KUALITAS AIRTANAH PERMUKAAN DAERAH CEKUNGAN AIR KOTA MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
Kualitas Airtanah Permukaan Daerah Cekungan Air Kota Makassar

PERUBAHAN MUKA AIRTANAH DAERAH CEKUNGAN AIR MAKASSAR (CAM)

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

OP-027 INDIKASI INTRUSI AIR LAUT DARI KONDUKTIVITAS AIR TANAH DANGKAL DI KECAMATAN PADANG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERSEBARAN INTRUSI AIR LAUT PADA AIRTANAH FREATIK DI DESA RUGEMUK KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

INTERPRETASI DATA KONDUKTIVITAS LISTRIK DALAM PENENTUAN INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI: STUDI KASUS DAERAH TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Yuliyanti,2013

RESISTIVITAS BATUAN KAMPUS UNHAS TAMALANREA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI AIR BERSIH DI KAWASAN SEGARA ANAKAN. Oleh: Agus Riswandi*)

PEDOMAN TEKNIS PENENTUAN NILAI PEROLEHAN AIR DARI PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DALAM PENGHITUNGAN PAJAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH

Identifikasi Polutan Dalam Air Permukaan Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin Padang

2015 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH PENDUDUK KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU SAMPAI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

POLA DAN PROSES KONSUMSI AIR MASYARAKAT PERMUKIMAN SEPANJANG SUNGAI JAJAR DI KABUPATEN DEMAK (Kecamatan Demak Kecamatan Kebonagung) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Air diperlukan manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

TINJAUAN PUSTAKA. bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

SUMBERDAYA HIDROGEOLOGI

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang esensial bagi kebutuhan rumah tangga, pertanian,

INTRUSI AIR LAUT PANTAI BAROMBONG MAKASSAR DENGAN METODE KONDUKTIVITAS LISTRIK

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

ANALISIS DAN KARAKTERISASI BADAN AIR SUNGAI, DALAM RANGKA MENUNJANG PEMASANGAN SISTIM PEMANTAUAN SUNGAI SECARA TELEMETRI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun mahluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air.

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK

2016 TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses

Intrusi air laut terhadap kualitas air tanah dangkal dari pantai kota Surabaya. Rekayasa Teknik Sipil Vol 3 Nomer 3/rekat/14 (2014) :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I-1

KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

STUDI PENENTUAN PRIORITAS STRATEGI PENGELOLAAN AIR TANAH DI KOTA JAYAPURA

PENGANTAR PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON


BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air, sehingga manusia tidak bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Citarum merupakan gabungan beberapa wilayah luas sungai dengan luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amilia Widya, 2013

PENENTUAN KEBUTUHAN AIR DAN DEBIT AIR BAKU

Bayu Suhartanto, Andy Pramana,Wardoyo, M. Firman, Sumarno Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu, Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa

Transkripsi:

KUALITAS AIRTANAH PERMUKAAN DAERAH CEKUNGAN AIR KOTA MAKASSAR Muhammad Hamzah Syahruddin Geofisika Unhas hamzah@fmipa.unhas.ac.id ABSTRAK Tingkat pertumbuhan penduduk Kota Makassar mencapai rata-rata 1,22. Data statistik tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk yang sangat pesat di kota Makassar. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan pemenuhan kebutuhan air bersih juga tinggi. Kebutuhan air bersiht belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh perusahaan air minum sehingga untuk mencukupi kebutuhan tersebut sebagian masyarakat melakukan pengambilan airtanah. Sehubungan dengan pemanfaatan airtnah, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kualitas airtanah dangkal di Kota makassar. Penelitian kualitas airtanah di kota Makassar dilakukan secara kwalitatif dan kuantitatif. Data kwalitatif diperoleh berdasarkan wawancara langsung dengan masyarakat. Sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui pengukuran konduktivitas airtanah dan salinitasnya. Tempat pengukuran kualitas airtanah secara kwalitatif dan kuantitatif dilakukan di sumur-sumur pantek yang berada di Kota Makassar dan sekitarnya. Data kwalitatif meliputi rasa airtanah, pemanfaatan airtanah, kejernihan, dan kekeruhannya. Data kwalitatif ini diambil pada survei awal untuk ditindak lanjuti dalam pengukuran secara kuantitatif. Hasil penelitian secara kwalitatif menunjukkan bahwa sebagian besar air sumur pantek di Kota Makassar keruh, berwarna kekuningan, payau, dan asin dan hanya sebagian kecil saja yang masih jernih dan dikonsumsi oleh masyarakat. Secara kuantitatif hasil pengukuran konduktivitas menunjukkan bahwa air sumur pantek di bagian barat Kota Makassar adalah 1,0 ms sampai 2,1 ms sedangkan konduktivitas air sumur pantek di bagian timur adalah 0,1 ms sampai 0,9 ms. Karena itu salinitas air sumur di bagian barat lebih besar dari pada salinitas di bagian timur kota Makassar. Jadi kualitas air sumur di Kota Makassar bagian timur masih lebih baik dibandingkan dengan kualitas air sumur di bagian barat Kota Makassar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar air sumur pantek di Kota Makassar kwalitasnya semakin rendah dan hanya sebagian kecil saja yang kualitasnya masih baik. Kata kunci: sumur pantek, kualitas airtanah, konduktivitas, salinitas 1

