JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2015, VOL.15, NO.2

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUPLEMENTASI FETAL CALF SERUM TERHADAP KEMAMPUAN MATURASI IN VITRO OOSIT SAPI

PENGARUH KONSENTRASI SPERMATOZOA PASCA KAPASITASI TERHADAP TINGKAT FERTILISASI IN VITRO

SUPLEMENTASI FETAL BOVINE SERUM (FBS) TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO SEL FOLIKEL KAMBING PE

Pengaruh Serum Domba dan Serum Domba Estrus terhadap Tingkat Maturasi dan Fertilisasi Oosit Domba In Vitro

I. PENDAHULUAN. memproduksi dan meningkatkan produktivitas peternakan. Terkandung di

Penggunaan Pregnant Mare's Serum Gonadotropin (PMSG) dalam Pematangan In Vitro Oosit Sapi

KAPASITAS PERKEMBANGAN OOSIT BABI YANG DIMATANGKAN SECARA IN VITRO PADA MEDIA TANPA SUPLEMEN SERUM

Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Setelah 24 Jam Presevasi Ovarium

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

Penggunaan Medium CR1aa untuk Produksi Embrio Domba In Vitro

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

Pengaruh Waktu dan Suhu Media Penyimpanan Terhadap Kualitas Oosit Hasil Koleksi Ovarium Sapi Betina Yang Dipotong Di TPH

TINGKAT PEMATANGAN OOSIT KAMBING YANG DIKULTUR SECARA IN VITRO SELAMA 26 JAM ABSTRAK

Gordon, I Laboratory Production of Cattle Embrio. Cambridge University Press. United Kingdom.

BAB I. PENDAHULUAN A.

(In Vitro Quality of Filial Ongole Bovine Oocytes Collected from Ovary after Transported in Different Transportation Period) ABSTRAK

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT NURBARIAH

Tingkat Pematangan Inti Oosit Domba dari Ovarium dengan Status Reproduksi dan Medium Maturasi yang Berbeda

Z. Udin, Jaswandi, dan M. Hiliyati Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang ABSTRAK

Korelasi antara Oosit Domba yang Dikoleksi dari Rumah Pemotongan Hewan dengan Tingkat Fertilitasnya setelah Fertilisasi in vitro

PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH FOLIKEL PER OVARI TERHADAP KUALITAS OOSIT KAMBING LOKAL

SUPLEMENTASI HORMON GONADOTROPIN PADA MEDIUM MATURASI IN VITRO UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN EMBRIO STADIUM 4 SEL KAMBING BLIGON

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

PEMATANGAN OOSIT DOMBA SECARA IN VITRO DALAM BERBAGAI JENIS SERUM IN VITRO MATURATION OF OVINE OOCYTE IN VARIOUS SERUM

PENGARUH PREGNANT MARE SERUM GONADOTROPIN (PMSG) PADA MATURASI DAN FERTILISASI IN VITRO OOSIT KAMBING LOKAL

PENGARUH LAMA MATURASI DAN LAMA INKUBASI FERTILISASI TERHADAP ANGKA FERTILITAS OOSIT SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

Perlakuan Superovulasi Sebelum Pemotongan Ternak (Treatment Superovulation Before Animal Sloughter)

Seleksi Kemampuan Pematangan Oosit Domba Menggunakan Teknik Brilliant Cressyl Blue

Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Lampiran 2 Pembuatan Larutan PBS Lampiran 3 Prosedur Pewarnaan HE

Kelahiran Anak Sapi Hasil Fertilisasi secara in Vitro dengan Sperma Hasil Pemisahan

KUALITAS OOSIT DARI OVARIUM SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) PADA FASE FOLIKULER DAN LUTEAL

Efektivitas Manipulasi Berbagai Ko-Kultur Sel pada Sistem Inkubasi CO 2 5% untuk Meningkatkan Produksi Embrio Sapi Secara In Vitro

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

IDENTIFIKASI PROFIL PROTEIN OOSIT KAMBING PADA LAMA MATURASI IN VITRO YANG BERBEDA DENGAN SDS-PAGE. Nurul Isnaini. Abstrak

