SM Widyastuti Fakultas Kehutanan Seminar Nasional Kesehatan Hutan dan Kesehatan Pengusahaan Hutan untuk Produktivitas Hutan Bogor, 14 Juni 2012 Source: www.cartoonstock.com 1
Dari 130 juta hanya 43 juta yang masuk dalam kategori hutan alam. Luas hutan di Indonesia menyusut setiap tahun. Kementrian Kehutanan mencatat kerusakan hutan hingga 2009 mencapai lebih dari 1,08 juta hektar per tahun. (http://berfingultom.wordpress.com/2011/05/18/kondisi-hutan-indonesia) terdiri dari : hutan Konservasi seluas 20,50 juta ha, hutan Lindung seluas 33,52 juta ha, hutan produksi seluas 58,25 juta ha hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 8,08 juta ha (Departemen Kehutanan,2008). 2
Pada tahun 1904 Penyakit dutch elm dan chesnut blight di Amerika utara dan Eropa, blister rust (cacar) pada daun pinus di Amerika utara menyebar secara besarbesaran ke benua lainnya dan merusak tanaman-tanaman hutan (Tainter dan Baker 1996). Hutan penting Menghasilkan kebutuhan kayu bagi manusia Menyediakan air dan hewan, keanekaragaman hayati, dan kebutuhan rekreasi Kesehatan hutan penting bagi semua jenis hutan (Mis: Hutan Tanaman, Hutan Alam, Hutan Rakyat, Hutan Kota) 3
(Edmonds, et. al, 2000) Tanaman tampak sehat Diversitas vegetasi seimbang antara demand dan supply (cahaya, air, nutrisi, dan ruang tumbuh) Mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan memulihkan diri dari kerusakan. Erosi tanah sedikit. Spesies air bervariasi dan terdapat spesies indikator dalam jumlah yang cukup. Adanya variasi satwa liar. Serangga, patogen, dan frekuensi kebakaran dalam kisaran yang dapat ditoleransi secara ekologis. Masih terbatasnya Sumber Daya Manusia Belum tersedianya data yang lengkap tentang status kesehatan hutan di seluruh Indonesia Belum semua pemangku kepentingan (stakeholder) memahami bahwa banyak langkah-langkah yang dapat memperburuk kesehatan hutan Belum meratanya kemampuan iptek kesehatan hutan Belum adanya sinergi yang baik di antara para stakeholder dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan hutan. Rendahnya penegakan hukum (masalah karantina). 4
Adanya gangguan pada area yang sangat luas, misalnya sebagai akibat adanya penyeragaman tanaman Adanya gangguan keseimbangan ekosistem sebagai akibat masuknya spesies baru Perubahan dalam lingkungan Sosial Dampak Ekonomi (Plant Disease) Lingkungan (Polusi, Panas Bumi) Source: http://www.google.com/imgres?q=global+warming+cartoon 5
Sosial Kesejahteraan masyarakat sekitar hutan menurun Meningkatnya konflik antara masyarakat dan satwa hutan Melunturnya budaya bagi penduduk asli Ekonomi Menurunnya produksi kayu maupun non kayu Menurunnya daya dukung hutan sebagai penyangga kehidupan keanekaragaman hayati Menurunnya kualitas tanah (tanah akibat kerusakan hutan merupakan tanah yang miskin hara) Mengakibatkan perubahan iklim (akan meningkatkan konsumsi energi mis: AC, pengatur kelembapan) 6
Lingkungan Perubahan cuaca (peningkatan suhu, naiknya permukaan laut, berlubangnya ozon) Berkurangnya debit air karena hilangnya hutan Berkurangnya keanekaragaman hayati dan rusaknya rantai makanan Terjadinya erosi dan banjir Rusaknya keindahan lingkungan (dalam perkotaan) Perambahan kawasan hutan tanpa izin menjadi kebun kelapa sawit, menjadi pertanian dan pertambangan gelap. Penebangan liar. Kebakaran hutan. (http://berfingultom.wordpress.com/2011/05/18/kondisi-hutan-indonesia) 7
Mengurangi kuantitas produksi tanaman hutan (kerugian kuantitatif: penurunan jumlah kayu dan non kayu yang dihasilkan) Menurunkan kualitas produksi tanaman hutan Mengurangi kapasitas tanaman dalam mendukung fungsi lingkungan (masalah karbon) Menimbulkan kerugian secara tidak langsung (misalnya pencemaran pestisida) Penyakit Busuk Akar Merah pada tanaman Kehutanan, maupun Perkebunan menyebabkan kerugian yang besar 8
Potensi kerugian akibat serangan penyakit Karat Tumor ini dapat mencapai 24 trilyun rupiah (Anggraeni, 2011) 9
Pinus merkusii umur 9 Tahun di KPH Sumedang, 99% terserang kutu lilin (Sumantoro dkk., 2012) Gmelina arborea di KPH Semarang terserang Kepik renda seluas 4357 ha (Sumantoro dkk.,2012) Kematian bibit Pinus merkusii di bedeng tabur mencapai 50% akibat terkena damping off (Sumantoro dkk., 2012) Kematian bibit Pinus dipersemaian akibat bercak daun sekitar 11,4 % s.d. 58,5% (Sumantoro dkk., 2012) 10
Penyakit Layu Bakteri Ulat Kantong Rayap Penggerek Batang Status Peran yang Diharapkan Source: http://www.google.com/imgres?q=thinking+human+cartoon 11
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya peranan penguasaan Iptek Kesehatan Hutan sebagai salah satu komponen dalam manajemen hutan. Semakin banyaknya SDM yang terdidik yang dapat diberdayakan sebagai pelaku dalam menciptakan hutan yang sehat. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat dunia terhadap produk hutan yang dikelola dengan berwawasan lingkungan. Semakin berkembangnya teknologi yang dapat diimplementasikan dalam meningkatkan kesehatan hutan. Memasukkan aspek kesehatan hutan sebagai salah satu prioritas bidang penelitian. Mempertajam prioritas penelitian dan pengembangan teknologi penyehatan hutan yang berorientasi pada kebutuhan lapangan dengan roadmap yang jelas. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas IPTEK kesehatan hutan dengan memperkuat kelembagaan, sumber daya, dan jaringan antara pemerintah pusat dan daerah. Memberikan iklim yang kondusif bagi stakeholder yang beritikad untuk memelihara kesehatan hutan. Menanamkan dan menumbuhkembangkan budaya hutan sehat di lingkungan masyarakat. Memperhatikan masalah kesehatan hutan dalam setiap tahapan pengelolaan (dari hulu sampai hilir). 12
Terima Kasih 13