PERANCANGAN ALAT ANGKUT BELERANG YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE VALUE ENGINEERING BERDASARKAN STUDI ETNOGRAFI DI KAWAH IJEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN ALAT ANGKUT BELERANG YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE VALUE ENGINEERING BERDASARKAN STUDI ETNOGRAFI DI KAWAH IJEN"

Transkripsi

1 1 PERANCANGAN ALAT ANGKUT BELERANG YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE VALUE ENGINEERING BERDASARKAN STUDI ETNOGRAFI DI KAWAH IJEN Dyah Isyana Lastri, Yudha Andrian Saputra, Sritomo Wignjoesobroto. Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya ; ABSTRAK Belerang adalah sumber daya alam mineral yang banyak digunakan dalam kebutuhan sehari-hari. Indonesia sebagai negara dengan banyak gunung aktif sangat berpotensi untuk meningkatkan produksi hasil tambang tersebut. Lokasi eksplorasi utama belerang terletak di Gunung Kawah Ijen yang berada di dua kawasan Banyuwangi dan Situbondo. Kawah Ijen dijadikan sentra utama penghasil belerang dikarenakan dapat menghasilkan sekitar 14 ton dari kurang lebih 300 pekerja tiap harinya. Namun nilai tersebut hanyalah 20% dari potensi sebenarnya yang dapat dihasilkan oleh Kawah Ijen. Beberapa faktor kurangnya produktifitas hasil tambang belerang dikarenakan cara eksplorasi dan pengangkutan yang dilakukan masih secara tradisional. Selain dilihat dalam sudut pandang perekonominan dan industri secara makro. Faktor yang paling berperan dalam industri mineral belerang yaitu para penambang belerang. Resiko pekerjaan yang dihadapi sangat besar dalam hal fisik maupun mental. Resiko tersebut berasal dari cara kerja maupun dari lingkungan kerja. Oleh karena itu dilakukan identifikasi hazard terhadap lingkungan dan alat angkut yang digunakan oleh penambang belerang. Identifikasi Hazard mengenai kondisi area kerja akan dihasilkan sebuah rekomendasi penggunaan alat pelindung diri. Sedangkan mengenai identifikasi resiko pada alat angkut eksisting akan dilakukan perbandingan perhitungan beberapa parameter ergonomi sperti beban gaya, analisa postur tubuh berdasarkan metode OWAS, perhitungan keluhan berdasarkan Nordic Body Map, pengukuran denyut jantung, konsumsi energi, waktu istirahat yang dibutuhkan berdasarkan teori kemudian pengukuran jumlah waktu istirahat dan kecepatan pada kondisi riil. Dengan beberapa parameter tersebut akan dihasilkan rekomendasi perbaikan dengan perancangan produk baru yang dilakukan dengan menggunakan metode value engineering. Dari hasil perhitungan setelah dilakukan uji coba prototype kepada beberapa para penambang belerang di Kawah Ijen, didapatkan hasil bahwa Perbaikan alat dilakukan dengan metode value engineering memiliki beberapa kriteria dengan bobot tertinggi yaitu keamanan penggunaan, kehandalan alat dan biaya pembuatan alat. Sedangkan hasil penilain perfomansi alternatif, didapatkan pilihan dengan nilai tertinggi pada alternative 8 yaitu dengan merancang desain terbaru menggunakan bahan material dari stainless steel. Kemudian berdasarkan pengolahan software WinOWAS didapatkan perbaikan dengan mpenurunan kategori dari 4 m enjadi 3 s etelah menggunakan alat rekomendasi yang menunjukkan adanya terjadi perbaikan. Kemudian berdasarkan wawancara terhadap keluhan berdasarkan Nordic Body Map diketahui bahwa terjadi perbaikan dengan pengurangan jumlah rasa sakit dengan rata-rata dari rata-rata keluhan sangat sakit menjadi cukup sakit saja setelah menggunakan alat rekomendasi. Berdasarkan perhitungan denyut jantung didapatkan penghematan energi setelah menggunakan alat hasil rekomendasi sebanyak 19% dan 24 % begitu pula pengurangan waktu istirahat. Berdasarkan observasi langsung didapatkan bahwa penggunaan alat hasil rekomendasi dapat mengurangi jumlah istirajhat yang semula 6 kali menjadi 4 k ali dalam jarak sejauh 1,8 km. dengan kecepatan masing masing menggunakan produk eksisting yaitu 0.8 km/jam menjadi 1.1 km/jam setelah mengguanakan produk hasil rekomendasi KATA KUNCI : Identifikasi Hazard, Value engineering, Metode OWAS, Nordic Body Map, Denyut Jantung, Konsumsi Energi dan Waktu Istirahat PENDAHULUAN Belerang merupakan salah satu bahan tambang yang cukup berguna di masyarakat. Hasil tambang belerang yang terdapat di Kawah Ijen sebagian besar akan disetor ke pabrik gula yang ada di kabupaten Banyuwangi dan belerang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan peledak. K arena proses sublimasi, belerang merupakan bahan tambang yang tidak terbatas. Namun dengan keadaan Indonesia yang telah kaya akan sumber daya alam belerang tersebut, masih saja dilakukan import dikarenakan masyarakat Indonesia sendiri kurang dapat mengeksplorasi lebih banyak belerang yang ada di Indonesia ini guna memenuhi permintaan belerang yang semakin meningkat tiap tahunnya. Kawah Ijen adalah gunung api yang menghasilkan belerang yang utama di Indonesia. Informasi dari pengelola Taman Nasional Alas Purwo, yang membawahi antara lain kawasan Kawah Ijen, bahwa sedikitnya 14 t on belerang setiap hari berhasil ditambang. Sedangkan analisa BPPTK, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyebutkan bahwa nilai tersebut hanya sekitar 20% d ari potensi yang sesungguhnya yang disediakan oleh alam. Kendala utama penyebab minimnya hasil yang diperoleh adalah medan yang sulit dan teknologi [1]. Permasalahan utama yang terkait dalam bidang sosial dan ekonomi yang akan dikaji lebih dalam nantinya mengenai aktifitas penambang belerang yang menggantungkan seluruh mata pencahariannya kepada Kawah Ijen. Berbagai tulisan maupun liputan di televisi yang membahas mengenai kehidupan para penambang belerang di Kawah Ijen dan mengaku prihatin dan juga begitu kagum mengenai pekerjaan yang dilakukannya. Pekerjaan sehari-sehari penambang belerang lakukan adalah berjalan sekitar 8.5 km untuk mengangkut belerang seberat kilogram dengan alat pengangkut sederhana yang hanya ditahan dengan 1 bahu saja hingga menuju lokasi pengumpulan belerang milik PT Candi Ngrimbi. Untuk tiap kilogram belerang yang dibawanya dibayar sebesar 800 r upiah. Jadi tiap bekerja akan mendapatkan sekitar 54 ribu rupiah. Harga yang didapatkan tidak setara dengan resiko yang harus dihadapi bagi seorang penambang.