PEMANFAATAN SEL KUMULUS PADA MEDIUM KULTUR IN VITRO EMBRIO MENCIT TAHAP SATU SEL

VIABILITAS OOSIT DOMBA PASCATRANSPLANTASI OVARIUM DOMBA DALAM UTERUS KELINCI PSEUDOPREGNANT

KOMPETENSI PERKEMBANGAN OOSIT DOMBA PADA SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN OVARIUM YANG BERBEDA ARIE FEBRETRISIANA

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Superovulasi Koleksi Sel Telur

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

PENGARUH PENAMBAHAN HORMON PADA MEDIUM PEMATANGAN TERHADAP PRODUKSI EMBRIO SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan Penelitian. Metode Penelitian

TINGKAT PERKEMBANGAN AWAL EMBRIO SAPI IN VITRO MENGGUNAKAN MEDIA TUNGGAL BERBAHAN DASAR TISSUE CULTURE MEDIUM (TCM) 199

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

KEMAMPUAN MATURASI DAN FERTILISASI OOSIT DARI OVARIUM DOMBA PREPUBER SECARA IN VITRO ANITA HAFID

IDENTIFIKASI DAN UJI BIOAKTIVITAS GROWTH FACTOR DAN HORMON STEROID SEKS HASIL BIAKAN MONOLAYER SEL HEPAR DAN SEL KUMULUS SAPI

TINGKAT FERTILISASI OOSIT DOMBA DARI OVARIUM YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN WAKTU YANG BERBEDA SECARA IN VITRO

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT SAPI BETINA MUDA (JUVENILE)

PENGARUH WAKTU PRESERVASI OVARIUM TERHADAP DIAMETER FOLIKEL DAN OOSIT DOMBA LOKAL

Perkembangan Folikel dan Viabilitas Oosit Domba Pascatransplantasi Ovarium Domba Intrauterin pada Kelinci Bunting Semu

HUBUNGAN JUMLAH FOLIKEL PER OVARI DENGAN KUALITAS OOSIT DAN LAMA HARI TERBENTUKNYA BLASTOSIT FERTILISASI IN VITRO PADA SAPI FRIES HOLLAND

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

EVALUASI OOSIT KAMBING HASIL IVM SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN DALAM AKTIVASI PARTENOGENESIS. Kholifah Holil

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

Tingkat Pematangan Inti Oosit Domba dan Pembentukan Pronukleus Setelah Parthenogenesis dengan Penambahan Glutathione

REVIEW FISIBILITAS KULTUR ANTHRAL FOLIKEL SEBAGAI SUMBER SEL OOSIT IN VITRO KAMBING DARI PRODUK SAMPING RUMAH POTONG HEWAN

PRODUKSI EMBRIO IN VITRO DARI OOSIT HASIL AUTOTRANSPLANTASI HETEROTOPIK OVARIUM MENCIT NURBARIAH

Jurnal Kajian Veteriner Volume 3 Nomor 1 : ISSN:

OPTIMALISASI PRODUKSI EMBRIO DOMBA SECARA IN VITRO: PENGGUNAAN MEDIUM CR1aa DAN PENGARUH STATUS REPRODUKSI OVARIUM YULNAWATI

PENGARUH MEDIA IVM DAN IVC PADA PERKEMBANGAN EMBRIO SAPI SECARA IN VITRO

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KULTUR OVARI SEBAGAI SUMBER OOSIT UNTUK PRODUKSI HEWAN DAN BANTUAN KLINIK BAGI WANITA YANG GAGAL FUNGSI OVARI

PENGARUH PENAMBAHAN INSULIN TRANSFERRIN SELENIUM (ITS) PADA MEDIUM TERHADAP TINGKAT MATURASI DAN FERTILISASI OOSIT SAPI BALI SECARA IN VITRO SKRIPSI

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini berupa ovarium domba lokal umur <1 tahun 3 tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu pediatri dan ilmu Genetika Dasar.

Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA ALASAN MELAKUKAN

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN HORMON GONADOTHROPIN PADA MEDIUM MATURASI msof TERHADAP TINGKAT MATURASI OOSIT

TINGKAT PERKEMBANGAN PRODUKSI EMBRIO IN VITRO HASIL FERTILISASI SAPI SEBANGSA DAN BEDA BANGSA MUHAMMAD FARIS FIRDAUS

2. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan dan Perkembangan Folikel

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Kompetensi Perkembangan Oosit Kambing Kacang dengan Diameter Berbeda pada Medium yang Disuplementasi Cairan Folikel

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Rancangan Percobaan Metode Penelitian Koleksi Blastosis

Perbedaan Aktivitas Ovarium Sapi Bali Kanan dan Kiri serta Morfologi Oosit yang Dikoleksi Menggunakan Metode Slicing

POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT MATURASI DAN FERTILISASI SECARA IN VITRO SKRIPSI ANDI NURUL AIRIN ARIF I

SUPLEMENTASI INSULIN TRANSFERRIN SELENIUM PADA MATURASI IN VITRO CUMULUS OOCYTE COMPLEX TERHADAP EKSPRESI SITOCROM-C dan EKSPRESI CASPASE 3 OLEH

Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Volume 14, Nomor 4, Oktober 2006 Artikel Penelitian:

Kemampuan Fertilisasi Spermatozoa Sexing dan Perkembangan Awal Embrio Secara In Vitro pada Sapi

PENGARUH KONSENTRASI KRIOPROTEKTAN ETILEN GLIKOL TERHADAP TINGKAT MATURASI DAN FERTILISASI OOSIT SAPI BALI SKRIPSI DEWI SARTIKA I

KEMAMPUAN FERTILISASI SPERMATOZOA SEXING DAN PERKEMBANGAN AWAL EMBRIO SECARA IN VITRO PADA SAPI ALVIEN NUR AINI

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

Kompetensi Maturasi dan Fertilisasi Oosit Domba Prapubertas Secara In Vitro

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Peran Transforming Growth Factorβ terhadap Tingkat Kematangan dan Kejadian Apoptosis Oosit Sapi pada kultur In Vitro

BAB I PENDAHULUAN. tahapan dalam siklus sel. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat an Nuh :

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

LAPORAN TAHUNAN HIBAH BERSAING MATURASI OOSIT DAN FERTILISASI IN VITRO MENGGUNAKAN KULTUR SEL GRANULOSA FOLIKEL OVARIUM

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPI DENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO. DOSEN PENGAMPU Drh.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

SITI ELIANA ROCHMI

LEMBAR KERJA KEGIATAN 8.3

TINGKAT KEMATANGAN OOSIT SAPI SECARA IN VITRO SETELAH INKUBASI PADA KONDISI TEMPERATUR DAN KOMPOSISI GAS CO 2 BERBEDA DWI WALID RETNAWATI

TINGKAT KEBERHASILAN PRODUKSI EMBRIO SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN SEMEN BEKU SAPI BALI (Bos javanicus) DAN ONGOLE (Bos indicus) G ANDRI HERMAWAN

TINGKAT PEMATANGAN DAN FERTILISASI OOSIT DOMBA YANG DIMATURASI DALAM MEDIUM DENGAN SERUM ATAU KOMPONEN PENGGANTI SERUM PRATIWI

KEMAMPUAN MATURASI DAN FERTILISASI OOSIT SAPI YANG DISELEKSI MENGGUNAKAN TEKNIK PEWARNAAN BRILLIANT CRESYL BLUE SECARA IN VITRO ZULTINUR MUTTAQIN

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

FERTILITAS DAN PERSENTASE EMBRIO KERBAU SAMPAI MORULA YANG DIKULTUR DENGAN PENAMBAHAN GLUTATHIONE SECARA IN VITRO

Transkripsi:

Perbandingan Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Pasca Maturasi In Vitro dengan Penambahan Serum Buatan 10 % dan Fetal Bovine Serum 10 % (Comparison Nuclear Maturation of Bovine Oocyte after In Vitro Maturation Suplemented with 10% Home-made Serum and 10 % Fetal Bovine Serum) Rini Widyastuti 1, Rangga Setiawan 1, Siti Darodjah Rasad 1 1) Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan, Departemen Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Email: widyastuti25@gmail.com Abstrak Serum merupakan salah satu suplemen yang diperlukan pada media untuk maturasi in vitro.penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat kematangan inti oosit maturasi in vitro selama 24 jam dalam media maturasi yang ditambahkan serum buatan 10% dan Fetal Bovine Serum (FBS) 10%. Oosit dikoleksi dengan metode slicing dalam media modified phosphate buffer saline. Oosit yang digunakan adalah oosit yang masih dilapisi dua lapis sel kumulus dan mempunyai sitoplasma homogen.oosit dikultur menggunakan media maturasi dalam inkubator CO2 suhu 38 0 C dan CO2 5%. Setelah 24 jam oosit difiksasi untuk mengevaluasi tingkat kematangan inti. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kematangan inti oosit sapi yang dimaturasi secara in vitro dengan penambahan FBS 10% nyata lebihtinggi apabila dibandingkan dengan yang ditambahkan dengan serum buatan10% (78,5% vs 62,5% ; P < 0,05) Kata kunci: maturasi in vitro, tingkat kematangan inti, serum. Abstract Serum is one of the important component that supplemented to in vitro maturation media. The objective of the research was to investigate their meiotic competence or nuclear maturation of bovine oocytes maturated invitro in maturation media were added with home made serum 10% and Fetal Bovine serum (FBS) 10%. Oocytes were collected by slicing the ovaries in modified phosphate buffer saline. Selected cumulus-oocyte complexes (COCs) homogenousooplasm were cultured in maturation medium at 38 0 C in humidified atmosphere of 5% CO2 incubator. After 24 hours, oocytes stained for nuclear maturation s evaluation. The result showed that the proportion of oocytes at metaphase II was higher and significantly difference on oocytes that supplemented with Fetal Bovine Serum 10 % than supplemented with home- made serum 10% (78,5% vs 62,5% P < 0,05) Keyword: in vitro maturation,nuclear maturation, serum. Pendahuluan Berdasarkan hasil sensus penduduk, laju pertumbuhan penduduk 1,5 persen per tahun sehingga kebutuhan daging sapi akan lebih dari 500.000 ton pada akhir 2019. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ternak sapi baik dari segi kuantitas maupun kualitas maka diperlukan adanya suatu pendekatan yang inovatif yang mampu memberikan solusi pemenuhan permintaan produk peternakan yang tinggi dan terus tumbuh dengan cepat.revolusi serta inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) terutama dalam bidang bioteknologi menjadi pilihan yang rasional dan diterima dengan baik di bidang peternakan. Salah satu inovasi bioteknologi di bidang peternakan adalah bioteknologi reproduksi yang meliputi: pengelolaan semen cair, pengolahan semen beku, sexing spermatozoa, pengelolaan oosit dan embrio. Penerapan teknologi reproduksi di 28

