BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut undang undang

I. PENDAHULUAN. pendidikan adalah agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

PENERAPAN METODE THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA KELAS V SDN PATI WETAN 01 PATI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa inggris Natural Sains secara singkat sering disebut Science. Natural

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat familiar kita dengarkan di dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan kegiatan penting yang dilakukan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat. Menurut Sukarjo dan Komarudin (2009:9) pendidikan merupakan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimilikinya, sikap-sikap dan bentuk-bentuk perilaku yang bernilai positif di masyarakat tempat individu yang bersangkutan berada. Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bab II dikemukakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2006:13). Untuk mencapai mutu pendidikan tersebut, maka mutu pendidikan itu sendiri harus dilaksanakan menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut dapat dilakukan pada jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Disamping itu, upaya yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut diantaranya adalah melakukan perbaikan terhadap sistem pendidikan yang harus dimulai dari tingkat sekolah dasar. Peningkatan sikap dan motivasi siswa terhadap mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPA harus ditanamkan sejak siswa di sekolah dasar. Berdasarkan standar kelulusan satuan pendidikan dan kelompok mata pelajaran, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan untuk mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik

2 (Permendiknas No.22 Tahun 2006). Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib di tingkat Sekolah Dasar. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. Menurut Hendro Darmojo (dalam Samatowa, 2011: 2) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Depdiknas 2006 (Mulyasa, E 2011: 110) menyatakan bahwa pelajaran sains harus mencakup kerja ilmiah dan konsep. Dalam KTSP metode ilmiah tidak dimunculkan sebagai bagian terpisah namun menjadi jiwa dari seluruh topik. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Mulyasa, E 2011: 111) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

3 Dalam proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, siswa bukan hanya berperan sebagai penerima ilmu pengetahuan atau informasi dari guru, tetapi harus terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran, karena mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang melibatkan keterampilan proses. keterampilan proses dalam pembelajaran IPA yakni meliputi keterampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta keterampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen haruslah terus dilatihkan kepada peserta didik di tingkat sekolah dasar. Berdasarkan pengalaman mengajar dan hasil observasi yang telah penulis lakukan dapat terlihat bahwa proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan di Kelas IV-C di SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi cenderung masih menggunakan metode ceramah, dan kurangnya interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran, selain itu sumber informasi dalam pembelajaran hanya bergantung pada buku paket IPA dan LKS untuk melakukan latihan soal. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran serta memahami materi, dan proses pemerolehan pengetahuan hanya bergantung kepada informasi yang diberikan guru saat proses pembelajaran membuat pembelajaran berjalan kurang efektif, hal ini juga yang menyebabkan pembelajaran hanya berlangsung satu arah yaitu informasi hanya diberikan guru kepada siswa, dan siswa hanya berperan sebagai penerima informasi. Kurangnya pasrtisipasi siswa menyebabkan siswa merasa jenuh mengikuti proses pembelajaran, dan akhirnya siswa pun mulai kehilangan konsentrasi belajarnya dan menjadi tidak fokus mengikuti pembelajaran dari guru dan mereka lebih banyak bergurau dan mengobrol saat pembelajaran berlangsung, siswa yang duduk di bangku depan saja yang terlihat memperhatikan penjelasan dari guru. Hal ini mengakibatkan tidak meratanya pemahaman siswa saat pembelajaran berlangsung, dan lebih banyak siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, hal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa di kelasnya.

4 Dampak yang dirasakan dari kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang diterapkan guru saat mengajar adalah Nilai ulangan mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi berkisar antara nilai 30-90, dan sebagian besar yaitu sebanyak 65% siswa mendapatkan nilai dibawah nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Dengan melihat tingkat pencapaian KKM yang di dapat siswa dapat terlihat bahwa hasil belajar siswa di kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi ini masih rendah. Penerapan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat dapat menyebabkan kurangnya kualitas hasil belajar siswa. Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Oleh karena itu dalam pendekatan pembelajaran siswa diharapkan sudah menguasai fakta, ketampilan, konsep dan prinsip yang diperlukan untuk terjadinya transfer belajar Nurhadi dalam (http://www.sekolahdasar.net). Pendekatan Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mengembangkan proses aktif dalam pembelajaran. Model belajar konstruktivisme adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan awal siswa sebagai tolak ukur dalam belajar (Muslim, 2009: 41). Prinsip yang paling umum dan paling esensial dari konstruktivisme adalah siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah, bukan hanya di bangku sekolah. Prinsip utama dalam pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran membangun (construct) pemahaman mereka sendiri terhadap dunia sekitar. Pemahaman itu sendirilah yang membentuk pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sekitar.implikasi dari pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran yaitu pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Sehingga peran guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi fasilitator belajar siswa. Hal ini pun akan menuntut siswa untuk memiliki motivasi belajar yang tinggi dan tidak bergantung kepada guru.

