BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dari suatu perusahaan. Salah satu faktor yang menjadi penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengukur kinerja manajemen adalah laba. Karena laba merupakan salah satu alat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Terdapat 2 sistem pencatatan laporan keuangan yaitu cash basis

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai kondisi suatu perusahaan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan. minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang efisien dapat mendukung perkembangan ekonomi, karena adanya alokasi

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kasus praktik income smoothing (perataan laba) yang pernah terjadi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, dagang

BAB I PENDAHULUAN. maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut PSAK no. 1, laporan keuangan. penggunaan atas seluruh sumber daya yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi pasar modal di Indonesia saat ini semakin berkembang sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu dan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu catatan informasi keuangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal perusahaan. 1 Laporan keuangan memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan. Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. (investor) dengan pihak yang memerlukan dana (issuer). Adanya pasar

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan organisasi terhadap ketentuan dan peraturan perundang - undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan yang merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. finansial bukan secara fisik. Laporan keuangan merupakan hasil input maupun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa. perusahaan akan berdampak terhadap nilai pasar perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dipercayakan kepada manajemen. Pengguna ingin menilai apa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pemerintah, pelanggan, kreditur.

ABSTRAK. Kata Kunci : Perataan laba, Cash Holding, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki modal penting dalam kehidupan ekonomi, sejalan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap perusahaan dapat mengelola dan melaksanakan manajemen

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan itu sendiri adalah memiliki wewenang dalam pembuatan laporan

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak penyedia dana (investor) dan penerima dana (perusahaan). Sejalan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suwito dan Herawaty (2005) pasar modal memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan oleh pihak-pihak. mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan pasar modal pada beberapa tahun terakhir di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan yang dilakukan manajer dalam pengelolaan keuangan pada

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan investor dalam menilai kinerja perusahaan yang go public. Menurut Ikatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memulai usahanya. Salah satunya perusahaan yang. bergerak di bidang manufaktur yang kian semakin pesat dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat persaingan di dalam dunia bisnis memaksa. perusahaan untuk mempunyai keunggulan kompetitive untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan cerminan dari kondisi yang sebenarnya


BAB I PENDAHULUAN. telah ditetapkan. Laporan keuangan perusahaan disediakan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. modal, maka mendorong makin banyak perusahaan yang akan go public, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari minat investor terhadap perusahaan dengan tingkat saham yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang ada didalam suatu perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. iklim investasi. Emiten ramai-ramai mengalihkan portofolionya ke saham

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Menurut IAI (2009) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat, terutama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama bagi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Dengan mendapatkan laba yang terus meningkat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan bertujuan untuk mengkomunikasikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Laporan keuangan mengandung informasi informasi

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Laporan keuangan yang menjadi sumber informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang dibuat harus memberikan informasi yang bermanfaat

ABSTRAK. Kata Kunci: Ukuran Perusahaan, Dividen Payout Ratio, Financial Leverage, Profitabilitas, Tipe Industri Dan Perataan Laba.

BAB I PENDAHULUAN. Industri biasa dilakukan oleh perusahaan untuk dapat bersaing dengan kompetitornya.

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada laporan laba rugi (Saidi dalam Christian, 2011). Manajer

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari informasi tersebut (Sulistiawan, 2003). Akibatnya, guna mendapatkan manfaat atau keuntungan yang maksimal.

terbaik untukbersaing dengan perusahaan lain. Hal ini dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan mempunyai fungsi utama sebagai media

