BILA POPULASI MIKROALGA TUMBUH MELEDAK MENIMBULKAN PETAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BILA POPULASI MIKROALGA TUMBUH MELEDAK MENIMBULKAN PETAKA"

Transkripsi

1 BILA POPULASI MIKROALGA TUMBUH MELEDAK MENIMBULKAN PETAKA Dalam dekade terakhir ini terjadi beberapa peristiwa matinya ikan secara besar-besaran (massive fish kill) di Teluk Jakarta yang serta merta menghebohkan masyarakat, antara lain terjadi di tahun 2004, 2005, dan Ternyata pada kejadian itu bukan hanya ikan saja yang mati massal bergelimpangan di pantai tetapi juga kerang, krustasea dan biota lainnya. Beritanya membuat masyarakat gempar. Apa sebenarnya yang terjadi? Para peneliti dan praktisi lingkungan laut pun dibuat sibuk untuk mencermati dan mencoba mengungkapkannya. Gambar 1. Kematian ikan secara massal di pantai Teluk Jakarta tahun 2004 (Suhendar & Heru, 2007) Gambar 2. Dead zone di Teluk Jakara akibat ledakan populasi mikroalga

2 Gambar 3. Perubahan sebaran klorofil plankton sebelum, pada saat dan setelah terjadinya kematian massal ikan di Teluk Jakarta tahun 2004, 2005 dan 2007 (Wouthuyzen et al. ) Dari beberapa hasil pengamatan dan penelitian dapat disimpulkan bahwa mati massalnya ikan-ikan di Teluk Jakarta ini bukan akibat limpahan bahan pencemar yang bersumber dari darat (13 sungai bermuara ke Teluk Jakarta), tetapi berkorelasi dengan tumbuh maraknya mikroalga yang hidup sebagai fitoplankton. Karena semua fitoplankton mengandung klorofil, maka kuantitas fitoplankton di suatu perairan lazim diindikasikan dengan kandungan klorofilnya. Kajian dengan teknologi satelit ( Aqua & Terra MODIS) menunjukkan bahwa sebaran kandungan klorofil di permukaan laut di Teluk Jakarta mengalami perubahan yang drastis yang secara kronologis dapat digambarkan: rendah saat sebelum kejadian kematian ikan massal, maksimum sekitar saat puncak kejadian hingga turun rendah kembali pada pasca kejadian kematian massal ikan (Gambar 3). Jelas tampak bahwa sebaran kandungan klorofil maksimum (> 10 mg/m 3 pada kasus tahun 2004) terjadi beberapa hari, berkelindan dengan puncak kematian massal ikan. Pemeriksaan kandungan mikroalga fitoplakton pada kasus di Teluk Jakarta (2004) menunjukkan komponen utama jenisnya adalah Skeletonema costatm, Prorocentrum sp., dan Thalassiosira sp. Ledakan populasi jenis-jenis ini memang sudah terkenal sering menjadi 2

3 penyebab kematian massal ikan. Apabila mikroalga ini mati dan massanya yang besar itu mengendap ke dasar laut maka akan segera diuraikan oleh bakteri yang untuk itu memerlukan oksigen yang sangat banyak. Akibatnya perairan mengalami deplesi atau kehabisan oksigen terutama di lapisan dekat dasar. Pada saat kejadian kematian massal ikan itu dilaporkan (2004), kondisi laut sangat tenang, kisaran pasang-surut ( tidal range) juga kecil. Kekuatan arus pun lemah. Kesemuanya ini menyebabkan kendornya pengadukan air. Akibatnya air dengan kandungan oksigen rendah merebak dan meluas dan membentuk zona kematian (dead zone) di Teluk Jakarta pada saat itu. Kurang lebih demikianlah kejadian yang mematikan ikan secara massal di Teluk Jakarta yang terkait dengan ledakan populasi mikroalga di perairan tersebut. Ternyata pula tidak hanya ikan yang terdampak tetapi juga berbagai jenis krustasea dan moluska terutama yang hidup di dekat dasar perairan, banyak yang mati. Gambar 4. Beberapa contoh mikroalga plankton bila populasinya meledak (blooming) dapat menyebabkan kematian massal ikan di laut. a) Skeletonema costatum; b) Thalassiosira sp; c) Prorocentrum micans. (tidak dalam skala yang sama). Populasi mikroalga yang tumbuh meledak itu (algal bloom) ada yang tidak menghasilkan racun (non-toksik) tetapi ada pula yang menghasilkan racun (toksik). Meskipun komponen utamanya berupa mikroalga non-toksik tetapi bila populasinya meledak akan dapat 3

4 menyebabkan terganggunya kondisi lingkungan karena setelah mati akan menguras oksigen setempat. Di lain pihak, mikroalaga yang menghasilkan toksin, dapat menimbulkan gejala keracunan pada manusia yang menyantap makanan laut (sea food) seperti kerang dan udang yang terkontaminasi toksin yang diproduksi oleh mikroalga yang tumbuh merebak itu. Seluruh gejala ledakan populasi mikroalga ini (baik yang non-toksik maupun yang toksik) yang menimbulkan gangguan pada lingkungan dan kesehatan manusia lazim dikenal sebagai marak alga atau Harmful Algal Bloom (HAB). Kejadian marak alga ini telah dilaporkan terjadi di beberapa daerah di Indonesia (Gambar 6), beberapa kasus diantaranya telah menimbulkan korban kematian pada manusia. Gambar 5. Beberapa contoh mikroalga toksik yang menyebabkan gejala Paralytic Shellfish Poisoning (PSP), Diarrhetic Shlellfish Poisoning (DSP), Neurotic Shellfish Poisoning (NSP), Amnestic Shellfish Poisoning (ASP) dan Ciguatera Fish Poisoning. (Fukuyo, 2000) 4

