PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pathologic fracture). Menurut Piermattei et al. (2006), sekitar 75 80% kejadian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Etiologi timbulnya defek pada mandibula adalah bermacam-macam, mulai

BAB I PENDAHULUAN. jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. prosedur yang kompleks dengan kemungkinan resiko terhadap pasien

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pencangkokan tulang. Tulang merupakan jaringan kedua terbanyak. tahun dilakukan diseluruh dunia (Greenwald, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang seperti halnya jaringan hidup lainnya pada tubuh manusia dapat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari dalam Laurencin and Nair,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Tumbuhnya insidensi lesi yang terjadi pada tulang. rawan ditandai oleh peningkatan tajam dari individu

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mengalami peningkatan populasi orang tua pada tahun 2025 sebanyak 301% dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sedang dikembangkan saat ini adalah komposit kolagen hidroksiapatit.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling sering digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Karakterisasi Hydroxyapatite Alami yang Dibuat dari Tulang Sapi dan Cangkang Telur sebagai Bahan untuk Donor Tulang (Bone Graft)

BAHAN CANGKOK DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BOVINE BONE XENOGRAFT (DFDBBX) DAN HYDROXYAPATITE BOVINE BONE XENOGRAFT (HA-BBX)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan luka pada soket gigi dan tulang alveolar. Proses penyembuhan tulang

BAB I PENDAHULUAN. organik dan anorganik terutama garam-garam kalsium seperti kalsium fosfat dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa

BAB I PENDAHULUAN. mekanime patologi. Penyembuhan tulang atau union dapat dinilai dari

BAB I PENDAHULUAN. (penyakit pada tulang dan jaringan otot) yang tidak menular dan menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang. tidak dapat dipungkiri pada saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

I. PENDAHULUAN. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas struktur tulang, tulang rawan dan

BAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu komplikasi awal dari fraktur yang terjadi pada tulang adalah nyeri. Nyeri ini

CHIP FREEZE DRIED CANCELLOUS BONE ALLOGRAFT AS SCAFFOLD TO FILL SMALL BONE DEFECT IN LONG BONE

I. PENDAHULUAN. sehingga menurunkan kualitas hidup individu (Deumens et al., 2010). Kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

I. PENDAHULUAN. bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan

ABSTRACT. Tjok Agung Y. Vidyaputra. KEYWORDS: VEGF, Calcium Sulfate, bone defects, osteoblast, type I collagen, bone recycling, liquid nitrogen

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi sel darah. Karena peranannya ini, kerusakan tulang dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini,

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersama dengan kemajuan zaman yang dirasakan dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 DEMINERALIZED FREEZE-DRIED BONE ALLOGRAFT. Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang melibatkan struktur

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

Agus Purnomo dan Dhirgo Adji

STUDI RADIOGRAFIS TULANG FEMUR ANJING PASCA PEMASANGAN EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT DAN DEMINERALIZED EQUINE CORTICAL BONE XENOGRAFT

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

Penyembuhan luka jaringan keras pascatrauma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB 2 BONE GRAFT DAN JENIS BONE GRAFT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Poket infraboni dan poket suprabonimerupakan dua tipe poket periodontal yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

BAB I PENDAHULUAN. proses di berbagai Negara. Saat ini penggunaan terapi stem cell menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri. Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai distributor beban gaya yang bekerja pada tulang subkondral yang terletak

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelitian dalam bidang sel punca mengalami perkembangan yang sangat

BAB I. PENDAHULUAN. ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sesuai dengan kata yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu fungsi-fungsi tersebut (Okoje et al., 2012). Kerusakan pada tulang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang adalah jaringan ikat yang keras dan dinamis (Kalfas, 2001; Filho

JURNAL TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB I KONSEP DASAR. Frakur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves,

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti

Regenerasi pada Massive Bone Defect dengan Bovine Hydroxyapatite sebagai Scaffold Mesenchymal Stem Cell

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang rawan dan

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan. (Undang Undang Kesehatan No. 23, 1992).

Wan Rita Mardhiya, S. Ked

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK... vi. ABSTRCT... vii RINGKASAN...

