Drs. SUGIYONO, M. Si Direktur Pengembangan Ekonomi Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PEMERINTAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

HUBUNGAN PEMERINTAH DAERAH, KECAMATAN DAN DESA. Bagian Pemerintahan Setda Kab. Lamongan

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2007

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republ

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH)

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 86 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 12

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVSU. dengan sebutan Badan atau Kantor dan selanjutnya pada pasal 2 ayat 2

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM MENGHADAPI MEA 2015

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PELAKSANAAN UU. NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. PENDAHULUAN. Prinsip prinsip dari visi diatas adalah :

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI MALUKU

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH SEKRETARIS SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN PROGRAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENATAAN KELEMBAGAAN URUSAN PANGAN

WALIKOTA BUKITTINGGI

GUBERNUR JAWA TENGAH

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PADA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN TJAHJO KUMOLO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KELEMBAGAAN DAN KETENAGAAN PENYULUH PERIKANAN DI DAERAH

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI BANTEN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

KATA PENGANTAR. Penyusun,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH MENUJU PENCAPAIAN GOOD GOVERNANCE

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

KEBIJAKAN NASIONAL PENYELENGGARAAN PTSP DI DAERAH Drs. SUGIYONO, M. Si Direktur Pengembangan Ekonomi Daerah Bandung, 23 September 2014 Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri 2014

KONDISI TAHUN 2014 1. Jumlah penduduk ± 237,56 juta orang 2. Penduduk miskin ± 28,55 juta orang 3. Inflasi bulan Mei 2014 ± 0,16% 4. Pertumbuhan ekonomi ± 5 5,2% 5. Jumlah wisatawan ± 726,3 Ribu orang pada bulan Mei 6. Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) = 3,63 7. Predikat Invesment Grade dari lembaga pemeringkat Fitch Rating dan Moody s Investor Service 2

DASAR HUKUM 1. UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah 2. UU 28 /2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PP 38/2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 3. PP 79/2005 Pedoman Pembinaan dan Pengawasan. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 4. PP 41/2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah 5. Permendagri 24/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 6. Permendagri 20/2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di daerah 7. Inpres 3/2006 tentang Paket kebijakan perbaikan iklim investasi 3

Ketentuan umum 1. Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu, selanjutnya disingkat PPTSP adalah perangkat pemerintah daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola sernua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan di daerah dengan sistem satu pintu. 2. Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. 3. Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. 4. Penyederhanaan pelayanan adalah upaya penyingkatan terhadap waktu, prosedur, dan biaya pemberian perizinan dan non perizinan. 5. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sarnpai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. 6. Pembinaan adalah upaya pengembangan, pemantapan, pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pemberian penghargaan bagi Pemerintah Daerah dan PPTSP, yang dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri dan/atau Gubernur. 7. Pengawasan fungsional adalah penertiban atau pemeriksaan yang dilakukan oleh badanbadan pemeriksa teknis terhadap PPTSP sesuai peraturan perundang-undangan. 8. Pengawasan Masyarakat adalah kontrol sosial yang dilakukan oleh masyarakat terhadap kinerja PPTSP sesuai peraturan perundangundangan.

P E M E R I N T A H A N D A E R A H Sesuai UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan : Pelayanan publik; Pemberdayaan masyarakat; Peran serta masyarakat; Daya saing daerah; 5

R.I. Pelayanan Publik : Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau penyelenggara pelayanan publik. Standar pelayanan : Berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Sumber : Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 6

PERINGKAT DAYA SAING GLOBAL 2013 S.D 2014 DARI 148 NEGARA BERDASARKAN WORLD ECONOMIC FORUM NEGARA-NEGARA ASEAN PERINGKAT (dari 148 Negara) Singapura 2 Malaysia 24 Brunai 26 Thailand 37 Indonesia 38 Philpina 59 Vietnam 70 Laos 81 Kamboja 88 Myanmar 139 7

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH 126 Jenis Perizinan Pada 22 Sektor /APBN 8