2 2 Rumusan permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai pekerjaan sebagai seorang penambang belerang mempunyai resiko yang sangat tinggi namun tidak banyak para penambang belerang tidak sadar akan hal itu, oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi hazard agar mengetahui perlengkapan alat pelindung diri apa saja yang paling dibutuhkan. Disamping itu alat angkut yang digunakan perlu dilakukan perbaikan berdasarkan prinsip ENASE (efektif, nyaman, sehat dan efisien) menggunakan metode Value engineering yang kemuadian akan dilakukan perbandingan dengan berbagai atribut apakah Alat yang direkomendasikan lebih baik. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian dilakukan dengan mula-mula mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di Kawah Ijen berdasarkan observasi secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan. Kemudian dilakukan perumusan masalah yang akan coba diselesaikan dengan menentukan tujuan penelitian berdasarkan metode penilitian yang telah ditentukan. Tahap selanjutnya adalah pengumpulan dan pengolahan data yang terdiri dari identifikasi hazard dan perancangan alat menggunakan metode value engineering. Pada bab identifikasi hazard akan dilakukan identifikasi mengenai resiko dan hazard apa saja yang dialami oleh penambang belerang selama bekerja. Pada bab perancangan dan pengembangan Alat menggunakan metode value engineering akan dilakukan beberapa tahap yaitu tahap informasi, tahap kreatif, tahap analisa, tahap pengembangan dan tahap. Bab selanjutnya yaitu Analisa dan Pembahasan yang akan dilakukan pembahasan mengenai efektifitas dari perancangan Alat perbaikan dengan membandingkannya dengan Alat eksisting mulai dari minimalisir resiko yang diakibatkan ketidak ergonomisan alat dan faktor-faktor lain yang mendukung bahwa Alat baru dapat memiliki nilai tambah. Disamping itu akan dilakukan pemberian rekomendasi alat-alat pelindung diri yang harus digunakan dalam bekerja untuk meminimalisir resiko yang diakibatkan dari lingkungan kerja. Bab terakhir adalah penarikan kesimpulan akhir dari proses-proses yang sudah dicapai sebelumnya. Hal ini terkait dengan kondisi sebelum dan setelah dilakukan penelitian terhadap objek mengenai rekomendasi-rekomendasi yang diberikan. Pada tahap akhir ini, diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ada dan mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya HASIL DAN DISKUSI Identifikasi Hazard Pekerjaan yang dilakukan oleh para penambang belerang cenderung berbahaya, oleh karena itu memiliki berbagai macam resiko antara lain Suhu area pertambangan Menurut bapak Tohari sebagai seorang teknisi area pertambangan menyatakan bahwa suhu di area pertambangan berkisar derajat celcius untuk kondisi tiap harinya dan dapat mencapai 90 de rajat celcius pada saat-saat tertentu. Kondisi tersebut tentu saja diluar ambang batas kewajaran suhu yang telah ditetapkan oleh Grandjean (1993) yaitu derajat celcius. Pemaparan panas yang terus menerus akan mengakibatkan terjadinya kelelahan yang lebih cepat, Dehidrasi dan kulit menjadi merah akibat terbakar. Gas Belerang Saat sebelum mendekati puncak kawah ijen sudah tercium bau asap belerang yang cukup menyengat. Kondisi demikian akan lebih parah ketika mencapai di lokasi penambangan itu sendiri. Uap belerang yang dihirup terus menerus akan terakumulasi dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ paru-paru. Untuk mengantisipasi hal tersebut para penambang belerang menggunakan pakaian mereka yang dibasahi dengan air kemudian digigit. Penggunaan masker dianggap akan mempersulit mereka untuk bernafas. Bongkahan belerang Bongkahan belerang yang diambil dari lokasi pertambangan untuk diletakkan dikeranjang angkut mereka dapat mencapai derajat celcius. Proses pengambilan dilakukan tanpa menggunakan alat pelindig seperti sekop bahkan sarung tangan. Hal tersebut akan mengakibatkan kulit terbakar dan belerang yang masih liquid tersebut dapat menyebabkan tangan menjadi gatal. Alat angkut hasil tambang Alat angkut penambang belerang berbahan dasar dari bambu yang diletakkan di salah satu bahu secara bergantian.bahan bambu yang keras menyebabkan timbulnya luka lecet dan perubahan bentuk bahu yang sebelumnya. Cara membawa demikian dinilai akan berbahaya bagi para penambang saat bekerja maupun dalam jangka panjang. Pengukuran Berdasarkan Pendekatan Ergonomi a. Perhitungan Beban Gaya Penguraian gaya yang terjadi saat menggunakan alat angkut eksisting adalah sebagai berikut. Gambar 1. Penguraian Gaya Pada Alat Eksisting Pengukuran dilakukan pada kondisi ideal yaitu datar pada operator dengan berat bada 60 kg dan tinggi 170 cm. Berikut ini hasil perhitungan yang didapatkan. Fy = 0 FA cosα FAB cos α+ FB = 0 FB= FA cos α + FAB cos α = (max g) cos 10 + (58,4% x ma) cos 10 = 700 x 0, ,88 x 0,984 = 689, = N b. Posisi Kerja Berdasarkan Metode OWAS Terdapat dua posisi kerja dengan rincian sebagai berikut. 1. Mengangkat Posisi badan membungkuk kesamping 1 posisi tangan berada di sejajar bahu Berdiri dengan kedua lutut kaki sedikit di tekuk 2. Membawa Posisi badan membungkuk ke samping 1 posisi tangan berada di sejajar bahu Posisi kaki sedang berjalan Sehingga ketika dimasukkan kedalan software WinOWAS akan didapatkan hasil berikut.

