FITK- UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abstrak. Kata Kunci : Inkuiri Terstruktur, Difusi dan Osmosis, Lembar Observasi.

dokumen-dokumen yang mirip
Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMA PADA PRAKTIKUM SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH: SELLY MARSELA LUDOVIKA SAYAK NIM F

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA KECAKAPAN HIDUP SISWA DI MTsS AL-WASHLIYAH LHOKSEUMAWE

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI DI SMAN PLOSO JOMBANG

PENGEMBANGAN LKS IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERNAFASAN KELAS VIII SMP N 6 TAMBUSAI

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKDP) BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN PRACTICAL SKILLS DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA PESERTA DIDIK SMP

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

EKSPLORASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA NEGERI 9 SEMARANG

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

FORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS THROUGH DEVELOPMENT WORKSHEET BASED INQUIRY ON ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SUBJECT MATTER

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA KONSEP TEKANAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

PROFIL KECAKAPAN AKADEMIK SISWA MELALUI PRAKTIKUM BERBASIS GUIDED INQUIRY PADA KONSEP SISTEM PERNAPASAN

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. siswa kelas XI IPA adalah mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan. larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Abstrak. : Desi Hartinah, Dr. Insih Wilujeng, dan Purwanti Widhy H, M. Pd, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PENGARUH LATIHAN MEMBANGUN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH TOPIK KALOR PADA SISWA SMAN 1 SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS (KGS) PADA MATERI HUKUM OHM DAN HUKUM 1 KIRCHOFF

STUDENT ACADEMIC SKILLS THROUGH PROJECT BASED LEARNING IN CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL BABUSSALAM

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

Metode Pembelajaran Eksperimen Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA

Efektivitas Metode Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 8 Makassar

Unesa Journal of Chemical Education Vol. 1, No. 1, pp Mei 2012 ISSN:

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.3, No.03. pp. 8-12, September 2014

Efektivitas Model Pembelajaran POGIL Menggunakan Brainstorming untuk Meningkatkan Kemampuan Inferensi Logika Siswa

Abstrak. Kata-Kata Kunci : Inkuiri, Self-Efficacy, Laju Reaksi. Abstract

KETERAMPILAN BERPENDAPAT SISWA KELAS XI SMA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LAJU REAKSI

Unnes Physics Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, terakhir kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004

Pendidikan Biologi, FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2) MTsN II Pamulang koresponden: Abstrak


Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

Heni Lailatul Badriah, Sudarti, Bambang Supriadi

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

THE APPLICATION OF INQUIRY LEARNING MODEL TO INCREASE THE SCHOOL LEARNING OUT COME OF THE FOURTH GRADE STUDENT AT SDN 67 PEKANBARU

Pengembangan Penilaian Kinerja Praktikum Berbasis Generik Sains untuk Mengukur Keterampilan Peserta Didik SMA Kelas X

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PREDICTION GUIDE DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Siti Nurhayati 21, Didik S. Pambudi 22, Dinawati Trapsilasiwi 23

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INSTAD TERHADAP METAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

Machthumah et al., Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing...

Hasil Uji Validitas Buku Siswa Berbasis Inkuiri pada Pembelajaran IPA untuk Siswa Kelas VIII SMP

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI SMAN 18 SURABAYA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

GENERIC SKILLS TRAINING IN SCIENCE WITH CONTEXTUAL LEARNING IN LIGHT AT GRADE VIII.2 MTs N ANDALAN PEKANBARU

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI IMPLEMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI SOFT SKILLS PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT KELAS X DI MAN MOJOKERTO

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN PEER ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN DIRECT INSTRUCTION

THE DEVELOPMENT STUDENT WORKSHEETS ON THEME ENVIRONTMENTAL (SOIL) POLLUTION" WITH THE PROJECT BASED LEARNING (PjBL) WHICH SCIENCE PROCESS SKILL

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) TERHADAP AKTIVITAS DAN GENERIK SAINS FISIKA SISWA

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS LKPD SEL DI SMA NEGERI KOTA BEKASI

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilannya mengantarkan siswa mencapai prestasi yang baik.