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan merupakan informasi mengenai kinerja perusahaan dalam kurun waktu satu periode yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan (Sumarno dan Heriyanto, 2012). Laporan keuangan memberikan informasi yang dibutuhkan pengguna laporan keuangan. Laporan laba rugi komprehensif merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang sangat penting bagi para pemegang saham dan kreditor untuk mengetahui kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan. Dalam proses pengambilan keputusan, laba merupakan salah satu ukuran kinerja yang sering digunakan. Menurut Christiana (2012) laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Pentingnya informasi laba ini menyebabkan pihak manajemen cenderung melakukan tindakan manajemen laba. Manajemen laba merupakan penyimpangan oleh pihak manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan dengan memberikan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan untuk kepentingan pihak manajer. Salah satu bentuk manajemen laba adalah perataan laba ( income smoothing). Menurut Belkaoui (2006:73) dal am Gantino (2015), perataan laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perataan laba sebagai fenomena proses manipulasi profil waktu dari pendapatan atau laporan laba menjadi kurang bervariasi, sambil sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama periode tersebut. Namun demikian, praktik perataan laba jika dilakukan dengan sengaja dan dibuat-dibuat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Kecurangan dan kesalahan dalam pelaporan keuangan telah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. 1

2 Beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang menjadi sorotan dunia internasional antara lain Waste Management, Inc., World Com, Enron, dan Merck. Di Waste Management, Inc., praktik akuntansi yang agresif menyebabkan laba sebelum pajak membengkak sebesar $1.43 milyar dan beban pajak kerendahan $178 juta antara tahun 1992 dan 1996 (Tuanakotta, 2007:138) dalam Bestivano. Dalam kasus Enron terbukti sejumlah Eksekutif Enron melakukan manipulasi pembukuan melalui Arthur Anderson yang menyebabkan laba Enron terdongkrak US$ 1 milyar untuk menyesatkan para investornya. World Com juga mengakui telah menggelembungkan keuntungan sebesar US$ 3,85 milyar antara periode Juni 2001 sampai dengan maret 2002. Hal itu dilakukan dengan memanipulasi pembukuan dimana angka tersebut pura-pura dimasukkan dalam pos investasi yang seharusnya merupakan biaya operasi normal. Akibatnya pos keuntungan seolah-olah sangat besar, sehingga harga sahamnya juga meningkat. Merck Corp (obat) terbukti membukukan biaya pendapatan fiktif senilai US$ 12,4 milyar (Tuanakotta, 2007) dalam Bestivano. Selain menimpa perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat, skandal praktik perataan laba juga terjadi pada PT Kimia Farma Tbk, yang merupakan perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Tahun 2002, Kimia Farma terbukti melakukan penggelembungan keuntungan, hal tersebut diketahui setelah dilakukan audit ulang atas laporan keuangan tanggal 31 Desember 2001 yang melaporkan adanya laba bersih sekitar Rp132 milyar, namun setelah dilakukan audit ulang ternyata laba perusahaan hanya sebesar Rp99,56 milyar, lebih rendah sebesar Rp32,6 milyar atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Perbedaan saldo laba dikarenakan adanya 2 kesalahan, pertama kesalahan penyajian dasar berkaitan dengan persediaan yaitu harga persediaan di mark-up dan dijadikan dasar penilaian persediaan, yang kedua kesalahan dalam penyajian yang berkaitan dengan penjualan yaitu dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Selain kasus di atas, kasus praktik perataan laba juga pernah terjadi pada PT Indofarma Tbk. Pada tahun 2004, Bapepam menemukan bahwa terdapat nilai barang dalam proses PT Indofarma Tbk lebih tinggi dari nilai yang seharusnya (overstated). Akibat overstated tersebut, maka harga pokok penjualan akan

