MODIFICATION OF SULFUR CONVEYANCE TOOL TO REDUCE INJURY

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten)

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

PERANCANGAN ALAT ANGKUT BELERANG YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE VALUE ENGINEERING BERDASARKAN STUDI ETNOGRAFI DI KAWAH IJEN

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

REKOMENDASI APD MASKER SARUNG TANGAN KACAMATA SEPATU BOOT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tabel 1.1 Gambar 1.1.

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. ( Wilayah kabupaten Banyuwangi cukup beragam,

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

REDESAIN BONCENGAN ANAK PADA SEPEDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI

IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Penyebab Buncis Ditolak Eksportir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tenong /te.nong / ténong/ yakni bakul bundar. Bakul, ada dua arti dalam

PERANCANGAN TEMPAT PENCELUP UNTUK PROSES PEWARNAAN BENANG TENUN (STUDI KASUS : Di IKM Tenun Ikat MEDALI MAS )

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur di Indonesia, sekarang ini mengalami. pangsa pasar tidak hanya lokal tetapi internasional. Industri seperti ini

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi per Kapita Seminggu pada Makanan Tahu dan Tempe Jenin Bahan Makanan

Solichul H.A. BAKRI UNIBA

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : MUFTI HIDAYAT NIM : D

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PT. Indospring Tbk adalah sebuah perusahaan otomotif manufacturing yang memproduksi spring dengan mutu

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

Transkripsi:

MODIFIKASI ALAT BANTU ANGKUT BELERANG UNTUK MENGURANGI INJURY MODIFICATION OF SULFUR CONVEYANCE TOOL TO REDUCE INJURY Brian Daris Firnanda 1), Sugiono 2), Ceria Farela Mada Tantrika 3) Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: briandarisf@gmail.com 1), sugiono_ub@ub.ac.id 2), ceria_fmt@ub.ac.id 3) Abstrak Aktivitas pengangkutan belerang yang ada di kawasan Kawah Gunung Ijen masih dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan alat bantu berupa pikulan. Proses pengangkutan material menggunakan alat pikul tersebut termasuk dalam metode Yoke. Metode Yoke adalah metode pengangkutan yang menempatkan tumpuan beban pada salah satu bahu. Resiko yang muncul pada penambang belerang ini adalah bagian bahu yang menjadi menebal dan rasa sakit yang terjadi di bagian kaki, lutut dan pinggang. Adanya resiko menimbulkan perubahan kondisi tubuh dan cedera ini perlu metode pengangkutan dan alat angkut yang dapat mengurangi injury. Hasil penelitian setelah melakukan uji coba prototype menunjukkan bahwa alat angkut perbaikan menggunakan metode pengangkutan rucksack. Metode rucksack adalah metode pengangkutan yang menempatkan tumpuan beban pada kedua bahu. Dari hasil analisa terhadap keluhan kerja menggunakan kuesioner Nordic Body Map terjadi penurunan nilai rata-rata dari 2,54 menjadi 2,2. Rata-rata denyut jantung mengalami penurunan dari 125,8 denyut per menit menjadi 107,7 denyut per menit. Berdasarkan perhitungan rata-rata pengeluaran energi mengalami penurunan dari 7,050 Kkal per menit menjadi 6,245 Kkal per menit. Perhitungan waktu istirahat istirahat didapatkan penurunan 163,5 menit menjadi 109,8 menit. Kata kunci: Alat Angkut,Injury, Nordic Body Map, Pengukuran Denyut Jantung, Pengeluaran Energi, Waktu Istirahat 1. Pendahuluan Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan akan hasil sumber daya alam, mulai dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan hingga pertambangan yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemasok utama di dunia. Salah satu hasil sumber daya alam terbesar yang dimiliki oleh Indonesia adalah belerang yang berada dikawasan Kawah Gunung Ijen.Kawasan Kawah Gunung Ijen yang terletak di wilayah Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, merupakan salah satu kawasan penghasil belerang terbesar yang ada di Dunia. Menurut pengelola Taman Nasional Alas Purwo yang membawahi kawasan Kawah Gunung Ijen, sedikitnya jumlah belerang yang dihasilkan adalah sebanyak 14 ton per harinya. Jumlah tersebut baru sekitar 20% dari potensi yang sesungguhnya disediakan oleh alam (Witiri, SR dan Sri Sumiarti, 2010). Di kawasan Kawah Gunung Ijen tersebut terdapat aktivitas penambangan dengan mengalirkan belerang cair dari ujung tebing dimana terdapat sumber utama belerang hingga menuju ke dasar kawah yang menjadi tempat penimbunan sementara belerang yang telah tersublimasi. Setelah itu belerang yang telah tersublimasi dipecah menggunakan linggis yang nantinya diangkut oleh para penambang. Belerang yang telah dipecah kemudian diangkut menuju puncak kawah yang jaraknya sekitar 300 meter dengan kondisi jalan berliku dan memiliki kemiringan 45-60. Proses pengangkutan belerang tersebut kemudian berlanjut ke tempat penimbangan di Lembah Paltuding yang jaraknya 2 Km. Di tempat tersebut dilakukan penimbangan terhadap jumlah belerang yang diangkut dari dasar Kawah Gunung Ijen. Dalam sekali proses pengangkutan belerang, para penambang ratarata mampu mengangkut beban seberat 75-90 Kg dengan berat alat angkut 3,45 Kg dan dalam satu hari kerja para penambang tersebut mampu melakukan 1-2 kali proses pengangkutan, bergantung pada kemampuan dari masingmasing penambang. Belerang yang telah ditimbang di pos penimbangan tersebut akan diangkut kembali oleh penambang menuju area parkir kawasan Kawah Gunung Ijen yang jaraknya 1 km. Di area parkir tersebut terdapat 343