PENDAHULUAN Makassar sebagai ibukota propinsi Sulawesi Selatan merupakan kota pusat pemerintahan, pusat ekonomi dan perdagangan, pusat pendidikan, dan merupakan kota dengan fasilitas yang terlengkap di Sulawesi Selatan bahkan terlengkap di kawasan timur Indonesia. Hal tersebut merupakan daya tarik tersendiri bagi orang-orang untuk tinggal di Makassar. Akibatnya dari tahun ke tahun penduduknya semakin bertambah baik akibat adanya kelahiran maupun akibat urbanisasi (Anonim, 2008). Jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan mengakibatkan bertambahnya pula kebutuhan air bersih baik untuk keperluan rumah tangga dan industry dan lain-lain. Ketersediaan air cenderung menurun namun dilain pihak kebutuhan akan air semakin meningkat (Kodoatie dan Sjarief, 2005 ). Secara umum air tawar hanya sekitar 0,62% dari semua air (termasuk air laut) di dunia (Foth, 1984), Salah satu sumber air tawar adalah air yang tersimpan dalam pori-pori tanah sebagai airtanah. Sedangkan tanah didefinisikan sebagai suatu tubuh alam di permukaan bumi yang terjadi akibat bekerjanya gaya-gaya alami terhadap bahan alami (Wesley, 1977). Dengan demikian jelas terlihat bahwa pengambilan airtanah aka terus meningkat dari tahun-ketahun. Pengambilan airtanah yang tidak terkendali tidak dapat dihindari jika tidak ada regulasi yang jelas dari pemerintah khususnya pemerintah kota Makassar. Pengambilan airtanah yang tidak terkendali tersebut akan mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap lingkungan. Perubahan/kerusakan lingkungan tersebut harus dideteksi sedini mungkin agar kerusakan yang lebih parah dapat dihindari. Kerusakan lingkungan yang bisa terjadi karena ekspoiltasi airtanah yang tak terkendali adalah penurunan muka airtanah, penurunan muka tanah (subsidence), dan perubahan kualitas airtanah menjadi payau atau asin. Penduduk Kota Makassar pada tahun 2010 berjumlah 1.339.374 jiwa bertambah secara terus menerus hingga pada tahun 2011 penduduk Makassar berjumlah 1.352.136 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk mencapai ratarata 1,22 (Makassarkota.bps.go.id, 2012). Pertumbuhan yang sedemikian pesat tersebut memberikan tekanan kepada kota Makassar, diantaranya adalah dalam 2