PENERAPAN PRAKTEK PEMBELAJARAN BERMAKNA BERBASIS BETTER TEACHING LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

Improving Student Activity Learning Class XI IPA SMA Katolik Rajawali Through Inquiry Approach Based on PBI of Buffer Solution Topic

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

Unnes Physics Education Journal

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.2, Oktober 2014, hlm

Kurnia Restu, Lazim N, Zariul Antosa

Rahmat Hidayat. Guru SMP Negeri Kota Bandung

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN BUKU SAKU PRAKTIKUM KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN KETERAMPILAN GENERIK

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

Profil Keterampilan Generik Sains Siswa SMA pada Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur (Structured Inquiry) Konsep Difusi dan Osmosis Zulfiani 1, Hesty Octafiana 1 1 Prodi Pendidikan Biologi FITK- UIN Syarif Hidayatullah Jakarta zulfiani@uinjkt.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil Keterampilan Generik Sains (KGS) siswa SMA pada Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur konsep Difusi dan Osmosis. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian berupa lembar observasi performance assesment, lembar observasi dengan daftar checklist LKS, dan lembar observasi guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam dua kali pertemuan di kelas tampak profil Keterampilan Generik Sains siswa mengalami peningkatan. Hasil observasi menunjukkan bahwa persentase Keterampilan Generik Sains (KGS) yang diukur menggunakan daftar checklist LKS Inkuiri Terstruktur setiap kelompok praktikum menunjukkan kriteria sangat baik dan memiliki persentase sebesar 99,17% pada pertemuan pertama (difusi) dan 98,33% pada pertemuan kedua (osmosis). Berdasarkan Nilai LKS pada Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan persentase aspek KGS tertinggi ke rendah sebagai berikut: Pengamatan langsung (78%), Hukum sebab akibat (70%), Membangun Konsep (62,5%), Pemodelan (58,5%) dan Inferensi Logika (55%). Kata Kunci : Inkuiri Terstruktur, Difusi dan Osmosis, Lembar Observasi Abstract This research aims to know profile of the science generic skills of students that using structured inquiry learning models on diffusion and osmosis concept. The research was conducted in SMAN 74 Jakarta in grade XI. The method used is deciriptive with purposive sampling technique. The research instrument is observation sheet performance assessment, checklist worksheets, and teacher observation sheet. The results showed generic skills profile of students has increased. Observations show that the percentage of Generic Skills Science (GSS) were measured using the worksheet checklist Inquiry Structured each group showed very good criteria and have a percentage of 99.17% in the first meeting (diffusion) and 98.33% in the second meeting (osmosis). Based on the value of structured worksheets on Inquiry Learning Model with the highest percentage GSS aspect to lower are direct observation (78%), Law of causation and effect (70%), Building Concepts (62.5%), modeling (58.5%) and Logical Inference (55%). Key Words : Structured Inquiry, Difussion and Osmosis, Observation Sheet 1