truk yang digunakan untuk mengangkut belerang menuju tempat penampungan belerang. Aktivitas pengangkutan belerang yang ada di kawasan Kawah Gunung Ijen masih dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan alat bantu berupa pikulan. Alat tersebut terbuat dari potongan bambu yang berada di tengah dan di kedua ujungnya terdapat keranjang dari bahan anyaman bambu sebagai tempat belerang. Namun, meskipun sederhana, dengan melihat beban belerang yang diangkut, alat ini dapat dikatakan cukup kuat. Tidak terlihat kerusakan seperti patah pada bagian penyangga yang berada di tengah ataupun kedua keranjang yang rusak akibat mengangkut belerang meskipun digunakan berkali-kali. Proses pengangkutan material menggunakan alat pikul termasuk dalam metode Yoke. Menurut Datta dan Ramanathan (1971) dalam Sanders dan McCormick (2006), metode Yoke adalah metode pengangkutan yang menempatkan tumpuan beban pada salah satu bahu. Metode Yoke membutuhkan konsumsi oksigen yang tinggi dibandingkan metode pengangkutan lainnya. Selain itu, metode pengangkutan Yoke juga menimbulkan resiko injury yang cukup besar terutama bila beban yang dibawa berat dan atau jarak yang ditempuh jauh seperti pada kasus pengangkutan belerang di kawah ijen. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa penambang, dapat diketahui bahwa salah satu resiko yang muncul pada penambang belerang ini adalah bagian bahu yang menjadi menebal. Hal tersebut merupakan efek jangka panjang dari kebiasaan para penambang yang mengangkut belerang dengan menggunakan alat yang tidak diberi bantalan untuk mengurangi gesekan secara langsung terhadap tubuh bagian bahu. Pada mulanya, gesekan potongan bambu pada alat angkut dengan bahu penambang akan menimbulkan luka lecet. Kebanyakan, luka lecet dirasakan oleh penambang yang masih baru. Namun, umumnya bahu penambang berangsur-angsur menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi sehingga bahu menebal dan luka lecet tidak dirasakan lagi. Selain perubahan pada bahu, berdasarkan hasil wawancara juga dapat diketahui bahwa injury yang paling sering dirasakan oleh para penambang adalah rasa sakit yang terjadi di bagian kaki, lutut dan pinggang. Rasa sakit yang dirasakan tersebut terjadi karena terlalu beratnya beban yang diangkut dan jarak yang ditempuh sehingga menyebabkan cedera pada tulang belakang yang juga memberikan rasa sakit pada kaki, lutut, punggung dan pinggang. Adanya resiko menimbulkan perubahan kondisi tubuh dan cedera ini bertentangan dengan prinsip ergonomi serta kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk itu diperlukan analisa metode pengangkutan yang dapat mengurangi resiko cedera. Metode pengangkutan belerang dipengaruhi oleh alat angkut yang digunakan penambang. Oleh karena itu, interaksi antara penambang dengan alat angkut harus diperhatikan. Selain mengurangi resiko cedera, metode pengangkutan dan interaksi penambang dengan alat angkutnya harus tetap memberikan kenyamanan kerja bagi penambang (Arimbawa, 2010). Kenyamanan kerja dari penambang dapat diukur berdasarkan besarnya pengeluaran energi, banyaknya denyut jantung per menit, lamanya waktu istirahat. Selain itu, hal ini dapat dilihat pula berdasarkan banyaknya keluhan yang dirasakan oleh penambang. Desain alat bantu yang tepat akan memberikan kenyamanan yang lebih bagi penambang dan mengurangi resiko cedera yang terjadi. 2. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tahap yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan penyelesaian masalah yang sedang dibahas. Berikut ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode pengambilan data, sumber data, dan tahap-tahap penelitian yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan. 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kawah Gunung Ijen yang berada di wilayah Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur pada bulan Maret 2014 - Januari 2015. 2.2 Langkah-Langkah Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi Masalah Penelitian Mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh para penambang dalam melakukan aktivitas penambangan 344