5 Beberapa jenis biota laut seperti moluska dan krustasea, dapat mengakumulasi racun yang dihasilkan oleh berbagai jenis mikroalga lewat rantai pakan ( food chain). Apabila manusia menyantap makanan laut seperti kerang dan udang yang telah mengandung racun yang berasal dari mikroalga itu maka akan dapat menimbulkan berbagai gejala keracunan bahkan dapat mematikan. Gambar 5 menunjukkan berbagai jenis mikroalga dan gejala penyakit yang dapat diakibatkannya. Gejala Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) misalnya disebabkan oleh mikroalga jenis Pyrodinium bahamense dan Alexandrium tamarense yang menghasilkan saxitoxin yang mengakibatkan penderitanya menderita kejang-kejang sampai kelumpuhan setelah makan kerang. Gejala keracunan lainnya adalah Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP) yang menimbulkan diare yang disebabkan racun okadaic acid yang dihasilkan oleh mikroalga Dinophysis sp. Ada pula gejala keracunan Neurotoxic Shellfish Poisoning (NSP) yang disebabkan racun brevetoxin yang dihasilkan oleh mikroalga jenis Karenia brevis yang menimbulkan serangan pada saraf. Amnesic Shellfish Poisoning (ASP) disebabkan oleh domoic acid yang diproduksi oleh mikroalga Pseudonitzschia sp yang dapat menimbulkan gangguan gastrointestinal dan saraf setelah penderita mengkonsumsi kerang. Keracunan Ciguatera Fish Poisoning (CFP) juga dapat ditimbulkan karena orang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi racun ciguatoxin yang bersumber dari mikroalga Gambierdiscus, Prorocentrum, Amphidinium. Di Indonesia sedikitnya ada sekitar 30 jenis fitoplankton yang patut diwaspadai berpotensi menimbulkan marak alga (HAB). Gambar 6. Lokasi beberapa kejadian marak alga (Harmful Algal Bloom/ HAB) yang pernah dilaporkan di Indonesia. Mungkin lokasi kejadiannya lebih banyak tetapi tidak/belum dilaporkan. 5

6 Telah ada beberapa laporan mengenai kasus HAB di berbagai daerah di Indonesia (Gambar 6). Kasus yang sebenarnya terjadi mungkin lebih banyak lagi tetapi luput dari perhatian dan tidak dilaporkan. Salah satu jenis biota HAB berbahaya yang sempat menyerang beberapa tempat di Indonesia adalah jenis Pyrodinium bahamense var. compressum (Gambar 7). Jenis ini bahkan sempat menimbulkan kematian manusia seperti pernah terjadi di Lewotobi (Nusa Tenggara Timur) tahun Serangan yang mematikan dari jenis ini juga pernah terjadi di Teluk Ambon tahun 1994 yang mengakibatkan beberapa orang meninggal dan masuk rumah sakit setelah orang tersebut mengkomsumsi kerang yang berasal dari Teluk Ambon. Jenis Pyrodinium bahamense ini juga diketahui beberapa kali pernah menyerang Teluk Kau (Halmahera) dan Teluk Hurun (Lampung). Hingga sekarang ini hanya sedikit anggota masyarakat yang sadar akan ancaman bahaya ledakan populasi mikroalga ini. Peneliti yang dengan serius dan kontinu menangani masalah ini di Indonesia pun sangat terbatas jumlahnya. Mengingat makin seringnya terjadi kasus HAB di Gambar 7. Pyrodinium bahamense var. compressum, salah satu mikroalga toksik yang berpotensi menyebabkan gejala keracunan PSP (Paralytic Shellfish Poisoning) pada manusia yang mengkonsunsi kerang. Indonesia tampaknya diperlukan perhatian lebih mengenai masalah ini dan kebijakan yang komprehensif untuk penanganannya. Apalagi masalah ini berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial, kesehatan dan lingkungan. PUSTAKA Fukuyo, Y Red tide micro algae. Westpac/IOC/UNESCO. Nontji, A Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. LIPI Press: 331 hlm. Praseno, D. & N. N. Wiadnyana HAB orgnanism in Indonesian waters. Proc. 5 th Canadian Workshop on Haramful Alga: Praseno, D. & Sugestiningsih Retaid di Perairan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi LIPI, Jakarta: 82 hlm. 6

7 Suhendar, I. S. & D. W. Heru Kondisi pencemaran lingkungan Perairan di Teluk Jakarta. JAI 3 (1): Thoha, H., Q. Adnan, T. Sidabutar & Sugestiningsih Note on the occurrence of phytoplankton and its relation with mass mortality in the Jakata Bay, May and November Makara, Sains 11 (2): Wouthuyzen, S., C. K. Tan, J. Ishizaka, T. P. H. Son, V. Ransi, S. Tarigan, A. Sediadi. Monitoring of algal blooms and massive fish kill in the Jakarta Bay, Indonesia, using satellite imageries. (unpublished). Anugerah Nontji 20/11/

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton dalam pertumbuhan dan kehidupannya sangat dipengaruhi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton dalam pertumbuhan dan kehidupannya sangat dipengaruhi 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas Air Fitoplankton dalam pertumbuhan dan kehidupannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan perairan. Keberadaan fitoplankton di perairan akan bervariasi tergantung dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Algal Blooms dan Harmful Algal Blooms (HABs)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Algal Blooms dan Harmful Algal Blooms (HABs) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Algal Blooms dan Harmful Algal Blooms (HABs) Algal blooms adalah perkembangbiakan sel-sel fitoplankton secara cepat hingga mendominasi komunitas plankton di suatu perairan, penyebabnya

Lebih terperinci

Kata kunci : Harmful Algal Blooms, Kamal Muara, kerang hijau, dan sebaran spasial ABSTRACT