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan kesayangan terutama anjing dan kucing. Fraktur pada hewan, umumnya disebabkan oleh trauma seperti terbentur benda keras, tertabrak kendaraan dan jatuh dari tempat yang tinggi. Kasus fraktur sampai saat ini masih banyak dijumpai di tempat praktek dokter hewan, Klinik Hewan maupun Rumah Sakit Hewan. Kejadian kasus fraktur pada hewan di Bali, khususnya di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana (RSHP FKH UNUD) mencapai 10% dari total pasien setiap tahunnya. Sebagian besar hewan mengalami fraktur pada tulang panjang seperti tulang femur, humerus, radius, ulna, tibia dan fibula. Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi tulang patah ke posisi semula ( reposisi) kemudian mempertahankan posisi tersebut sambil menunggu proses penyembuhan patah tulang (immobilisasi) agar tulang tersebut dapat tersambung dengan baik dan benar. Kesembuhan fraktur secara spesifik menghasilkan perbaikan pada struktur dan fungsi jaringan tulang, berbeda dengan kesembuhan jaringan otot atau kulit, yang tidak dapat memperbaharui kerusakan tanpa adanya pembentukan jaringan parut (Dimittriou et al., 2011). Reduksi dan imobilisasi yang tepat dengan teknik reduksi spesifik menggunakan instrumen bedah serta penggunaan implan ortopedi diperlukan untuk mencapai kesembuhan tulang yang optimal dalam perbaikan fraktur (Vertenten et al., 2010). 1

2 Tulang memiliki kemampuan untuk sembuh secara spontan melalui regenerasi, namun proses ini seringkali tidak adekuat pada kebanyakan situasi klinis dan patologis yang berat (Nandi et al., 2008). Kerusakan tulang yang berat akibat trauma, disertai dengan banyaknya fragmen patahan tidak bisa dipertahankan, dapat menghambat kesembuhan tulang serta menyebabkan cacat tulang. Selain itu, kesembuhan yang terhambat ( delayed union) atau komplikasi kegagalan kesembuhan ( nonunion) setelah operasi juga menjadi penyebab kerusakan tulang ( McCartney et al., 2010; Larsen et al., 1999; Welch et al., 1997). Untuk mengganti fragmen patahan yang hilang dan melakukan bedah rekonstruksi pada kasus delayed union atau nonunion maka diperlukan bahan cangkok pengganti tulang untuk memperbaiki kerusakan tulang (Kao, 2004). Tindakan cangkok tulang bertujuan untuk merangsang proses penyembuhan tulang serta mengisi bagian tulang yang hilang (Finkemeier, 2002). Pemberian bahan cangkok tulang pada kasus fraktur memerlukan pertimbangan dalam melakukannya, karena kerusakan tulang dengan lebar kurang dari 2 mm memiliki potensi regenerasi tulang yang baik sehingga tidak diperlukan penambahan bahan cangkokan tulang, sedangkan pada kerusakan tulang dengan lebar lebih dari 2 mm secara umum memiliki potensi regenerasi tulang lebih kecil sehingga diperlukan bahan cangkok tulang untuk membantu regenerasi tulang (Fedi et al., 2005). Cangkok tulang adalah teknik operasi mengganti tulang yang hilang dengan menggunakan material tulang yang berasal dari individu yang bersangkutan (autograft), tulang yang diambil dari individu yang berbeda dengan

3 spesies yang sama ( allograft), tulang yang diambil dari spesies yang berbeda (xenograft) atau dari material sintetik atau bahan alami ( Greenwald et al., 2001; Parikh, 2002; Finkemeier, 2002). Bahan cangkok tulang yang ideal harus memiliki potensi untuk mempertahankan sel tetap hidup, tidak menimbulkan reaksi imunologi, mudah didapat, dan memberi kekuatan sekeliling tulang, serta tidak menyebarkan penyakit (Becker et al., 1998). Cangkok tulang autograft merupakan gold standard dalam melakukan bedah rekontruksi tulang karena memiliki tiga sifat biologis dalam proses penyembuhan tulang yaitu sebagai 1) osteokonduktif dimana autograft memiliki matrik yang berfungsi sebagai scaffold tempat deposisi tulang yang baru. 2) osteoinduktif, dimana autograft mengandung berbagai sitokin seperti transforming growth factor-β (TGF-β), insulin-like growth factor (IGF), fibroblast growth factor (FGF), platelet derived growth factor (PDGF), bone morphogenetic protein (BMP) yang berfungsi menstimulasi osteoprogenitor sel untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi osteoblast yang selanjutnya akan memproduksi tulang yang baru. 3) osteogenesis dimana autograft mengandung sel osteoblast yang mempunyai kemampuan untuk memproduksi matrik tulang (Ferdiansyah et al., 2011; Albrek and Johansson, 2001). Meskipun demikian, cangkok tulang autograft juga memiliki beberapa keterbatasan, seperti menimbulkan nyeri pada daerah donor, ketersediaan bahan yang terbatas, merusak saraf, dan infeksi pada bagian donor (Finkemeier, 2002). Karena keterbatasan ini, diperlukan bahan pengganti cangkok tulang dan harus memiliki satu atau lebih