belerang. 2. Melakukan Studi Lapangan Studi lapangan dimaksudkan untuk melakukan pengamatan secara langsung di kawasan Kawah Gunung Ijen untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. 3. Melakukan Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk memberikan landasan teori dalam melakukan penelitian. Pada tahap ini dilakukan usaha untuk menggali konsepkonsep maupun teori-teori yang dapat mendukung usaha penelitian. Studi literatur dalam penelitian ini menggunakan literatur buku, skripsi, jurnal dan juga internet serta literatur yang lainnya, dengan materi yang berhubungan dengan desain alat angkut belerang. 4. Merumuskan Masalah Penelitian Dari melakukan identifikasi masalah, studi lapangan dan studi literatur, selanjutnya dirumuskan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini. 5. Menentukan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ditentukan berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini ditujukan agar mempermudah peneliti untuk menentukan batasan-batasan yang perlu dalam pengolahan dan analisa data selanjutnya. 6. Mengumpulkan Data Data yang dikumpulkan dalam langkah ini dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: a. Wawancara dan brainstorming dilakukan dengan penambang yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. b. Observasi atau melakukan pengambilan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap keadaan yang sebenarnya di kawasan Kawah Gunung Ijen. c. Dokumentasi pada tahap ini dilakukan dengan mengambil foto-foto yang terkait dengan proses penambangan belerang. Dengan melakukan metode pengumpulan data tersebut, data-data yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu meliputi: a. Data mengenai keadaan aktivitas penambangan belerang yang ada di kawasan Kawah Gunung Ijen saat ini. Data tersebut meliputi bagaimana proses penambangan belerang mulai dari awal hingga akhir terutama pada aktivitas pengangkutan belerang. b. Data mengenai alat angkut angkut belerang yang digunakan saat ini. Data tersebut meliputi dimensi, material, kelebihan dan kekurangan dari alat angkut belerang yang digunakan saat ini. c. Data mengenai keluhan-keluhan yang dirasakan para penambang selama melakukan aktivitas pengangkutan belerang menggunakan kuesioner Nordic Body Map berdasarkan referensi (Nurmianto, 2003). d. Data denyut jantung dari awal hingga akhir proses pengangkutan pada saat melakukan aktivitas pengangkutan belerang menggunakan alat angkut belerang existing. Pengukuran denyut jantung ini dilakukan setiap 10 menit. Pengukuran denyut jantung ini menggunakan alat bantu ukur pulsemeter. e. Data dimensi tubuh para penambang menggunakan kajian ilmu antropometri (Tarwaka, Bakri dan Sudiajeng, 2004), terutama pada bagian bahu dan punggung. 7. Mengolah Data Dari data-data yang telah diperoleh dilakukan pengolahan data. Adapun langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan perhitungan dan analisa terhadap keluhan kerja existing dan analisa terhadap keluhan kerja yang dirasakan penambang dalam proses pengangkutan belerang menggunakan kuesioner Nordic Body Map. Dari hasil perhitungan dan analisa ini, dapat diketahui nilai besar rata-rata keluhan yang dirasakan tiap bagian tubuh dan dapat digambarkan titik-titik keluhan yang dirasakan pada bagian tubuh para penambang saat proses mengangkut belerang menggunakan alat bantu angkut belerang existing. b. Melakukan perhitungan pengeluaran energi existing untuk mengetahui pengeluaran energi para penambang berdasarkan hubungan dengan jumlah denyut jantung pada saat melakukan aktivitas pengangkutan 345