hal kebutuhan akan air bersih, baik untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Kebutuhan akan air bersih tersebut belum semuanya dapat dipenuhi oleh PDAM dimana pada tahun 2000 baru mampu menyediakan 62,22% dari total penduduk Kota Makassar. Dari jumlah tersebut 59,42 % dilayani melalui pipa, sisanya 2,8 % dilayani melalui non pipa. Luas wilayah distribusi air bersih telah mencapai radius 11250 Ha. Ini berarti, pelayanan air bersih PDAM Makassar telah menjangkau 65 % dari luas wilayah Kota Makassar yang mempunyai luas 17577 Ha. (http://www bahasa.makassarkota.go.id). Suplai air dari PDAM belum mampu mencukupi kebutuhan air bersih penduduk Kota Makassar. Maka alternatifnya penggunaan airtanah dan PDAM harus dipadukan. Penggunaan airtanah tanpa pengaturan, akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan misalnya penurunan muka airtanah, lonsor (perubahan tanah), intrusi air laut dan lain-lain. Jika standar pemakaian air adalah 125 liter/orang/hari, maka jumlah air yang harus disediakan setiap harinya di Kota Makassar adalah 139.086.000 liter. Aapabila 38% penduduk Kota Makassar yang belum dijangkau PDAM maka diperlukan sebanyak 66.761.280 liter/hari diantaranya dieksploitasi dari sistem akuifer di Cekungan Air Makassar (CAM). Eksploitasi yang tidak terkendali akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada sistem airtanah di Makassar. Pengambilan airtanah yang cenderung bertambah dari tahun ke tahun dengan pola yang tidak beraturan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada sistem airtanah. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan kualitas maupun kuantitasnya. Perubahan secara kuantitas ditandai dengan terjadinya perubahan kedudukan muka airtanah pada setiap sistem akuifer. Perubahan tersebut berupa perubahan muka airtanah yang terjadi disekitar reservoir airtanah berbentuk kerucut. Perubahan muka airtanah yang berbentuk kerucut menyebabkan tekanan airtanah menjadi tinggi untuk mengalir ke dalam sumur. Bila keadaan tersebut berlangsung lama maka muka airtanah akan terus turun. Jika muka airtanah terus turun maka volume air dalam semur juga terus menurun. Bahkan pada musim kemarau ditemukan beberapa sumur yang kering. Fluktuasi kedalaman muka airtanah di Kota Makassar rata-rata adalah satu meter dari musim hujan ke musim 3

kemarau Perubahan muka airtanah pada reservoar tersebut berpengaruh secara langsung pada keadaan kualitas airtanah (syahruddin, 2013). Penurunan airtanah berpotensi menurunakan kualitas airtanah (Notodarmojo, 2005). Perubahan kualitas airtanah ditandai dengan adanya perubahan air tawar menjadi payau atau bahkan menjadi asin. Selain itu, bisa terjadi pencemaran airtanah dari limbah lingkungan permukaan dan sekitarnya karena tekanan airtanah yang tinggi yang dapat menyebabkan proses penyaringan air dalam tanah terganggu. METODA PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di daerah Cekungan Air Makassar (CAM) khususnya di daerah Makassar Barat. Hal ini dilakukan karena berdasarkan data yang ada, daerah Makassar Barat adalah daerah yang dekat dengan pantai, sehingga penurunan muka airtanah dapat menyebabkan adanya intrusi air laut yang paling intensif dibandingkan daerah-daerah lain yang berada jauh dari pantai di wilayah Cekungan Air Makassar. Daerah yang masuk dalam area penelitian adalah Kota Makassar dan sebagian Kota Sungguminasa Kabupaten Gowa dan daerah perbatasan bagian timur Kabupaten Maros. Luas daerah yang disurvei adalah 11000 meter kali 11000 meter atau 121 km 2. Di daerah tersebut dilakukan wawancara langsung dengan masyarakat mengenai fungsi dan keadaan sumur. Selanjutnya dilakukan pengukuran konduktivitas, salinitas, dan perubahan muka airtanah. Titik-titik pengukuran memunyai spasi satu kilometer. Lokasi pengukuran berada pada koordinat geodetik 119 24'4.9388''E - 119 30'3.2231''E dan 5 6'7.5913''S - 5 11'59.7595''S. Lokasi penelitian di Kota Makassar dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar III.1.1. Ada beberapa titik dalam koordianat tersebut yang tidak dapat diukur karena berada di daerah rawah dan laut. 4