4 dari ciri khas autograft seperti: osteokonduksi, osteoinduksi dan osteogenesis (Aliabadi et al., 2012). Xenograft merupakan alternatif pilihan sebagai bahan pengganti autograft. Keuntungan penggunaan bone xenograft terletak pada materinya tersedia dalam jumlah yang tidak terbatas dan memiliki sifat biologis sebagai osteoinduktif maupun osteokonduktif. Xenograft merupakan bahan cangkok yang berasal dari spesies yang berbeda maka untuk mengurangi respon imun pada resipien harus dilakukan proses penghilangan lemak (defatting) dan protein (deproteinizing) (Fernandes et al., 2010). Salah satu sumber bahan xenograft yang sering digunakan pada manusia berasal dari tulang babi (Nannmark and Sennerby, 2008; Orsini et al., 2006; Barone et al., 2005). Alasan penggunaan tulang babi karena secara makrostruktur, mikrostruktur, komposisi maupun proses remodeling tulang sangat mirip dengan tulang manusia (Pearce et al., 2007). Hasil penelitian terkini, penggunaan bahan cangkok asal tulang babi memberikan hasil paling baik dalam bedah rekonstruksi tulang pada manusia. Keberhasilan penggunaan bahan cangkok asal tulang babi pada manusia menjadi inspirasi untuk diterapkan di dunia kedokteran hewan dalam penanganan kasus bedah orthopedik pada hewan kesayangan terutama anjing. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini akan diteliti tentang efektivitas penggunaan demineralized porcine cortical bone xenograft (DPCBX) sebagai bahan cangkok alternatif untuk penanganan kasus fraktur pada anjing.

5 Perumusan Masalah Tingkat kejadian kasus fraktur tinggi dan komplek serta penanganan belum optimal akan menghambat proses kesembuhan atau tidak terjadi kesembuhan. Hal ini dapat dihindari jika tersedia bahan cangkok tulang. Bahan cangkok yang potensial, murah dan mudah didapat adalah yang berasal dari tulang babi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, diantaranya: 1. Apakah penggunaan bahan cangkok DPCBX yang berasal dari tulang babi efektif untuk penanganan kasus fraktur pada anjing? 2. Bagaimana perubahan yang terjadi pada daerah fraktur pasca pemberian bahan cangkok DPCBX? Tujuan Penelitian 1. Mempelajari efektivitas penggunaan bahan cangkok DPCBX untuk penanganan kasus fraktur pada anjing. 2. Mengetahui perubahan yang terjadi pada daerah fraktur pasca pemberian bahan cangkok DPCBX. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan harapan kesembuhan fraktur komplek dengan pemberian cangkok DPCBX, dan mengembangkan teknologi bahan cangkok tulang, sehingga dapat mengurangi

6 penggunaan produk impor yang mahal dengan menggunakan produk lokal yang murah dan berkualitas tinggi. Keaslian Penelitian Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan bahan cangkok asal tulang babi sudah banyak dilakukan pada manusia, tetapi pada anjing masih sangat sedikit dilakukan. Penggunaan bahan cangkok asal tulang kanselus babi pernah dilakukan oleh Kim et al. (2004) yang meneliti tentang efektivitas penggunaan tulang kanselus babi yang di implantasi pada anjing. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa tulang kanselus sangat efektif sebagai osteokonduksi. Heo et al. (2011) juga melakukan studi kasus yang berjudul Use of Porcine Cancellous Bone Graft of Radial Nounion Fracture in a Dog, memberikan hasil yang sangat baik yang dapat dilihat pada kesembuhan total pada bagian tulang yang mengalami kerusakan 16 minggu pasca operasi, meskipun demikian kajian mengenai efektivitas penggunaan demineralized porcine cortical bone xenograft (DPCBX) sebagai bahan cangkok alternatif pada anjing belum pernah dilakukan sebelumnya.