belerang menggunakan alat bantu angkut belerang existing. Pada tahap ini juga dibuat grafik pengeluaran kerja berdasarkan jumlah denyut jantung saat kondisi existing. c. Melakukan perhitungan waktu istirahat existing untuk mengetahui kebutuhan waktu istirahat para penambang untuk aktivitas mengangkut belerang menggunakan alat bantu angkut belerang existing. d. Membuat desain alat bantu Pada tahap ini, alat bantu angkut belerang didesain berdasarkan data antropometri. Setelah itu, dengan memasukkan data ukuran dan menentukan sebaran beban yang terjadi, dilakukan perhitungan kekuatan rangka untuk menjamin alat bantu dapat menahan beban belerang. e. Membuat prototype Dari desain alat bantu, dilakukan pembuatan prototype fisik alat angkut belerang. f. Melakukan uji coba desain alat bantu Berdasarkan desain alat bantu yang telah dibuat, dilakukan uji coba untuk menerapkan alat bantu angkut belerang perbaikan tersebut. Saat melakukan uji coba, juga dilakukan pengumpulan data denyut jantung, data keluhan kerja saat menggunakan alat angkut perbaikan. g. Melakukan perhitungan dan analisa terhadap keluhan kerja setelah perbaikan dan analisa terhadap keluhan kerja yang dirasakan penambang dalam proses pengangkutan belerang menggunakan kuesioner Nordic Body Map. Dari hasil perhitungan dan analisa ini, dapat diketahui nilai besar rata-rata keluhan yang dirasakan tiap bagian tubuh dan dapat digambarkan titik-titik keluhan yang dirasakan pada bagian tubuh para penambang saat proses mengangkut belerang menggunakan alat bantu angkut belerang perbaikan. h. Melakukan perhitungan pengeluaran energi setelah perbaikan untuk mengetahui pengeluaran energi para penambang berdasarkan hubungan dengan jumlah denyut jantung pada saat melakukan aktivitas pengangkutan belerang menggunakan alat bantu angkut belerang perbaikan. Pada tahap ini juga dibuat grafik pengeluaran kerja berdasarkan jumlah denyut jantung saat kondisi setelah perbaikan. i. Melakukan perhitungan waktu istirahat setelah perbaikan untuk mengetahui kebutuhan waktu istirahat para penambang untuk aktivitas mengangkut belerang menggunakan alat bantu angkut belerang perbaikan. Waktu istirahat ini waktu yang direkomendasikan untuk para penambang sebelum melakukan aktivitas kembali. 8. Menganalisa Hasil Pada tahap ini dilakukan analisa hasil pengambilan data dari perancangan alat bantu angkut belerang perbaikan dan membandingkan dengan keadaan sebelum adanya alat bantu angkut belerang perbaikan tersebut. 9. Menarik Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dibuat berdasarkan seluruh tahapan yang dilalui dalam penelitian dimana peneliti melakukan penarikan kesimpulan berhubungan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, sedangkan saran merupakan masukan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Saran diperlukan untuk kepentingan pada masa akan datang untuk kesempurnaan penelitian. Pengajuan saran diharapkan dapat bermanfaat bagi penambang dan peneliti yang lain ketika akan melakukan penelitian dengan tema serupa. 3. Pengolahan Data Kondisi Existing Berikut ini tahap pengolahan data kuesioner Nordic Body Map, Denyut Jantung, Pengeluaran Energi dan Waktu Istirahat yang dilakukan pada saat kondisi existing. 3.1 Perhitungan Nordic Body Map Berdasarkan pengambilan data kuesioner Nordic Body Map yang dilakukan terhadap 10 penambang belerang di Kawah Gunung Ijen, didapatkan 10 keluhan terbesar yang sering dirasakan penambang sebagaimana tersaji pada Tabel 1. 346