3 3 Gambar 2 Output Software WinOWAS Pada Penggunaan Alat Eksisting Berdasarkan hasil output diatas menunjukkan bahwa posisi tubuh saat menggunakan Alat eksisting terletak pada kategori 4 yaitu harus dilakukan perbaikan sekarang juga. c. Nordic Body Map Berdasarkan hasil wawancara kuisioner terhadap keluhan berdasarkan Nordic Body Map didapatkan 10 titik tubuh yang paling tinggi diderita antara lain. Gambar 4. Alat Angkut Belerang Eksisting b. Tahap Kreatif Pada tahap kreatif ini dihasilkan 8 alternatif perbaikan alat angkut belerang sebagai berikut. Tabel 4. Alternatif Perbaikan Alat Angkut Belerang Gambar 3. Rata-Rata Keluhan NBM Penggunaan Alat Eksisting d. Pengukuran Denyut Jantung Pengukuran denyut jantung dilakukan terhadap 3 operator dengan pengambilan sebanyak 3 kali aktifitas selama menggunakan alat eksisting sehingga didapatkan hasil berikut. c. Tahap Analisa Pada tahap analisa dilakukan pembobotan kriteria dengan membandingkan masing-masing kriteria menggunakan software EC2000. Tabel 5. Pembobotan Kriteria Tabel 1. Denyut Jantung Penggunaan Alat Eksisting Operator Aktifitas Nama Umur Normal Aktifitas 1 Aktifitas 2 Aktifitas 3 Rata-Rata Suseono Tohari Jumianto Selanjutnya dari hasil pengukuran denyut jantung akan dilakukan perhitungan konsumsi energi dan waktu istirahat seperti berikut. Tabel 2. Konsumsi Energi Selama Penggunaan Alat Eksisting Nama Ei Et KE Normal Aktifitas kkal/menit kkal/menit kkal/menit Suseono Tohari Jumianto Berdasarkan pengkategorian tingkat pekerjaan. Akttifitas pekerjaan sebagai penambang belerang termasuk dalam kategori pekerjaan Extremely heavy work. Tabel 3. Perhitungan Waktu Istirahat No Nama Waktu Istirahat (menit) 1 Suseono Tohari Jumianto Aplikasi Value engineering Perancangan alat menggunakan metode value engineering terdiri dari 5 tahap yaitu a. Tahap Informasi Pada tahap informasi akan dilakukan pengumpulan informasi terhadap dimensi dan resiko yang ditimbulkan oleh Alat eksisting. Berikut ini adalah gambar alat angkut belerang eksisting. Kemudian dilakukan perhitungan perfomansi masing masing alternatif sehingga didapatkan hasil beikut. Alternatif Modifikasi Tabel 6. Perfomansi Masing-Masing Kriteria Terpilih Kenyamanan pemakaian Kriteria Evaluasi Kapasitas Keamanan Keandalan angkut Penggunaan alat alat Biaya pembuatan alat Kemudahan Berat pembuatan material alat Bobot Desain Awal I II III IV V VI VII VIII d. Tahap pengembangan Pada tahap pengembangan dihasilkan desain Alat seperti berikut. Gambar 5. Prototype Alat angkut Belerang Perbaikan Score