5 Setelah mempelajari latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Bulan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi sehingga nilai hasil belajar siswa dapat meningkat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Bulan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi? 2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Bulan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi? 3. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Bulan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi? C. Hipotesis Tindakan Jika dalam pembelajaran materi kenampakan bulan di SD Negeri Utama Mandiri I Kota Cimahi menggunakan pendekatan konstruktivisme, maka hasil belajar siswa akan meningkat.

6 D. Batasan Masalah Agar penelitian lebih terarah dan tidak terlampau meluas, maka penelitian dibatasi sebagai berikut: 1. Penelitian difokuskan pada siswa kelas IV-C SDN Utama Mandiri I Kelurahan Utama Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. 2. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah topik kedudukan bulan. Ada 5 fase bulan yaitu bulan baru, bulan sabit, bulan separuh, bulan cembung, dan bulan purnama. 3. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA topik kedudukan bulan. Hasil belajar yang dimaksud yaitu hasil belajar dalam ranah kognitif yaitu antara kemampuan pengetahuan hingga aplikasi. 4. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan konstruktivisme. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan gambaran mengenai perencanaan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Bulan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi. 2. Mendapatkan gambaran mengenai proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Bulan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi. 3. Mendapatkan gambaran mengenai hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Bulan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi.

7 F. Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti, siswa, bahkan bagi sekolah. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat bagi peneliti a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis. b. Memberi pengalaman baru serta menjadikan pendekatan konstruktivisme sebagai alternatif bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 2. Manfaat bagi peserta didik a. Meningkatkan aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi melalui penerapan pendekatan konstruktivisme. b. Meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran IPA. 3. Manfaat bagi guru a. Mengembangkan potensi guru dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan pembelajaran konstruktivisme. 4. Manfaat bagi sekolah a. Memberikan motivasi bagi guru-guru lain dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi melalui penerapan pendekatan konstruktivisme. b. Memberikan kontribusi untuk meningkatkan lulusannya melalui penerapan pendekatan konstruktivisme. G. Definisi Operasional Sesuai dengan pokok permasalahan yang akan diangkat menjadi objek penelitian, yaitu Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Bulan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SDN Utama Mandiri I Kota Cimahi. Dalam permasalahan tersebut muncul kata kunci

8 Pembelajaran IPA, Pendekatan Konstruktivisme, Kenampakan Bulan dan Hasil belajar. 1. Kenampakan Bulan Kenampakan bulan adalah bentuk bulan yang dapat teramati dari bumi (Kuraesin, 2004:102). Kenampakan bulan terjadi akibat revolusi bulan. Ada lima bentuk atau fase bulan yang dapat teramati dari bumi, yaitu bulan baru, bulan sabit, bulan setengah, bulan cembung, dan bulan purnama. 2. Pendekatan Konstruktivisme Menurut Muslim (2009:23) pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengetahun awal siswa sebagai tolak ukur dalam belajar. Implikasi dalam pendekatan pembelajaran konstruktivisme meliputi lima fase, yakni: Fase orientasi, Fase esilitasi, Fase Restrukturisasi ide, Fase Penerapan Konsep, dan Fase Reviu. Dengan demikian yang dimaksud dengan pendekatan konstruktivisme dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajar yang menggunakan Fase orientasi,fase esilitasi, Fase Restrukturisasi ide, Fase Penerapan Konsep, dan Fase Reviu. 3. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009 : 22). Hasil belajar yang hendak diukur dalam penelitian ini yaitu dalam ranah kognitif dan ranah afektif. Dalam ranah kognitif terdiri dari beberapa indikator antara lain: a. Menjelaskan kedudukan dan pergerakan antara bulan,bumi dan matahari (C2). b. Menjelaskan penyebab kenampakan bulan (C2). c. Menunjukan peristiwa perubahan kenampakan bulan (C3). d. Menyebutkan fase-fase kenampakan bulan dari hari ke hari (C1). e. Menjelaskan setiap bentuk fase bulan (C2). f. Menjelaskan pengaruh perubahan kenampakan bulan terhadap kenampakan bumi. (C2) Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa, yaitu: RPP, LKS, Post Tes, Lembar observasi siswa, dan angket.