Tabel 1 Data Keluhan 10 Terbesar Berdasarkan Nordic Body Map saat Kondisi Existing No Kode Nilai Titik Letak Keluhan Rata-Rata Keluhan 1 21 Sakit pada lutut kanan 3,7 2 3 Sakit di bahu kanan 3,6 3 23 Sakit pada betis kanan 3,6 4 7 Sakit pada pinggang 3,5 5 20 Sakit pada lutut kiri 3,5 6 1 Sakit/kaku di leher bagian bawah 3,4 7 6 Sakit pada lengan atas kanan 3,3 8 22 Sakit pada betis kiri 3,3 9 8 Sakit pada bawah pinggang 3,2 10 19 Sakit pada paha kanan 3,1 3.2 Perhitungan Denyut Jantung Pengukuran denyut jantung pada tahap ini, dilakukan dengan cara mengukur denyut jantung para penambang dari kondisi awal hingga akhir aktivitas penambangan. Pengambilan data denyut jantung ini dilakukan setiap 10 menit sekali menggunakan alat bantu ukur pulsemeter. Data denyut jantung dari pengukuran yang telah dilakukan tersebut terhadap Penambang 1, dapat dilihat pada Gambar 1. Total pengeluaran energi pada saat istirahat = Y x total waktu kerja (pers.2) = 2,308 Kkal/menit x 450 menit = 1.038,796 Kkal Pengeluaran energi pada saat aktivitas (TKE) Denyut jantung menit 20 = 82 denyut/menit, selisih denyut =82-65 = 17 denyut/menit Y = 1,80411 0,0229038 X + (4,71733. 10 4 ) X 2 Y = 1,80411 0,0229038 x 17 + (4,71733. 10 4 ) 17 2 Y 1 = 1,551 Kkal per menit Denyut jantung menit 30 = 92 denyut/menit, selisih denyut = 92-65 = 27 denyut/menit Y = 1,80411 0,0229038 X + (4,71733. 10 4 ) X 2 Y = 1,80411 0,0229038 x 27 + (4,71733. 10 4 ) 27 2 Y 2 = 1,530 Kkal per menit Pengeluaran energi pada menit 20-30 = 1 2 x (Y 1 + Y 2 ) x total waktu (pers.3) = 1 x (1,551 + 1,530) x 10 2 = 15,403 Kkal Total pengeluaran energi saat aktivitas (TKE) = jumlah pengeluaran energi menit 0 sampai menit 450 = 8,507 + 16,262 + 15,403 +. + 15,677 + 16,032 = 989,760 Kkal Total pengeluaran energi = PEI + TKE (pers.4) = 1.038,796 + 989,76 = 2.028,556 Kkal Gambar 1 Grafik Denyut Jantung Penambang 1 Kondisi Existing Data denyut ini selanjutnya akan digunakan untuk melakukan perhitungan pengeluaran energi dan penentuan waktu istirahat dalam melakukan aktivitas penambangan belerang. Pada tahap perhitungan pengeluaran energi ini, bertujuan untuk mengetahui pengeluaran energi yang dibutuhkan oleh satu orang penambang untuk satu kali aktivitas penambangan dari awal sampai akhir. Berikut ini adalah contoh perhitungan pengeluaran energi yang dibutuhkan: Pengeluaran energi pada saat istirahat (PEI) (Orang 1, total waktu 450 menit, rata-rata denyut jantung normal = 65 denyut/menit) Y = 1,80411 0,0229038 X + (4,71733. 10 4 ) X 2 (pers.1) Y = 1,80411 0,0229038 (65) + (4,71733. 10 4 ) 65 2 Y = 2,308 Kkal per menit Maka didapatkan hasil perhitungan pengeluaran energi untuk melakukan satu siklus aktivitas 2 kali pengangkutan belerang seperti pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Perhitungan Pengeluaran Energi Penambang 1 Kondisi Existing Perhitungan Hasil Total Waktu Kerja (menit) 450 Total Pengeluaran Energi Saat Istirahat (Kkal) Total Pengeluaran Energi Saat Aktivitas (Kkal) 1.038,796 989,760 Total Pengeluaran Energi (Kkal) 2.028,556 Rata-rata Pengeluaran Energi Saat Istirahat (Kkal/menit) Rata-rata Pengeluaran Energi Saat Aktivitas (Kkal/menit) Rata-rata Pengeluaran Energi (Kkal/menit) 2,308 4,399 6,707 Setelah melakukan perhitungan terhadap pengeluaran energi yang dibutuhkan, selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap kebutuhan waktu istirahat menurut 347

Wignjosoebroto, S (2003). Berikut ini adalah contoh perhitungan waktu istirahat yang dibutuhkan: Pengeluaran Energi Orang 1 = 6,707 Kkal,.. Total waktu kerja 450 menit R = T (K S) K 1,5 450 (6,707 5) R = 6,707 1,5 R = 147,5 menit (pers.5) 4. Alternatif Desain Alat Angkut Belerang Perbaikan Metode pengangkutan yang digunakan sebagai alternatif metode pengangkutan perbaikan adalah metode Rucksack, yaitu metode pengangkutan yang bertumpu pada kedua sisi bahu. Karena metode tersebut memiliki konsumsi lebih sedikit daripada metode yang ada saat ini yaitu metode Yoke. Selain itu, dengan bertumpu pada bahu, maka beban belerang yang diangkut juga lebih tersebar merata pada tubuh. Untuk rangka alat angkut perbaikan sendiri terbuat dari bahan alumunium. Hal tersebut disebabkan alumunium memiliki berat ringan dibandingkan dengan logam lain, seperti besi dan stainless steel. Selain itu, alumunium juga memiliki ketahanan yang cukup terhadap korosi. Keranjang yang digunakan pada alat angkut perbaikan ini terbuat dari bahan bambu. Pemilihan bambu disebabkan bambu memiliki massa yang ringan dan juga cukup kuat untuk mengangkut belerang dengan berat mencapai 75-90 Kg. dari beberapa alternatif tersebut didapatkan desain alat angkut perbaikan seperti pada Gambar 2. menggunakan software STAAD Pro. Tahapan analisa kekuatan rangka adalah dengan menentukan titik tumpuan, menentukan area yang menerima beban, dan menentukan nilai beban secara keseluruhan. Titik tumpuan telah ditentukan yaitu pada kedua batang yang melintang secara horizontal. Setelah itu area yang menerima gaya yaitu pada bagian bawah rangka penyangga. Karena area tersebut yang paling dominan dalam menerima beban. Tetapi pada bagian tersebut tidak secara keseluruhan menerima beban gaya, karena keranjang yang digunakan berbentuk tabung. Untuk itu ditentukan luas area yang menerima beban seperti pada Gambar 3. Gambar 3 Distribusi Beban pada Rangka Berdasarkan penentuan luas area tersebut, maka didapatkan nilai luas area yaitu 305,61 cm 2 dan 407,69 cm 2. Sehingga total luas lingkaran adalah 1.018,91 cm 2. Setelah diketahui luas area yang menerima beban, selanjutnya menghitung nilai beban yang terjadi pada area tersebut. Dengan Asumsi beban yang ada adalah 100 Kg. Contoh perhitungan terdapat pada perhitungan berikut: total beban Beban pada luasan = luas area (pers.6) total luas lingkaran Beban pada luasan = Beban pada luasan = 100 Kg 1.018,91 cm 2 305,61 cm2 = 29,99 Kg 100 Kg 1.018,91 cm 2 407,69 cm2 = 40,01 Kg Gambar 2 Desain Alat Angkut Belerang Perbaikan 5. Perhitungan Kekuatan Rangka Prototype Untuk menghitung kemampuan rangka alat angkut terhadap beban yang diberikan, perlu dilakukan analisa. Analisa ini Dengan asumsi persebaran gaya merata pada bagian tersebut, kemudian dihitung beban merata yang diterima tiap batang tersebut dengan perhitungan sebagai berikut: Beban merata pada batang = Beban pada luasan panjang batang yang menerima beban (pers.7) 29,,99 Kg Beban merata pada batang = = 1.503 Kg 19.95 cm cm 40,01 Kg Beban merata pada batang = = 1,604 Kg 25 cm cm 348