A. Pendahuluan Keterampilan Generik merupakan salah satu keterampilan utama untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia di abad 21. Dunia pendidikan memiliki peran yang penting dalam melaksanakan upaya tersebut dalam hal ini mempersiapkan lulusan siswa yang kompeten. Hal ini sejalan dengan pendapat Brett, Mark, dan Craig (2011) bahwa siswa dengan kemahiran generik memiliki prospek pekerjaan yang baik. Oleh karenanya pengembangan Keterampilan Generik ini dapat dikembangkan dalam kurikulum pendidikan dan pembelajaran sains. Dalam bidang sains sendiri keterampilan generik dikenal sebagai Keterampilan Generik Sains (KGS). Menurut Brotosiswoyo dalam Tim Pekerti MIPA (2001), Keterampilan Generik Sains meliputi pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, kesadaran tentang skala besaran, bahasa simbolik, kerangka logika taat azas, inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan matematik, dan membangun konsep. Keterampilan-keterampilan yang akan membekali siswa dalam persaingan dunia kerja yang menuntut siswa lebih kreatif dan cakap. Salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan dalam diri siswa dalam bidang sains adalah Keterampilan Generik Sains. Berkaitan dengan arah pendidikan nasional yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, dan kreatif, Biologi sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami metode dan proses sains (Irawati, 2012), sehingga pengalaman belajar yang diterima dengan baik diharapkan mampu mengembangkan Keterampilan Generik Sains dalam diri siswa. Wahyana mengatakan seperti yang dikutip dalam Trianto bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Melalui penerapan metode ilmiah siswa belajar untuk merumuskan masalah, melakukan observasi, membuat hipotesis, melakukan eksperimen dan menarik kesimpulan yang disertai dengan sikap ilmiah, seperti kritis, memiliki rasa ingin tahu, berpikir logis, terbuka, objektif, teliti, tekun, dan optimis. Melalui penerapan metode dan sikap ilmiah dalam proses pembelajaran tersebut diharapkan siswa dapat mengembangkan berbagai keterampilan, seperti Keterampilan Generik Sains. Hal tersebut dipertegas oleh Trianto bahwa metode ilmiah telah melatih 2

keterampilan, ketekunan, dan melatih mengambil keputusan dengan pertimbangan yang rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi penggunanya (Trianto, 2010). Dengan demikian diperlukan model pembelajaran yang dapat mengakomodasi keterampilan ilmiah yang secara langsung mengembangkan Keterampilan Generik. Konsep Difusi-Osmosis merupakan salah satu materi yang akan mudah dipahami dengan adanya kegiatan praktikum di dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan proses Difusi- Osmosis merupakan proses yang tergolong abstrak sehingga dalam proses pembelajaran untuk materi Difusi-Osmosis ini diperlukan model pembelajaran yang cocok apabila diterapkan dalam pembelajaran yang mengaitkan adanya metode praktikum. Menurut Wiwik, Sarwanto, dan Suparmi, praktikum merupakan suatu proses yang membawa siswa pada pendekatan nyata suatu gejala alam dan proses ini dapat melatih Keterampilan Generik Sains (Agustiningsih, 2014). Keterampilan Generik Sains yang akan dikembangkan dalam materi Difusi-Osmosis ini mencakup pengamatan langsung, pemodelan, inferensi logika, hukum sebab akibat, dan membangun konsep. Model pembelajaran inkuiri memiliki prinsip utama, yaitu siswa dapat mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya (Zulfiani, 2010). Berdasarkan prinsip tersebut, model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan Keterampilan Generik Sains siswa yang mana Keterampilan Generik Sains merupakan salah satu Keterampilan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI). Dalam proses pembelajaran, siswa secara aktif melakukan kegiatan belajar untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang diajukan guru, sehingga siswa menemukan sendiri hasil dari pembelajaran dengan arahan dan bimbingan dari guru. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil Keterampilan Generik Sains siswa SMA pada pembelajaran Inkuiri Terstruktur konsep Difusi-Osmosis. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi profil Keterampilan Generik Sains siswa sehingga dapat dimanfaatkan guru dalam mengembangkan pembelajaran sains biologi. B. Isi Metodologi Penelitian 1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di di SMAN 74 DKI Jakarta. Waktu penelitian pada Semester Ganjil pada bulan September 2014. 3

