Prosiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Dian Indiyati

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MANAJEMEN PENGETAHUAN TERHADAP MODAL INTELEKTUAL-SURVEY PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA KOPERTIS WILAYAH IV

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Knowledge Managemen System Sales And Customer Care Pada PT. Telkomsel Regional Sumbagsel

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

Knowledge Creation pada Perguruan Tinggi Swasta di Cimahi. Abstrak

Sosiohumaniora, Volume 16 No. 2 Juli 2014:

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG)

Best Practice Kegiatan Corrective Maintenance untuk Kerusakan Bearing pada Mesin Millac 5H 6P Berdasarkan Knowledge Conversion

PERANCANGAN KONTEN e-learning AKTIVITAS PENJILIDAN BAHAN PUSTAKA DI PDII-LIPI DENGAN METODE SECI DAN ADDIE

Knowledge Conversion Pada Kegiatan Registrasi Praktikum Di Laboratorium Fakultas Rekayasa Industri IT Telkom Dengan Menggunakan Metode Seci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

DAFTAR ISI. A. Kantor Pelayanan Pajak Pratama... 7

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN PROSES BISNIS DAN INDIKATOR KEBERHASILAN PADA KEGIATAN PEMASARAN DI ADMISI NASIONAL UNIVERSITAS TELKOM DENGAN METODE SECI

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN MELALUI APLIKASI MODEL SECI

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagi pengetahuan merupakan hal penting bagi organisasi yang

2004. h Robert B Denhardt, Theories of Public Organization (fifth edition), Belmont:,Thomson Wadworth, 2008, h. 190.

MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jumlah Mesin Bagian Online Produksi Key Facility

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari jenis datanya tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Perubahan Paradigma Fungsi Perpustakaan bagi Perguruan Tinggi

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

KNOWLEDGE MANAGEMENT Yuli Inawaty

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kenyataan-kenyataan dari data tersebut yang disesuaikan dengan perumusan masalah.

Pengukuran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Knowledge Management

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN

21/09/2011. Pertemuan 1

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut

BAB III LANDASAN TEORI

Membangun Inovasi di Perpustakaan PPNS dengan Mengintegrasikan SIM Dosen dan Student Portal Melalui Knowledge Management System

PERANCANGAN MODEL SISTEM KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA LEMBAGA PERGURUAN TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh:

PENILAIAN KMS PADA BEBERAPA PERGURUAN TINGGI UNTUK MENDUKUNG ROADMAP KMS

ANALISA IMPLEMENTASI SHARING KNOWLEDGE UNTUK MENUJU PENCIPTAAN BUDAYA SHARING KNOWLEDGE DI PERUSAHAAN X

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 947

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN DI PT. ASURANSI JASA INDONESIA LATAR BELAKANG

PERANCANGAN PROSES BISNIS PENILAIAN KINERJA DOSEN BERBASIS KNOWLEDGE CONVERSION MENGGUNAKAN METODE SECI DAN 5C-4C DI PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

RANCANG BANGUN PROTOTIPE KNOWLEGDE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK MENDUKUNG KNOWLEDGE SHARING

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

Membangun Inovasi di Perpustakaan PPNS dengan Mengintegrasikan SIM Dosen dan Student Portal Melalui Knowledge Management System

Makhluk Apakah itu? Aini&Saleh. Open Resource? Apa itu? Maksudnya apa sih? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi

PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DI PT ASTRA GRAPHIA TBK

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Siklus Knowledge Management. Pertemuan 2

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH TEORI ORGANISASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN (TOMP) KNOWLEDGE SHARING PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM PERPUSTAKAAN

III. METODE PENELITIAN

PENGUKURAN KINERJA SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus : PT. X cabang Surabaya)

Sistem E-Learning Berbasis Knowledge Management Pada SMK Generasi Madani Cibinong

Desy Hafriyani, [2] Amelia Kurniawati, [3] Nurdinintya Athari Supratman [1] [2]

