. Pada bulan Juli tahun berikutnya (5) terjadi perubahan jumlah hujan hanya 7 hari dengan jumlah curah hujan 87 mm, yang mengalami pergeseran waktu turun hujan selama 6 hari. Pada periode pembentukan daun muda tahun 6 (Juli) kembali terjadi pergeseran pola hari hujan dari curah hujan, di mana hujan mulai terjadi pada hari ke 16 dan hanya ada tiga hari hujan pada saat daun karet masih dalam kondisi kritis ( umur daun kritis sampai 18 hari setelah muncul) dengan jumlah curah hujan hanya 33 mm. Pola pergeseran curah hujan dan hari hujan tersebut sangat berpengaruh terhadap infeksi C. cassiicola, karena selama periode tersebut pada satu sisi daun berada pada stadium rentan sedangkan pada sisi lain perkembangan jamur berlangsung optimal, dimana pada kondisi tersebut terdapat hujan dengan curah hujan harian yang tidak terlalu tinggi serta suhu berkisar 28-3 C sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini. 8 Curah hujan dan hari hujan Juli 4-6 di Bergen 7 6 5 4 3 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 21 22 23 24 25 26 27 28 29 3 31 Juli 4 62 6 9 4 2 4 73 13 2 3 Juli 5 7 3 24 24 26 1 2 4 18 Juli 6 3 14 16 35 6 31 13 Gambar 3. Pola hari hujan dan curah hujan pada Juli 4-6 di PTP VII Bergen

Nurhayati & Situmorang : Pengaruh Pola Hari Hujan terhadap Perkembangan Penyakit Gugur Daun Corynespora 67 Pola distribusi spora. Perkembangan penyakit gugur daun selama periode pengamatan ditelusuri melalui pengkajian penyebaran spora di udara pada periode yang sama (Gambar 4). Selama tahun 5 jumlah spora yang terdistribusi di udara relatif tidak berubah selama paruh awal Juli dibandingkan dengan paruh ke dua bulan yang sama. Pada paruh awal jumlah spora di udara sekitar 5,5 spora/cm 2, sedangkan pada paruh kedua di bulan itu adalah 4,6 spora/ cm 2. Pada periode pengamatan minggu pertama Agustus 5 jumlah spora di udara naik secara drastis dari 4,6 menjadi 7,6 spora / cm 2, dan bahkan pada minggu ke dua hingga awal minggu ketiga Agustus 5 jumlah spora di udara meningkat hampir persen yakni menjadi spora/ cm 2. Rata-rata jumlah spora pada tahun 6 ternyata sangat berbeda bila dibandingkan dengan kebanyakan hasil pengamatan selama periode tahun sebelumnya, kecuali pada periode pengamatan paruh kedua Juli 6 (sama angkanya dibanding periode yang sama tahun 5). Pada pengamatan awal jumlah spora di udara hanya,6 spora/ cm 2, jauh lebih rendah dengan angka hasil pengamatan dalam periode yang sama tahun sebelumnya yakni 5,5 spora/ cm 2. Pada periode Disribusi spora 5 16 Jumlah spora/cm2 12 8 4 7-16 Juli 17-29 Juli 3 Juli-8 Agst 9-15 Agst Distribusi spora 6 Jumlah spora/cm2 16 12 8 4 4-17 Juli 18-31 Juli 1-14 Agust Gambar 4. Rata-rata jumlah spora yang terdistribusi di udara selama tahun 5 dan 6

68 J. HPT Tropika, 8(1) Maret 8 Agustus 6 jumlah spora di udara rata-rata adalah 8 spora/c cm 2. Pola pengguguran daun oleh C. cassiicola. Pada pengamatan ini daun yang dihitung adalah hanya daun yang terserang C. cassiicola secara dominan. Keparahan penyakit gugur daun di areal penelitian selama periode pengamatan tahun 5 dan 6 sangat berbeda (Gambar 5). Pada periode pengamatan tahun 5 jumlah daun yang gugur relatif tinggi dan berlangsung pada waktu selama pengamatan. Pada pengamatan pertama yakni minggu kedua Juli 5 jumlah daun yang gugur adalah 65 pada areal seluas 1 m 2. Jumlah ini meningkat secara linear pada minggu-minggu selanjutnya hinggá mencapai angka tertinggi yakni 16 daun per m 2 pada awal Agustus 5, jumlah daun yang gugur tetap tinggi (> 1 daun/m 2 ) hingga pertengahan Agustus 5. Selama periode pengamatan tahun 6 daun yang gugur akibat terserang cendawan C. cassiicola jauh lebih sedikit. Tidak ada daun yang gugur selama periode Juli 6. Jumlah yang yang gugur selama Agustus 6 relatif rendah yakni dibawah daun/m 2. Pembahasan Pertumbuhan tajuk tanaman dan 14 Gugur daun oleh C. cassiicola tahun 5 Jumlah daun gugur/m2 1 1 8 6 4 12 Juli 22 Juli 28 Juli 3 Agust 1 Agust 16 Agust 14 Gugur daun oleh C. cassiicola tahun 6 Jumlah daun gugur/m2 1 1 8 6 4 Juli 26 Juli 1 Agust 8-8-6 14-8-6 Gambar 5. Jumlah daun yang gugur selama kurun waktu pengamatan tahun 5 dan 6