URUSAN PEMERINTAHAN URUSAN PEMERINTAH Politik Luar Negeri; Pertahanan; Keamanan; Yustisi; Moneter dan Fiskal; Agama. URUSAN PEMERINTAH DAERAH Urusan wajib yaitu suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar; Urusan pilihan yaitu suatu urusan pemerintahan yang terkait dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah; 9

URUSAN WAJIB a. Pendidikan; b. Kesehatan; c. Lingkungan Hidup; d. Pekerjaan Umum; e. Penataan Ruang; f. Perencanaan Pembangunan; g. Perumahan; h. Kepemudaan dan olahraga; i. Penanaman modal; j. Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; k. Kependudukan dan Catatan Sipil; l. Ketenagakerjaan; (Pasal 7 (2) PP 38/2007) 10

m. Ketahanan pangan; n. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; o. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; p. Perhubungan; q. Komunikasi dan Informatika; r. Pertanahan; s. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri; t. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian; u. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; v. Sosial; w. Kebudayaan; x. Statistik; y. Kearsipan; dan z. Perpustakaan. (Pasal 7 (2) PP 38/2007) 11

(Pasal 7 (2) PP 38/2007) URUSAN PILIHAN a. kelautan dan perikanan; b. pertanian; c. kehutanan; d. energi dan sumber daya mineral; e. pariwisata; f. Industri g. Perdagangan;dan h. ketransmigrasian 12

LATAR BELAKANG Kondisi perekonomian Indonesia awal Tahun 2006 kurang menggembirakan: - Pertumbuhan Ekonomi lambat (5,6 %) - Angka Kemiskinan (17,75%) dan pengangguran masih tinggi (11,1%) - Kesenjangan daya saing makin melebar - Iklim investasi tidak kondusif INPRES NOMOR 3 TAHUN 2006 Tentang Paket Kebijakan Investasi (85 Tindakan) Penyederhanaan Pelayanan Perijinan Satu Pintu Satu Atap bagi UMKM 13

1. Tidak ada kepastian hukum 2. Sistem dan prosedur tdk jelas 3. persyaratan terlalu banyak 4. proses berbelit-belit 5. Waktu lama tdk ada limit 6. Mahal, bernuansa KKN dan pungli 7. Terkesan rigid dan tidak ramah MINAT INVESTOR LOW KONDISI PERIJINAN UU DASAR 1945 UU 32 TAHUN 2004 UU 25 TAHUN 2007 INPRES 3 TAHUN 2006 PROSES DEREGULASI IKLIM INVESTASI GLOBALISASI REFORMASI UP MINAT INVESTOR Pelayanan Publik Kepastian hukum Penyederhanaan: Mudah, Murah, Nyaman, Cepat, Transparan, Akuntabel dan Tidak Diskriminatif dan Tidak KKN. Adanya PTSP SDM profesional.

PELAYANAN PERIZINAN TIDAK TERPADU SKPD A SKPD E SKPD B SKPD F SKPD C SKPD G SKPD D SKPD H Pemohon Pemohon izin harus mendatangi banyak kantor, Prosedur bisa berbeda, persyaratan bisa tumpang tindih.. 15

PELAYANAN TERPADU SATU ATAP PTSA SKPD A SKPD B SKPD C Meja Penerimaan SKPD D SKPD E SKPD F Pemohon datang ke satu tempat, tapi pemrosesan masih di masingmasing kantor, tidak banyak pengaruh dalam hal kecepatan dan biaya pelayanan.. Pemohon 16

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PTSP Tim Teknis Meja Penerimaan Pemohon datang ke satu tempat, pelayanan bisa lebih cepat dan lebih murah.. Pemohon