Kata kunci : Harmful Algal Blooms, Kamal Muara, kerang hijau, dan sebaran spasial ABSTRACT Mulyani, Riani Widiarti, dan Wisnu Wardhana SEBARAN SPASIAL SPESIES PENYEBAB HARMFUL ALGAL BLOOM (HAB) DI LOKASI BUDIDAYA KERANG HIJAU (Perna viridis) KAMAL MUARA, JAKARTA UTARA, PADA BULAN MEI 2011 Mulyani,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Unsur hara Faktor utama pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton adalah ketersediaan zat hara dan sinar matahari.sebagai produsen primer, fitoplankton membutuhkan zat hara dalam

Lebih terperinci

KISTA DINOFLAGELLATA PENYEBAB HAB

KISTA DINOFLAGELLATA PENYEBAB HAB Oseana, Volume XXXI, Nomor 2, 2006 : 11-18 ISSN 0216-1877 KISTA DINOFLAGELLATA PENYEBAB HAB Oleh Lily M.G. Panggabean 1) ABSTRACT DINOFLAGELLATE CYST OF HAB CAUSATIVE. Many harmful dinoflagellates have

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NASIONAL

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NASIONAL LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NASIONAL PENYULUHAN HAB (HARMFULL ALGAL BLOMM) SEBAGAI FENOMENA KEBENCANAAN Ketua Anggota : Dra. Sri Handayani, M.Si NID: 0320036302 : Dr. Retno

Lebih terperinci

TOKSIN ALAM DARI MIKROALGAE

TOKSIN ALAM DARI MIKROALGAE Oseana, Volume XXXI, Nomor 3, 2006 : 1-12 ISSN 0216-1877 TOKSIN ALAM DARI MIKROALGAE Oleh Lily M.G. Panggabean 1) ABSTRACT NATURAL TOXINS OF MICROALGAE. Incidence of poisoning after eating contaminate

Lebih terperinci

Pencemaran Teluk Jakarta

Pencemaran Teluk Jakarta Pencemaran Teluk Jakarta Republika Sabtu, 29 Mei 2004 Pencemaran Teluk Jakarta Oleh : Tridoyo Kusumastanto# Pasca kematian massal ikan di Teluk Jakarta, publik telah disuguhi berbagai macam analisis kemungkinan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT PENCEMARAN PERAIRAN TELUK LALONG KOTA LUWUK Sri Sukari Agustina dan Andi Aonurofik M.

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT PENCEMARAN PERAIRAN TELUK LALONG KOTA LUWUK Sri Sukari Agustina dan Andi Aonurofik M. KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT PENCEMARAN PERAIRAN TELUK LALONG KOTA LUWUK Sri Sukari Agustina dan Andi Aonurofik M.Poke Fakultas Perikanan UNISMUH Luwuk Kabupaten Banggai Email

Lebih terperinci

FITOPLANKTON PENYEBAB HARMFUL ALGAE BLOOMS (HABs) DI PERAIRAN SIDOARJO

FITOPLANKTON PENYEBAB HARMFUL ALGAE BLOOMS (HABs) DI PERAIRAN SIDOARJO FITOPLANKTON PENYEBAB HARMFUL ALGAE BLOOMS (HABs) DI PERAIRAN SIDOARJO AUNUROHIM*, DIAN SAPTARINI*, DEVIE YANTHI** *Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember-Surabaya **Alumni Biologi FMIPA Institut

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS KISTA (CYST) HARMFUL ALGAL BLOOM

STUDI ANALISIS KISTA (CYST) HARMFUL ALGAL BLOOM 0 STUDI ANALISIS KISTA (CYST) HARMFUL ALGAL BLOOM Wisjachudin Faisal *), Kris Tri Basuki *) dan Boy Rahardjo Sidharta **) *) PTM - BATAN Universitas Atma Jaya Yogyakarta **) ABSTRAK STUDI ANALISIS KISTA

Lebih terperinci

KELIMPAHAN FITOPLANKTON PENYEBAB HAB (HARMFUL ALGAL BLOOM) DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG PADA MUSIM BARAT DAN TIMUR

KELIMPAHAN FITOPLANKTON PENYEBAB HAB (HARMFUL ALGAL BLOOM) DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG PADA MUSIM BARAT DAN TIMUR Kelimpahan Fitoplankton Penyebab HAB (Harmful Algal Bloom)...(Giri Rohmad Barokah et al.) KELIMPAHAN FITOPLANKTON PENYEBAB HAB (HARMFUL ALGAL BLOOM) DI PERAIRAN TELUK LAMPUNG PADA MUSIM BARAT DAN TIMUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdampak buruk bagi lingkungan budidaya. Hal ini erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. berdampak buruk bagi lingkungan budidaya. Hal ini erat kaitannya dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya ikan merupakan kegiatan pemeliharaan ikan dalam lingkungan yang terkontrol. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah pemberian pakan.manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah perairan Pantai Cilincing, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara yang memiliki luas

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2017 (Periode 2016/2017)

LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2017 (Periode 2016/2017) LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2017 (Periode 2016/2017) Studi Fitoplankton Toksik di Cirebon dan Kepulauan Pangkajene, Sulawesi Selatan : Fokus Terhadap Pyrodinium var. compressum,

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SPASIAL TEMPORAL DINOFLAGELLATA SERTA PENGELOLAANNYA DI PESISIR MAKASSAR, SULAWESI SELATAN ABDUL SADDAM MUJIB

DISTRIBUSI SPASIAL TEMPORAL DINOFLAGELLATA SERTA PENGELOLAANNYA DI PESISIR MAKASSAR, SULAWESI SELATAN ABDUL SADDAM MUJIB DISTRIBUSI SPASIAL TEMPORAL DINOFLAGELLATA SERTA PENGELOLAANNYA DI PESISIR MAKASSAR, SULAWESI SELATAN ABDUL SADDAM MUJIB SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA. Oleh; Galih Kurniawan C

STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA. Oleh; Galih Kurniawan C STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA Oleh; Galih Kurniawan C64104033 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA. Oleh; Galih Kurniawan C

STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA. Oleh; Galih Kurniawan C STUDI EKOLOGI KISTA DINOFLAGELLATA SPESIES PENYEBAB HAB (Harmful Algal Bloom) DI SEDIMEN PADA PERAIRAN TELUK JAKARTA Oleh; Galih Kurniawan C64104033 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jawa dengan panjang pantai sejauh 72

2. TINJAUAN PUSTAKA. Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jawa dengan panjang pantai sejauh 72 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Jakarta Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jawa dengan panjang pantai sejauh 72 km yang diapit oleh Tanjung Pasir di Barat dan Tanjung Karawang di timur.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SPESIES FITOPLANKTON PENYEBAB HARMFUL ALGAL BLOOM (HAB) DI PERAIRAN TARAKAN. Encik Weliyadi

IDENTIFIKASI SPESIES FITOPLANKTON PENYEBAB HARMFUL ALGAL BLOOM (HAB) DI PERAIRAN TARAKAN. Encik Weliyadi Jurnal Harpodon Borneo Vol.6. No.1. April. 2013 ISSN : 2087-121X IDENTIFIKASI SPESIES FITOPLANKTON PENYEBAB HARMFUL ALGAL BLOOM (HAB) DI PERAIRAN TARAKAN Encik Weliyadi Staf Pengajar Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

PENYAKIT YANG DISEBABKAN TOKSIN LAUT (berasosiasi dengan Fitoplankton) [supplemen materi kuliah S2 Kesling dari Akbar Tahir)

PENYAKIT YANG DISEBABKAN TOKSIN LAUT (berasosiasi dengan Fitoplankton) [supplemen materi kuliah S2 Kesling dari Akbar Tahir) PENYAKIT YANG DISEBABKAN TOKSIN LAUT (berasosiasi dengan Fitoplankton) [supplemen materi kuliah S2 Kesling dari Akbar Tahir) Penyakit manusia yang disebabkan oleh mengkonsumsi hasil laut (ikan, kerang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara kita sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi. Di dalam pembangunan ekonomi, di negara yang sudah maju sekalipun selalu tergantung pada sumberdaya

Lebih terperinci

SEBARAN SPASIOTEMPORAL SPESIES HARMFUL ALGAL BLOOM (HAB) DI LOKASI BUDIDAYA KERANG HIJAU (Perna viridis) KAMAL MUARA, JAKARTA UTARA

SEBARAN SPASIOTEMPORAL SPESIES HARMFUL ALGAL BLOOM (HAB) DI LOKASI BUDIDAYA KERANG HIJAU (Perna viridis) KAMAL MUARA, JAKARTA UTARA UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN SPASIOTEMPORAL SPESIES HARMFUL ALGAL BLOOM (HAB) DI LOKASI BUDIDAYA KERANG HIJAU (Perna viridis) KAMAL MUARA, JAKARTA UTARA SKRIPSI MULYANI 0806315553 FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan kerapu (Groupers) merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi tinggi dan telah dapat

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG FITOPLANKTON YANG BERPOTENSI SEBAGAI HABs (HARMFUL ALGAL BLOOMs) DI MUARA SUNGAI PLUMBON, SEMARANG

KAJIAN TENTANG FITOPLANKTON YANG BERPOTENSI SEBAGAI HABs (HARMFUL ALGAL BLOOMs) DI MUARA SUNGAI PLUMBON, SEMARANG KAJIAN TENTANG FITOPLANKTON YANG BERPOTENSI SEBAGAI HABs (HARMFUL ALGAL BLOOMs) DI MUARA SUNGAI PLUMBON, SEMARANG The Study of Phytoplankton that have Potential as HABs ( Harmful Algal Blooms) in the Estuary

Lebih terperinci

"RED TIDE" DI INDONESIA : PERLUKAH DIWASPADAI?

RED TIDE DI INDONESIA : PERLUKAH DIWASPADAI? Oseana, Volume XIX, Nomor 1 : 33-38 ISSN 0216-1877 "RED TIDE" DI INDONESIA : PERLUKAH DIWASPADAI? oleh Lily M. G. Panggabean *) ABSTRACT "RED TIDE" IN INDONESIA : SHOULD IT BE AWARE OF? "Red tide" is colour

Lebih terperinci

DETEKSI FITOPLANKTON BERPOTENSI BERBAHAYA (HABs) DI PERAIRAN PESISIR LAUT KOTA MAKASSAR SKRIPSI

DETEKSI FITOPLANKTON BERPOTENSI BERBAHAYA (HABs) DI PERAIRAN PESISIR LAUT KOTA MAKASSAR SKRIPSI i DETEKSI FITOPLANKTON BERPOTENSI BERBAHAYA (HABs) DI PERAIRAN PESISIR LAUT KOTA MAKASSAR SKRIPSI OLEH: ASTRID WULAN JUNAIDI L111 13 013 DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

"RED TIDE" oleh. Quraisyin Adnan 1) ABSTRACT

RED TIDE oleh. Quraisyin Adnan 1) ABSTRACT Oseana, Volume X, Nomor 2 : 48-55, 1985. ISSN 0216-1877 "RED TIDE" oleh Quraisyin Adnan 1) ABSTRACT RED TIDE. Outbreaks of red tides and paralytic shellfish poisoning are common in many areas and are unpredictable.

Lebih terperinci

PE GARUH UPWELLI G TERHADAP LEDAKA ALGA (BLOOMI G ALGAE) DI LI GKU GA PERAIRA LAUT. Murdahayu Makmur Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PE GARUH UPWELLI G TERHADAP LEDAKA ALGA (BLOOMI G ALGAE) DI LI GKU GA PERAIRA LAUT. Murdahayu Makmur Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PE GARUH UPWELLI G TERHADAP LEDAKA ALGA (BLOOMI G ALGAE) DI LI GKU GA PERAIRA LAUT ABSTRAK Murdahayu Makmur Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PE GARUH UPWELLI G TERHADAP LEDAKA ALGA (BLOOMI G ALGAE

Lebih terperinci

Pemantauan Kondisi Ekosistem Pesisir dan Biota Laut di Pulau Ambon dalam kaitannya dengan Isu Perubahan Iklim

Pemantauan Kondisi Ekosistem Pesisir dan Biota Laut di Pulau Ambon dalam kaitannya dengan Isu Perubahan Iklim Pemantauan Kondisi Ekosistem Pesisir dan Biota Laut di Pulau Ambon dalam kaitannya dengan Isu Perubahan Iklim Hanung Agus Mulyadi Pusat Penelitian Laut Dalam-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jl. Y Syaranamual,

Lebih terperinci

ANALISIS SEBARAN SPASIAL KUALITAS PERAIRAN TELUK JAKARTA. Analysis Spatial Distribution of Water Quality Jakarta Bay

ANALISIS SEBARAN SPASIAL KUALITAS PERAIRAN TELUK JAKARTA. Analysis Spatial Distribution of Water Quality Jakarta Bay ANALISIS SEBARAN SPASIAL KUALITAS PERAIRAN TELUK JAKARTA Analysis Spatial Distribution of Water Quality Jakarta Bay Carleone de Prima, Agus Hartoko*), Max Rudolf Muskananfola Program Studi Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Peningkatan populasi fitoplankton secara berlebihan (ledakan populasi/algae bloom) dapat terjadi karena kondisi lingkungan yang

I. PENDAHULUAN Peningkatan populasi fitoplankton secara berlebihan (ledakan populasi/algae bloom) dapat terjadi karena kondisi lingkungan yang FITOPLANKTON PENYEBAB HARMFUL ALGAE BLOOMS (HABs) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Dinda Dewi Rengganis 1, Aunurohim 1, Hikmah Thoha 2 Jurusan Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2 LIPI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU (Epinephelus sp.) PASCA TERJADINYA HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) DI PANTAI RINGGUNG KABUPATEN PESAWARAN ABSTRAK

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU (Epinephelus sp.) PASCA TERJADINYA HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) DI PANTAI RINGGUNG KABUPATEN PESAWARAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU (Epinephelus sp.) PASCA TERJADINYA HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) DI PANTAI

Lebih terperinci

KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN BANGKA-BELITUNG DAN LAUT CINA SELATAN, SUMATERA, MEI - JUNI 2002

KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN BANGKA-BELITUNG DAN LAUT CINA SELATAN, SUMATERA, MEI - JUNI 2002 KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN BANGKA-BELITUNG DAN LAUT CINA SELATAN, SUMATERA, MEI - JUNI 2002 Hikmah Thoha Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta 14430, Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas perairan merupakan faktor utama yang harus dipenuhi sebelum menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya perikanan tidak sekedar

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Teluk Jakarta terletak di utara kota Jakarta yang dibatasi oleh garis bujur

2. TINJAUAN PUSTAKA. Teluk Jakarta terletak di utara kota Jakarta yang dibatasi oleh garis bujur 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Teluk Jakarta Teluk Jakarta terletak di utara kota Jakarta yang dibatasi oleh garis bujur 106 20 00 BT hingga 107 03 00 BT dan garis lintang 5 10 00 LS hingga 6 10

Lebih terperinci

PENDUGAAN MARAK ALGE MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

PENDUGAAN MARAK ALGE MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN TELUK JAKARTA PENDUGAAN MARAK ALGE MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN TELUK JAKARTA ENDA SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KONDISI PENCEMARAN LINGKUNGAN PERAIRAN DI TELUK JAKARTA

KONDISI PENCEMARAN LINGKUNGAN PERAIRAN DI TELUK JAKARTA Suhendar I.S. dan Heru D.W. : Kondisi pencenaran Lingkungan Perairan JAI Vol.3, No.1 7 KONDISI PENCEMARAN LINGKUNGAN PERAIRAN DI TELUK JAKARTA Oleh : Suhendar I. Sachoemar dan Heru Dwi Wahjono Peneliti

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOPLANKTON SPESIES HARMFULL ALGAE BLOOM (HAB) SAAT KONDISI PASANG DI PERAIRAN PESISIR BRONDONG, LAMONGAN, JAWA TIMUR

IDENTIFIKASI FITOPLANKTON SPESIES HARMFULL ALGAE BLOOM (HAB) SAAT KONDISI PASANG DI PERAIRAN PESISIR BRONDONG, LAMONGAN, JAWA TIMUR IDENTIFIKASI FITOPLANKTON SPESIES HARMFULL ALGAE BLOOM (HAB) SAAT KONDISI PASANG DI PERAIRAN PESISIR BRONDONG, LAMONGAN, JAWA TIMUR Phytoplankton Harmfull Algae Bloom (Hab) Identification during Tide Period

Lebih terperinci

Lampiran 1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian. Keadaan Umum Lokasi Penelitian. Lokasi Budidaya Kerang Hijau

Lampiran 1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian. Keadaan Umum Lokasi Penelitian. Lokasi Budidaya Kerang Hijau 42 Lampiran 1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Keadaan Umum Lokasi Penelitian Lokasi Budidaya Kerang Hijau 43 Lampiran 1. (Lanjutan) Pengukuran Parameter Fisik Pengukuran Parameter Kimiawi 44 Lampiran 1.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERUBAHAN KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN FITOPLANKTON BERBAHAYA PADA LINGKUNGAN BUDIDAYA IKAN DI PERAIRAN RINGGUNG TELUK LAMPUNG

HUBUNGAN PERUBAHAN KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN FITOPLANKTON BERBAHAYA PADA LINGKUNGAN BUDIDAYA IKAN DI PERAIRAN RINGGUNG TELUK LAMPUNG AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) HUBUNGAN PERUBAHAN KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN FITOPLANKTON BERBAHAYA PADA LINGKUNGAN BUDIDAYA IKAN DI PERAIRAN RINGGUNG TELUK LAMPUNG Agus Sholihin

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN KEPADATAN PLANKTON DI PERAIRAN TELUK AMBON

DISTRIBUSI DAN KEPADATAN PLANKTON DI PERAIRAN TELUK AMBON DISTRIBUSI DAN KEPADATAN PLANKTON DI PERAIRAN TELUK AMBON Hanung Agus Mulyadi 1 dan Isdy Sulistyo 2 1) UPT Balai Konservasi Biota Laut Ambon-LIPI Jln. Y Syaranamual Guru-guru Poka Ambon 97233. Email: hans83_lipi@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisis Kelimpahan Dinoflagellata Bentik Beracun di Perairan Teluk Bayur, Sumatera Barat

Analisis Kelimpahan Dinoflagellata Bentik Beracun di Perairan Teluk Bayur, Sumatera Barat Dinamika Lingkungan Indonesia, Juli 2015, p 92-99 ISSN 2356-2226 Volume 2, Nomor 2 91 Analisis Kelimpahan Dinoflagellata Bentik Beracun di Perairan Teluk Bayur, Sumatera Barat Vivin Seygita 1, Thamrin

Lebih terperinci

FITOPLANKTON LAUT: HUTAN YANG TAK TAMPAK

FITOPLANKTON LAUT: HUTAN YANG TAK TAMPAK FITOPLANKTON LAUT: HUTAN YANG TAK TAMPAK Bila Anda sedang berenang di laut, mungkin Anda tak menyadari bahwa pada saat itu Anda sebenarnya tercebur di tengah hutan belantara yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

DETERMINASI KONSENTRASI SAKSITOKSIN PADA KERANG HIJAU DARI PASAR DI SEKITAR TELUK JAKARTA SERTA BAGAN DI TELUK LAMPUNG DAN TELUK PANIMBANG

DETERMINASI KONSENTRASI SAKSITOKSIN PADA KERANG HIJAU DARI PASAR DI SEKITAR TELUK JAKARTA SERTA BAGAN DI TELUK LAMPUNG DAN TELUK PANIMBANG Determinasi Konsentrasi Saksitoksin pada Kerang Hijau dari Pasar...(Haryoto Kusnoputranto et al.) DETERMINASI KONSENTRASI SAKSITOKSIN PADA KERANG HIJAU DARI PASAR DI SEKITAR TELUK JAKARTA SERTA BAGAN DI

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton di Perairan Pantai Mapak Sekarbela Mataram Lombok Nusa Tenggara Barat

Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton di Perairan Pantai Mapak Sekarbela Mataram Lombok Nusa Tenggara Barat 104 BioWallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi Mei 2015 Vol. 1 No. 2, p 104-108 ISSN: 2442-2622 Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton di Perairan Pantai Mapak Sekarbela Mataram Lombok Nusa Tenggara Barat Nunik

Lebih terperinci

KONSENTRASI NITRAT DAN ORTOFOSFAT DI MUARA SUNGAI BANJIR KANAL BARAT DAN KAITANNYA DENGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON Harmful Alga Blooms (HABs)

KONSENTRASI NITRAT DAN ORTOFOSFAT DI MUARA SUNGAI BANJIR KANAL BARAT DAN KAITANNYA DENGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON Harmful Alga Blooms (HABs) Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST) Website: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek Saintek Perikanan Vol.12 No.1 : 40-46, Agustus 2016 KONSENTRASI

Lebih terperinci

Faujiah A Jurnal Amdal Pengelolaan Limbah Kulit Kerang di Kelurahan Cilincing. Jakarta.

Faujiah A Jurnal Amdal Pengelolaan Limbah Kulit Kerang di Kelurahan Cilincing. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Adnan, Q. 1994. Tiga Tahun kejadian Red Tide di Teluk Jakarta. Dalam: Setiapermana, D., Sulistijo, H.P. Hutagalung (eds.). Prosiding seminar pemantauan pencemaran laut 7 9 Februari 1994.2(3):109

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu

Lebih terperinci

(Sentosa Yeremia 1, Thamrin 2 and Zulkifli 3 ) Abstract

(Sentosa Yeremia 1, Thamrin 2 and Zulkifli 3 ) Abstract The Abundance of Epibenthic Dinoflagellates Toxic (Gambierdiscus sp., Prorocentrum sp. and Ostreopsis sp) in Seaweed Padina sp in Coastal Waters of Sungai Nipah Village Pesisir Selatan District West Sumatra

Lebih terperinci

Akumulasi dan Depurasi Toksin PSP (Paralytic Shellfish Poisoning) oleh Kerang Hijau

Akumulasi dan Depurasi Toksin PSP (Paralytic Shellfish Poisoning) oleh Kerang Hijau h ILMU KELAUTAN Maret 2014 Vol 19(1):27 34 ISSN 0853-7291 Akumulasi dan Depurasi Toksin PSP (Paralytic Shellfish Poisoning) oleh Kerang Hijau Haryoto Kusnoputranto 1*, Setyo S. Moersidik 2, Djarot S. Wisnubroto

Lebih terperinci

PEMODELAN INPUT PENCEMAR ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN FITOPLANKTON DI TELUK JAKARTA

PEMODELAN INPUT PENCEMAR ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN FITOPLANKTON DI TELUK JAKARTA PEMODELAN INPUT PENCEMAR ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN FITOPLANKTON DI TELUK JAKARTA Murdahayu Makmur Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ABSTRAK PEMODELAN INPUT PENCEMAR ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan

Lebih terperinci

Analisis Kelimpahan Dinoflagellata Epibentik Beracun Di Perairan Pulau Pesumpahan dan Pulau Pisang Provinsi Sumatera Barat

Analisis Kelimpahan Dinoflagellata Epibentik Beracun Di Perairan Pulau Pesumpahan dan Pulau Pisang Provinsi Sumatera Barat Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2015, hlm 36 46 ISSN 0126-4265 Vol. 43. No.2 Analisis Kelimpahan Dinoflagellata Epibentik Beracun Di Perairan Pulau Pesumpahan dan Pulau Pisang Provinsi Sumatera Barat Deden

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK REFLEKTANSI SPEKTRAL FITOPLANKTON MENGGUNAKAN CITRA MODIS

ANALISIS KARAKTERISTIK REFLEKTANSI SPEKTRAL FITOPLANKTON MENGGUNAKAN CITRA MODIS ANALISIS KARAKTERISTIK REFLEKTANSI SPEKTRAL FITOPLANKTON MENGGUNAKAN CITRA MODIS SRI HUTRI MADELA SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

DAMPAK PENCEMARAN LOGAM BERAT TERHADAP KUALITAS AIR LAUT DAN SUMBERDAYA PERIKANAN (STUDI KASUS KEMATIAN MASSAL IKAN-IKAN DI TELUK JAKARTA)

DAMPAK PENCEMARAN LOGAM BERAT TERHADAP KUALITAS AIR LAUT DAN SUMBERDAYA PERIKANAN (STUDI KASUS KEMATIAN MASSAL IKAN-IKAN DI TELUK JAKARTA) 52 DAMPAK PENCEMARAN LOGAM BERAT TERHADAP KUALITAS AIR LAUT DAN SUMBERDAYA PERIKANAN (STUDI KASUS KEMATIAN MASSAL IKAN-IKAN DI TELUK JAKARTA) Lestari dan Edward Kelompok Penelitian Pencemaran Laut, Balai

Lebih terperinci

MATA KULIAH TOKSIKOLOGI PANGAN

MATA KULIAH TOKSIKOLOGI PANGAN TUGAS APPLIED APROACH BAHAN AJAR MATA KULIAH TOKSIKOLOGI PANGAN Oleh : Asri Silvana Naiu, S.Pi., M.Si JURUSAN TEKNOLOGI PERIKANAN FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit. Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data

Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit. Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017 Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data Muhammad

Lebih terperinci

LAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA

LAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA LAMUN: KEHIDUPAN, PEMANFAATAN DAN PELESTARIANNYA Lamun adalah tumbuhan berbunga (Spermato phyta) yang telah menyesuaikan diri untuk hidup sepenuhnya terbenam di dalam laut. Seperti tumbuhan darat umumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai berlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan bervariasi dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Karang Makassar, Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, yang secara geografis terletak di koordinat 8

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pantai Kawasan pantai (coastal zone) merupakan zona transisi yang berhubungan langsung antara ekosistem laut dan darat (terrestrial). Kawasan pantai dan laut paparan menyediakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah tingginya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH ORGANIK DAN RASIO N/P TERHADAP KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI KAWASAN BUDIDAYA KERANG HIJAU CILINCING

PENGARUH LIMBAH ORGANIK DAN RASIO N/P TERHADAP KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI KAWASAN BUDIDAYA KERANG HIJAU CILINCING Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 15 Nomor 2, Desember 2012 (Volume 15, Number 2,December, 2012) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive

Lebih terperinci

Mekanisme Keracunan Saraf Akibat Konsumsi Kerang-kerangan yang Terkontaminasi Dinoflagellata Beracun (Studi Literatur)

Mekanisme Keracunan Saraf Akibat Konsumsi Kerang-kerangan yang Terkontaminasi Dinoflagellata Beracun (Studi Literatur) Mekanisme Keracunan Saraf Akibat Konsumsi Kerang-kerangan yang Terkontaminasi Dinoflagellata Beracun (Studi Literatur) Sari Sudarmiati*, Badrus Zaman** Abstract Dinoflagellata is a micro algae where live

Lebih terperinci

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI DADAP TELUK JAKARTA

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI DADAP TELUK JAKARTA KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI DADAP TELUK JAKARTA (Density and Diversity of Phytoplankton in Dadap Coastal Water, Jakarta Bay) ABSTRAK D. Djokosetiyanto 1 dan Sinung Rahardjo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plankton merupakan salah satu jenis biota yang penting dan mempunyai peranan besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam air atau

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan algoritma empiris klorofil-a Tabel 8, Tabel 9, dan Tabel 10 dibawah ini adalah percobaan pembuatan algoritma empiris dibuat dari data stasiun nomor ganjil, sedangkan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 357-365 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut dan hampir sepertiga penduduknya mendiami daerah pesisir pantai yang menggantungkan hidupnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyaraka Di sisi lain,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyaraka Di sisi lain, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia menitikberatkan pada pembangunan sektor industri. Di satu sisi, pembangunan akan meningkatkan kualitas hidup manusia dengan meningkatnya

Lebih terperinci

PENGARUH MUSIM TERHADAP KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

PENGARUH MUSIM TERHADAP KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN 45 PENGARUH MUSIM TERHADAP KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN Perairan Teluk Ambon terdiri atas perairan Teluk Ambon Dalam dan Teluk Ambon Luar yang dibatasi oleh ambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang hidup pada peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh pergerakan ombak yang

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SPASIAL DINOFLAGELLATA PLANTONIK DI PERAIRAN MAKASSAR, SULAWESI SELATAN

DISTRIBUSI SPASIAL DINOFLAGELLATA PLANTONIK DI PERAIRAN MAKASSAR, SULAWESI SELATAN Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 2, Hlm. 479-492, Desember 2015 DISTRIBUSI SPASIAL DINOFLAGELLATA PLANTONIK DI PERAIRAN MAKASSAR, SULAWESI SELATAN SPATIAL DISTRIBUTION OF PLANKTONIC

Lebih terperinci

KONDISI MUARA PORONG BERDASARKAN INDEKS KLOROFIL-A DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)

KONDISI MUARA PORONG BERDASARKAN INDEKS KLOROFIL-A DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) KONDISI MUARA PORONG BERDASARKAN INDEKS KLOROFIL-A DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) ESTUARY PORONG STATUS BASED ON KLOROFIL-A INDEX AND TOTAL SEDIMEN SOLID (TSS) Sapto Andriyono Fakultas Perikanan dan Kelautan

Lebih terperinci

Kajian Komposisi Fitoplankton dan Hubungannya dengan Lokasi Budidaya Kerang Mutiara (Pinctada Maxima) di Perairan Sekotong, Nusa Tenggara Barat

Kajian Komposisi Fitoplankton dan Hubungannya dengan Lokasi Budidaya Kerang Mutiara (Pinctada Maxima) di Perairan Sekotong, Nusa Tenggara Barat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-93 Kajian Komposisi Fitoplankton dan Hubungannya dengan Lokasi Budidaya Kerang Mutiara (Pinctada Maxima) di Perairan Sekotong,

Lebih terperinci

BAB I. Kegiatan manusia di sekitar perairan dapat mengakibatkan masuknya

BAB I. Kegiatan manusia di sekitar perairan dapat mengakibatkan masuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan manusia di sekitar perairan dapat mengakibatkan masuknya bermacam substansi ke dalam sistem perairan. Sebagian dari substansi ini secara tidak langsung

Lebih terperinci

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM POLA DISTRIBSI SH DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan pesisir merupakan wilayah perairan yang banyak menerima beban masukan bahan organik maupun anorganik (Jassby and Cloern 2000; Andersen et al. 2006). Bahan ini berasal

Lebih terperinci

(Skripsi) Oleh USWATUN HASANAH

(Skripsi) Oleh USWATUN HASANAH INVENTARISASI FITOPLANKTON BERBAHAYA (HABs) PADA IKAN-IKAN YANG DITEMUKAN MATI DALAM KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI PANTAI RINGGUNG TELUK LAMPUNG (Skripsi) Oleh USWATUN HASANAH JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):33-42

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):33-42 MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):33-42 ANALISIS POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-a MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN SEKITAR MUARA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Boney, A.D New Studies in Biology Phytoplankton. Edward Arnold Pub. Ltd. London. 118 pp.

DAFTAR PUSTAKA. Boney, A.D New Studies in Biology Phytoplankton. Edward Arnold Pub. Ltd. London. 118 pp. 46 DAFTAR PUSTAKA Agustina, F. 2005. Studi Fitoplankton Yang Berpotensi Menyebabkan Red Tide Di Pantai Timur Surabaya. Tugas Akhir program Studi Biologi, ITS Surabaya. Akbar, S. 2001. Pembesaran Ikan Kerapu

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial 5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial Hasil pengamatan terhadap citra SPL diperoleh bahwa secara umum SPL yang terendah terjadi pada bulan September 2007 dan tertinggi pada bulan Mei

Lebih terperinci

PERUBAHAN MUSIM TERHADAP BEBAN MASUKAN NUTRIEN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

PERUBAHAN MUSIM TERHADAP BEBAN MASUKAN NUTRIEN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN 33 PERUBAHAN MUSIM TERHADAP BEBAN MASUKAN NUTRIEN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN Pusat perkembangan populasi manusia di daerah pantai, terutama di daerah estuari mempunyai pengaruh yang besar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SUKSESI FITOPLANKTON DENGAN PERUBAHAN RASIO N DAN P DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA SUKSESI FITOPLANKTON DENGAN PERUBAHAN RASIO N DAN P DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN 60 HUBUNGAN ANTARA SUKSESI FITOPLANKTON DENGAN PERUBAHAN RASIO N DAN P DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN Fitoplankton membutuhkan berbagai unsur untuk pertumbuhannya. Elemen - elemen makro nutrien

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya memegang peranan penting untuk lestarinya sumber daya ikan. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis unggulan. Pembenihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Propinsi Lampung terletak di bagian ujung selatan Pulau Sumatera. Secara geografis, Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Morotai yang terletak di ujung utara Provinsi Maluku Utara secara geografis berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Laut Banda 2.1.1 Kondisi Fisik Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara 26 29 O C (Syah, 2009). Sifat oseanografis perairan Indonesia bagian

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi SPL secara Spasial dan Temporal Pola distribusi SPL sangat erat kaitannya dengan pola angin yang bertiup pada suatu daerah. Wilayah Indonesia sendiri dipengaruhi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam pesisir merupakan suatu himpunan integral dari komponen hayati (biotik) dan komponen nir-hayati (abiotik) yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise Peta sebaran SPL dan salinitas berdasarkan cruise track Indomix selengkapnya disajikan pada Gambar 6. 3A 2A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus Lintas Indonesia atau ITF (Indonesian Throughflow) yaitu suatu sistem arus di perairan Indonesia yang menghubungkan Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia yang

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KONSENTRASI KLOROFIL-A MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA-AQUA MODIS DI TELUK JAKARTA

PEMANTAUAN KONSENTRASI KLOROFIL-A MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA-AQUA MODIS DI TELUK JAKARTA PEMANTAUAN KONSENTRASI KLOROFIL-A MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA-AQUA MODIS DI TELUK JAKARTA MONITORING OF CHLOROPHYLL-A CONCENTRATION USING TERRA-AQUA MODIS SATELITTE IMAGE IN JAKARTA BAY M. Salam Tarigan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam PENDAHULUAN Latar Belakang Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik logam ringan

Lebih terperinci