2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa, Sampel penelitiannya adalah kelas XI, teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian ini diarahkan untuk memperoleh informasi mengenai profil Keterampilan Generik Sains siswa pada pembelajaran Inkuiri Terstruktur. Penelitian ini menitikberatkan pada observasi profil KGS siswa dengan performance assesment, observasi KGS dengan daftar checklist LKS, dan kegiatan guru dalam dua kali pertemuan. 4. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi performance asessment, lembar observasi dengan daftar checklist LKS, dan lembar observasi kegiatan guru. 5. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis data deskriptif. Analisis data deskriptif, yaitu data yang diperoleh dianalisis dan dipaparkan dalam bentuk deskripsi. Analisis deskriptif pada penelitian digunakan untuk mengolah data skor ketercapaian indikator Keterampilan Generik Sains pada masing-masing kelompok praktikum. Perhitungan persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Purwanto, 2013). NP = Keterangan: NP = nilai persen yang dicari R = skor yang didapat SM = skor maksimum ideal Tabel 1 Kriteria Tingkat Penguasaan Tingkat Penguasaan Predikat 86 100 % Sangat Baik 76 85% Baik 60 75 % Cukup 55 59 % Kurang 54 % Kurang Sekali 4

C. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Observasi Untuk melatih Keterampilan Generik Sains (KGS) siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri, siswa diberikan LKS yang telah dirancang sesuai tahapan model pembelajaran inkuiri dan mengandung uraian Keterampilan Generik Sains sesuai percobaan yang dilakukan. Keterampilan Generik Sains yang terdapat dalam LKS, seperti pengamatan langsung diberikan melalui 2 indikator, pemodelan melalui 2 indikator, inferensi logika melalui 4 indikator, hukum sebab akibat melalui 3 indikator, dan membangun konsep melalui 1 indikator. Observasi dilakukan di kelas pada setiap pertemuan. Pertemuan pertama tentang difusi dan pertemuan kedua tentang osmosis. Lembar observasi tersusun atas lima aspek Keterampilan Generik Sains (KGS) dengan indikator yang mengacu pada kegiatan praktikum difusi dan osmosis. Hasil observasi ini berdasarkan pada pengamatan observer dengan memberikan tanda checklist pada kolom 1 jika kelompok melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan indikator setiap aspek KGS, dan checklist pada kolom 0 jika kelompok tidak melakukan atau melakukan kegiatan praktikum tidak sesuai dengan indikator setiap aspek KGS. Lembar observasi KGS terbagi menjadi dua, yaitu observasi menggunakan daftar checklist LKS dan observasi performance selama kegiatan praktikum. Hasil observasi menunjukkan bahwa persentase KGS (Tabel 2) yang diukur menggunakan daftar checklist LKS Inkuiri Terstruktur setiap kelompok praktikum menunjukkan kriteria sangat baik dan memiliki persentase sebesar 99,17% pada pertemuan pertama (difusi) dan 98,33% pada pertemuan kedua (osmosis). Tabel 2 Persentase Hasil Observasi KGS Menggunakan Daftar Checklist LKS Model Inkuiri Terstruktur Persentase KGS (%) Pertemuan Aspek KGS Pertemuan II I Kriteria Osmosis Difusi Kriteria Pengamatan Langsung 100 Sangat Baik 100 Sangat Baik Pemodelan 100 Sangat Baik 91.67 Sangat Baik Inferensi Logika 95.83 Sangat Baik 100 Sangat Baik Hukum Sebab Akibat 100 Sangat Baik 100 Sangat Baik Membangun 100 Sangat Baik 100 Sangat Baik Konsep Rerata 99.17 Sangat Baik 5 98.33 Sangat Baik