Driving Forces of Knowledge Management

PENERAPAN FRAMEWORK KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA UKM KULIT PARI YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Pengetahuan Knowledge Management

Penerapan Knowledge Management System (KMS) Berbasis Web Studi Kasus Bagian Teknisi dan Jaringan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

PERANCANGAN PROSES BISNIS PENILAIAN KINERJA DOSEN BERBASIS KNOWLEDGE CONVERSION MENGGUNAKAN METODE SECI DAN 5C-4C DI PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS AMIK BSI PURWOKERTO)

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

Pemodelan Knowledge Management Berbasis Web Studi Kasus Budidaya Lele ARRA FARM

Meningkatkan Keunggulan Kompetitif Melalui Knowledge Management

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan Daya Saing UMKM, Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, Vol. 10 No. 2 Oktober 2013, hal..

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum merupakan sebuah tempat pembelajaran yang menampung berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Studi (Wajib) bagi mahasiswa program S-1 Ilmu komputer. Setelah. mendapatkan persetujuan dari tim pembina mata kuliah seminar Ilmu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, persaingan antar organisasi semakin ketat untuk memberikan

Faktor-Faktor yang mempengaruhi efektifnya sebuah Organisasi Virtual (Metode dan Perbandingan)

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap organisasi dunia saat ini dihadapkan dengan adanya suatu dinamika

KNOWLEDGE CONVERSION PADA PROSES INPUT NILAI DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI IT TELKOM DENGAN METODE SECI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BERBAGI PENGETAHUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENCIPTAAN PENGETAHUAN UNTUK STAF PENGAJAR VOKASI UI. Dyah Safitri 1*

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ

Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem dan teknologi informasi sebagai aspek teknis dalam

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan

Pengembangan KMS (Knowledge Management System) di Institut Pertanian Bogor

PERANCANGAN KNOWLEDGE MAP DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI UNIVERSITAS TELKOM MENGGUNAKAN METODE SECI

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 PENGEMBANGAN PENYEBARAN PENGETAHUAN PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA KOPERTIS WILAYAH IV Dian Indiyati Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi email : dianinds@yahoo.com Abstrak. Dalam persaingan pengelolaan perguruan tinggi, PTS dituntut untuk mempunyai keunggulan, salah satu caranya yaitu dengan berbagi pengetahuan. Penyebaran pengetahuan merupakan bagian penting dari proses Manajemen Pengetahuan. Manajemen pengetahuan dipandang sebagai suatu metode untuk mengelola pengetahuan di dalam organisasi dan bahkan sebagian pengelola organisasi perusahaan bisnis, pengelolaan pengetahuan ini telah menjadi aktivitas utama untuk memulai keberhasilan bisnisnya. Dengan kegiatan berbagi pengetahuan, para pemimpin, dosen dan staf pada PTS dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan, dimana orang menginfeksi orang lain dengan ide-ide, sehingga orang lain dapat menjadi lebih kreatif dan inovatif, kemudian berkinerja tinggi, dan akhirnya dapat menciptakan keunggulan bagi PTS tersebut. Kata kunci: Penyebaran Pengetahuan, Knowledge Sharing 1. Pendahuluan UNDP dalam Human Development Report 2005, melaporkan bahwa Indeks Pengembangan Manusia Indonesia menempati peringkat 110 dari 177 negara di dunia. Yang mencemaskan, peringkat ini melorot dari tahun sebelumnya, di mana pada tahun 1997, HDI Indonesia berada pada peringkat 99, lalu menjadi peringkat 102 pada tahun 2002, dan merosot kembali menjadi 111 pada tahun 2004. Hasil survey IMD-World Competitiveness Year Book Tahun 2006, sebuah lembaga riset dari Swiss, menyebutkan bahwa soal kualitas dan produktivitas, tenaga kerja Indonesia berada di peringkat 59 dari 60 negara di dunia (Tempo, Edisi 14-20 Mei 2007, hal. 62). Menurut Hilmawan (2008) Perguruan tinggi di Indonesia masih dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan, etika, dan nilai-nilai kebijakan. Dirjen Dikti (2009) mengatakan bahwa produktivitas dosen PTS masih belum maksimal, hal ini terjadi antara lain karena masih belum maksimalnya hasil tulisan ilmiah dosen dan publikasi ilmiah. Dari hasil wawancara penulis dengan pihak PTS (2010), bahwa dosen yang melakukan penelitian, tulisan ilmiah, publikasi ilmiah tidak merata, hanya dosen-dosen tertentu saja, hal ini menjadikan mayoritas jurnal ilmiah pada PTS Kopertis Wilayah IV belum dapat diterbitkan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Hal ini terbukti pula bahwa jurnal terakreditasi pada Kopertis Wilayah IV hanya sekitar 1,4%. Berdasarkan rapat sosialisasi Kopertis Wilayah IV pada tahun 2009, terdapat pula permasalahan yang muncul pada Kopertis Wilayah IV, antara lain kualifikasi dosen dari jabatan akademik masih sangat kecil (Guru Besar : 54 Orang), produktivitas dosen sangat rendah (hanya 0,08 makalah per 1 juta penduduk), kurang tertib administrasi, karena belum efektifnya sistem informasi. 27