DASAR HUKUM (1) Penyelenggaraan PTSP Diatur Berdasarkan Permendagri No 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Permendagri No 24 Tahun 2006 merupakan Pedoman, mengatur kisi-kisi dan tata cara membangun sistem pelayanan perijinan dan non perijinan yang baik, transparan, demokratis, efisien dan efektif serta sederhana, disesuaikan dengan kewenangan, tuntutan dan kebutuhan daerah. Hakekat : 1. PTSP : kegiatan penyelenggaraan perijinan dan non perijinan yang proses pengelolaan perijinan dan non perijinan dari awal permohonan sampai pada terbit dokumen dilaksanakan di satu tempat; 2. Terjadi pelimpahan wewenang penandatanganan dokumen izin/non izin dari Bupati/Walikota kepada Kepala PTSP; 3. Penyederhanaan :percepatan waktu, sisdur, persyaratan dan biaya. 18

(2). Pembentukan Kelembagaan PTSP Diatur Berdasarkan Permendagri No. 20 Tahun 2008 DASAR KETETAPAN Permendagri No. 20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah; Diterbitkan Dalam Rangka Pelaksanaan Pasal 47 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah; Diamanatkan bahwa Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri dengan mendapat pertimbangan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. 19

TUJUAN DAN SASARAN PTSP Tujuan PTSP Mempercepat waktu pelayanan Menekan biaya pelayanan (pengurangan biaya) Menyederhanakan persyaratan Sasaran PTSP Terwujudnya pelayanan publik yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau; meningkatnya hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik; 20

MANFAAT PTSP Bagi Masyarakat Bagi Dunia Usaha Bagi Pemerintah Memperoleh pelayanan publik yang lebih baik Mendapatkan kepastian dan jaminan hukum Untuk memberikan kemudahan perizinan (minat usaha tinggi) Mendapatkan pelayanan efisien (waktu dan biaya ) Mengalokasikan banyak waktu dan biaya pada kegiatan produktif Mengurangi beban administratif Meningkatkan daya saing dan kemandirian daerah Terbangunnya citra yang baik Mencegah terjadinya KKN dan Pungli

KELEMBAGAAN PEMBENTUKAN Dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat dibidang perijinan dibentuk unit pelayanan perijinan terpadu dengan sebutan Badan atau Kantor. Pembentukan Badan atau Kantor ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Lanjutan Data Perkembangan PTSP.. Jumlah PTSP Berdasar Kelembagaan 283 23 169 6 Badan Dinas Kantor Unit 23

KEDUDUKAN Badan atau Kantor berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Badan dan Kantor didukung oleh Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Kepala. Kepala Sekretariat adalah sebagai Kepala Badan atau Kepala Kantor.

PRINSIP PENYELENGGARAAN PTSP a) Sederhana b) Jelas dan pasti c) Waktunya pasti d) Hukumnya pasti e) Aksesnya mudah f) Yaman g) Kondisi Wilayah h) disiplin, sopan dan ramah

PENYEDERHANAAN PELAYANAN 1. Bupati/Walikota wajib melakukan penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu. 2. Penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan mencakup : a. Pelayanan permohonan perizinan dilakukan oleh PPTSP; b. Percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar waktu yang telah ditetapkan dalam Perda; c. Kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perda; d. Kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian perizinan dan non perizinan sesuai dengan urutan prosedurnya; e. Mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk dua atau Lebih permohonan perizinan; f. Pembebasan biaya perizinan bagi UMKM yang ingin memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku; dan g. Pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan.

ALUR UTAMA PTSP 1. Lembaga PTSP merupakan operator yang mempunyai tugas untuk menerbitkan izin dan membatalkan izin bukan sebagai lembaga regulator yang menerbitkan kebijakan; 2. Perangkat Daerah yang secara teknis terkait PTSP berkewajiban dan bertanggungjawab untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan atas pengelolaan perizinan dan non perizinan sesuai dengan bidang tugasnya. 3. Lingkup Tugas PTSP meliputi pemberian pelayanan atas semua bentuk pelayanan perizinan dan non Perizinan yang menjadi kewenangan daerah 27

DATA PERKEMBANGAN PTSP 600 500 400 300 200 100 KEMENTERIAN DALAM NEGERI MEMBENTUKAN KELEMBAGAAN PTSP 0 Provinsi Kabupaten Kota Jumlah Jumlah 34 413 98 545 Sudah Terbentuk PTSP 31 363 97 491 Belum Terbentuk PTSP 3 50 1 54 28

REKAPITULASI IZIN DAN NON IZIN SELURUH INDONESIA Jumlah izin yang paling banyak a. Provinsi : Jawa Barat : 208 izin b. Kabupaten : Kupang : 157 izin c. Kota : Mojokerto : 117 izin Jumlah izin yang paling sedikit a. Provinsi : Kalimantan Timur : 13 izin b. Kabupaten : Piringsewu : 5 izin c. Kota : Prabumulih : 5 izin a. Daerah yang perizinannya masih ditanda tangani oleh Kepala Daerah : 107 Daerah b. Daerah yang perizinannya masih ditanda tangani oleh Sekda : 64 Daerah c. Daerah yang perizinannya masih ditanda tangani oleh Kepala Daerah dan Sekda : 28 Daerah 29

PERMASALAHAN PTSP 30

R.I. P E M B I N A A N D A N P E N G A W A S A N PEMERINTAH Pembinaan Pengawasan MENDAGRI K/L Binwas Umum Binwas Teknis Secara Nas. DIKOORDINASIKAN MENDAGRI Provinsi Gubernur sbg wakil Pem. Binwas umum & teknis Kab/Kota 31

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Satuankerja perangkat daerah yang secara teknis terkait dengan pelayanan perijinan terpadu berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan perijinan. Pembinaan atas penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan oleh Menteri Dalam Negeri dan Kepala Daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan perizinan dan non perizinan. Pembinaan, meliputi pengembangan sistern, sumber Jaya manusia, dan jaringan kerja sesuai kebutuhan daerah, yang dilaksanakan melalui : Koordinasi secara berkala; Pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi; Pendidikan, pelatihan, pemagangan; dan Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan publik.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PTSP KE DEPAN 1. Mendorong percepatan memulai usaha dari 17 hari menjadi 7 hari. 2. Percepatan pembentukan PTSP bagi daerah yang belum membentuk. 3. Meningkatkan status kelembagaan PTSP menjadi Badan. 4. Pelimpahan kewenangan penandatanganan ijin dan non ijin yang masih ditandatangani oleh Kepala Daerah, Sekda dan SKPD. 5. Melibatkan Kementerian/Lembaga seperti Menko Perekonomian, Bappenas, UKP4, KPK dan Inspektorat Jenderal. 6. Mendorong daerah agar lebih kreatif dalam menyusun program kegiatan untuk pengembangan PTSP. 33

ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI 1. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 2. Fasilitasi dan koordinasi kebijakan Pemerintah; 3. Mensinergikan kebijakan Pemerintah dengan kebijakan Pemerintah Daerah; 34

HAL-HAL YANG HARUS SEGERA DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH 1. Membentuk kelembagaan PTSP dengan landasan hukum Peraturan Daerah paling lama sampai dengan akhir Bulan Desember Tahun 2014, bagi daerah yang belum membentuk. 2. Melimpahkan sepenuhnya kewenangan pelayanan perizinan yang masih ditandatangani oleh Gubernur, Bupati, Walikota, Sekretaris Daerah dan Kepala SKPD kepada kelembagaan PTSP. 3. Menyederhanakan perizinan baik dari sisi jumlah, persyaratan, waktu maupun prosedurnya. 4. Memungut biaya yang terkait dengan perizinan dan non perizinan sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 35

KERANGKA STRANAS PPK Jangka Panjang (2012-2025) VISI: Terwujudnya kehidupan bangsa yang bersih dari korupsi dengan didukung oleh sistem nilai budaya yang berintegritas Jangka Menengah (2012-2014) Terwujudnya tata kepemerintahan yang bersih dari korupsi dengan kapasitas pencegahan dan penindakan serta sistem nilai budaya yang berintegritas MISI 1. Pencegahan dan penindakan korupsi yang terpadu secara nasional 2. Mengkonsolidasikan sistem dan mekanisme nasional penyelamatan aset hasil korupsi melalui kerjasama nasional dan internasional secara efektif 3. Mengembangkan Reformasi peraturan perundang-undangan nasional yang mendukung pencegahan dan penindakan korupsi secara konsisten, terkonsolidasi, tersistematisasi dalam rangka penegakan hukum tindak pidana korupsi 4. Membangun pendidikan dan budaya anti korupsi 5. Mengembangkan sistem pelaporan kinerja implementasi stranas PPK yang transparan dan terkonsolidasi 36 Strategi, Indikator Keberhasilan, Peranti Anti Korupsi dan Fokus Kegiatan Prioritas 36

Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Pemerintah Daerah Tahun 2014 terdiri dari 8 (delapan) Aksi : 1. Pembentukan Kelembagaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) bagi Pemerintah Daerah yang belum membentuk kelembagaan PTSP. 2. Pelimpahan kewenangan penerbitan perizinan dan non perizinan di daerah kepada lembaga PTSP. 3. Publikasi standar pelayanan terpadu satu pintu pada lembaga PTSP (bagi Pemerintah Daerah yang sudah membentuk Kelembagaan PTSP). 4. Penyediaan sarana dan mekanisme penyelenggaraan penanganan layanan PTSP. BPPT 5. Peningkatan transparansi pengelolaan anggaran daerah. 6. Publikasi dokumen Rencana Pembangunan Daerah dan Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah. 7. Pelaksanaan Transparansi Proses Pengadaan Barang dan Jasa. 8. Pembentukan dan penguatan tugas pokok dan fungsi pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) utama dan pembantu DINAS KEUANGAN BAPPEDA BIRO UMUM HUMAS

EVALUASI KINERJA PELAPORAN B03 AD-PPK SELURUH INDONESIA TAHUN 2014 NO BULAN KATAGORI BIRU HIJAU KUNING MERAH ABU-ABU TOTAL 1 B04 6 1.676 159 2.661 110 4.612 2 % 0,13 % 36,34 % 3,44% 57,69% 2,38% 100 % 3 B06-2.196 213 2.182 19 4.612 4 % - 48 % 4,62% 47 % 0,41% 100 % 110 6 19 0 Biru Biru 2.661 1.676 Hijau Kuning Merah 2.182 2.196 Hijau Kuning Merah 159 Abu 213 Abu

Jokowi Terapkan PTSP Jakarta di Indonesia Kamis, 18 September 2014 15:56 WIB JAKARTA, KOMPAS.com Presiden terpilih Joko "Jokowi" Widodo berencana menerapkan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) DKI Jakarta di Indonesia. Jokowi menamakan programnya itu pusat pelayanan terpadu satu pintu nasional atau onestop national service. Nanti akan ada semacam one-stop national service. Perizinan terpadu, tapi skalanya nasional," ujar Jokowi di Balaikota, Jakarta, Kamis (18/9/2014) siang. Unit pelayanan tersebut, lanjut Jokowi, mengakomodasi seluruh perizinan di Indonesia, misalnya izin pertambangan dan izin pendirian usaha. Unit pelayanan itu direncanakan bakal berada di bawah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Jokowi belum mau memberikan informasi lebih rinci soal rencana tersebut. Pasalnya, pihaknya masih melakukan kajian terhadap hal itu. Namun, Jokowi menegaskan bahwa pelayanan satu pintu harus diterapkan di Indonesia. Sebelumnya, Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta menerapkan PTSP di Ibu Kota sejak pertengahan 2014. Seluruh izin warga DKI, mulai dari pembuatan kartu tanda penduduk (KTP), kartu keluarga (KK), akta kelahiran, izin usaha, dan sebagainya, melalui unit tersebut. Saat menjadi calon presiden, Jokowi kerap mendapatkan keluhan dari sejumlah kepala daerah, yakni soal sulitnya mendapatkan izin di daerah. Hal itu juga yang kian menguatkan rencana Jokowi mendirikan pelayanan terpadu satu pintu skala nasional. 39

40