4 4 Dan material dan rincian biaya yang diperlukan untuk pengembangan adalah sebagai berikut. Tabel 7. Kebutuhan Material dan Biaya Perancangan prototype Komponen Harga Pipa Stainless Steel diameter besar 2 buah Rp 150,000 Pipa stainless steel diameter kecil 1 Rp 70,000 Elbow 8 buah Rp 88,000 Plat stainless steel - Bantalan busa 1 m2 Rp 20,000 Ongkos Rp 300,000 Total Biaya Rp 628,000 e. Tahap Presentasi Pada tahap presentasi akan dilakukan perbandingan mengenai penggunaan Alat rekomendasi yang dijelaskan pada penjelasan berikutnya. Perbandingan Penggunaan Alat Sebelum dan Sesudah Perbaikan Perbandingan akan dilakukan berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Beban Gaya Penggunaan Alat Berikut ini adalah penguraian gaya penggunaan Alat rekomendasi. Gambar 6. Penguraian Gaya Pada Penggunaan Alat Sehingga didapatkan perhitungan berikut. Fy = 0 FA/2 FAB+ FB = 0 FB= FA /2 cos α + FAB cos α = (max g )/2 cos 40 + (58,4% x ma) cos 40 = 350 x 0, ,88 x 0,766 = = N b. Posisi Kerja Menggunakan Metode OWAS saat Penggunaan Alat. Terdapat 2 posisi yang akan dilakukan penilaian yaitu 1. Mengangkat Posisi badan membungkuk kedepan Posisi tangan berada di dibawah bahu Posisi tubuh duduk 2. Membawa Posisi badan membungkuk ke depan Posisi tangan berada di bawah bahu Posisi kaki sedang berjalan Sehingga didapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan posisi saat menggunakan Alat rekomendasi berikut. Gambar 7. Hasil output Software WinOWAS pada penggunaan Alat C. Denyut Jantung Setelah Perbaikan Setelah dilakukan uji coba Alat eksisting didapatkan hasil denyut nadi, perhitungan konsumsi energi dan waktu istirahat yang diperlukan seperti di bawah ini. Tabel 8. Denyut Nadi Setelah Menggunakan Alat Operator Aktifitas Nama Umur Normal Aktifitas 1 Aktifitas 2 Aktifitas 3 Rata-Rata Tohari Jumianto Tabel 9. Konsumsi Energi Setelah Menggunakan Alat Nama Ei Et KE Normal Aktifitas kkal/menit kkal/menit kkal/menit Tohari Jumianto Tabel 10. Waktu Istirahat yang Dibuhkan saat Menggunakan Alat No Nama Waktu Istirahat (menit) 1 Tohari Jumianto d. Perbandingan Kecepatan Saat Menggunakan Alat Eksisting dan Alat Perbandingan kecepatan dilakukan kepada seorang operator bernama bapak Tohari mulai dari area pertambangan hingga menuju pondokan milik PT candi Ngrimbi yang jaraknya berkisar 1,8 km. Pencatanan waktu dilakukan ketika bapak Tohari memulai istirahat hingga mualai berjalan kembali, berikut selanjutnya yang dilakuakan untuk pengukuran waktu istirahat berikutnya. Perbandingan dilakukan dengan membawa beban yang sama pada alat rekomendasi maupun alat eksisting. Berikut ini waktu istirahat real yang dialakukan selama observasi langsung terhadap penambang belerang. Tabel 11. Perbandingan Pengukuran Jumlah Waktu Istirahat Perbandingan Istirahat Alat Alat Eksisting ke- 1 04:57 02: :41 01:53 Waktu Istirahat 3 07:15 05:41 (menit) 4 02:05 02: : :17 - Total Waktu menit 20:33 12:31 Istirahat detik Tabel 12. Perbandingan Kecepatan Penggunaan Alat Perbandingan Satuan Alat Eksisting Alat Jarak km meter jam 2 jam 32 menit 1 jam 43 menit Waktu Tempuh menit detik Waktu Istirahat detik Waktu Berjalan detik Kecepatan m/s Analisa dan Perbandingan Penggunaan Alat Eksisting dan Alat a. Analisa Beban Kerja Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan menggunakan persamaan fisika yaitu persamaan newton pada seorang operator dengan tinggi tubuh 170 cm dan berat badan 60 cm saat membawa beban seberat 70 kg. Diketahui bahwa beban kerja yang dihasilkan saat menggunakan alat eksisting dengan meletakkan beban di salah satu bahu pada sudut kemiringan 10 derajat yaitu sebesar N. Sedangkan beban kerja yang dihasilkan saat menggunakan palat