28 Dian Indiyati, et al. Berdasarkan beberapa permasalahan yang diuraikan tersebut, maka menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji dalam bentuk penelitian tentang penyebaran pengetahuan atau knowledge sharing (KS) pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Kopertis Wilayah IV. Masalah yang disampaikan dibatasi pada bagaimana pelaksanaan penyebaran pengetahuan (KS) pada PTS Kopertis Wilayah IV. 2. Konsep Penyebaran Pengetahuan atau Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing) Terdapat suatu konsensus diantara para peneliti dan paktisi bahwa pengetahuan merupakan salah satu asset strategis perusahaan yang sangat penting. Seseorang dikatakan membicarakan knowledge/pengetahuan ketika informasi telah mendapat tempat dalam kerangka acuan pengguna sehingga pengguna tersebut menghubungkan tindakannya dengan kerangka acuan tersebut. Menurut Davenport (1998), Knowledge is a fluid of mix framed experiences, values, contextual information, expert insights and grounded institution that provides an environment and framework for evaluating and incorporating new experiences and information. It originates and is applied in the minds of knower. In organizations, it often becomes embedded not only in documents or repositories but also in organizational routines, processes, practices and norms. Riset Delphi Group (2007), menyatakan bahwa knowledge dalam organisasi tersimpan dengan struktur : 42 % di pikiran (otak) karyawan, 26 % pada dokumen kertas, 20 % pada dokumen elektronik, 12% pada knowledge base elektronik. Sebagai bentuk kapital, harus dapat dipertukarkan diantara manusia dan harus bisa berkembang. Penyebaran pengetahuan atau berbagi pengetahuan (Knowledge Sharing, untuk selanjutnya bisa disingkat menjadi KS) merupakan bagian penting dalam proses Manajemen Pengetahuan (Knowldege Management, untuk selanjutnya bisa disingkat menjadi KM). Chowdhury dan Ahmed (dalam Hlupic etal : 2002); Laudon and Laudon (1998) memandang knowledge management sebagai proses mengelola dan meningkatkan penyimpanan knowledge secara sistematis dan aktif dalam organisasi. Sedangkan Sveiby (2001) menerangkan bahwa knowledge management sebagai suatu pendekatan dinamis untuk mengelola pengetahuan bisnis kritis secara optimal yang dimaksudkan untuk membangkitkan nilai dari sebuah intangible assets perusahaan. Selanjutnya Widayana (2005:9) mengutarakan bahwa Manajemen Pengetahuan merupakan sistem yang dibuat untuk menciptakan, mendokumentasikan, menggolongkan, dan menyebarkan pengetahuan dalam organisasi. Sehingga, pengetahuan mudah digunakan kapan pun diperlukan, oleh siapa saja sesuai dengan tingkat otoritas dan kompetesinya. Menurut Dubey (dalam Sule:2009), manajemen pengetahuan adalah proses menangkap keahlian bersama organisasi, yang berada di dalam database, di atas kertas atau di kepala orang dan mendistribusikannya kemanapun, sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Berdasarkan definisi yang sudah diuraikan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat diartikan bahwa manajemen pengetahuan merupakan suatu proses manajemen yang berbasiskan pengetahuan, yang tujuannya adalah bagaimana menciptakan sarana dan lingkungan yang mendukung terhadap proses penciptaan, penyimpanan, penyebaran, aplikasi dan perlindungan pengetahuan di dalam suatu organisasi. Manajemen Pengetahuan merupakan upaya sistematis untuk mendorong dan memfasilitasi aliran pengetahuan antar elemen di dalam suatu organisasi sehingga dapat mempercepat proses pembelajaran organisasi. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