Kemudian data beban tersebut dimasukkan ke dalam software STAAD Pro seperti pada Gambar 4 untuk dilakukan analisa terhadap kekuatan rangka tersebut. Fy = Tegangan leleh (Mpa) Mn = Z x fy Mn = 0,56 cm 3 x 196 Mpa = 109,76 Kgm Sehingga didapatkan kontrol faktor tahanan profil terhadap beban sebagai berikut: Mn = momen maksimum rangka (Kgm) (0,9 = tetapan titik aman, allowance agar tidak mencapai beban maksimum) Mn = 0,9 x (109,76) = 98,784 Kgm > momen maksimum akibat beban (9,524 Kgm) Gambar 4 Proses Memasukkan Nilai Beban pada software STAAD Pro Setelah dilakukan analisa perhitungan menggunakan software STAADPro, didapatkan momen maksimum akibat beban yaitu sebesar 9.524 Kgm seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 Nilai Momen Hasil Analisa Dan tahanan profil atau kekuatan rangka yang digunakan dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut: Mn = Z x fy (pers.8) Keterangan: Mn = Momen nominal tahanan profil (Kgm) Z = Modulus penampang profil (cm 3 ) Karena nilai momen maksimum rangka lebih besar daripada nilai momen maksimum akibat beban yang terjadi, maka dapat dikatakan bahwa profil rangka aman menahan beban yang terjadi dengan massa 100 Kg. 6. Analisa Hasil Setelah melakukan ujicoba alat angkut perbaikan dan juga melakukan pengambilan data pada saat kondisi perbaikan, kemudian dilakukan perbandingan dengan kondisi existing. 6.1 Keluhan Nordic Body Map Proses yang dilakukan sama seperti pada saat kondisi existing yaitu dengan memberikan kuesioner Nordic Body Map kepada 10 orang penambang yang sama, kemudian didapatkan hasil sebagaimana tersaji pada Tabel 3. Dapat dilihat bahwa terjadi perubahan pada 10 keluhan terbesar yang dirasakan pada saat kondisi existing pada Tabel 1 dengan kondisi perbaikan pada Tabel 3. Letak keluhan paling tinggi yang dirasakan yaitu pada bagian lutut sebelah kanan dengan nilai 3,7. Hal tersebut disebabkan oleh proses pengangkutan belerang yang harus melalui medan jalan yang terjal sehingga aktivitas tersebut lebih banyak bertumpu pada bagian tubuh lutut. Namun selain lutut sebelah kanan, bagian lutut sebelah kiri juga mengalami keluhan kerja yang paling sering dirasakan oleh para penambang yaitu sebesar 3,5. Lutut sebelah kanan memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan lutut kiri karena posisi alat angkut yang ditumpukan pada bagian tubuh sisi sebelah kanan. 349