5 5 rekomendasi didapatkan nilai beban kerja sebesar N. Pada penggunaan alat rekomendasi, beban benda dibagi 2 karena berat dari benda tersebut dibagi rata pada kedua buah bahu sehingga menghasilkan beban kerja yang lebih ringan. Sedangkan dengan memusatkan benda pada salah satu bahu akan menyebabkan beban kerja yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan dengan berat beban yang sesungguhnya. b. Analisa Posisi Berdasarkan Metode OWAS Berdasarkan penggunaan pengolahan data pada software WinOWAS mengalami perubahan kategori yang semula menjadi kategori 4 menurun menjadi kategori 3.Perubahan kategori yang semula 4 unt uk perlu dilakukan sekarang juga cukup mengalami perbaikan menjadi kategori 3 yaitu perbaikan segera dilakukan sesegera mungkin. Proses penghilangan resiko menjadi tidak mungkin dilakukan untuk para penambang belerang dikarenakan pekerjaan mereka yang cenderung sangat beresiko dan berbahaya karena beban yang diangkut melebihi berat tubuh mereka. c. Analisa Data Nordic Body Map Pada analisa data Nordic Body Map para penambang belerang dengan menggunakan produk eksisting didapatkan 10 bagian-baagian tubuh yang paling banyak mengalami sakit dari 28 titik tubuh yang berdasarkan Nordic Body Map. Berdasarkan wawancara 15 penambang belerang menunjukkan bahwa bagian-bagian tubuh tersebut antara lain leher atas, leher bawah, bahu kiri dan kanan, punggung, lengan atas kanan, pinggang lutut kiri dan kanan lalu terakhir pada pergelangan kaki kanan. Rata-rata operator menyatakan bahwa 10 titik tersebut mengalami kesakitan dengan kategori 3 4 yaitu sakit dan sangat sakit.letak keluhan yang paling sering dialami dan tertinggi yaitu pada bagian bahu kanan yaitu sebesar Hal tersebut dikarenakan material yang digunakan dan ditekankan pada punggung besifat keras, yang dimaksud adalah tidak adanya bantalan pada punggung sehingga tongkat bambu yang terkena bahu secara terus menerus selama membawa beban yang sangat berat yang berkisar kilogram menyebabkan terjadinya gesekan pada kulit bahu yang menimbulkan terjadi lecet dan penebalan daging pada bahu. Gambar 8. Perbandingan Rata-rata Keluhan NBM Berdasarkan grafik perbandingan data keluhan sesudah dan sebelum menggunakan alat menggunakan Nordic Body Map ditunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah keluhan dan dan rasa sakit yang ditimbulkan setelah menggunakan alat. Rasa sakit pada bahu menjadi berkurang karena alat rekomendasi yang diberikan terdapat bantalan sehingga tidak menyebabkan gesekan yang besar pada bahu, selain itu bantalan lain juga diberikan pada bagian punggung karena nantinya 3 titik yaitu bahu kanan, bahu kiri dan punggung yang akan dijadikan tumpuan untuk menahan beban. Pengurangan keluhan yang signifikan tersebut menujukkan bahwa alat angkut belerang eksisiting cukup berhasil meskipun banyak para penambang yang cenderung lebih suka menggunakan alat lama karena menganggap hal tersebut sudah biasa dan sakit yang dialami oleh tubuh mereka merupakan resiko yang harus didapatkan. d. Analisa Denyut Jantung Pengukuran denyut jantung selama menggunakan produk eksisting dilakukan terhadap 3 penambang belerang yaitu bapak Suseono, Tohari dan Jumianto. Selanjutnya dilakukan uji coba penggunakan alat angkut rekomendasi kepada bapak Tohari dan Jumianto.Pengukuran denyut jantung ini digunakan untuk menentukan konsumsi energi dan waktu istirahat yang dibutuhkan ketika melakukan aktifitas. Terjadi perbaikan terhadap penggunnan alat rekomendasi dibandingkan dengan alat eksisting,misalkan pada bapak Tohari yang sebelum menggunakan alat rekomendasi memiliki denyut jantung 177 bpm, setelah menggunakan alat rekomendasi terjadi penurunan denyut jantung yaitu 163 b pm. Penurunan denyut jantung tersebut dapat menimbulkan penurunun kebutuhan akan konsumsi energi yang semula kkal/menit menurun menjadi kkal/menit. Berdasarkan penurunan konsumsi energi tersebut dapat menyebabkan pula penurutan waktu istirahat yang dibutuhkan. Ketika aktifitas kerja dilakukan selama 10 menit akan dibutuhkan waktu istirahat sebanyak menit dengan menggunakan alat eksisting, sedangkan setelah menggunakan alat rekomendasi, waktu istirahat yang dibutuhkan untuk mengembalikan kondisi tubuh berkurang menjadi menit. Berdasarkan ketiga parameter yaitu denyut jantung, konsumsi energi dan waktu istirahat yang diperlukan saat mengunakan alat rekomendasi menunjukkan adanya perbaikan dengan adanya GAP yang cukup besar terdhadap penggunaan alat eksisting. Pengukuran konsumsi energi diperlukan untuk menghasilkan penggunaan energi yang lebih efektif dan efisien untuk meminimalisir resiko yang mungkin terjadi.dengan adanya pengurangan konsumsi energi dan waktu istirahat yang dibutuhkan, penambang belerang dapat memanfaatkan energi dan waktu istirahat mereka menjadi lebih produktif seperti melakukan pertambangan lagi dalam sehari, setidaknya dapat meminimalisir resiko yang ditimbulkan akibat beban kerja yang ditekannka pada tubuh secara berlebihan. e. Analisa Kecepatan Perhitungan kecepatan dilakukan dengan melakukan pengukuran yang dilakukan terhadap bapak tohari selam menggunakan alat eksisting dan alat rekomendasi.jarak tempuh dan beban yang diangkut disamakan untuk mendapatkan hasil perbandingan yang valid.pengukuran mulai dilakukan pada lokasi pertambangan, saat pak tohari mulai berjalan. Jalanan terjal dan menanjak dibentuk menyerupai tangga yang dibangun dengan menumpuk bebatuan. Saat menggunakan alat angkut eksisting, pak tohari membutuhkan 6 kali istirahat dari lokasi pertambangan menuju pondok bunder milik PT Candi ngrimbi yang berjarak sekitar 1,8 km dengan beban 70 kg. Sedangkan saat menggunakan alat angkut rekomendasi hanya dibutuhkan 4 k ali istirahat dengan waktu istirahat yang lebih singkat. Disamping itu waktu yang dibutuhkan lebih cepat yaitu 1 jam 43 menit saat menggunkan alat angkut rekomendasi. Sedangkan saat menggunakan alat angkut eksisting dibutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 2 jam 32 menit. Dengan waktu tempuh dikurangi total waktu istirahat tersebut didapatkan kecepatan jalan saat menggunakan alat eksisting yaitu m/s meningkat menjadi m/s. pengukuran kecepatan hanya dilakukan sekali pada 1 operator dikarenakan medan yang terjal dan kapasitas peneliti yang kurang cukup. Namun dengan selisih perbedaan kecepatan penggunaan alat tersebut menunjukkan bahwa penggunaan alat rekomendasi dapan lebih produktif dengan penggunaan waktu yang lebih efisien. f. Penentuan Bobot Kriteria pada Software EC2000 Pembobotan kriteria dilakukan dengan membandingkan masing-masing kriteria satu dengan yang lainnya untuk