3 understated sebesar 28,8 milyar dan laba bersih juga akan mengalami overstated dengan nilai yang sama. Menurut Foster (1986) dalam Bestivano adapun tujuan perusahaan melakukan perataan laba adalah memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah, memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang, meningkatkan kepuasan relasi bisnis, meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen dan ancaman pergantian manajer. Apakah perataan laba itu baik atau tidak? Ada yang menyatakan bahwa perataan laba ( income smoothing) bukanlah suatu masalah dalam pelaporan keuangan karena memperbaiki kemampuan laba dan mencerminkan nilai ekonomi suatu perusahaan yang dinilai oleh pasar tidak efesien. Perataan laba tidak menjadi masalah untuk dilakukan selama dalam pelaksanaannya tidak mengandung fraud. Gu dalam Wijoyo (2014) menyatakan bahwa perataan laba merupakan sebuah tindakan yang justru membantu dalam mengendalikan tingkat peredaran saham. Perataan laba dapat memberikan manfaat bagi pemegang saham perusahaan dan bahkan juga bagi pemegang saham potensial (Wang dan Williams, 1994) dalam (Wijoyo, 2014). Angka laba yang stabil le bih diinginkan oleh pasar dan perusahaan dengan angka laba yang stabil dianggap lebih tidak berisiko. Namun disisi lain, ada pula yang menyatakan bahwa praktik perataan laba menyebabkan pengungkapan informasi mengenai laba menjadi menyesatkan dan akan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan. Praktik perataan laba memang sulit dideteksi dan dapat menyebabkan pengungkapkan laba yang menyesatkan (Dewi dan Carina, 2008) dalam (Wijoyo, 2014). Apabila pihak eksternal tidak menyadari adanya praktik perataan laba tersebut, maka laba hasil rekayasa tersebut dapat mengakibatkan distorsi dalam pengambilan keputusan. Di sisi lain, bagi pihak manajemen, praktik perataan laba ini juga akan menimbulkan kerugian yaitu harga saham perusahaan yang tadinya overvalued bisa menjadi undervalued apabila sampai pihak eksternal mengetahui ketidakbenaran informasi yang dilaporkan di laporan keuangan.

4 Selama kurun waktu dari tahun 2012 2015 perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami naik turun seperti yang digambarkan dengan grafik di bawah ini : Gambar 1.1 Perubahan Perataan Laba Rata-Rata Perataan Laba Per Tahun 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 Perataan Laba 0,79 0,77 0,47 0,25 2012 2013 2014 2015 Sumber : Laporan Keuangan yang di olah, 2016 Berdasarkan identifikasi data perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Gambar 1.1 diatas, dapat diketahui bahwa terjadi naik turun terhadap tindakan praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan pada tahun 2012 sampai tahun 2014. Pada tahun 2012 perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yaitu sebesar 0,47 atau 47%. Pada tahun 2013 perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan mengalami peningkatan yaitu menjadi 0,79 atau 79%. Pada tahun 2014 perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan mengalami penurunan yaitu menjadi 0,25 atau 25%. Pada tahun 2015 perataan laba yang dilakukan perusahaan mengalami peningkatan lagi yang cukup drastis yaitu menjadi 0,77 atau 77%. Perataan laba dari tahun 2012 sampai 2015 terus mengalami perubahan yang tidak stabil, hal ini dapat terjadi karena disebabkan berbagai macam faktor,

5 salah satunya karakteristik perusahaan, seperti umur perusahaan, ukuran perusahaan, tingkat hutang, tingkat profitabilitas, dan lain-lain. Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan menjalankan operasionalnya. Secara teoritis, perusahaan yang telah lama berdiri akan dipercaya oleh penanam modal (investor) dari pada perusahaan yang baru berdiri, karena perusahaan yang telah lama berdiri diasumsikan akan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang baru berdiri. Di samping itu, ukuran perusahaan dapat mempengaruhi tindakan manajer di dalam melakukan perataan laba. Semakin besarnya ukuran suatu perusahaan, maka perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih transparan dan lengkap mengenai perusahaannya, demikian sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan, maka informasi yang disampaikan tidak begitu transparan. Hal ini memberikan peluang bagi para manajer untuk mengatur besarnya angka laba sebelum laporan keuangan dilaporkan. Ukuran perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi perataan laba. Perusahaan yang ukurannya lebih besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba (Suwito dan Herawaty, 2005) dalam (Iskandar dan Suardana, 2016). Hal ini terjadi karena perusahaan besar mendapatkan pengawasan yang lebih ketat dari investor. Untuk itu, perusahaan besar kemungkinan melakukan praktik perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang besar. Hal ini dilakukan karena fluktuasi laba yang besar menunjukkan risiko yang besar dalam investasi sehingga mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perusahaan. Dengan demikian, semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar kemungkinan menajemen melakukan praktik perataan laba. Teori akuntansi positif menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi cenderung untuk melakukan pengelolaan atas laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang (Budiasih, 2009) dalam Kustono dan Sari (2012). Tingkat financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan memanfaatkan ekuitas pemilik untuk mengantisipasi utang jangka panjang dan jangka pendek perusahaan sehingga tidak akan mengganggu operasi perusahaan secara keseluruhan dalam jangka panjang. Adanya indikasi perusahaan melakukan perataan laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang dapat dilihat

6 melalui kemampuan perusahaan tersebut untuk melunasi hutangnya dengan menggunakan aset yang dimiliki. Perusahaan yang mempunyai tingkat financial leverage yang tinggi diduga melakukan perataan laba karena perusahaan terancam default sehingga manajemen membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat inkonsistensi hasil penelitian. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gandasari dan Herawaty (2015) jika umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Sedangkan menurut Zen dan Herman (2007) diketahui umur perusahaan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Dan menurut Bestivano jika semakin lama umur perusahaan, maka tidak semakin besar probabilitas untuk melakukan perataan laba. Hal ini berarti umur perusahaan yang telah lama berdiri tidak memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan yang baru berdiri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Suardana (2016) diketahui ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijoyo (2014) diketahui ukuran perusahaan tidak menunjukkan pengaruh terhadap praktik perataan laba. Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryandari (2012) diketahui ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap income smoothing. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indraswari dan Tenaya (2016) diketahui bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Ilato diketahui bahwa financial leverage berpengaruh negatif terhadap perataan laba. Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh Gantino (2015) diketahui bahwa financial leverage pada perusahaan yang tergabung dalam industri pertambangan berpengaruh tidak signifikan terhadap perataan laba, sedangkan pada industri farmasi berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

7 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menemukan permasalahan yang dapat dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh umur perusahaan terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh financial leverage perusahaan terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Bagaimana pengaruh umur perusahaan, ukuran perusahaan dan financial leverage secara bersama-sama terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah yang telah di uraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk mengatahui pengaruh financial leverage terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan financial leverage secara bersama-sama terhadap perataan laba

8 yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.3.2 Manfaat Penelitian Selain memiliki tujuan, penulisan penelitian ini juga memiliki manfaat penelitian antara lain : 1. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan terutama mata kuliah Analisa Laporan Keuangan. 2. Penelitian ini dapat menjadi salah satu dasar pertimbangan bagi perusahaan untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. 3. Dapat menjadi bahan referensi dalam pengembangan keilmuan untuk melakukan ataupun melanjutkan penelitian pada bidang yang sama. 4. Sebagai sarana peneliti dalam mengetahui dan menambah pengetahuan mengenai Laporan Keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Agar pembahasan dalam penelitian Laporan Akhir nantinya lebih terarah dan tidak menyimpang dari konteks, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan yaitu hanya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai 2015 dengan menggunakan variabel umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan financial leverage sebagai variabel independen dan perataan laba sebagai variabel dependen. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan garis besar mengenai isi Laporan Akhir secara ringkas dan jelas. Sehingga terdapat gambaran hubungan antara masing-masing bab, dimana bab tersebut dibagi menjadi beberapa sub-sub secara keseluruhan. Adapun sistematika penulisan terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu :

9 BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V : Pendahuluan Pada bab ini merupakan awal dari penulisan laporan. Dalam bab ini akan diuraikan pokok-pokok pikiran yang menjadi dasar penulisan yang meliputi: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan ruang lingkup pembahasan. : Tinjauan Pustaka Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang teori-teori yang terkait dan melandasi penelitian ini. : Metodologi Penelitian Pada bab ini penulis menguraikan tentang variabel penelitian dan defenisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian. : Hasil Analisis dan Pembahasan Pada bab ini merupakan pembahasan dari permasalahan mengenai permasalahan yang ada pada perusahaan. Selain itu juga akan dijelaskan tentang hasil pengujian hipotesis tentang pengaruh setiap variabel penelitian. : Simpulan dan Saran Pada bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan laporan, bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan pada Bab IV dan juga saran-saran yang dapat dijadikan sebagai masukan yang bermanfaat bagi perusahaan yang sebagai objek penulisan Laporan Akhir ini.