Gambar 1 Peta lokasi penelitian Kota Makassar dan sekitarnya beserta titik-titik pengukuran sebanyak 121 titik pengukuran (Dimodifikasi dari data Satelit ( www.wikimapia.com) Pengukuran Konduktivitas dan salinitas digunakan alat ukur Conductivity meter dan Salt meter. Conductivity meter digunakan untuk mengetahui kemampuan air sumur dari sumur pantau untuk menghantarkan listrik. Konduktivitas listrik air sangat dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi garam yang terlarut dalam air. Semakin tinggi konsetrasi garam maka konduktivitas listriknya semakin besar.. Sedangkan salt meter digunakan untuk mengetahui kadar garam (NaCl) dari air sumur dan air permukaan di Kota Makassar. Salt meter yang digunakan tidak mampu mengukur salinitas yang rendah, oleh karena itu conductivity meter di kombinasikan dengan salt meter untuk mengetahui salinitas airtanah di Kota Makassar. Peralatan conductivity meter dan salt meter yang digunakan mempunyai tipe dan mereknya adalah conductivity meter Lutron CD- 4302 dan Salt meter YK-31SA. Peralatan conductivity meter dan salt meter dapat dilihat pada Gambar 2. 5

Gambar 2 Alat Conductivity Meter dan Salt Meter Karakteristik Conductivity Meter dan Salt Meter dapat dilihat pada Gambar 3 a dan b. Karakteristik Conductivity Meter dan Salt Meter tersebut diperoleh melalui percobaan laboratorium sebelum digunakan dilapangan. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan massa garam (gr) yang dilarutkan dalam 500 ml air. (a) 6

(b) Gambar 3 Karakteristik Conductivity Meter dan Salt Meter Kualitas airtanah di kota Makassar diketahui dari data kwalitatif dan kuantitatif. Data kwalitatif diperoleh berdasarkan wawancara langsung dengan masyarakat. Sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui pengukuran konduktivitas airtanah dan salinitasnya. Tempat pengukuran kualitas airtanah secara kwalitatif dan kuantitatif dilakukan di sumur-sumur pantek yang berada di dekat titik-titik pengukuran gravity, elevasi dan SP. Data kwalitatif yang diambil adalah warna airtanah, rasa airtanah, dan pemanfaatan airtanah. Data kwalitatif warna airtanah meliputi warnanya, kejernihan, dan kekeruhannya. Sedangkan data kwalitatif rasa airtanah meliputi asin, payau, dan tawar. Sedangkan untuk pemanfaatannya apakah airtanah itu dikonsumsi atau tidak dikonsumsi. Data kwalitatif ini diambil pada survei awal untuk ditindak lanjuti dalam pengukuran secara kuantitatif. HASIL PENGUKURAN PEMBAHASAN 7

Warna airtanah di Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 4. Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa pada skala gambar 15 ke atas airtanah adalah jernih, pada skala gambar 11 sampai 14 airtanah keruh, dan pada sakala gambar 5 sampai 10 airtanah berwarna kekuningan. Gambar 4 Warna Airtanah Kota Makassar. Skala 15 ke atas adalah jernih, pada skala gambar 11 sampai 14 adalah keruh, dan pada sakala gambar 5 sampai 10 adalah berwarna kekuningan Rasa airtanah di Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 5. Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa pada skala gambar 15 ke atas airtanah adalah tawar, pada skala gambar 8 sampai 14 airtanah payau, dan pada sakala gambar 0 sampai 7 airtanah asin. 8

Gambar 5 Rasa Airtanah Kota Makassar. Skala 15 ke atas adalah tawar, pada skala gambar 8 sampai 14 adalah payau, dan pada sakala gambar 0 sampai 7 adalah asin Pemanfaatan airtanah di Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 6. Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa pada skala gambar 11 ke atas airtanah dikonsumsi, sedangkan skala gambar 8 sampai 10 ke bawah airtanah tidak dikonsumsi. Gambar 6 Konsumsi Airtanah Kota Makassar. Skala 10 ke atas adalah dikosumsi, pada skala 10 ke-bawah tidak dikonsumsi 9

Data Kuantitatif Kualitas Airtanah Kota Makassar Konduktivitas listrik adalah suatu parameter fisis yang menyatakan kemampuan suatu bahan menghantarkan listrik. Jika konduktivitas listrik suatu bahan besar berarti kemampuan bahan mengalirkan arus listrik besar, sedangkan jika konduktivitas suatu bahan kecil berarti kemampuan bahan menghantarkan arus listrik kecil. Untuk menegetahui konduktivitas listrik airtanah di kota makassar maka dilakukan pengukuran menggunakan conduktivity meter. Tempat pengukuran konduktivitas listrik airtanah adalah sumur-sumur yang dekat dengan titik pengukuran gravity. Hasil pengukuran konduktivitas airtanah di Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Konduktivitas Airtanah Kota Makassar Konduktivitas air sumur pantek di Kota Makassar berada di antara nilai 0,2 sampai 2,0 millisiemen. Hasil pengukuran konduktivitas litrik airtanah di Kota Makassar pada Gambar 7 menunjukkan bahwa hampir separuh daerah di Kota Makassar konduktivitas air sumur pantek atau airtanahnya tinggi. Derah yang konduktivitasnya tinggi meliputi Kecamatan Tamalate, Mariso, Ujungpandang, Wajo, Mamajang, Makassar, Bontoalak, Rappocin Panakukang, 10

Tallo dan daerah bantaran sungai Tallo. Bila mengacu pada karakteristik konduktivity meter yang digunakan pada Gambar 3, bahwa semakin besar konduktivitas airtanah maka salinitas airtanah semakin besar. Nilai konduktivitas yang termasuk kategori yang tinggi adalah 0,8 millisiemen sampai 2,1 millisiemen. Sedang nilai konduktivitas yang masuk kategori rendah adalah dibawah satu millisiemen. Sebagai contoh, jika konduktivitas airtanah 0,8 millisiemen berarti mengandung ± 0,6 gram NaCl dalam satu liter air. Hasil pengukuran konduktivitas listrik airtanah di Kota Makassar dapat dikonversi ke salinitas (%). Hasil konversi konduktivitas listrik airtanah di Kota Makassar ke dalam salinitas (%) dapat dilihat pada Gambar 8. Konversi ini dilakukan karena salt meter yang digunkan hanya mampu mengukur salinitas satu % ke atas. Sedangkan salinitas air sumur di Kota Makassar rata-rata salinitasnya di bawah satu %. Hasik konversi konduktivitas listrik ke dalam salinitas airtanah di Kota Makassar menunjukkan bahwa salinitas sumur pantek di Kota Makassar adalah 0,01 % sampai 0,27 %. Gambar 8 Hasil konversi konduktivitas listrik ke salinitas airtanah Kota Makassar 11

Pengukuran salinitas air permukaan di kota Makassar diukur dengan salt meter. Pengukuran salinitas dilakukan di area pantai kota Makassar, daerah aliran sungai yaitu sungai Tallo dan muara sungai Jeneberang. Hasil pengukuran salinitas air didaerah pantai kota Makassar adalah 2,51%. Sedangkan salinitas air sungai Tallo yang melintas di perumahan Bukit Baruga adalah 2,22% dan salinitas air sungai di muara sungai Jeneberang adalah 2,45%. Salinitas yang tinggi di sungai jeneberang hanya terjadi di daerah muara sungai Jeneberang. Hal tersebut terjadi karena ada bendungan karet yang menahan pasang air laut yang masuk ke hulu sungai. Berbeda sungai jeneberang dengan salinitas aliran sungai Tallo. Sungai Tallo salinitasnya tinggi jauh masuk ke daerah hulu sungai. Hal ini disebabkan, karena tidak ada bendungan yang menahan air laut masuk ke hulu sungai pada waktu pasang. Kualitas airtanah di Kota Makassar baik secara kwalitatif maupun secara kuantitatif sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan aliran air sungai Tallo. Hasil pengukuran air di muara sungai tallo dan aliran sungai tallo yang melintas di perumahan Bukit Baruga Antang Kecamatan manggala menunjukkan bahwa salinitasnya tinggi yaitu 2,5 % sampai 2,2 %, dan konduktivitasnya tinggi yaitu 2,0 milli Siemen sampai 1,85 millisiemen. Salinitas air sungai Tallo yang tinggi tersebut mempengaruhi kualitas air permukaan secara langsung di Kota Makassar. Selain itu, warna air dan kekeruhan air permukaan juga dipengaruhi aliran sungai Tallo. Oleh karena itu, kualitas air permukaan yang sebagian besar dipengaruhi oleh aliran sungai Tallo baik secara lansung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kwalitas air sumur di Kota Makassar. Data kualitatif dan kuantitatif air sumur di Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 4 sampai Gambar 8, dan data kuantitatif dapat dilihat pada Gambar 4 sampai Gambar 6. Dari Gambar tersebut menunjukkan bahwa konduktivitas air yang tinggi semakin meluas di Kota makassar. Data-data tersebut jelas menunjukkan bahwa sebagian besar air sumur pantek di Kota Makassar kwalitasnya semakiin rendah dan hanya sebagian kecil saja yang kualitasnya masih baik. Namun demikian air sumur pada musim hujan kualitas lebih baik dari pada musim kemarau karena salinitasnya turun pada musim hujan dan salinitasnya naik pada musim kemarau. Selain itu, permukaan air sumur naik pada musim 12