Pengembangan Penyebaran Pengetahuan pada Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah IV 29 Dalam menjalankan manajemen pengetahuan, terdapat proses yang harus dijalankan. Menurut WP2 Partners (dalam Syaiful: 2007), yaitu Knowledge Generation, Knowledge Representation, Knowledge Storage, Knowledge Access, Transfer knowledge. Sedangkan menurut Dalkir (2005), dalam manajemen pengetahuan, terdapat 3 unsur pelaksanaan, yaitu Knowledge Creation, Knowledge Transfer dan Knowledge Utilization. Menurut Gold, Malhotra and Segars (dalam Hsu:2006, dan Nguyen, et al : 2009), terdapat empat kunci dalam proses Manajemen Pengetahuan, yaitu Knowledge Acquisition, Knowledge Conversion, Knowledge Application, Knowledge Protection. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa secara garis besar proses Manajemen Pengetahuan terdiri atas proses penciptaan (knowledge creation), penyebaran (knowledge sharing), penerapan/aplikasi (knowledge application) dan perlindungan (knowledge protection) Memperoleh atau menciptakan pengetahuan itu penting bagi suatu organisasi untuk bersaing secara efektif dalam ekonomi berbasis pengetahuan, tetapi proses-proses itu tidak dapat menjamin keberhasilan, jika pengetahuan yang diperoleh dan diciptakan tersebut tidak disebarkan ke semua anggota organisasi. Agar organisasi dapat memperoleh hasil yang optimal dari pengetahuan pegawai, pengetahuan mereka harus disebarkan (shared), sehingga untuk menjamin kelangsungan hidup organisasi, diperlukan penyebaran pengetahuan (KS), yang dapat meningkatkan kinerja organisasi. Di dalam setiap unit kerja organisasi, selalu terdapat pengetahuan yang terbaik (best practices), dan hal ini perlu disebarkan ke seluruh unit kerja organisasi. Nonaka (2007) dan Noe (2003), mengemukakan tentang kegiatan penyebaran pengetahuan (KS) yang terdiri dari Socialization, Externalization, Combination dan Internalization, yang biasa disebut atau disingkat dengan SECI, dimana SECI merupakan continuous process, SECI dapat mendorong penciptaan pengetahuan melalui interaksi secara vertikal dan horizontal, melalui pertukaran antar individu, antar bagian, antar departemen dan bahkan antar organisasi. Socialization : konversi dari tacit knowledge ke tacit knowledge, atau gagasan baru suatu karyawan (tacit) disosialisasi atau dicoba manfaatnya dengan pengalaman karyawan lain (tacit). Socialization merupakan sharing tacit knowledge antar individu. Sharing dapat dilakukan melalui direct experience seperti menghabiskan waktu bersama dalam menyelesaikan pekerjaan, magang, day to day social interaction, coaching atau mengikuti suatu pelatihan untuk mengamati bagaimana seorang tenaga ahli menyelesaikan pekerjaannya, dapat dilakukan dengan cara pertemuan formal dan informal untuk saling bertukar gagasan, pengalaman dan keahlian karyawan. Externalization: konversi dari tacit knowledge ke explicit knowledge dimana keberhasilan tacit knowledge sebelumnya dikonversikan menjadi explicit knowledge atau pengetahuan mengalami kristalisasi sehingga dapat di share kan kepada orang lain. Externalization merupakan proses mengartikulasikan tacit knowledge dengan menggunakan bahasa simbolik, menterjemahkan tacit knowledge ke dalam konsep atau prototype dan selanjutnya didokumentasikan untuk disebarkan. Externalization merupakan proses menkonversikan tacit knowledge menjadi explicit knowledge, melalui proses pendokumentasian, seperti menuangkan ide dan atau keahlian SDM ke dalam bentuk tulisan (Pariokh et al, dalam Aulawi : 2009) Combination : konversi atau integrasi dari explicit knowledge tadi dengan explicit knowledge lain dari praktik terpadu atau terkait dalam perusahaan. New knowledge yang siap pakai disebarkan diantara warga dari organisasi. Combination merupakan pertukaran explicit knowledge melalui sharing dokumen, prosedur atau kebijakan. ISSN 2089-3590 Vol 3, No.1, Th, 2012

