Resiko Banjir Kabupaten Gresik Berdasarkan Citra Satelit (Wiweka)

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

PENGKAJIAN RELASIONAL RISIKO BANJIR DENGAN BENTUK LAHAN BERDASARKAN CITRA SATELIT PENGINDERAAN JAUH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO BAGIAN HILIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

3.1 Metode Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN I-1

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BANJIR DAN KEKERINGAN. Pertemuan 4

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

Gambar 9 Peta Penutupan Lahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

III. KEADAAN UMUM LOKASI

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

HASIL PENELITIAN. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR Di KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB 5: GEOGRAFI DINAMIKA HIDROSFER

Pada tahun 2008 telah dilakukan penelitian mengenai

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN MELALUI PENDEKATAN TELAPAK EKOLOGIS DI KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI PEKERJAAN UMUM,

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

Transkripsi:

RESIKO BANJIR KABUPATEN GRESIK BERDASARKAN CITRA SATELIT Wiweka Peneliti Bidang Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Inderaja, LAPAN RINGKASAN Kabupaten Gresik secara lingkungan fisik merupakan wilayah yang rentan terhadap bencana banjir, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayahnya terletak pada ketinggian antara 0 25 mdpal. Untuk meminimalisir dampak banjir tersebut maka perlu dibuat langkah-langkah strategis dengan mengacu pada kondisi fisik wilayah yang bersangkutan. Data Landsat-7/ETM+ tahun 2001-2002 dimanfaatkan untuk menghasilkan peta bentuk lahan dan peta penggunaan lahan. Informasi bentuk lahan berguna untuk mengetahui karakteristik kondisi fisik suatu daerah, sedangkan informasi penggunaan lahan berguna untuk mengetahui kondisi daya dukung lahan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan di antaranya adalah dengan membuat sumur resapan dan lubang biopori, penentuan area penampungan air, dan reboisasi. 1 PENDAHULUAN Kabupaten Gresik terletak antara 7-8 Lintang Selatan dan 112-113 Bujur Timur, dengan luas wilayah 104525,15 Ha. Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0-25 meter di atas permukaan air laut (kecuali Kecamatan Panceng mempunyai ketinggian lebih dari 25 meter di atas permukaan air laut). Hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang Kecamatan Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Kecamatan Manyar, Kecamatan Bungah, Kecamatan Ujungpangkah, Sidayu dan Panceng serta Kecamatan Tambak dan Kecamatan Sangkapura yang berada di Pulau Bawean. Batas wilayah Kabupaten Gresik bagian Utara berbatasan dengan Laut Jawa, bagian Timur berbatasan dengan Selat Madura, bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto dan Kota Surabaya, bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Lamongan. (Anonim, 2008). 2 TERMINOLOGI a. Banjir Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai atau pecahnya bendungan sungai. Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang. (Wikipedia, 2008). b. Citra Satelit Citra adalah gambaran kenampakan permukaan bumi hasil penginderaan pada spektrum elektromagnetik tertentu yang ditayangkan pada layar atau disimpan pada media rekam/cetak. Citra satelit adalah citra hasil penginderaan suatu jenis satelit tertentu. (DepHut, 2008). 3 PENGOLAHAN DATA Data Landsat-7/ETM+ tahun 2001-2002 dimanfaatkan untuk menghasilkan peta bentuk lahan dan peta penggunaan lahan. Informasi bentuk lahan berguna untuk mengetahui karakteristik kondisi fisik daerah bersangkutan, sedangkan informasi penggunaan lahan berguna untuk mengetahui kondisi daya dukung lahan. 4 KAJIAN RESIKO a. Bentuk Lahan Berdasarkan Gambar 4-1, terdapat 21 macam karakeristik bentuk lahan untuk analisa bencana banjir Kabupaten Gresik. Luasan masingmasing bentuk lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4-1. 83

Berita Dirgantara Vol. 9 No. 4 Desember 2008:83-90 PETA BENTUK LAHAN KABUPATEN GRESIK Gambar 4-1: Peta bentuk lahan Kabupaten Gresik 84