hujan dan permukaan air sumur turun pada musim kemarau. Bahkan pada musim kemarau ditemukan beberapa sumur yang kering. Fluktuasi kedalaman muka airtanah di Kota Makassar rata-rata adalah satu meter dari musim hujan ke musim kemarau Perubahan muka airtanah pada reservoar tersebut berpengaruh secara langsung pada keadaan kualitas airtanah (syahruddin, 2013).. Kesimpulan 1. Kualitas airtanah di Kota Makassar baik secara kwalitatif maupun secara kuantitatif sangat dipengaruhi oleh aliran air sungai Tallo. Hasil pengukuran air di muara sungai tallo dan aliran sungai tallo yang melintas di perumahan Bukit Baruga Antang Kecamatan manggala menunjukkan bahwa salinitasnya tinggi yaitu 2,5 % sampai 2,2 %, dan konduktivitasnya tinggi yaitu 2,0 milli Siemen sampai 1,85 millisiemen. Salinitas air sungai Tallo yang tinggi tersebut mempengaruhi kualitas air permukaan secara langsung di Kota Makassar. Selain itu, warna air dan kekeruhan air permukaan juga dipengaruhi aliran sungai Tallo. Oleh karena itu, kualitas air permukaan yang sebagian besar dipengaruhi oleh aliran sungai Tallo baik secara lansung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kwalitas air sumur di Kota Makassar. 2. Konduktivitas air sumur pantek di bagian barat Kota Makassar adalah 1,0 ms sampai 2,1 ms sedangkan konduktivitas air sumur pantek di bagian timur adalah 0,1 ms sampai 0,9 ms. Karena itu salinitas air sumur di bagian barat lebih besar dari pada salinitas di bagian timur kota Makassar. Jadi kualitas air sumur di Kota Makassar bagian timur masih lebih baik dibandingkan dengan kualitas air sumur di bagian barat Kota Makassar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar air sumur pantek di Kota Makassar kwalitasnya semakin rendah dan hanya sebagian kecil saja yang kualitasnya masih baik. 13

Ucapan Terima Kasih Pada kesempatan yang sangat berharga ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui dana BOPTN UNHAS 2012 yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggitingginya juga disampaikan kepada Pimpinan UNHAS dan jajarannya, Ketua komisi penelitian UNHAS dan jajarannya, Ketua dan Staf Lembaga Penelitian UNHAS, pimpinan dan jajaran Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNHAS, Ketua jurusan dan ketua prodi geofisika. Terima kasih kepada semua pihak baik langsung maupun tidak langsung memberi dukungannya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar Foth, H.D., (1984) : Dasar-dasar Ilmu Tanah, (Terjemahan ), Gajah Mada Univ. Press, Yogyakarta, 781. Kodoatie, R.J dan Sjarief R. (2005); Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Andi. Yogyakarta. Notodarmojo, S., (2005) : Pencemaran Tanah dan Air Tanah, Penerbit ITB Bandung, 279-290. Syahruddin, M.H.,; Perubahan muka airtanah cekungan air Makassar (CAM), Prosidng, SNF FMIPA UNHAS. Wesley, D.L., (1977) : Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. 14