30 Dian Indiyati, et al. Internalization: konversi dari explicit knowledge ke tacit knowledge, yaitu explicit knowledge siap pakai tadi di share kan ke seluruh bagian organisasi dan dikonversi menjadi tacit knowledge oleh semua individu untuk dipakai secara rutin serta diaplikasikan ke dalam pekerjaannya. Internalization dilakukan melalui penerapan dan penggunaan explicit knowledge ke dalam practical situations, yang bertujuan agar explicit knowledge dapat dipahami secara praktis, merupakan proses implementasi explicit knowledge yang dilakukan karyawan secara bersama-sama. Dalam internalization, mengubah explicit knowledge menjadi tacit knowledge, dilakukan melalui simulasi, pembelajaran tindakan dan pengalaman di tempat kerja. Tacit Knowledge TO Explicit Knowledge Tacit Knowledge Socialization Externalization FROM Explicit Knowledge Internalization Combination Gambar.1. SECI Model Sumber: Nonaka dan Takeuchi (1995) Menurut Noe (2003), sebagian besar pengetahuan baik tacit maupun explicit, disebarkan melalui pengalaman kerja dan hubungan rekan kerja sejawat, pelanggan, manajer dan mentor, saat pernyataan diajukan dan saat pengalaman, cerita atau narasi disebarkan. 3. Penyebaran Pengetahuan (Knowledge Sharing) pada PTS Kopertis Wilayah IV Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel pada penelitian ini, menggunakan proportional probability sampling, berjumlah 157 PTS Kopertis Wilayah IV. Respondennya adalah pembantu dekan atau ketua jurusan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Berikut ini diuraikan analisis deskriptif yang merupakan persepsi responden tentang kegiatan penyebaran pengetahuan (KS) yang dijalankan oleh PTS Kopertis Wilayah IV. Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel.1, dapat diinterpretasikan bahwa PTS Kopertis Wilayah IV mempunyai kemampuan yang cukup dalam berbagi pengetahuan (knowledge sharing). Hal ini didasarkan pada adanya kemampuan yang cukup dalam melakukan sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi. Dapat diartikan bahwa kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk berbagi pengetahuan tersebut dijalankan oleh PTS Kopertis Wilayah IV hanya pada waktu tertentu saja atau secara insidentil saja. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

