BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001 : 27 ) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi, yang

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi seluruh umat manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan seperti. Tahun 2003, yang menjelaskan bahwa :

PENGGUNAAN MODEL SNOWBALL THROWING DAN VIDEO ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SLTP NEGERI 2 GORONTALO

BAB II KAJIAN TEORI. arti dan lebih relevan dengan bahasan kali ini adalah kata profiency dan ability yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. agar peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup ( life skills ) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

materi tidak terpusat. Selain itu siswa cenderung ramai dan tidak memperhatikan guru dalam menyampaikan materi. Dalam proses belajar mengajar siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. sehingga siswa memperoleh keberhasilan dalam belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Script

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran. konstruktivisme. Menurut Wikandari (1998:11).

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau. model pembelajaran adalh suatu rencana atau pola yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar (Winkel,1965 : 51) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto, 2009:45) (Soedijarto, 1993:49) Hasil belajar merupakan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa atau siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. (Dalam bukunya Purwanto, 2009:46) Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnyaterhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dankebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendiikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar dari Bloom13 (Purwanto, 2008 : 50) yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. a. Ranah kognitif (Bloom, dkk) Ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kawasan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi 8

9 inf`ormasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Bloom secara hirarki tingkat hasil belajar. 1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode. 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. 3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya menggunakan prinsip. 4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. 5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya kemapuan menyususn suatu program kerja. 6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil karangan. b. Ranah Afektif ( Krathwohl& Bloom, dkk.) 1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan. 2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhartikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

10 3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menetukan sikap. Misalnya, menerima suatu pendapat orang lain. 4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab. 5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin. c. Ranah Psikomotorik Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarki dari hasi belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun berdasarkan urutan mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilakuyaitu : 1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. Misalnya, pemilihan warna, angka 6 dan 9, huruf b dan d. 2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemapuan ini mencakup jasmani dan rohani. Misalnya posisi star lomba lari.

11 3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran di atas pola. 4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya, melompat tinggi dengan tepat. 5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat. Misalnya, bongkar-pasang peralatan secara tepat. 6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya keterampilan bertanding. 7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya, kemampuan membuat tari kreasi baru. Ketiga ranah di atas menjadi obyek penilaian hasil belajar. Kemudian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah peubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Manusia memiliki potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi aspek kognitif, afektif,dan psikomotorik. Berdasarkan uraian diatas hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.hasil belajar juga merupakan suatu perubahan tingkah laku dari belum bisa menjadi bisa dan dari yang belum tahu menjadi tahu. Hasil belajar pada penelitian ini menitikberatkan pada hasil belajar yang berupa kognitif.

12 Hasil belajar kognitif dapat diukur melalui tes dan dapat dilihat dari nilai yang diperoleh. Dalam penelitian ini hasil belajar dikhususkan pada tingkat pengetahuan (C1) sampai tingkat analisis (C4). Hasil belajar kognitif berkaitan dengan penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru selama proses pembelajaran yang diukur melalui tes hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Dalam penelitian ini, hasil belajar IPS yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. 2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa factor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. M. Dalyono (2009:55) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Factor internal meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Berdasarkan uraian di atas model pengajaran yang terapkan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran termasuk ke dalam faktor eksternal yang kemudian secara berkelanjutan akan mempengaruhi faktor internal anak. Faktor eksternal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah faktor yang berasal dari sekolah yaitu metode pembelajaran. Model pembelajaran yang inovatif akan berpengaruh terhadap minat dan motivasi (faktor internal) siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang inovatif dan

13 menyenangkan untuk siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Dengan model pembelajaran melalui tipe ini diharapkan maka minat dan motivasi anak untuk belajar akan lebih meningkat lagi dan kemudian akan berdampak pada hasil belajar siswa. 2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing 2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Dukungan teori konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme sosial vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual.peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan

14 ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yangsecara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran yang merupakan perbaikan tipe pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial. a. Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, antara lain: 1) Ketrampilan sosial Artinya ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru.

15 2) Interaksi tatap muka Setiap individu akan berinteraksi secara bersemuka dalam kelompok. Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui pembicaraan setiap individu yang turut serta mengambil bagian. 3) Pelajar harus saling bergantung positif Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan,saling memenuhi dan bantu-membantu. Menurut Kagan (1994:69), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat,yaitu: a. dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa; b. dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial; c. dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan; d. dapat meningkatkan kepercayaan diri; e. dapat meningkatkan kemahiran teknologi. Berdasarkan pendapat para ahli diatas pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dapat menciptakan terjadinya interaksi yang positif baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa

16 sehingga siswa mampun untuk belajar secara langsung dan belajar dari berbagai sumber belajar lainnya termasuk teman sebaya. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap peserta didik yang ada dalam suatu kelompok memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan peserta didik akan lebih dapat mengembangkan kemampuannya, komunikasi, serta bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif, melatih peserta didik untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa : a. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, b. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

17 2.1.3.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya menggelinding. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan menggelindingkan bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian digelindingkan kepada temannya sendiri untuk dijawab. Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Snowball Throwing sebagai salah satu dari model pembelajaran aktif (active learning) pada hakikatnya mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Namun sebagaimana model pembelajaran lainnya, dalam penerapannya pun ada faktorfaktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi siswa, waktu yang tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran dalam Bayor (2010:89). Sedangkan menurut Kisworo (Hardiyanti: 2012) model pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada

18 temannya dalam satu kelompok. Pesan dalam hal ini adalah berupa pertanyaan pertanyaan yang telah dibuat oleh siswa. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya. Berdasarkan pendapat dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball Throwing adalah pembelajaran secara berkelompok, setiap kelompok beranggotakan beberapa siswa dimana setiap siswa membuat pertanyaan yang kemudian dilemparkan kepada kelompok yang lainnya untuk dijawab. Ketika menjawab pertanyaan yang diperoleh harus dijawab oleh masingmasing individu dengan cara berdiri dari tempat duduknya atau maju ke depan kelas. 2.1.3.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Snowball Throwing 1) Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai. 2) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

19 5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit. 6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Ketika menjawab pertanyaan tersebut siswa diminta untuk berdiri dari tempat duduknya atau maju ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan yang mereka dapatkan. 7) Evaluasi. 8) Penutup. 2.1.3.4 Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Berdasarkan penjelasan mengenai model pembelajaran koopertaif tipe Snowball Throwing, peneliti mengambil kesimpulan ada beberapa kelebihan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing a. Melatih kepercayaan diri dalam diri siswa baik dalam bertanya maupun mengemukakan pendapatnya. b. Siswa akan dengan mudah untuk mendapatkan bahan pembicaraan karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang tertulis pada kertas berbentuk bola. c. Menghindari pendominasian pembicaraan dan siswa yang diam sama sekali, karena masing-masing siswa mendapatkan satu buah pertanyaan yang harus dijawab dengan cara berargumentasi. d. Melatih kesiapan siswa. e. Saling memberikan pengetahuan.

20 f. Menjembatani siswa dalam mengeksplorasi keterampilan prosesnya yaitu dengan model ini siswa dapat mengalami sendiri pengalaman belajarnya secara langsung. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat menjadi alternative mengatasi permasalan yang timbul di dalam kelas. Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing menciptakan iklim diskusi yang banyak disukai oleh siswa. Pembelajaran kooperatif dengan tipe seperti ini juga merangsang siswa untuk aktif dan berani mengemukakan pendapatnya. Pembelajaran ini menekankan pada interaksi siswa dengan siswa, jadi pembelajaran tidak hanya didapat dari guru yang menjelaskan di depan secara ceramah tetapi siswa dapat belajar dari siswa lain atau tutor sebaya. 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Melka Y. Tombokan (2012) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Terpadu Di SMP Negeri 6 Tondano Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Tondano dengan permasalahan yang diambil adalah mengenai bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwingpada mata pelajaran IPS apakah berpengaruh terhadap tercapainya ketuntasan belajar serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS dan meningkatkan kualitas dari hasil belajar peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran ekonomi di SMP Negeri 6 Tondano.

21 Model penelitian ini menggunakan metode rancangan tindakan kelas, bertujuan untuk mengetahui tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, dengan materi yaitu (Hubungan Sosial dan Pranata Sosial). Sesuai dengan hasil yang didapat yaitu dengan nilai memuaskan 92,3% siswa mendapat nilai ( 7.5), sehingga peneliti berkesimpulan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat diterapkan dan dikembangkan pada pembelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 6 Tondano. Dan dari hasil penelitian ini disarankan kepada guru mata pelajaran untuk sebaiknya memilih model pembelajaran yang tepat dan relevan dalam proses mengajar, khususnya pada mata pelajaran IPS Ekonomi. Berdasarkan penelitian penulis dengan penelitian ini sama yaitu ingin meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran IPS. 2.3 Kerangka Pikir Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Type Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII 1 SMP Negeri 13 Gorontalo, dimana hasil belajar siswa sangat rendah sebelum menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Dari 29 orang siswa pada kelas VIII 1 SMP Negeri 13 Gorontalo yang memperoleh nilai ketuntasan sesuai Sstandar KKM pada mata pelajaran ekonomi hanya 11 orang yang tuntas atau bisa dikatakan hanya 37% dan yang memperoleh nilai di bawah 18 orang atau bisa dikatakan sebesar 63%.

22 Penyebab hal tersebut diatas adalah karena pada umumnya dalam proses pembelajaran guru belum bisa untuk menciptakan suasana belajar yang baik bagi peserta didik. Hal itu terbukti dengan cara belajar siswa yang tidak terlalu aktif di dalam melakukan pembelajaran, siswa cenderung jenuh karena situasi belajar yang tidak menyenangkan, sementara dalam kegiatan pembelajaran guru lebih memfokuskan pada pembelajaran secara individual dan kurang menggunakan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran IPS, untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat, salah satu cara atau alternatif yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing. Dari gambaran di atas maka gambar kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

23 PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING Sebelum Tindakan Hasil belajar siswa yang tuntas mencapai 37% dan yang belum tuntas mencapai 63% SIKLUS 1 Hasil belajar siswa yang tuntas mencapai 72% dan yang belum tuntas tinggal 28% RELEKSI SIKLUS 11 Hasil belajar siswa yang tuntas meningkat 86% dan yang belum tuntas hanya tinggal 14% 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah dengan kajian pustaka maka dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut : Jika digunakan model pembelajaran kooperartif tipe snowball throwing pada mata pelajaran IPS Terpadu maka hasil belajar siswa di kelas VIII 1 SMP Negeri 13 Gorontalo akan meningkat.

24 2.5 Indikator Kinerja Adapun yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah presentase hasil belajar siswa kelas VIII 1 di SMP Negeri 13 Gorontalo yang tuntas pada pembelajaran IPS Terpadu setelah menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing akan meningkat 37% menjadi 75% ke atas.