II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

I. PENDAHULUAN. berdampak buruk bagi lingkungan budidaya. Hal ini erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

BILA POPULASI MIKROALGA TUMBUH MELEDAK MENIMBULKAN PETAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton dalam pertumbuhan dan kehidupannya sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PE GARUH UPWELLI G TERHADAP LEDAKA ALGA (BLOOMI G ALGAE) DI LI GKU GA PERAIRA LAUT. Murdahayu Makmur Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU (Epinephelus sp.) PASCA TERJADINYA HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) DI PANTAI RINGGUNG KABUPATEN PESAWARAN ABSTRAK

PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA. Oleh; Galih Kurniawan C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. Kegiatan manusia di sekitar perairan dapat mengakibatkan masuknya

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA SUKSESI FITOPLANKTON DENGAN PERUBAHAN RASIO N DAN P DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem Rawa Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

n, TINJAUAN PUSTAKA Menurut Odum (1993) produktivitas primer adalah laju penyimpanan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

I. PENDAHULUAN. Perairan Lhokseumawe Selat Malaka merupakan daerah tangkapan ikan yang

I. PENDAHULUAN. yaitu ± ,42 Km (Dahuri dkk, 2011). Di laut, tumbuh dan berkembang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chaetoceros sp. adalah salah satu spesies diatom. Diatom (filum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT PENCEMARAN PERAIRAN TELUK LALONG KOTA LUWUK Sri Sukari Agustina dan Andi Aonurofik M.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Trisno Hadisubroto, Ekologi Dasar, (Jakarta: Departemen

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk dan danau

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM

Pencemaran Teluk Jakarta

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

EKOSISTEM. Yuni wibowo

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, ABSTRAK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

I. PENDAHULUAN. Zooplankton adalah hewan berukuran mikro yang dapat bergerak lebih bebas di

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA HUTAN MANGROVE DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH. Halidah

FITOPLANKTON PENYEBAB HARMFUL ALGAE BLOOMS (HABs) DI PERAIRAN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

6 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Unsur hara Faktor utama pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton adalah ketersediaan zat hara dan sinar matahari.sebagai produsen primer, fitoplankton membutuhkan zat hara dalam bentuk senyawa anorganik, seperti nitrogen dan fosfat. Dalam kondisi zat hara yang berlimpah dan ditunjang oleh faktor lingkungan lain yang optimal, fitoplankton dapat tumbuh sangat melimpah. (Mulyasari,et al.,2003).sebagai contoh, proses pengkayaan zat hara yang berasal dari upwelling, sumber antropogenik dan masukan air sungai menyebabkan peningkatan pertumbuhan fitoplankton di lingkungan pesisir (Risamasu, 2011). Hasani, et al.(2012) menyatakan bahwa peningkatan kadar nitrat dapat mengakibatkan peningkatan kelimpahan total fitoplankton. Harmful Algal Blooms (HABs) adalah suatu fenomena blooming fitoplankton toksik di suatu perairan yang dapat menyebabkan kematian biota lain. Peningkatan nutien akan mempengaruhi tingkat kesuburan perairan dan dapat menyebabkan peningkatan kelimpahan plankton (Mu awwanah,et al., 2008).Mulyasari,et al. (2003) menyatakan terjadinya blooming fitoplankton mikroskopis yang hidup di lingkungan perairan dapat menimbulkan dampak negatif.blooming fitoplankton dapat menyebabkan kematian ikan akibat kekuranganoksigen dan pembusukan.

7 Zat hara yang umum menjadi perhatian di lingkungan perairan adalah fosfor dan nitrogen. Kedua faktor ini memiliki peran penting bagi pertumbuhan fitoplankton atau alga yang biasa digunakan sebagai indikator kualitas air dan tingkat kesuburan suatu perairan (Risamasu, 2011). Konsentrasi nutrient yang terkandung dalam air permukaan tropis yang menyebabkan pertumbuhan alga yang sangat pesat (algal bloom) adalah:200 1000 μgl-1 untuk fosfat dan 30 40 mgl-1 untuk nitrat (Zulfiyah, 2009) B. Fitoplankton Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopik (bersel tunggal, berbentuk filamen atau berbentuk rantai) yang menempati bagian atas perairan (zona fotik)laut terbuka dan lingkungan pantai.walaupun bentuk uniseluler/bersel tunggal meliputi hampirsebagian besar fitoplankton, beberapa alga hijau dan alga biruhijau ada yangberbentuk filament (Sunarto, 2008).Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dilaut.ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 200µm (1 µm = 0,001mm). fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai(prasstio, 2010). Fitoplankton memiliki klorofil yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air yang digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut.namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebih (blooming).(annurohim,et al., 2008).Tingginya populasi fitoplankton beracun di