Tabel 3 Data Keluhan 10 Terbesar Berdasarkan Nordic Body Map saat Kondisi Perbaikan No Kode Titik Keluhan Letak Keluhan Nilai Rata- Rata 1 20 Sakit pada lutut kiri 3,5 2 21 Sakit pada lutut kanan 3,5 3 8 Sakit pada bawah pinggang 3,3 4 23 Sakit pada betis kanan 3,3 5 22 Sakit pada betis kiri 3,2 6 7 Sakit pada pinggang 3,1 7 3 Sakit di bahu kanan 2,9 8 1 Sakit/kaku di leher bagian bawah 2,8 9 2 Sakit di bahu kiri 2,7 10 5 Sakit di punggung 2,6 Sehingga pada saat berjalan para penambang lebih cenderung bertumpu pada kaki sebelah kanan. Selain itu keluhan yang terjadi pada bagian betis kanan dengan nilai 3,6, bagian betis kiri dengan nilai 3,3 dan juga bagian paha sebelah kanan dengan nilai 3,1 juga disebabkan oleh medan terjal yang harus ditempuh saat berjalan. Karena untuk menopang tubuh saat mengangkut belerang yang bergerak dinamis adalah tubuh bagian kaki. Sehingga bagian tubuh kaki penambang harus memiliki kekuatan lebih karena cenderung memiliki nilai keluhan yang tinggi. Keluhan berikutnya yaitu bagian bahu sebelah kanan dengan nilai 3,6. Hal tersebut disebabkan alat angkut existing yang hanya bertumpu pada satu sisi tubuh. Para penambang saat mengangkut belerang menggunakan kedua bahu sebagai tumpuan secara bergantian, namun lebih sering menggunakan bahu sebelah kanan dibandingkan dengan bahu sebelah kiri. Selain itu, bagian tubuh lengan atas sebelah kanan dengan nilai 3,3 disebabkan karena dalam mengangkut belerang dengan alat existing tangan digunakan untuk membantu menyeimbangkan beban agar tidak jatuh saat dipikul. Dan tangan tersebut cenderung statis dengan kondisi yang tertekuk dan dalam waktu yang lama. Selanjutnya adalah keluhan pada bagian pinggang dengan nilai 3,5 dan bagian pinggang bawah dengan nilai 3,2. Hal tersebut karena dalam proses manual material handling, bagian tubuh yang paling besar menerima tekanan akibat beban statis tersebut adalah pada bagian tubuh pinggang dan pinggang bagian bawah. Terlebih dalam proses pengangkutan belerang ini, beban yang diangkut berat yang 75-90 Kg dan juga membutuhkan waktu yang cukup lama dengan rata-rata 7 jam dalam satu hari kerja. Untuk keluhan selanjutnya yaitu pada bagian tubuh sakit atau kaku dibagian leher bawah. Hal tersebut karena ketika proses pengangkutan leher menerima beban secara statis sehingga menyebabkan sakit atau kaku pada leher bagian bawah. Berikutnya pada bagian tubuh bahu kiri dan punggung. Karena pada alat angkut belerang perbaikan bertumpu pada 2 sisi bahu, tidak hanya bertumpu pada salah satu sisi bahu saja. Dengan pusat tumpuan pada kedua sisi bahu, bagian punggung juga merasakan beban yang tersebar merata pada tubuh. Namun jika dibandingkan dengan nilai pada saat kondisi existing, nilai pada kedua bagian tersebut mengalami penurunan. Dari yang awalnya bernilai 3, menjadi 2,7 pada bagian bahu kiri dan 2,6 pada bagian punggung. Secara keseluruhan alat angkut belerang perbaikan ini mampu untuk mengurangi keluhan injury yang dirasakan. Terlihat bahwa rata-rata keluhan terjadi penurunan nilai. Penurunan tersebut karena pada alat angkut perbaikan terdapat bantalan yang mampu mengurangi gesekan langsung dengan tubuh. Selain itu dengan menggunakan metode pengangkutan Yoke membuat beban yang diterima oleh tubuh tidak hanya berpusat pada satu sisi tubuh saja. Sehingga para penambang merasa nyaman dan lebih baik saat menggunakan alat angkut perbaikan. Keluhan injury yang dirasakan mengalami penurunan terutama pada bagian bahu dan tangan. 6.2 Perbandingan Denyut Jantung Denyut jantung pada saat menggunakan alat angkut belerang perbaikan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Grafik Denyut Jantung Penambang 1 Kondisi Perbaikan Perbandingan nilai rata-rata denyut jantung tersaji pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa rata-rata denyut jantung pada saat melakukan aktivitas pengangkutan belerang dengan menggunakan alat angkut belerang mengalami penurunan. 350