Pengembangan Penyebaran Pengetahuan pada Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah IV 31 Tabel. 1 Knowledge Sharing pada PTS Kopertis Wilayah IV No Keterangan Nilai Min Nilai Max Rata-rata Varian Kriteria 1 Sosialisasi/Sosialization 2.25 6.00 4.15 0.35 Cukup 2 Eksternalisasi/Externalization 2.00 6.00 4.03 0.54 Cukup 3 Kombinasi/Combination 2.33 5.67 4.07 0.34 Cukup 4 Internalisasi/Internalization 2.00 5.75 4.02 0.46 Cukup Knowledge Sharing 2.50 5.50 4.07 0.24 Cukup Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (diolah) : 2011 Pada dasarnya, PTS Kopertis Wilayah IV mempunyai kemampuan yang cukup dalam melakukan pertemuan informal dan pertemuan formal, yang dilakukan dalam rangka saling bertukar gagasan, pengalaman dan keahlian pegawai. Hal ini memberikan gambaran bahwa PTS Kopertis Wilayah IV mempunyai kemampuan yang cukup dalam melakukan sosialisasi. PTS Kopertis Wilayah IV melakukan sosialisasi secara informal seperti coffee morning, olahraga bersama, rekreasi bersama. Kegiatan olahraga bersama, makan bersama, dijalankan di setiap fakultas atau program studi, sedangkan secara keseluruhan terpusat, makan bersama lebih sering digabungkan dengan kegiatan lainnya yang sifatnya formal. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan efisiensi (Berdasarkan wawancara dengan beberapa pimpinan PTS). Sebetulnya, kegiatan sosialisasi secara informal dapat digunakan oleh PTS yang bersangkutan untuk meningkatkan keakraban seluruh pegawai, sekaligus memberikan informasi-informasi. Begitu pula pertemuan formal yang bertujuan untuk saling bertukar gagasan, pengalaman dan keterampilan, dijalankan dalam bentuk workshop, pelatihan dan pemagangan. Kegiatan pelatihan dan workshop diprogramkan oleh PTS Kopertis Wilayah IV, tetapi pada pelaksanaannya belum dilakukan evaluasinya sehingga belum dapat terlihat efektivitas kegiatan tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena PTS yang bersangkutan baru saja berdiri, sehingga belum sempat untuk melakukan pertemuan formal yang bertujuan saling bertukar gagasan, pengalaman dan keahlian pegawai. Kemudian, dapat terlihat bahwa PTS Kopertis Wilayah IV mempunyai kemampuan yang cukup dalam berbagi pengetahuan ke luar dengan cara penuangan ide dalam bentuk tulisan. Kegiatan yang dilakukan antara lain dosen menulis hasil penelitiannya dan atau hasil pemikirannya di beberapa jurnal ilmiah dan atau di majalah ilmiah, dosen dan staf juga menuangkan idenya dalam bentuk prosedur kerja dan atau peraturan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Pariokh, et al (dalam Aulawi : 2009), yang menyatakan bahwa eksternalisasi merupakan proses mengkonversi tacit knowledge menjadi explicit knowledge, melalui proses pendokumentasian, seperti menuangkan ide dan atau keahlian ke dalam bentuk tulisan. Sebagian besar dosen PTS Kopertis Wilayah IV tidak secara otomatis/langsung menulis hasil penelitiannya dan atau hasil pemikirannya di beberapa jurnal ilmiah dan atau di majalah ilmiah. Kegiatan menulis dilakukan oleh dosen hanya karena adanya tuntutan dari PTS yang bersangkutan, sehingga belum memenuhi tujuan untuk penuangan ide. Hanya sebagian ISSN 2089-3590 Vol 3, No.1, Th, 2012