6 6 mendapatkan kriteria mana yang paling penting dalam perancangan produk.berdasarkan pembobotan yang telah dilakukan didapatkan bobot tertinggi sebesar pada kriteria kenyamanan alat. Nilai tersebut dimaksud bahwa alat yang dibuat nantinya dapat mengurangi resiko MSDS berdasarkan referensi yang ada dan memungkinkan untuk diimplementasikan.selanjutnya bobot tertinggi kedua pada kriteria keandalan alat yaitu sebesar Kriteria keandalan alat sangat perlu karena medan yang terjal mebutuhkan alat yang tahan banting, sedangkan untuk dapat menampung berat belerang diperlukan alat yang sangat kuat dan tidak mudah patah ataupun bengkok, disamping itu karena kadar asam yang tinggi di lokasi penambangan membutuhkan alat yang tidak mudah korosi. Pembobotan tertinggi ketiga yaitu bernilai pada kriteria biaya pembuatan alat. Biaya pembuatan alat perlu diperhatikan karena terkait objek yang tidak memungkinkan mengeluarkan biaya lebih besar untuk membeli alat angkut. g. Analisa Matrik Evaluasi dan Perfomansi Alternatif Terpilih Pada Matrik evaluasi dilakukan perbandingan masingmasing alternatif dengan kriteria yang telah ditentukan.pada matrik evaluasi didapat alternatif 8 sebagai nilai tertinggi dengan rata-rata pada kategori baik. Kemudian matrik evaluasi yang telah dibuat akan dilakuakn perhitungan perfomansi masing-masing alternatif dengan mengalikan dengan bobot masing-masing kriteria. Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai tertinggi pada alternatif 8 yaitu bernilai setelah diketahui alternatif mana yang dipilih kemudian akan dilakuakn perencanaan alat dengan membuat desain alat angkut baru dengan material utama yang terbuat dari Stainless steel kemudian memberikan bantalan pada beberapat titik yang bersentuhan dengan tubuh seperti, bahu, pungung atas dan punggung bawah. h. Analisa Perancangan Produk Perancangan produk dimulai dengan menentukan hipotesa bahwa sebagai perbaikan dari metode yoke pack yaitu menggunakan metode backpack, oleh karena itu beban akan lebih dipusatkan kepada bagian punggung. Terdapat perbaikan terhadap pembuatan alat menggunakan satainless steel dengan desain awal autocad. Perubahan terjadi bada pengurangan jumlah batang pada bagian punggung dan bagian material akan berkurang menjadi 1 b atang saja guna menghemat biaya produksi dan juga menghasilkan produk yang lebih ringan. Dalam segi biaya produk yang direkomendasikan memang jauh lebih mahal dibandingkan dengan produk eksisting, namun dalam kriteria lain produk hasil rekomendasi jauh lebih unggul dalam hal kenyaman, kehandalan dan keamanan yang merupakan kriteria dengan bobot tertinggi. i. Analisa Penanganan Hazard Berikut ini adalah rekomendasi alat pelindung diri yang sebaiknya digunakan para penambang belerang melakukan proses pertambangan. KESIMPULAN/ RINGKASAN Beberapa simpulan yang dapat diambil dari penelitian tugas akhir yang telah dilakukan berikut antara lain: 1. Perbaikan alat dilakukan dengan metode value engineering memiliki beberapa kriteria dengan bobot te rtinggi yaitu keamanan penggunaan, kehandalan alat dan biaya pembuatan alat. 2. Dari hasil penilain perfomansi alternatif, didapatkan pilihan dengan nilai tertinggi pada alternatif 8 yaitu dengan merancang desain terbaru menggunakan bahan material dari stainless steel 3. Berdasarkan pengolahan software WinOWAS didapatkan perbaikan dengan mpenurunan kategori dari 4 m enjadi 3 setelah menggunakan alat rekomendasi yang menunjukkan adanya terjadi perbaikan. 4. Berdasarkan wawancara terhadap keluhan berdasarkan Nordic Body Map diketahui bahwa terjadi perbaikan dengan pengurangan jumlah rasa sakit dengan rata-rata dari rata-rata keluhan sangat sakit menjadi cukup sakit saja setelah menggunakan alat rekomendasi. 5. Berdasarkan perhitungan denyut jantung didapatkan penghematan energi setelah menggunakan alat hasil rekomendasi sebanyak 19% da n 24 % b egitu pula pengurangan waktu istirahat. 6. Berdasarkan observasi langsung didapatkan bahwa penggunaan alat hasil rekomendasi dapat mengurangi jumlah istirajhat yang semula 6 kali menjadi 4 kali dalam jarak sejauh 1,8 km. dengan kecepatan masing masing menggunakan produk eksisting yaitu 0.8 km/jam menjadi 1.1 km/jam setelah mengguanakan produk hasil rekomendasi. DAFTAR PUSTAKA [1] Europan Agency for Safety and Health at Work (2011), What are Hazard Risk and Harm, Dilihat pada 11 April 2013 [2]Grandjean (1993). Fitting the Task to the Man, In Tarwaka, H. B. Solichul, & S. Lilik, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Surakarta: UNIBA Press. [3]Kelly, D.(2010), Ergonomics Definition, Costs and Enforcement, Bethesda: National Electrical Contractors Association. [4]Tarwaka, Solichul HA, B., & Sudiajeng, L.(2004), Kelelahan Akibat Kerja, In Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas.pp Surakarta: UNIBA Press. [5]Wignjosoebroto, S.(2007), Kesehatan dan Keselamatan Kerja, In Handout Mata Kuliah K3, p. 18.,Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Gambar 9. Alat Pelindung Diri