Tabel 4 Hasil Perbandingan Denyut Jantung Penambang 1 Kondisi Existing Kondisi Kondisi Hasil Pengukuran Existing Perbaikan Denyut Jantung Normal (denyut/menit) Rata-rata Denyut Jantung Kerja (denyut/menit) Denyut Jantung Maksimal (denyut/menit) Total Waktu Kerja (menit) 65 56 123 102 163 149 450 420 Pada saat kondisi existing denyut jantung kerja termasuk kategori beban kerja yang berat dengan rata-rata denyut jantung 123 denyut per menit. Sedangkan pada kondisi perbaikan termasuk kategori beban kerja sedang dengan rata-rata denyut jantung 102 denyut per menit. Tabel 5 Perbandingan Pengeluaran Energi Kondisi Existing dan Kondisi Perbaikan Hasil Perhitungan Kondisi Kondisi Existing Perbaikan Total Pengeluaran Energi Saat 989,760 801,435 Aktivitas (Kkal) Total Pengeluaran Energi (Kkal) 2.028,556 1.641,743 Rata-rata Pengeluaran Energi Saat Aktivitas 4,399 3,816 (Kkal/menit) Rata-rata Pengeluaran Energi 6,707 5,817 (Kkal/menit) Waktu Istirahat (menit) 147,5 79,5 Hasil pengukuran denyut jantung berhubungan dengan pengukuran pengeluaran energi. Pengeluaran energi saat kondisi perbaikan juga mengalami penurunan akibat dari turunnya denyut jantung selama beraktivitas. Hasil perbandingan Pengeluaran energi pada saat kondisi existing dengan kondisi perbaikan ditunjukkan pada Tabel 5. Dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa pengeluaran energi pada saat kondisi perbaikan secara keseluruhan mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi existing. Pada saat kondisi existing, rata-rata pengeluaran energi adalah 6,707 Kkal per menit dengan total pengeluaran energi saat aktivitas 2.028,556 Kkal. Sedangkan pada kondisi perbaikan, ratarata pengeluaran energi adalah 5,817 Kkal per menit dengan total pengeluaran energi saat aktivitas 1.641,743 Kkal. Dari analisa perhitungan denyut jantung dan pengeluaran energi, dapat dilihat bahwa segmen aktivitas yang lebih sering mengalami kenaikan denyut jantung paling tinggi pada saat kondisi existing adalah pada aktivitas berjalan naik dari dasar kawah ke puncak kawah untuk pengangkutan belerang yang kedua. Sedangkan pada saat kondisi existing, segmen aktivitas yg paling tinggi adalah pada aktivitas berjalan dari dasar kawah ke puncak kawah untuk pengangkutan belerang yang pertama. Hal tersebut disebabkan karena pada aktivitas berjalan dari dasar kawah ke puncak kawah memang membutuhkan tenaga yang lebih untuk melalui jalan yang menanjak dan terjal. Dan pada saat aktivitas tersebut, penambang juga dalam kondisi mengangkut belerang. Kenaikan denyut jantung aktivitas tersebut juga menyebabkan pengeluaran energi yang dibutuhan juga meningkat sesuai kenaikan denyut jantung aktivitas. Berdasarkan hasil pengukuran denyut jantung, pengeluaran energi dan waktu istirahat, dapat dikatakan bahwa penggunaan alat angkut perbaikan sudah cukup baik. Hal tersebut dapat membantu penambang untuk menjaga tubuh mereka dari resiko yang ditimbulkan akibat beban kerja saat mengangkut belerang. Adanya penurunan pengeluaran energi juga menyebabkan tingkat kelelahan yang terjadi juga menurun. Sehingga waktu istirahat yang dibutuhkan untuk pemulihan kondisi setelah bekerja juga menurun karena tingkat kondisi kebugaran mengalami peningkatan. 7. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Alat bantu angkut Belerang perbaikan menggunakan metode rucksack, keranjang terbuat dari bambu, rangka terbuat dari bahan aluminium. 2. Berdasarkan kuesioner Nordic Body Map, didapatkan perubahan 10 titik keluhan terbesar yang dirasakan oleh penambang. 3. Berdasarkan pengukuran denyut jantung, didapatkan penurunan nilai rata-rata dari 123 denyut per menit menjadi menjadi 351

102 denyut per menit. Untuk kategori beban kerja mengalami perubahan dari kategori berat menjadi kategori sedang. Kemudian berdasarkan perhitungan pengeluaran energi menggunakan denyut jantung, didapatkan penurunan nilai ratarata pengeluaran energi dari 6,707 Kkal per menit menjadi 5,817 Kkal per menit. Begitu juga dengan nilai total pengeluaran energi saat aktivitas mengalami penurunan dari 2.028,556 Kkal menjadi 1.641,743 Kkal. Sedangkan berdasarkan perhitungan waktu istirahat rekomendasi setelah aktivitas didapatkan penurunan dari 147,5 menit menjadi 79,5 menit. Daftar Pustaka Arimbawa, IMG. (2010). Redesain Peralatan Kerja Secara Ergonomis. Denpasar: UNUD Press. Nurmianto, Eko. (2003). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Guna Widya. Sanders, M.S. dan E.J McCormick. (2006). Human Factor in Engineering And Design 7 th edition. The Mcgraw Hill Companies. Tarwaka, Bakri Solichul HA, dan Lilik Sudiadjeng. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press. Wignjosoebroto, S. (2003). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya.: Guna Widya. Witiri, SR dan Sri Sumiarti. (2010). Kawah Ijen Penghasil Belerang Terbesar. Available: http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/ 3509-kawah-ijen-penghasil-belerang-terbesar.html, (diakses pada hari Sabtu, 26 April 2014 Pk.19.12 WIB). 352