32 Dian Indiyati, et al. kecil dosen dan hanya dosen tertentu yang melakukan kegiatan menulis dengan baik, yang bertujuan untuk berbagi pengetahuan atau idenya. Hal ini dapat terbukti bahwa terdapat 37,85% PTS belum terakreditasi, karena belum ada kegiatan penuangan ide dalam bentuk tulisan. Begitu pula bahwa 53,13% dosen pada PTS, belum mempunyai jabatan akademik. Kemudian, hanya beberapa dosen yang menduduki jabatan struktural dan sebagian kecil staf, yang menuangkan idenya ke dalam bentuk prosedur kerja dan peraturan. Selanjutnya, untuk kegiatan kombinasi, dapat dinyatakan bahwa PTS Kopertis Wilayah IV mempunyai kemampuan yang cukup dalam melakukan kombinasi, dengan cara mendistribusikan dokumen (seperti peraturan, laporan kerja, prosedur kerja) ke semua unit kerja terkait, dengan cara mendiskusikan melalui rapat, serta dengan cara diskusi formal yang dilakukan dosen kepada sesama rekan kerjanya tentang tulisan ilmiahnya atau hasil risetnya, dimana PTS mempunyai kemampuan yang cukup untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Kemudian, yang berlaku pada PTS Kopertis Wilayah IV adalah tidak semua dokumen seperti peraturan, laporan kerja, prosedur kerja didistribusikan ke semua unit kerja terkait. Peraturan, prosedur kerja didistribusikan oleh tingkat pusat ke semua unit kerja terkait, dengan tujuan untuk segera dipelajari oleh pejabat terkait dan segera diinformasikan kepada seluruh pegawai, namun masih ada terjadi bahwa dokumen yang didistribusikan tersebut tidak dipelajari dengan segera, sehingga tidak segera tersampaikan informasinya kepada seluruh pegawai, bahkan ada juga yang dokumen nya hanya disimpan atau diarsipkan saja. Selanjutnya, PTS Kopertis Wilayah IV mempunyai kemampuan yang cukup dalam berbagi pengetahuan ke dalam (internal), tentang peraturan, kebijakan, hasil riset dosen, ide dan gagasan, melalui media cetak dan melalui media elektronik. Hal ini memberikan gambaran bahwa PTS Kopertis Wilayah IV mempunyai kemampuan yang cukup dalam melakukan internalisasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pimpinan dan hasil pengamatan, kegiatan internalisasi pada PTS Kopertis Wilayah IV yang disebar melalui media cetak adalah sebagai berikut : hasil riset dosen, disebarkan melalui jurnal ilmiah dan atau majalah ilmiah, sedangkan peraturan, kebijakan dan prosedur kerja lebih banyak disebar dalam bentuk dokumen, begitu pula informasi yang sifatnya umum tentang PTS yang bersangkutan, dan tujuannya lebih banyak untuk promosi kepada pihak luar, disebarkan melalui media cetak berupa brosur, pamflet, yang penyebarannya dilakukan menjelang penerimaan mahasiswa baru. Selanjutnya, tidak semua peraturan, kebijakan dan prosedur kerja disebar melalui media elektronik. Yang disebar melalui media elektronik lebih banyak yang berhubungan dengan peraturan akademik, peraturan yang berhubungan dengan mahasiswa dan informasi umum tentang PTS yang bersangkutan, yang bertujuan untuk promosi kepada pihak eksternal. Peraturan tentang kepegawaian, dan hasil riset dosen masih belum disebar melalui media elektronik oleh beberapa PTS Kopertis Wilayah IV. Diantara kegiatan knowledge sharing tersebut, dapat terlihat bahwa kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan yang dijalankan dengan lebih baik oleh PTS Kopertis Wilayah IV, kemudian kombinasi, eksternalisasi dan selanjutnya internalisasi. 4. Kesimpulan Dari penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kegiatan penyebaran pengetahuan (KS) yang dijalankan oleh PTS Kopertis Wilayah IV pada kondisi yang CUKUP, yang berarti bahwa kegiatan-kegiatan penyebaran Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