8 dalam suatu perairan dapat menyebabkan berbagai akibat negatif bagi ekosistem perairan, seperti berkurangnya oksigen di dalam air yang dapat menyebabkan kematian berbagai makhluk air lainnya (Damar, 2006). C. Fitoplankton berbahaya Berkembangnya jenis fitoplankton berbahaya lebih umum dikenal dengan istilah Harmful Algal Blooms (HABs).Peningkatan populasi fitoplankton secara berlebihan dapat terjadi karena kondisi lingkungan yang mendukung. Ledakan populasi fitoplankton yang diikuti dengan keberadaan jenis fitoplankton beracun akan menyebabkan ledakan populasi alga berbahaya HABs (Agustina, 2005). Beberapa fitoplankton berbahaya diantaranya adalah dari golongan Dinoflagellata dan Diatomae yang jika mengalami ledakan populasi maka dapat menimbulkan fenomena yang disebut pasang merah (red tide).dampak negatif yang ditimbulkan oleh adalah terjadinya kematian massal biota laut, perubahan struktur komunitas ekosistem perairan, keracunan dan kematian pada manusia (Wiadnyana, 1996). Selama ini red tide telah menjadi fenomena yang terjadi di berbagai negara, baik tropis maupun subtropis, diantaranya di Indonesia dilaporkan terjadi di Teluk Hurun (Lampung).Beberapa fitoplankton berbahaya yangditemukan dengan kelimpahan tinggi adalah Ceratium furca dengan kepadatan tertinggi mencapai5.314 x 10 6 sel/l pada 22 September 2011, Trichodesmium erithraeum dengan kelimpahan mencapai 1.05 x 10 5 sel/l pada 15 September 2011 dannoctiluca scintilansdengan kelimpahan mencapai 5.99 x 10 4 sel/l pada 22 September 2011 (Hasani,et al., 2012).

9 Fitoplankton berbahaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok anoxius (menghabiskan kandungan oksigen di perairan), beracun (toxic), dan perusak pernapasan(wiadnyana, 1996).Lima spesies HABs yang paling banyak ditemukan berasal dari kelas Dinophyceae.Hal ini dikarenakan Dinophyceae dapat membentuk kista (cyst) sebagai tahap istirahat, kista ini mengendap di dasar laut dan istirahat sampai kondisi lingkungan mendukung kembali untuk tumbuh.anggota dari kelompok ini diketahui paling banyak mempunyai jenisjenis toksik.nitzschia sp. (Gambar. 3) merupakan spesies penyebab Amnesic Shellfish Poisoning (ASP) yang mengeluarkan toksin asam domoic (Triyanda, 2012). Gambar.3 Pseudonitzschia spp.(sumber. www.sccoos.org) Spesies fitoplankton di seluruh laut begitu beragam.dari 5000 spesies fitoplankton yang ada, hanya sekitar 2% yang diketahui berbahaya bagi ekosistem laut (Triyanda, 2012).Tingginya populasi fitoplankton beracun di dalamsuatu perairan dapat menyebabkan berbagai akibat negatif bagi ekosistem perairan, sepertiberkurangnya oksigen di dalam air yang dapat menyebabkan kematian berbagai makhluk airlainnya (Damar, 2006).Pantai ringgung memiliki potensi kelautan dan perikanan yang besar.pantai ringgung berada di wilayah Teluk Lampung dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya.oleh karena itu tidak menutup

10 kemungkinan di Pantai Ringgung Teluk Lampung terdapat fitoplankton berbahaya.dalam budidaya di perairan sekitar Pantai Ringgung, para pembudidaya menggunakan pakan tambahan untuk pertumbuhan ikan yang dibudidayakan. Sisa-sisa pakan tersebut akan menyebabkan peningkatan unsur hara ke dalam perairan. Hal ini dapat memicu pertumbuhan fitoplankton sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan populasi fitoplankton perairan yang di luar batas maksimal fitoplankton di perairan tersebut. D. Faktor Pemicu Blooming Alga Faktor-faktor yang dapat memicu ledakan populasi fitoplankton berbahaya antara lain: adanya pengayaan unsur hara atau eutrofikasi, adanya upwelling yang mengangkat massa air kaya unsur hara, dan adanya hujan lebat dan masuknya air ke laut dalam jumlah yang besar (Wiadnyana, 1996). 1. Eutrofikasi Eutrofikasiadalah proses pengayaan nutrien dan bahan organik dalam jasad air (Vuilleman, 2001). Namun sebenarnya eutrofikasimerupakan proses alami, dimana perairan (danau, sungai, dan laut) menjadi sangat kaya akan nutrien, terutama nitrogen dan posfor eutrofikasi cenderungterjadi di perairan yang tergenang. Peningkatan unsur hara di perairan selain dapat menyebabkan ledakan fitoplankton, juga dapat memicu munculnya berbagai jenis fitoplankton yang beracun bagi organisme perairan (Hasaniet. al, 2012). Proses pertumbuhan dan produksi fitoplankton sangat bergantung pada ketersediaan bermacam-macam nutrien. Nutrien inorganik utama yang diperlukan untuk perkembangan fitoplankton adalah nitrogen (dalam bentuk nitrat) dan fosfor

11 (dalam bentuk fosfat) (Nybakken, 1992).Perairan Teluk Lampung yang merupakan tumpuan aktivitas masyarakat di sekitarnya mempunyai sebaran nutrien yang berbeda dari pantai ke laut, baik secara vertikal maupun secara horizontal.hal ini disebabkan oleh masukan-masukan nutrien dari daratan yang diterima oleh masing-masing zona berbeda(yuliana et al, 2001). 2. Upwelling Upwelling sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi ledakan alga, dapat didenfinisikan sebagai peristiwa menaiknya massa air laut dari lapisan bawah ke permukaan (dari kedalaman 150 250 meter) karena proses fisik perairan.proses upwelling terjadi karena kekosongan massa air pada lapisan permukaan, akibat terbawa ke tempat lain oleh arus. Upwelling dapat terjadi di daerah pantai dan di laut lepas.di daerah pantai, upweling dapat terjadi jika massa air lapisan permukaan mengalir meninggalkan pantai(makmur, 2008). Proses upwelling merupakan fenomena alam yang sering terjadi di perairan laut, khususnya di perairan laut di daerahkhatulistiwa. Secara teoritis terjadinya proses upwelling karena adanya pengaruh angin dan adanya proses divergensiekman. Secara teoritis angin mengakibatkan terjadinya arus horisontal yang bergerak di permukaan perairan laut. Angin tersebut juga dapat mengakibatkan pergerakan massa air yang disebut taikan atau penaikan air (upwelling) dansasapan atau penyasapan/ penenggelaman air (downwelling). Sementara itu, adanya proses pergerakan angin tidaklangsung searah dengan pergerakan permukaan air laut tetapi, di belahan bumi utara bergerak sekitar 45 0 ke arah kanan.teori ini dikenal dengan spiral Ekman yang dapat mengangkat

12 massa air dengan unsur hara yangberkonsentrasi tinggi yang ada dibawah permukaan (Sediadi, 2004).Proses taikan air (upwelling) yang terjadi di suatu perairan akan mempengaruhi kondisi kehidupan fitoplankton,hidrologi dan pengayakan nutrisi di perairan tersebut. Selain faktor diatas, ledakan spesies penyebab HAB juga dipengaruhi olehmusim, seperti di daerah Teluk Kao. Pada daerah ini perubahan cuaca sangatcepat, setelah hujan lebat berhenti, kemudian diikuti oleh terik matahari, sehinggadapat menyebabkan turunnya nilai kadar garam dan tingginya suhu airpermukaan, kondisi seperti ini yang akan mendukung untuk terjadinya bloomingspesies penyebab HAB (Wiadnyana,et al., 1994).