Bahkan baik pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua, KGS siswa mendapatkan persentase 100% pada aspek pengamatan langsung dan hukum sebab akibat, dan membangun konsep. Peningkatan tersebut karena pada pertemuan kedua siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran Inkuiri Terstruktur sehingga persiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran lebih matang dengan sumber-sumber belajar yang lengkap dan bervariasi. Jika dilihat KGS siswa berdasarkan nilai Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan Model Inkuiri Terstruktur memperoleh rata-rata cukup (63,49) baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua (66,08) (Tabel 3). Perbedaan persentase KGS hasil checklist LKS dan Nilai LKS siswa dapat dipahami mengingat pengukuran checklist LKS hanya mengandalkan kemunculkan indikator KGS (Nilai 1 jika kelompok melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan indikator setiap aspek KGS, dan checklist pada kolom 0 jika kelompok tidak melakukan atau melakukan kegiatan praktikum tidak sesuai dengan indikator setiap aspek KGS). Sebaliknya, Nilai LKS tidak hanya aspek KGS saja, namun memperhatikan ketepatan materi biologi yang menjadi kajian. Tabel 3 terlihat rata-rata persentase KGS hasil Nilai LKS Siswa pada rentang Cukup (64,78%) Tabel 3 Nilai LKS Siswa Menggunakan Model Inkuiri Terstruktur Persentase KGS (%) Aspek KGS Pertemuan Pertemuan I Kriteria II Kriteria Rata-rata Difusi Osmosis Pengamatan Langsung 73.33 Cukup 83.33 Baik 78.33 Pemodelan 62.50 Cukup 54.17 Kurang 58.34 Inferensi Kurang 54.76 Kurang 55.00 Logika 54.88 Hukum Sebab Cukup 68.52 Cukup 71.21 Akibat 69.87 Membangun Cukup 58.33 Kurang 66.67 Konsep 62.50 Rerata 63.49 Cukup 66.08 Cukup 64.78 2

Persentase hasil observasi performance siswa juga terlihat sangat baik pada pertemuan pertama dan kedua dengan persentase observasi sebesar 100% (Tabel 4). Demikian halnya hasil observasi terhadap kegiatan guru menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan setiap tahap kegiatan model pembelajaran Inkuiri Terstruktur pada setiap pertemuan (Tabel 5). Tahapan Tabel 4 Persentase Hasil Observasi Performance Siswa Selama Proses Belajar Mengajar Persentase (%) Pertemuan I Difusi Pertemuan II Osmosis Pendahuluan Membawa perlengkapan praktikum 100 100 Inti Menggunakan alat dan bahan sesuai dengan prosedur 100 100 Menggunakan sebanyak mungkin indera dalam mengamati percobaan/fenomena alam (KGS) 100 100 Penutup Membersihkan alat yang telah dipakai 100 100 Membersihkan meja praktikum dari sampah dan bahan yang telah dipakai 100 100 Mngembalikan alat ketempat semula dalam keadaan kering 100 100 Rerata 100 100 Tahapan Inkuiri Terstruktur Tabel 5 Hasil Observasi Kegiatan Guru Selama Proses Belajar Mengajar Pertemuan I Difusi Pertemuan II Osmosis Menyajikan pertanyaan atau masalah Berhipotesis Contoh hipotesis yang dibuat siswa: * Suhu berpengaruh terhadap laju difusi * Tingkat konsentrasi larutan mempengaruhi terjadinya laju osmosis Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi Mengkomunikasikan hasil percobaan Membuat kesimpulan * : Dilaksanakan 7

Pengamatan Langsung menempati posisi paling tinggi dalam hasil persentase Nilai LKS Keterampilan Generik Sains, yaitu sebesar 73,33% pada pertemuan pertama dan 83,33% pada pertemuan kedua. Menurut Brotosiswoyo keterampilan generik pengamatan langsung dan tak langsung termasuk kategori mudah dikuasai (Zakiyah, 2013). Inferensi Logika menempati posisi paling rendah dalam hasil persentase Nilai LKS Keterampilan Generik Sains (KGS), yaitu sebesar 54,76% pada pertemuan pertama dan 55% pada pertemuan kedua dengan kriteria kurang. Rendahnya hasil persentase yang diperoleh pada aspek inferensi logika menunjukkan bahwa Keterampilan Generik Sains inferensi logika merupakan salah satu Keterampilan Generik Sains yang cukup sulit untuk dikembangkan dan model pembelajaran Inkuiri Terstruktur belum cukup untuk meningkatkan aspek inferensi logika karena dalam aspek inferensi logika siswa dituntut untuk bisa membuat penjelasan berdasarkan rujukan, memecahkan masalah berdasarkan rujukan, menarik kesimpulan berdasarkan rujukan dan berkaitan hal itu siswa masih kurang dalam keterampilan decision making dan berpikir kreatif sehingga Keterampilan Generik inferensi logika menjadi kurang. Terlepas dari hasil tersebut, Drury mengungkapkan dalam Jurnal FMIPA UPI bahwa Keterampilan Generik merupakan keterampilan yang dapat diterapkan pada beragam bidang studi dan untuk memperolehnya diperlukan waktu yang relatif lama (Rahman, T.,2014). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pertama, Keterampilan Generik Sains merupakan keterampilan yang harus dilatih karena tidak mudah untuk mengembangkan Keterampilan Generik Sains khususnya pada aspek inferensi logika. Kedua, untuk mengembangkan Keterampilan Generik Sains menggunakan model apapun mengkontruksi proses pembelajar merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan seperti teknik penilaian kelompok atau individu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Teknik penilaian kelompok untuk mengukur Keterampilan Generik Sains dirasakan belum cukup karena Keterampilan Generik Sains setiap siswa kurang terkontrol dengan baik karena Keterampilan Generik Sains akan diperoleh apabila siswa melaksanakan pembelajaran yang secara efektif dan aktif melibatkan siswa dalam setiap proses pembelajaran. Dipertegas oleh Brotosiswoyo, seperti yang dikutip dalam Nuryani Y. Rustaman bahwa Keterampilan Generik merupakan hasil belajar yang tertinggal apabila seseorang belajar sains dengan benar ( Rustaman, N.Y., 2014 ). PENUTUP Keterampilan Generik Sains (KGS) yang diukur menggunakan daftar checklist LKS Inkuiri Terstruktur setiap kelompok praktikum menunjukkan kriteria sangat baik dan 8

memiliki persentase sebesar 99,17% pada pertemuan pertama (Difusi) dan 98,33% pada pertemuan kedua (Osmosis). Berdasarkan Nilai LKS KGS pada Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur dengan persentase aspek KGS tertinggi ke rendah sebagai berikut Pengamatan Langsung (78,33%), Hukum Sebab Akibat (69,87%), Membangun Konsep (62,5%), Pemodelan (58,34%) dan Inferensi Logika (54,88%). DAFTAR PUSTAKA Agustinaningsih, W., Sarwanto, dan Suparmi. Pengembangan Instruksi Praktikum Berbasis Keterampilan Generik Sains Pada Pembelajaran Fisika Materi Teori Kinetik Gas Kelas XI IPA SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013, Jurnal Inkuiri, Vol. 3, No. 1, Solo: Universitas Sebelas Maret, 2014. Brett Freudenberg, Mark Brimble, Craig Cameron, WILL and Generic Skill Development: The Development of Business Student s Generic Skills Through Work Integrated Learning, Asia-Pacific Journal of Cooperative Education, Volume 12, No.2, 2011, p. 81. Hayatus Zakiyah, Adlim, dan A. Halim, Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Titrasi Asam Basa Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa, Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Aceh: PPs Unsyiah, 2013, h. 2. Maya Suci Irawati, Pengembangan LKS Berorientasi CTL pada Materi Sistem Pencernaan di Kelas VIII SMP, Ejurnal Unesa, Vol. 2, No. 3, 2013, h. 172. Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Taknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Rahman, Taufik. Profil Kemampuan Generik Perencanaan Percobaan Calon Guru Hasil Pembelajaran Berbasis Kemampuan Generik Pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Jurnal, (tersedia: http://file.upi.edu, 26 Januari 2014). Rustaman, Nuryani Y. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Dalam Pendidikan Sains dan Asesmennya, (tersedia: http://file.upi.edu, 26 Januari 2014). Tim Penulis Pekerti Bidang MIPA, Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Matematika di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), Cet. 1, h. 6-21. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta, Bumi Aksara: 2010), Edisi Pertama, Cet.2, h. 136. Zulfiani, Feronika, T., Suartini, K. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Cet. 1, 2009. 9