MODIFICATION OF SULFUR CONVEYANCE TOOL TO REDUCE INJURY

MODIFICATION OF SULFUR CONVEYANCE TOOL TO REDUCE INJURY MODIFIKASI ALAT BANTU ANGKUT BELERANG UNTUK MENGURANGI INJURY MODIFICATION OF SULFUR CONVEYANCE TOOL TO REDUCE INJURY Brian Daris Firnanda 1), Sugiono 2), Ceria Farela Mada Tantrika 3) Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

REKOMENDASI APD MASKER SARUNG TANGAN KACAMATA SEPATU BOOT

REKOMENDASI APD MASKER SARUNG TANGAN KACAMATA SEPATU BOOT REKOMENDASI APD MASKER SARUNG TANGAN KACAMATA SEPATU BOOT MATRIK PERBANDINGAN BENTUK PRODUK CARA PENGGUNAAN MATERIAL PENYUSUN Stainless steel BERAT PRODUK Bambu 4-5 kilogram 3 kilogram BIAYA PEMBUATAN

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten)

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten) PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten) Muchlison Anis *, Mufti Hidayat 2, Mila Faila Sufa 3,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perindustrian di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan yang pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, rolling door, dan lan-lain.

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Pustaka Studi Lapangan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri manufaktur di masa sekarang ini masih dominan dalam melakukan aktivitas manual material handling.

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI 1 SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh: Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com Abstrak Industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan Ery Suhendri¹, Ade Sri Mariawati²,Ani Umiyati³ ¹ ² ³ Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa erysuhendri@yahoo.com¹,adesri77@gmail.com²,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA Samuel Bobby Sanjoto *1), M.Chandra Dewi K 2) dan A. Teguh Siswantoro 3) 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tabel 1.1 Gambar 1.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tabel 1.1 Gambar 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu dari bentuk usaha menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tenong /te.nong / ténong/ yakni bakul bundar. Bakul, ada dua arti dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tenong /te.nong / ténong/ yakni bakul bundar. Bakul, ada dua arti dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenong merupakan suatu alat pemasaran langsung yang tradisional dan sampai sekarang masih digunakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online oleh Setiawan

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA Muchlison Anis Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta

Lebih terperinci

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

Oleh: DWI APRILIYANI ( ) ANALISIS POSISI KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA PENGANGKATAN PRODUK JADI DI PT JAYA FOOD INDONESIA MENGGUNAKAN METODE NIOSH Oleh: DWI APRILIYANI (32412271) LATAR BELAKANG Pekerjaan fisik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak Penelitian ini dilakukan di pasar Bringharjo dan Giwangan dengan objek buruh gendong perempuan. Makalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang hendak diteliti, yang disusun berdasarkan latar belakang dan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN BAB III METODOLOGI PENELITAN 3.1 Tahapan Penelitian Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka perlu dibuat tahapan-tahapan dari penelitian itu sendiri. Adapun tahapan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dunia modern, mesin, peralatan dan segala produk sudah dipasarkan kepada seluruh masyarakat agar mereka merasa lebih mudah dan diuntungkan. Pada awalnya,

Lebih terperinci

Studi Awal Interaksi Man-Machine Pada Mesin Cetak Genteng Sistem Banting

Studi Awal Interaksi Man-Machine Pada Mesin Cetak Genteng Sistem Banting Studi Awal Interaksi Man-Machine Pada Mesin Cetak Genteng Sistem Banting Suryadiwansa Harun, Achmad Yahya, dan Arinal Hamni Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung Jln.Prof,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Erni Suparti 1), Rosleini Ria PZ 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT Tri Wibawa Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta, 55281 Telp. 0274-485363 Fax. 0274-486256

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur di Indonesia, sekarang ini mengalami. pangsa pasar tidak hanya lokal tetapi internasional. Industri seperti ini

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur di Indonesia, sekarang ini mengalami. pangsa pasar tidak hanya lokal tetapi internasional. Industri seperti ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur di Indonesia, sekarang ini mengalami perkembangan yang pesat. Khususnya bagi industri mebel yang memiliki pangsa pasar tidak hanya lokal tetapi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara melihat langsung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja pada perusahaan yang diteliti. Data yang diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.banyuwangikab.go.id). Wilayah kabupaten Banyuwangi cukup beragam,

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.banyuwangikab.go.id). Wilayah kabupaten Banyuwangi cukup beragam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Terletak diujung paling timur pulau jawa, berbatasan dengan Kabupaten Situbondo disisi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi di bidang manufaktur maupun jasa sering dijumpai stasiun kerja yang tidak ergonomis dikarenakan tidak sesuainya antropometri pekerja dengan fasilitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal... (Amelinda dan Iftadi) HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI Bela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN

Lebih terperinci

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL C.13. Beban Kerja dan Keluhan Sistem Musculoskeletal pada Pembatik Tulis... (Siswiyanti) BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL Siswiyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi lingkungan yang kotor merupakan salah satu masalah klasik dalam suatu wilayah perkotaan. Persoalan

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT.

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Karya Kita merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri percetakan. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1970, dan terletak di Jalan Pasir

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PROSES MAINTENANCE EXCAVATOR PC200-7 DENGAN MENGGUNAKAN METODE OWAS DI PT. UNITED TRACTORS, Tbk PEKANBARU

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PROSES MAINTENANCE EXCAVATOR PC200-7 DENGAN MENGGUNAKAN METODE OWAS DI PT. UNITED TRACTORS, Tbk PEKANBARU 1) 2) ANALISIS POSTUR KERJA PADA PROSES MAINTENANCE EXCAVATOR PC200-7 DENGAN MENGGUNAKAN METODE OWAS DI PT. UNITED TRACTORS, Tbk PEKANBARU Suherman 1) Hari Satyo Prayogi 2) Jurusan Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) Sri Rahayuningsih 1,*, Sanny Andjar Sari 2 1 Universitas Kadiri, 2 Institut Teknologi Nasional Malang Kontak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang permasalahan dari tugas akhir ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan permasalahan, dan sistematika penulisan dalam tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 USULAN PERBAIKAN TERHADAP AKTIVITAS PENURUNAN PASIR DI DEPO PASIR MAKMUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN POSTUR KERJA DAN ASSESSMENT TERHADAP FISIOLOGI KERJA (Studi Kasus: Depo Pasir Makmur, Surakarta). Taufiq

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Kondisi Lapangan Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat usaha informal pejahitan pakaian di wilayah Depok, khususnya Kecamatan Sukmajaya. Jumlah tempat usaha

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL Volume 8 No.2 Juli 2016 ISSN : 2085 1669 e-issn : 2460 0288 Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek Email : jurnalteknologi@umj.ac.id U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A PERBAIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas, dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

Penyebab Buncis Ditolak Eksportir

Penyebab Buncis Ditolak Eksportir BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. ABOFARM merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pertanian yang terletak di Ciwidey, Jawa Barat. Berdasarkan data PT.ABOFARM selama satu tahun jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko

Lebih terperinci

Penerapan Alat Steaming Oven Untuk Peningkatan Produksi Rotan Di UD. Rukun Rotan Malang

Penerapan Alat Steaming Oven Untuk Peningkatan Produksi Rotan Di UD. Rukun Rotan Malang Penerapan Alat Steaming Oven Untuk Peningkatan Produksi Rotan Di UD. Rukun Rotan Malang Erni JunitaSinaga 1,*, Mujiono 1, Priscilla Tamara 1 1 Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi merupakan interaksi dari tenaga kerja, metode kerja, fasilitas kerja dan lingkungan kerja untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk. Peranan manusia

Lebih terperinci

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PERANCANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN SAMPEL PADA ROAD TANK PT PERTAMINA EP CEPU

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PERANCANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN SAMPEL PADA ROAD TANK PT PERTAMINA EP CEPU PERANCANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN SAMPEL PADA ROAD TANK PT PERTAMINA EP CEPU Ratnanto Fitriadi 1*, Dini Hapsari 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta 1 PUSLOGIN (Pusat Studi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X I Wayan Sukania, Lamto Widodo, David Gunawan Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK Abstrak ANAK Delta Pralian - NPM : 30402264 Program Studi Teknik Industri, Universitas Gunadarma E-mail : dpralian@yahoo.com

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ Tengku Fuad Maulana 1, Sugiharto 2, Anizar 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang dilakukan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan dalam tugas akhir ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memberikan dampak yang positif dan negatif pada tubuh manusia. Salah satu bagian yang paling berdampak pada aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi

Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi Performa (2011) Vol. 10, No.1: 11-18 Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi Muhammad Hanafi, Rahmaniyah Dwi Astuti, dan Irwan Iftadi Laboratorium

Lebih terperinci

ERGONOMI GERAKAN PENGRAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG

ERGONOMI GERAKAN PENGRAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG ERGONOMI GERAKAN PENGRAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG Ade Supriatna, Atik Kurnianto Teknik Industri Fakultas Teknik adesupriatna@yahoo.com, ades74.as@gmail.com ABSTRAK Proses yang dikerjakan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan perumahan, sekolah dan gedung-gedung perkantoran membawa tren tersendiri bagi para arsitek dan desainer interior. Mereka dituntut membuat gambar

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri saat ini sangat berkembang pesat di Indonesia. Akan tetapi kepedulian para pengusaha baik perusahaan besar maupun kecil terhadap

Lebih terperinci

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Cita Anugrah Adi Prakosa 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) Laboratorium

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : MUFTI HIDAYAT NIM : D

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : MUFTI HIDAYAT NIM : D NASKAH PUBLIKASI ANALISA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANLDING SEBAGAI DASAR PERANCANGAN ALAT BANTU DALAM PERBAIKAN POSTUR TUBUH PADA OPERATOR PENGECORAN LOGAM (Study kasus Home Industry pengecoran logam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan industri-industri semakin pesat, baik industri manufaktur maupun jasa. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi per Kapita Seminggu pada Makanan Tahu dan Tempe Jenin Bahan Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi per Kapita Seminggu pada Makanan Tahu dan Tempe Jenin Bahan Makanan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang atas penelitian yang dilakukan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan yang digunakan pada tugas akhir. 1.1

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penilaian REBA nilai action level tertinggi dengan kriteria

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB V tentang Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan Mata Dan Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Analisis Tingkat Risiko Cedera MSDs pada Pekerjaan Manual Material Handling dengan Metode REBA dan RULA pada Pekerjaan Area Produksi Butiran PT. Petrokimia Kayaku Reza Rashad Ardiliansyah 1*, Lukman Handoko

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja

Lebih terperinci