Tabel 4-1: LUAS BENTUK LAHAN DI KABUPATEN GRESIK No. Bentuk lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Buatan Manusia - Pelabuhan 2,37 0,00 2. Dataran Aluvial 20420,78 19,54 3. Dataran Aluvial Karst 156,68 0,15 4. Dataran Aluvial Pantai 16108,28 15,41 5. Dataran Banjir 3871,62 3,70 6. Dataran Delta 16719,94 15,99 7. Dataran Nyaris 15951,84 15,26 8. Gisik 307,84 0,29 9. Karst Bergelombang Tidak Berkembang 7874,25 7,53 10. Kipas Aluvial 3129,22 2,99 11. Lerengkaki Erosi 2505,99 2,40 12. Lerengkaki Rombakan 144,23 0,14 13. Perbukitan Denudasional Terkikis Lemah 2878,21 2,75 14. Perbukitan Dike 789,48 0,76 15. Perbukitan Karst Tidak Berkembang 4126,44 3,95 16. Perbukitan Lipatan 1476,53 1,41 17. Permukaan Planasi 5629,26 5,39 18. Rataan Lumpur 5,62 0,01 19. Rawa Air Tawar 110,99 0,11 20. Sungai 796,34 0,76 21. Tanggul Alam 1519,24 1,45 TOTAL 104525,15 100 Deskripsi bentuk lahan Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut : Bentuk lahan Buatan Manusia dalam bentuk Pelabuhan, Dataran Aluvial sangat rentan terjadi banjir, solum tanah dalam, kelerengan datar-agak datar, cocok untuk daerah pertanian intensif dengan komoditi pangan. Permukiman sebaiknya membuat sumur resapan untuk mengurangi efek banjir atau dengan membuat rumah tipe panggung pada daerah dekat sungai hingga radius 100 m dari sempadan sungai. Kawasan industri juga dapat didirikan pada daerah ini dengan syarat membuat sistem drainase yang baik, sumur resapan, dan zona hijau, Dataran Aluvial Karst terbentuk dari bentukan polje (gabungan banyak dolin). Daerah ini agak rentan terhadap banjir akan tetapi tanahnya relatif subur dan dimungkinkan untuk menjadi pertanian intensif. Apabila terbentuk permukiman atau industri hendaknya membuat lubang biopori ataupun sumur resapan untuk meminimalkan efek banjir, Dataran Aluvial Pantai sangat rentan terjadi banjir. Permukiman dan industri pada area ini sebaiknya membuat sumur resapan untuk mengurangi efek banjir dan membuat ruang terbuka hijau, Dataran Banjir sangat rentan banjir, karena terpengaruh penuh oleh sungai. Solum tanah belum terbentuk. Daerah ini pada musim kemarau dapat dimanfaatkan untuk pertanian komoditi sayur mayur atau tanaman semusim. Tidak cocok untuk permukiman, Dataran Delta sangat rentan terhadap terjadinya banjir karena dipengaruhi oleh dua pembentuknya yaitu laut dan sungai, Dataran Nyaris tidak rentan banjir dan longsor, area ini dimungkinkan untuk menjadi area pembangunan dengan tetap mendasar pada ramah lingkungan, Gisik rentan terjadi banjir yang diakibatkan air pasang. Area ini dapat digunakan sebagai 85

Berita Dirgantara Vol. 9 No. 4 Desember 2008:83-90 pertanian dengan komoditi semangka, selain itu dapat digunakan sebagai area konservasi, Karst Bergelombang Tidak Berkembang agak rentan terjadi longsor. Solum tanah pada daerah ini dangkal, dimungkinkan untuk daerah perkebunan ataupun hutan kemasyarakatan, Kipas Aluvial agak rentan terhadap banjir, terbentuk akibat proses fluvial, akan tetapi daerah ini relatif subur sehingga dimungkinkan untuk dilakukan pertanian intensif dengan cara tumpangsari. Permukiman sebaiknya membuat sumur resapan untuk mengurangi efek banjir. Kawasan industri juga dapat didirikan pada daerah ini dengan syarat membuat sistem drainase yang baik, sumur resapan, dan zona hijau, Lerengkaki Erosi agak rentan terhadap longsor, karena pada daerah ini merupakan tempat pemberhentian dari proses longsoran. Daerah ini sebaiknya digunakan sebagai areal konservasi ataupun perkebunan dan holtikultura, Lerengkaki Rombakan agak rentan terhadap longsor, solum tanah agak tebal, dapat digunakan sebagai perkebunan ataupun tanaman holtikultura, Perbukitan Denudasional Terkikis Lemah agak rentan terhadap longsor, kelerengan miring hingga agak curam, solum tanah agak dangkal. Area ini sebaiknya digunakan sebagai area pendukung, dapat digunakan sebagai perkebunan, hutan produksi ataupun hutan kemasyarakatan, Perbukitan Dike rentan terhadap longsor lahan, sebaiknya daerah ini sebagai area konservasi atau reboisasi, Perbukitan Karst Tidak Berkembang solum tanah dangkal, area rentan terhadap longsor. dimungkinkan untuk daerah perkebunan ataupun hutan kemasyarakatan, Perbukitan Lipatan sangat rentan terhadap terjadinya longsor lahan. Sebaiknya area ini digunakan sebagai area konservasi, Permukaan Planasi tidak rentan terjadi banjir dan longsor, daerah ini ideal untuk dijadikan area permukiman, tetapi sebaiknya membuat sumur resapan untuk ketersediaan air tanah dan meminimalkan dampak banjir pada daerah hilirnya, Rataan Lumpur sangat rentan banjir, terutama disebabkan oleh air pasang. Area ini sebaiknya digunakan sebagai area konservasi atau hutan bakau, Rawa Air Tawar merupakan tempat transit bagi air di bagian hulu sebelum mengalir ke daerah hilir. Daerah ini harus dipertahankan menjadi fungsi lindung atau cagar alam, Sungai merupakan tempat mengalirnya air yang sangat rentan terjadi banjir. Tidak dibenarkan untuk membangun apapun pada zona sempadan sungai hingga radius 100 m dari sempadan, Tanggul Alam rentan terhadap banjir, karena terbentuk akibat pengaruh sungai. Area ini sebaiknya digunakan sebagai area konservasi. Matriks penggunaan lahan menurut bentuk lahan di Kabupaten Gresik dapat dilihat pada Tabel 4-2. b. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan mempunyai kaitan yang erat dengan bencana sedimen. Menurut Moore (1969) perubahan vegetasi penutup suatu daerah pengaliran sungai akan besar pengaruhnya terhadap perubahan banyak material yang terangkut aliran sungai, yaitu suatu daerah pengaliran sungai dengan sedikit vegetasi penutup akan menghasilkan sediment yield sebesar 25 kali lebih besar bila dibandingkan dengan daerah pengaliran sungai yang sama luasnya tetapi mempunyai vegetasi penutup yang baik. Agar suatu daerah pengaliran sungai memenuhi fungsi sebagai pelindung terhadap suatu daerah dari ancaman banjir dan erosi maka luas hutan minimum yang ideal diperkirakan sebesar 30% dari luas daerah pengaliran sungai yang bersangkutan. Kabupaten Gresik, berdasarkan interpretasi citra Landsat tahun 2002 (Tabel 4-3) memiliki penggunaan lahan yang terbagi atas sawah (49.03%), tambak (22.12%), ladang/ tegalan (8.54%), permukiman kampung (7.10%), semak/ belukar (6.64%), perkebunan (2.76%), industri (1.49%), permukiman kota (1.22%), dan lain-lain (1.10%). 86

TABEL 4-2: MATRIKS PENGGUNAAN LAHAN MENURUT BENTUK LAHAN DI KABUPATEN GRESIK Bentuk lahan Air/ Danau/ Sungai Mangrove Ladang/ Tegalan Pelabuhan Industri Pelabuhan Perkebunan Penggunaan Lahan Permukiman Pedesaan Permukiman Perkotaan Dataran Aluvial Dataran Aluvial Karst Dataran Aluvial Pantai Rawa Sawah Semak/ Belukar Dataran Banjir Dataran Delta Dataran Nyaris Gisik Karst Bergelombang Tidak Berkembang Kipas Aluvial Lerengkaki Erosi Lerengkaki Rombakan Perbukitan Denudasional Terkikis Lemah Perbukitan Dike Perbukitan Karst Tidak Berkembang Perbukitan Lipatan Permukaan Planasi Rataan Lumpur Rawa Air Tawar Sungai Tanggul Alam Tambak Tabel 4-3: LUAS PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN GRESIK No. Landcover Luas (Ha) Persentase (%) 1 Air/Danau/Sungai 1123,74 1,08 2 Hutan Mangrove 1,98 0,00 3 Industri 1567,07 1,50 4 Ladang/Tegalan 8930,04 8,54 5 Pelabuhan 5,33 0,01 6 Perkebunan 2887,76 2,76 7 Permukiman/Kampung 7422,60 7,10 8 Permukiman/Kota 1270,01 1,22 9 Rumput/Semak/Belukar 6942,20 6,64 10 Sawah 51252,95 49,03 11 Tambak 23121,50 22,12 TOTAL 104525,16 100 Berdasarkan Tabel 4-3 tidak terdapat hutan sebagai syarat daya dukung lingkungan, akan tetapi hal ini dapat dioptimalkan melalui kemitraan dengan masyarakat pada penggunaan lahan perkebunan. Selain itu berdasarkan hasil interpretasi bentuk lahan (Tabel 4-1) pada satelit penginderaan jauh untuk dilakukan reboisasi terutama pada bentuk lahan. Perbukitan denudasional terkikis lemah, karst bergelombang tidak berkembang, perbukitan dike, perbukitan karst tidak berkembang, dan perbukitan lipatan dengan luas 17145 Ha atau 16,40% dari total 87

Berita Dirgantara Vol. 9 No. 4 Desember 2008:83-90 luas wilayah. Dalam jangka panjang area tersebut sebaiknya dijadikan sebagai area lindung atau area cagar alam untuk mengurangi dan meminimalisir bentuk bencana yang mungkin terjadi. Banjir yang terjadi pada periode Januari April pada sepanjang DAS Bengawan Solo kalau dirunut jelas disebabkan oleh ketidak-mampuan Bendungan Gajahmungkur untuk menampung air hujan yang sangat ekstrim tinggi selama beberapa hari. Jebolnya tanggul-tanggul di sekitar Solo Baru jelas menunjukkan adanya keteledoran dalam perawatan tanggul selama ini. Tanpa mengurangi bagaimana susahnya Departemen PU mengelola, tetapi bisa disebut bahwa keteledoran ini mungkin juga karena krisis ekonomi. Krisis ekonomi sejak beberapa tahun lalu dapat menyebabkan prioritas perawatan DAS Bengawan Solo terabaikan. Untuk menangani banjir sungai Bengawan Solo salah satu yang mesti dilakukan bukan sekedar memperbaiki tanggul saja, tetapi harus dikerjakan secara terpadu sejak dari hulu yaitu mulai Bendungan Gajahmungkur, sepanjang aliran sungai Bengawan Solo, termasuk anak-anak sungainya hingga muaranya di Ujung Pangkah, Gresik. (Rovicky, 2008) 5 KESIMPULAN Kabupaten Gresik tidak memiliki hutan sebagai daya dukung lingkungannya, sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah yang memang rentan terhadap bencana banjir, sehingga diperlukan penanganan terpadu antar instansi yang berwenang dalam wilayah DAS Bengawan Solo. 6 REKOMENDASI 6.1 Pembuatan Sumur Resapan dan Bio-pori Pembuatan sumur resapan disarankan untuk mengurangi efek terhadap bencana banjir. Pembuatan sumur resapan ini dapat dilakukan pada dataran aluvial, dataran koluvial, kipas aluvial, kipas koluvial, tanggul alam dan dataran lembah isian. Atau hal ini dapat dilakukan pada daerah dengan solum tanah dalam dan kelerengan lereng datar agak datar (2-12%). Pembuatan lubang bio-pori dapat dilakukan pada sepanjang garis sempadan sungai atau pada daerah tampungan air. 6.2 Penentuan Area Penampungan Air Penentuan area penampungan air adalah pada lahan-lahan yang karakteristik alaminya adalah sebuah cekungan yang terbentuk secara alami, seperti dataran banjir, rawa belakang, meander terpenggal, dan dolin di daerah karst/ kapur. 6.3 Reboisasi Reboisasi dan pembuatan ruang terbuka hijau dapat dilakukan pada daerah perkotaan sebagai lokasi resapan air. Selain itu karena Kabupaten Gresik belum memiliki hutan maka dapat mengoptimalkan lahan perkebunan sebagai daerah pendukung lingkungan Kabupaten Gresik. Untuk daerah pantai sebaiknya dibudidayakan tanaman bakau untuk meminimalkan dampak abrasi ataupun dengan membuat pemecah ombak. Mengenai rekomendasi dan langkahlangkah penanggulanagan banjir pada Kabupaten Gresik dapat dilihat pada Tabel 6-1 dan Gambar 6-1. Tabel 6-1: PRIORITAS PENANGANAN BANJIR KABUPATEN GRESIK BERDASARKAN BENTUK LAHAN 88 No. Prioritas I Prioritas II Prioritas III 1 Sungai Dataran aluvial Dataran aluvial karst 2 Dataran banjir Dataran aluvial pantai Kipas aluvial 3 Dataran delta Gisik 4 Pelabuhan Tanggul alam 5 Rataan lumpur 6 Rawa

Gambar 6-1: Peta rekomendasi penanggulangan banjir Kabupaten Gresik 89

Berita Dirgantara Vol. 9 No. 4 Desember 2008:83-90 DAFTAR RUJUKAN, 2008. Selayang Pandang Kabupaten Bojonegoro. Diakses tanggal 4 November 2008 dari www.gresik.go.id. Departemen Kehutanan, 2008. Pranalogi Kehutanan. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari www.dephut.go.id/halaman/ pranalogi_kehutanan/definisi.pdf. Moore, W.L., & Morgan, C.W., 1969. Sediment Yield Transport&Channel Studies; In Effect Of Watershed Changes on Stream Flow. University of Texas Press. Austin & London. Rovicky, 2008. Banjir Jakarta, Solo, Pantai. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://rovicky.wordpress.com/2008/01/ 09/banjir-jakarta-solo-pantai. Wikipedia, 2008. Free Encyclopedia. Diakses tanggal 24 Oktober 2008 dari http://id. wikipedia.org/wiki/banjir. 90

91