Rini Widyastuti, dkk. Perbandingan Tingkat Kematangan bidang peternakan akan mampu membantu meningkatkan populasi hewan, menjaga ketahanan genetik dan mampu meningkatkan produktivitas ternak dalam waktu yang cepat dengan kualitas maksimal. Dengan penerapan teknologi yang tepat, maka peternak dapatmeningkatan populasi dan kualitas ternak sehingga pemerintah dapat mengurangi kebutuhan impor produk pangan asal hewan dan mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan nasional. Salah satu metoda teknologi reproduksi yang rutin dilakukan di bidang peternakan adalah dengan teknologi transfer embrio. Teknologi ini meliputi serangkaian proses yang cukup kompleks yaitu: superovulasi betina, sinkronisasi estrus, produksi embrio secara in vivo maupun secara in vitro dan proses transfer embrio. Produksi embrio secara in vitro akan lebih efektif apabila dapat memanfaatkan ovarium yang berasl dari Rumah Potong Hewan (RPH), namun demikian sebagian besar oosit yang diperoleh dari RPH masih berada pada tahap metaphasei (MI) dan tahap Germinal Vesicle (GV). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa oosit tersebut perlu dimatangkan secara in vitro hingga mencapai tahap Metafase II (MII) agar dapat difertilisasi dan berkembang lebih lanjut. Pada proses maturasi invitro diperlukan media pematangan yang mampu mensupport perkembangan oositimmature menjadioosit matur yang siap untuk fertilisasi dan dapat berkembang ke tahap blastosist. Keberhasilan maturasi oosit secara in vitro sangat tergantung pada beberapa faktor diantaranya jenis suplemen yang digunakan dalam media maturasi in vitro (Hammam et al., 2010), kualitas oosit yang digunakan (Lonergan et al., 2003; Anguita et al., 2007), serta resiko kontaminasi dan kondisi kultur (Sagirkaya et al., 2007). Salah satu komponen media kultur yang paling krusial adalah penambahan serum. Selama ini, serum yang digunakan sebagai suplementasi untuk media kultur pada maturasi in vitro adalah Bovine Serum Albumine (BSA), Fetal Calf Bovine Serum(FBS) dan Newborn Calf Bovine Serum (NCBS).Semua jenis serum tersebut merupakan hasil dari industri dan harganya relative mahal (Wattimena, 2006).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui pengaruh penambahan FBS dan serum buatan terhadap tingkat kematangan inti oosit sapi setelah maturasi invitro.hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi mengenai sumber serum yang mudah diperoleh dan lebih ekonomis untuk media maturasi oosit secara in vitro. Materi dan Metode Materi yang digunakan Ovarium diambil dari sapi yang diperoleh dari RPH setempat. Serum yang digunakan dibuat dengan mengambil darah yang berasal dari induk sapi. Darah diambil menggunakan venojack sebanyak 3 cc pada vena jugularis kemudian disimpan didalam lemari pendingin dengan suhu 5 o C selama 1 jam. Darah kemudian disentrifugasi 1000 rpm selama 5 menit, supernatant dibuang dan lakukan kembali sentrifugasi 1000 rpm selama 5 menit. Serum disimpan didalam lemari pendingin dengan suhu 5 o C. Serum yang akan digunakan terlebih dahulu deaktivasi kitin. Media yang Digunakan Media koleksi ovarium adalah NaCl fisiologis ditambah penisilin 100 IU/ml, streptomisin 100 µg/ml. Media koleksi oosit adalah modified phosphate buffered saline (mpbs).media dasar yang digunakan untuk maturasi in vitro adalah (Tissue Culture Media) TCM 199 ditambah penisilin 100 IU/ml, streptomisin 100 µg/ml dan follicle stimulating hormone/(fsh (Sigma, USA) 0,01 mg/ml. Media maturasi dibedakan menjadi dua yaitu; (a) media dasar yang disuplementasi dengan Fetal Bovine Serum(FBS) 10 %, Sigma, USA (b) media dasar yang disuplementasi dengan serum buatan yang telah disiapkan sebelumnya. Koleksi ovarium dan koleksi Oosit Ovarium sapi yang diperoleh dari rumah potong hewan (RPH) lokal disimpan dalam termos dengan media koleksi (NaCl fisiologis) suhu 30-35 C.Ovarium dicuci dengan media koleksi, oosit dikoleksi dengan metode slicing dan dicuci 3 kali, pencucian terakhir dengan media maturasi.selanjutnya oosit dibagi menjadi dua bagian, kelompok pertama digunakan untuk 29

perlakuan maturasi dengan menggunakan media dasar yang disuplementasi dengan FBS 10% sedangkan kelompok oosit kedua digunakan untuk perlakuan maturasi menggunakan media dasar yang disuplementasi dengan serum buatan 10%.Hanya oosit dengan sitoplasma homogen yang digunakan sebagai penelitian. Maturasi oosit Oosit dicuci sebanyak 3 kali dengan media dpbs kemudian oosit dipindahkan ke dalam 100 µldrop media maturasi yang dibuat pada petridish steril lalu ditutup dengan mineral oil. Setiap drop media maturasi berisi sekitar yaitu 10-15 oosit. Selanjutnya oosit diinkubasi selama 24 jamdalam incubator pada suhu 38,5 C, 5% CO2 dan kelembaban 95%. Evaluasi hasil maturasi Evaluasi hasil maturasi oosit dengan metode pewarnaan aceto-orcein 2 %. Oosit yang telah dimaturasi, dilepaskan dari sel-sel cumulus yang mengelilinginya dengan menggunakan enzyme hyaluronidase 0,25 %. Oosit yang telah bebas dari sel cumulus diletakkan pada drop KCl 0.90% di atas kaca objek, lalu difiksir dengan kaca penutup yang memiliki bantalan paraffin dan vaselin (1 :9) pada keempat sudutnya. Kaca objek yang berisi oosit tersebut dimasukkan ke dalam larutan fiksasi yang mengandung asam asetat dan ethanol (1:3) selama 3-4 hari. Satu jam sebelum diwarnai, kaca object yang berisi oosit direndam terlebih dahulu dalam larutan ethanol absolut. Setelah itu oosit diwarnai dengan pewarnaan aceto-orcein 2 % selama lima menit. Larutan pewarna dibersihkan dengan asam asetat 25% dan keempat sisi kaca penutup dilapisi cairan kuteks bening untuk selanjutnya dilakukan pengamatan morfologi inti dengan menggunakan mikroskop fase kontras. Evaluasi tingkat kematangan inti yang diamati pada penelitian ini adalah dengan cara menghitung jumlah oosit pada setiap pembelahan meiosis mulai dari Germinal Vesicle(GV),Germinal Vesicle Break Down(GVBD) MetafaseI (MI) dan metafase-ii (M-II). Analisis data Penelitian menggunakan metode eksperimental laboratorium.perlakuan yang dicobakan adalah maturasi in vitro dengan menggunakan mediadasar yang disuplementasi dengan FBS 10% dan maturasi in vitro dengan menggunakan mediadasaryang disuplementasi dengan serum buatan 10%. Parameter yang diamati adalah: tingkat kematangan inti oosit yang terdiri dari tahap germinal vesicle (GV), germinal vesicle breakdown (GVBD), metafase- I (M-I) dan metafase-ii (M-II). Data dianalisis dengan menggunakan Chi-Square. Hasil dan Pembahasan Maturasi invitro merupakan tahapan krusial pada fertilisasi secara in vitro, karena pada tahap ini oosit akan melanjutkan perkembangan sampai tahap metaphase II sehingga dapat difertilisasi dan mampu berkembang ke tahap lebih lanjut. Pada proses IVM diperlukan media pematangan yang tepat sehingga nutrisi dan komponen yang diperlukan untuk proses perkembangan oosit tersebut. Salah satu komponen utama yang diperlukan dalam media pematangan adalah serum.serum mengandung beberapa komponen esensial seperti: protein, hormone,faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan ( growth factor)yang sangat diperlukan oosit pada proses maturasi, fertilisasi, maupun perkembangan embrio (Bavister, 1995).Hasil observasi tingkat kematangan inti oosit yang ditambahkan FBS 10 % dan serum buatan 10% dapat diamati pada Tabel 1 di bawah: 30

Rini Widyastuti, dkk. Perbandingan Tingkat Kematangan Tabel 1.Tingkat kematangan inti oosit sapi Perlakuan Tingkat Kematangan Inti (%) jml oosit GV GVBD M-I M-II Serum Buatan 10% 27 0,00 + 0,00 7,50+ 3,54 a 25,00 + 7,07 c 62,50 + 3,50 d FBS 10% 46 0,00 + 0,00 0,00+ 0,00 b 21,50 + 2,12 c 78,50 + 2,12 e GV: Germinal Vesicle, GVBD: Germinal Vesicle Break Down, M-I : Metafase I, M-II : Metafase II, TI : Tidak teridentifikasi. Huruf berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) Oosit yang berada pada tahap MII merupakan sel yang telah matang dan siap untuk dilakukan fertilisasi. Berdasarkan tabel di atas, dapat diamati bahwa penambahan FBS 10 % pada media pematangan memberikan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan penambahan serum buatan 10% dan secara statistik berbeda nyata (78,5% vs 62,5 %). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sagirkaya et al. (2004) dan Abdel-Razik 2007 (76,8%) dalam Gabr 2012, yang menunjukkan efektivitas penggunaan 10% FCS jika dibandingkan dengan serum lain dan atau tanpa serum. Namun demikian, hasil yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah apabila dibandingkan hasil yang diperoleh Gabr 2012 (81,3%). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan media kultur yang digunakan. Oosit yang berada pada tahap Metafase I, tidak berbeda nyata antara maturasi yang menggunakan FBS 10% dan serum buatan 10%.Selain itu pada penambahan serum buatan 10% di media maturasi, masih ditemukan oosit yang berada pada tahap GVBD.Hal ini kemungkinan ini menunjukkan bahwa FCS masih lebih efektif digunakan sebagai suplemen pada media maturasi apabila dibandingkan dengan serum buatan. Menurut Mao et al., 2002 penggunaan FCS masih jauh lebih efektif untuk kultur folikel pre antral dan COC dibandingkan dengan serum yang berasal dari pre pubertas. Hal ini disebabkan karena FCS merupakan serum fetus sapi yang banyak mengandung zat yang dibutuhkan oleh oosit selama proses kultur in vitro. Mucci et al. (2006) menyatakan bahwa FCS dapat menyediakan substrat energi, asam amino, vitamin, growth factor dan antioksidan. Zat-zat tersebut merupakan zat yang bermanfaat selama proses kulturin vitro. Fetal calf serum juga dapat bersifat sebagai biosecurity yang dapat menghambat resiko kontaminasi patogen selama kondisi kulturin vitro (Moore dan Bonilla, 2006). Kesimpulan Penambahan Fetal Calf Serum10 % dalam media maturasi oosit, memberikan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan penambahan serum buatan 10 %. Saran Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melihat perbandingan tingkat perkembangan embrio secara in vitro pada media kultur yang menggunakan Fetal Calf Serum10 % dengan serum buatan 10 %. Daftar Pustaka Abd El-Razik, H.M. 2007. Factors affecting developmental competence of buffalo oocytes. M. Sc. Thesis, Faculty of Vet. Med., Suez Canal University, Egypt dalam Gabr, S.A. 2012. Effect of maturation media with hormonal supplement on in vitro maturation of buffalo oocytes with different qualities. Egyptian J. Anim. Prod. 49:1-10 Anguita, B., L. Vandaele., B. Mateusen., D. Maes and A. Van Soom. 2007. Developmental competence of bovine oocytes is not related to apoptosis incidence in oocytes, cumulus cells and blastocysts. Theriogenology.67: 37-49. Bavister,B.D.1995. Culture of Preimplantation Embrio: Fact and Artifact. Hum. Rep. Update 1(2): -98-148. Gabr, S.A. 2012. Effect of maturation media with hormonal supplement on in vitro maturation of buffalo oocytes with 31

different qualities. Egyptian J. Anim. Prod. 49:1-10 Hammam, A. M., C. S. Whisnant, A. Elias., S. M. Zaabel., A. O. Hegab and E. M. Abu-El Naga. 2010. Effect of media, sera and hormones on in vitro maturation and fertilization of water buffallos (bubalus bubalis). J. Anim. Vet. Adv. 9: 27-31. Lonergan, P., D. Rizos, A. G. Adan, T. Fair and M. T. Boland. 2003. Oocyte and embryo quality: affect of origin, culture conditions and gene expression patterns. Reprod. Domest. Anim. 38: 59-67. Mao, J., Wu, G., Smith, MF., McCauley, TC., Cantley, TC., Prather, RS., Didion, BA., Day, BN. Effects of Culture Medium, Serum Type, and Various Concentrations of Follicle-Stimulating Hormone on Porcine Preantral Follicular Development and Antrum Formation In Vitro. 2002. Biology ofreproduction. 67: 1197 1203. Mucci, N. J. A., G. G. Kaiser., F. Hozbor., J. Cabodevila and R. H. Alberio. 2006. Effect of estrous cow serum during bovine embryo culture on blastocyst development and cryotolerance after slow freezing or vitrification. Theriogenelogy. 65: 15-26. Moore, K and A. Q. Bonilla. 2006. Cryopreservation of mammalian embryo. Biomed. Sci. 8: 19-32. Sagirkaya, H., M. Yaúmur, Z. Nur and M. K. Soylu. 2004. Replacement of fetal calf serum with synthetic serum substitute in the in vitro maturation medium: effects on maturation, fertilization and subsequent development of cattle oocytes in vitro. Vet. Anim. Sci. 28: 779-784. Wattimena, J., Tagama., T.R., Hadisusanto, B. 2006. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Serum terhadap Maturasi Oosit Domba In Vitro. Animal Production. 8(2):94-99. Sagirkaya, H., M. Misirlioglu., A. Kaya, N. L. First., J. J. Parrish and E. Memili. 2007. Developmental potential of bovine oocytes cultured in different maturation and culture conditions. Anim. Reprod. Sci. 101: 225-240. Wu,J., Emery., B.R and Carrell., DT. 2001. In Vitro Growth, Maturation, Fertilization, and Embryonic Development of Oocytes from Porcine Preantral Follicles. Biol of Reprod. 64: 375 381 32