Nurhayati & Situmorang : Pengaruh Pola Hari Hujan terhadap Perkembangan Penyakit Gugur Daun Corynespora 69 perkembangan penyakit gugur daun yang disebabkan oleh C. cassiicola diyakini berkaitan erat dengan kondisi cuaca selama Juli dan Agustus 5 atau 6. Selama paruh pertama Juli 5 terjadi hujan dengan curah hujan relatif sedikit dengan selang waktu terjadinya hujan berikutnya sekitar dua hingga tiga hari. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya kelembaban udara pada satu sisi dan temperatur juga tinggi. Pada saat ini daun karet basah dan kelembaban berkisar 97-98 persen dengan suhu antara 29 o C - 31 o C. Kondisi ini merupakan kondisi yang optimal bagi spora untuk berkecambah. Jumlah spora pada keadaan ini berada pada kategori sedang yakni 5,5 spora/cm 2. Kondisi di mana ada hujan yang tidak begitu lebat yang diikuti oleh periode tanpa hujan dalam waktu yang relatif lama menjadikan kondisi udara menjadi sangat optimal bagi perkecambahan spora terjadi pada paruh pertama Agustus 5. Pada periode ini ternyata hujan jatuh setelah mengalami periode tanpa hujan sekitar 8 hari sejak jatuh hujan dengan curah hujan yang kecil yakni hanya 4 mm/hari. Pada keadaan ini terjadi jumlah spora yang terdistribusi relatif tinggi yakni mencapai angka 19,5 spora/cm 2 dibandingkan dengan paruh kedua Juli 5. Situmorang (1998) melaporkan hal serupa dengan yang ditemukan dalam penelitian ini. Kondisi cuaca selama periode pangamatan tahun 6 yakni Juli dan Agustus relatif berbeda bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 5. Selama paruh pertama Juli 6 tidak ada hujan sama sekali. Udara tergolong cerah atau temperatur udara tergolong tinggi (33 o C) dengan kelembaban relatif (RH) lebih rendah (< 89 %) Kondisi ini menjadi tidak cocok bagi percambahan spora. Konsekuensi dari kondisi cuaca demikian adalah sangat rendahnya jumlah spora di udara yakni kurang dari 1 spora/cm 2. Adanya hujan yang terjadi relatif lebat setiap hari selama empat hari pada paruh kedua Juli 6 menjadikan udara, walaupun relatif lembab dan temperatur udara relatif tinggi, tidak begitu ideal untuk perkecambahan spora. Ini dibuktikan jumlah spora di udara selama paruh kedua Juli dan paruh pertama Agustus 6 tidak tinggi dan tidak begitu berbeda satu sama lain.,. Rata jumlah spora di udara di kedua periode pengamatan itu berturut-turut 5,5 mm/cm 2 dan 8 mm/cm 2. Pola curah hujan dan jumlah hari hujan ini tidak saja mempengaruhi keragaman jumlah spora di udara dalam kurun waktu pengamatan yakni Juli dan Agustus 5 dan 6 tetapi juga berpengaruh terhadap jumlah daun yang terinfeksi C. cassiicola. Tajuk tanaman dalam bulan-bulan Juli hingga Agustus 5 dan 6 relatif sama, di mana pada pertengahan Juli hanya sekitar 4 persen daun yang termasuk stadia hijau. Jumlah daun kategori ini meningkat secara linear hingga minggu pertama Agustus. Meskipun pola curah hujan dan jumlah hari hujan tidak mempengaruhi secara nyata tajuk tanaman tetapi yang terpenting di sini adalah pengaruh keduanya terhadap keragaman jumlah spora di udara. Nurhayati (4) melaporkan hasil penelitiannya pada tanaman di kebun Entres bahwa jumlah spora di udara berkorelasi positif dengan tingkat serangan C. cassiicola. Dalam penelitian ini ternyata ditemukan keadaan yang agak mirip. Selama periode pengamatan Juli dan Agustus 5 jumlah daun yang gugur relatif tinggi yakni mulai dari sekitar 65 daun/m 2 pada pertengahan Juli hingga tetap berada di atas 1 daun per m 2 pada tiga periode pengamatan di bulan Agustus 5. Kontras dengan ini terjadi selama periode pengamatan Juli dan Agustus 6 di mana daun gugur hanya bulan Agustus 6 dengan jumlah daun gugur di bawah per m 2. Rendahnya jumlah daun yang gugur selama periode ini sangat berakitan erat dengan rendahnya jumlah spora di udara selama periode pengamatan Juli dan Agustus 6. Suatu hal yang penting untuk dinyatakan di sini adalah bahwa selama periode pembentukan daun muda tahun 6 terjadi hujan yang relatif tinggi dan berlangsung dalam jumlah hari hujan lebih dari 6 hari dalam periode 15 hari. Kondisi ini menurut sejumlah peneliti memungkinkan intensifnya pencucian spora, sehingga patogen gagal menginfeksi inangnya. Hujan apabila tidak terlalu lebat dapat membantu pembebasan atau penyebaran patogen., namun hujan yang terlalu lebat akan mengakibatkan pencucian spora patogen dari permukaan tanaman dan tanah. Hujan yang terus menerus sehingga tanah menjadi terlalu lembab dapat mematikan atau menekan perkembangan patogen demikian juga pada saat musim kemarau yang panjang dapat mengakibatkan tanah menjadi kering sehingga patogen menjadi mati (Situmorang, 1998; Agrios, 1997).

7 J. HPT Tropika, 8(1) Maret 8 SIMPULAN 1. Pola curah hujan dan hari hujan yang sedikit dan berseling dengan cuaca panas mempengaruhi keparahan penyakit gugur daun Corynespora. Jumlah spora di udara relatif lebih tinggi dalam periode pengamatan tahun 5 dibandingkan dalam periode yang sama tahun 6, keparahan penyakit gugur daun Corynespora, lebih tinggi pada tahun 5 dibandingkan dengan 6 2. Terjadinya epidemi disebabkan oleh pergeseran pola pembentukan daun muda dan pola pergeseran curah hujan. Apabila terjadi hujan dengan intensitas rendah dan berselang-seling dengan hari hujan 6 hari, selama pembentukan daun muda, maka tanaman menghasilkan RRIM 6 akan mengakibatkan terjadinya epidemi. DAFTAR PUSTAKA Agrios, G. N. 1997. Plant Pathology. 4 th Academic Press., California USA. ed.. Anwar, R, Aidi-Daslin, Suhendry, I and Wulan, S.. Quantifying genetical and environmental factors in determining rubber crop productivity. Hlm. 143-149 dalam: Rasidin Azwar et al, ed. Proc. Indonesian Rubber Conf. and IRRDB Symposium.. Indonesia Rubber Res. Inst.. Darmono, T.W. 6. Molecular variability on Corynespora cassicola Www.rothamted.ac.uk/res/corporate/fellows/pro jects/tindonesia. Diakses tanggal 19 maret 6. Nurhayati, A. Situmorang., Z.R. Djafar dan Suparman. 4. Faktor lingkungan dan model peramalan penyakit gugur daun karet Corynespora. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan. PP-SML. UI 24(4):243-253. Nurhayati, A. Situmorang., Z.R. Djafar dan Suparman. 4. Uji kerentanan daun karet terhadap infeksi Corynespora cassiicola. Dalam: Aron Situmorang et al, ed. Proc. Pertemuan teknis. Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa Pawirosoemardjo, S., Purwantara, A. 1987. Sporulation and spore germination of Corynespora cassiicola. Paper pada IRRDB Symposium Pathology of Hevea brasiliensis, November 2-3, 1987. Chiangmai Thailand. Pawirosoemardjo, S. 4 Manajemen pengendalian penyakit penting dalam upaya mengamankan target produksi karet nasional tahun. dalam: Aron Situmorang et al, ed. Proc. Pertemuan Teknis. Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM). 1988. Forum Komunikasi Perkebunan. Balai Penelitian.PT Perkebunan Wilayah II. Sungai karang 25 januari 1988. Situmorang, A., A. Budiman. 1984. Corynespora cassiicola (Berk & Curt) Wei penyebab penyakit gugur daun pada karet. Kumpulan makalah lokakarya karet 1984, PN/PT Perkebunan Wilayah-1 dan P4TM. 14-16 Nopember 1984 di Medan. P4TM. 1 hal. Situmorang, A. 1998. Model hubungan iklim mikro dan epidemiologi penyakit gugur tanaman. Program studi Entomologi dan Fitopatologi Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. 15 hal. Soepena, H. 1986. Penyakit gugur daun Corynespora pada tanaman karet. Pertemuan Karet dan Kelapa. Semarang 6-7 Februari 1986. Research Centre Getas. PN/PT Perkebunan Salatiga.