Pengembangan Penyebaran Pengetahuan pada Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah IV 33 pengetahuan (KS) dijalankan oleh PTS KOpertis Wilayah IV hanya untuk waktu-waktu tertentu saja atau insidentil saja, serta tanpa diprogramkan dengan efektif. Dari penjelasan yang telah diuraikan, dapat disarankan sebagai berikut: 1) PTS Kopertis Wilayah IV perlu untuk meningkatkan program-program penyebaran pengetahuan (KS) lebih efektif lagi, baik formal maupun informal yang berhubungan dengan knowledge, dengan cara selalu diprogramkan, dilaksanakan, dimonitoring dan dievaluasi, seperti: olahraga bersama, rekreasi bersama, coffee morning, pelatihan, workshop, rapat pimpinan, diskusi formal, mencantumkan best practices pada buku panduan PTS, majalah dan atau jurnal ilmiah, serta pada media elektronik, juga mendistribusikan dokumen ke setiap unit kerja. 2) PTS Kopertis Wilayah IV mendorong dan memfasilitasi dosen dalam melakukan penyebaran pengetahuan ke luar organisasi. 3) PTS Kopertis Wilayah IV segera memfasilitasi media elektronik, seperti pembuatan sistem yang memungkinkan adanya sharing dokumen dalam organisasi, sehingga penyampaian informasi dapat lebih mudah. 4) Semua kegiatan KS yang sudah dijelaskan di atas tersebut, sebaiknya dijalankan oleh semua PTS Kopertis Wilayah IV dengan melakukan penerapan budaya organisasi, melalui: manajemen puncak, proses seleksi, dan proses sosialisasi. 5. Daftar Pustaka Aulawi, Hilmi. (2009). Pengembangan Infrastruktur Knowledge Untuk Meningkatkan Innovation Capability. Pascasarjana Institut Teknologi Bandung Dalkir, K. (2005). Knowledge Management in Theory and Practice, United Kingdom, Elsevier Butterworth-Heinemann Hsu, Hsiu Yueh. (2006). Knowledge Management and Intellectual Capital; A Dissertetion Submitted in Partial Fulfillment of the Requirement for the Doctoral og Philosophy; UMI Microform 321502 Nguyen, Que Thi Nguyet, Philip A Neck, Thanh Hai Nguyen. (2009). The Critical Role of Knowledge Management in Achieving and Sustaining Organisational Competitive Advantage; International Business Research Noe, Raymond A, Jason A. Colquitt, Marcia J. Simmering, & Sharon A. Alvarez. (2003). Knowledge Management Developing Intellectual and Social Capital; Managing Knowledge for Sustained Competitive Advantage Nonaka, Ikujiro & Hirotaka Takeuchi. (1995). The Knowledge Creating Company, New York Oxford University, Inc. Nonaka, Ikujiro & Konno, N. (2007). The Concept of Ba: Building a Foundation for Knowledge Creation; California Management Review, Vol. 40, No. 3, 40-54 Riset Delphi Group. (2007). htttp://www.commerce-database.com Sule, Ernie Trisnawati. (2009). Menciptakan Higher Education Sustainable Development Melalui Intellectual Capital dan Knowledge Management untuk Memperkuat Daya Saing Perguruan Tinggi di Indonesia ISSN 2089-3590 Vol 3, No.1, Th, 2012

34 Dian Indiyati, et al. Sveiby, K.E. (2001). Method For Measuring Intangible Assets, Available online at: www.sveiby.com/articles Syaiful. (2007). Analisis Faktor-Faktor Utama Yang Mempengaruhi Keinginan Untuk Sharing Pengetahuan (Studi Kasus: PT. Telekomunikasi Indonesia, TBK), Institut Teknologi Bandung Widayana, Lendy. (2005). Knowledge Management: Meningkatkan Daya Saing Bisnis; Cetakan Pertama, Bayumedia Publishin, Malang Zolingen, S.J. Van, Streumer, J.N., Stooker, M. (2001). Problems in Knowledge Management: A Case Study of A Knowledge-Intensive Company. International Journal of Training and Development (5:3). Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora