Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

JURNAL TERNAK. Edy Susanto dan Wenny Ladhunka N. A. Analisis Kualitas Mikrobiologis Daging Sapi di Pasar Tradisional Kota Lamongan

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

Ketahanan Daging Rendang Tanpa Pemasakan Ulang Selama Penyimpanan Suhu Ruang Berdasarkan Uji Reduktase dan Organoleptik

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2009

PENDAHULUAN. kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

Analisa Mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERENDAMAN DALAM BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI

PROSES FERMENTASI DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP SIFAT KIMIA DENDENG SAPI IRIS DAN GILING. Oleh : Akram Hamidi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mutu karkas dan daging ayam

KADAR AIR DAN TOTAL BAKTERI PADA IKAN ROA (Hemirhampus sp) ASAP DENGAN METODE PENCUCIAN BAHAN BAKU BERBEDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONTAMINASI BAKTERI Escherichia coli PADA DAGING SE I SAPI YANG DIPASARKAN DI KOTA KUPANG

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

TINJAUAN PUSTAKA. 18,20 Lemak (g) 25,00 Kalsium (mg) 14,00 Fosfor (mg) 200,00 Besi (mg) 1,50 Vitamin B1 (mg) 0,08 Air (g) 55,90 Kalori (kkal)

Pengaruh Lama Penyimpanan Makanan Khas Dayak Telu Ikan Furud (Garra sp) Terhadap Angka Lempeng Total (ALT)

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau. maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi.

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENGANTAR. alami Salmonella sp adalah di usus manusia dan hewan, sedangkan air dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS DAGING SAPI BERDASARKAN STANDAR ASUH (AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL) PADA TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena. vitamin, mineral, dan enzim. Menurut Badan Standart Nasional (2000).

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BABI PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh Samudera

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA

Angka Lempeng Total Bakteri pada Broiler Asal Swalayan di Denpasar dan Kabupaten Badung

JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN COLIFORM DALAM AIR SUSU SAPI SEGAR PADA PEDAGANG PENGECER DI KOTA SEMARANG

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

Daya Simpan dan Variasi Bumbu Daging Se i Babi Produksi Kota Denpasar pada Suhu Ruang

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

I. PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pendatang terutama pelajar. mencapai Rp /galon (Athena, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

Tugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010.

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

15 Penanganan telur yang dilakukan oleh para pedagang di pasar tradisional di Provinsi Jawa Barat tidak menyimpan telur dengan pendinginan. Semua peda

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ayam jantan ras White Cornish dari Inggris dengan ayam betina dari ras

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

Transkripsi:

ANALISIS KUALITAS MIKROBIOLOGIS DAGING SAPI DI PASAR TRADISIONAL KOTA LAMONGAN Edy Susanto * dan Wenny Ladhunka N. A.* * Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Islam Lamongan Jl.Veteran No.53.A Lamongan Abstrak Pengumpulan data penelitian dilaksanakan mulai tanggal 04 maret 2013 sampai dengan 19 Juni 2013 di 3 pasar tradisional kota Lamongan dan di Laboratorium Peternakan Terpadu Fakultas Peternakan Universitas Islam Lamongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis kualitas mikrobiologi daging sapi di pasar tradisional di Kota Lamongan. Materi penelitian ini adalah sampel daging sapi yang di ambil di 3 pasar tradisional di Kota Lamongan dengan total sampel sebanyak 14 sampel. Metode penelitian berupa non eksperimental dengan teknik total populasi, menggunakan perhitungan t-test. dengan parameter yang diukur adalah kandungan mikroorganisme (TPC), kadar air dan ph sesuai atau tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologi daging sapi di pasar tradisional di Kota Lamongan tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) karena dari perhitungan dengan dk n-1 = ( 14-1 = 13 ), serta dengan α = 5% harga t tabel =2,160 untuk t hitung ph yaitu 10,73, menunjukkan hasil t hitung > dari t tabel begitu pula nilai t hitung Total Plate Count (TPC) 2,73, menunjukkan nilai t hitung > dari t tabel, kecuali nilai kadar air yang menunjukkan hasil t hitung < dari t tabel yakni sebesar 1,67 yang berarti tingkat kadar air daging sapi di pasar tradisional di Kota Lamongan sesuai dengan standar. Dengan demikian cemaran mikroorganisme pada daging sapi di pasar tradisional di Kota Lamongan masih belum sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. KATA KUNCI : Daging Sapi, TPC, Pasar Lamongan PENDAHULUAN Daging merupakan salah satu jenis hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia (Soeparno, 2005). Daging berperan cukup besar dalam konteks ketahanan pangan nasional karena merupakan salah satu komoditas dengan kandungan gizi yang cukup lengkap (Usmiati, 2010). Daging adalah salah satu dari produk pangan yang mudah rusak disebabkan daging kaya zat yang mengandung nitrogen, mineral, karbohidrat, dan kadar air yang tinggi serta ph yang dibutuhkan mikroorganisme perusak dan pembusuk untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan mikroorganisme ini dapat mengakibatkan perubahan fisik maupun kimiawi yang tidak diinginkan, sehingga daging tersebut rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Penyediaan daging sapi yang kandungan mikrobanya tidak melebihi Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) sangat diharapkan dalam memenuhi persyaratan untuk mendapatkan daging sapi yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Badan Standardisasi Nasional (BSN) persyaratan mikrobiologi dalam daging sapi yang beredar di Indonesia adalah Total Plate Count(TPC) 1 x10 6 CFU/g(SNI 3932, 2008). Sedangkan pada kondisi normal menurut Yanti dkk. (2008) nilai ph daging sapi berkisarantara 5,46 6,29. Nilai ph daging sapi relatif rendah (asam), disebabkan oleh akibat peruraian glikogen otot oleh enzim-enzim glikolisis secara anaerob menjadi asam laktat (Soeparno, 2005). Dan menurut Aberle, et al. (2001), yang menyatakan bahwa nilai kadar air rata-rata daging mempunyai kisaran 65-80%. Kerusakan daging umumnya disebabkan oleh adanya kontaminasi kuman. Menurut Jay (1992) dalam Hutasoit, dkk (2013)dan Lawrie (2003), bahwa sumber kontaminasi daging biasanya dimulai dari saat pemotongan ternak sampai konsumsi. Rumah pemotongan hewan (RPH) dan pasar tradisional memberikan kemungkinan terbesar untuk kontaminasi bakteri, selain itu kontaminasi juga bisa berlangsung dengan cara kontak langsung pada permukaan yang tidak higienis, para pekerja, udara, dan perjalanan daging mulai dari ruang pelayuan, pembekuan, pengiriman, pengemasan, penjualan dan penanganan di rumah tangga. JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 3

Pasar tradisional merupakan salah satu tempat pemasaran daging, tempat tersebut merupakan tempat yang rawan dan berisiko cukup tinggi terhadap cemaran mikroba patogen. Sanitasi dan kebersihan lingkungan penjualan (pasar) perlu mendapat perhatian baik dari pedagang itu sendiri maupun petugas terkait untuk meminimumkan tingkat cemaran mikroba.akan tetapi keberadaan pasar tradisional memberikan peran besar baik bagi kebutuhan primer masyarakat maupun dalam pembangunan struktur ekonomi perkotaan,tidak terkecuali di Kota Lamongan. Sehingga perlu dilakukan penelitian tentang analisis kualitas mikrobiologi daging sapi dipedagang pasar tradisional di Kota Lamongan. MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan melakukan pengambilan sampel di pasar tradisional di Kota Lamongan yaitu pasar Sidoharjo, pasar Ikan lamongan dan pasar Lamongan Indah, dilanjutkan dengan pengujian mikrobiologi di Laboratorium Peternakan Terpadu Fakultas Peternakan Universitas Islam Lamongan pada tanggal 04 maret 2013 sampai 19 Juni 2013. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah non eksperimental. Penelitian non eksperimental merupakan bentuk penelitian dimana peneliti (eksperimer) meneliti data yang sudah ada (dalam arti tidak sengaja di timbulkan) dan peneliti tinggal merekam serta mencatat hasil (Arikunto, 2006). Penelitian inimenggunakan teknik populasi dan analisa data uji dua fihak dengan menggunakan perhitungan rumus t-test. Penelitian ini sebagai salah satu bentuk eksplorasi kualitas mikrobiologi daging sapi yang ada di pasar tradisional di Kota Lamongan. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Penentuan ukuran sampel pada penelitian ini mengacu pada Sugiyono (2011), dimana dalam penentuan ukuran sampel dinyatakan bahwa semakin besar jumlah sampel maka semakin kecil tingkat kesalahan, sebaliknyasemakin kecil jumlah sampel, maka semakin besar tingkat kesalahan.berdasarkan hasil surveypra-penelitian diketahui bahwa pasar tradisional yang ada di Kota Lamongan terdiri dari 3 pasar yang memiliki total populasi berbeda-beda, yaitu pasar Sidoharjo memiliki jumlah populasi 12 penjual, pasar Ikan Lamongan terdapat 2 populasi penjual daging sapi, sedangkan untuk pasar modern Lamongan Plaza terdapat 1 populasi penjual. Sehingga dari data tersebut total pedagang daging sapi di pasar tradisional di kota Lamongan ada 15 pedagang daging sapi, yang dari kesemuanya itu waktu penjualan dimulai dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Menurut Sugiyono (2011), rumus untuk menghitung sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut S = Keterangan : P=Q=0,5. d=0,05 S= jumlah sampel. Berdasarkan rumus tersebut, dapat diambil taraf kesalahan 5%, sehingga jumlah sampel yang diambil adalah 14 sampel. Variabel yang diamati adalah TPC, Ka dan ph. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan pengujian hipotesis deskriptif uji dua pihak (two tailed test). Apabila hasil perhitungan menunjukkan t hitung t tabel maka H 0 diterima (Sugiyono,2007). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran ph (Derajat Keasaman) Berdasarkan hasil analisis t hitung diketahui bahwa ph daging sapi di pasar tradisional di Kota Lamongan rata-ratanya adalah 5,98, sedangkan nilai t hitungnya adalah 10,73. Sehingga nilai ph tidak sesuai dengan standar.hal ini dibuktikan dengan analisis t hitung dengan dk n-1 = ( 14-1 = 13 ), α = 5% harga t tabel =2,160, diperoleh hasil t hitung > dari t tabel atau jatuh pada JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 4

daerah penerimaan H a maka H 0 ditolak dan H a diterima, yakni nilai ph daging sapi di pasar tradisional di Kota Lamongan tidak sesuai dengan nilai ph standar. Buckle et al (1985)dalam Prabowo (2010) menyatakan bahwa ph rendah berada sekitar 5.1 6.1 menyebabkan daging mempunyai struktur terbuka, sedangkan ph tinggi berada sekitar 6.2 7.2 menyebabkan daging pada tahap akhir akan mempunyai struktur yang tertutup atau padat, sehingga hal ini lebih memungkinkan terjadinya perkembangan mikroorganisme. Nilai ph adalah sebuah indikator penting untuk kualitas daging. Pengamatan terhadap ph, penting dilakukan karena perubahan ph berpengaruh terhadap kualitas pangan yang dihasilkan (Suparno 1998 dalam Zamroni 2013). Hampir semua mikroba tumbuh pada tingkat ph yang berbeda. Sebagian bakteri tumbuh pada ph mendekati netral Anonim (2013) dalam Zamroni(2013). Kadar Air (Ka) Berdasarkan hasil analisa dari t hitung dengan dk n-1 = ( 14-1 = 13 ), untuk α = 5% harga t tabel = 2,160, diperoleh hasil t hitung Ka daging sapi di pasar tradisional kota lamongan adalah 1,67, sehinggat hitung < dari t tabel atau jatuh pada daerah penerimaan H 0 maka H 0 diterima dan H a ditolak, yakni tingkat kadar air daging sapi di pasar tradisional di Kota Lamongan sesuai dengan standar. nilai dari rata ratakadar air daging sapi di pasar tradisional di Kota Lamongan adalah 74,37 %. Menurut Buckle et.al. (1987) dalam Damongilala (2009) bahwa pengaruh kadar air sangat penting sekali dalam menentukan daya awet suatu bahan pangan karena kadar air mempengaruhi sifat sifat fisik (organoleptik), sifat kimia, dan kebusukan oleh mikroorganisme. Analisis kadar air dilakukan dengan meggunakan metode oven. Kadar air dihitung sebagai persen berat, artinya berapa gram berat sampel, dengan selisih berat dari sampel yang belum diuapkan dengan sampel yang telah diuapkan (dikeringkan). Jadi kadar air dapat diperoleh dengan menghitung kehilangan berat sampel yang dipanaskan (Damongilala, 2009). Total Plat Count (TPC) Berdasarkan analisis t hitung nilai TPC daging sapi di pasar tradisional di Kota Lamongan adalah 2,73 sehingga nilai TPC tidak sesuai dengan SNI. Hal ini dibuktikan dengan analisis t hitung dengan dk n-1 = ( 14-1 = 13 ), α = 5% harga t tabel = 2,160, diperoleh hasil t hitung > dari t tabel atau jatuh pada daerah penerimaan H a maka H 0 ditolak dan H a diterima. Sedangkan hasil rata rata nilai TPC adalah 3,2 x 10 6. Dari hasil tersebut dan berdasarkan survei pada saat penelitian hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya yaitu higiene dan sanitasi responden maupun lingkungan terkait. Dari hasil wawancara dengan responden, profil responden berdasarkan higinitas dan sanitasi diketahui bahwa jumlah prosentase untuk kreteria baik (sumber kontaminasi bakteri sedikit) hanya 21%. Menurut Hafizah (2010) dalam Yuliani (2011), bahwa Semakin baik sanitasi dan higiene makanan atau minuman maka semakin sedikit jumlah mikroba pada makanan dan minuman tersebut. Sanitasi berhubungan dengan lingkungan serta alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahan sedangkan higiene berhubungan dengan sikap food handler dalam pengolahan dan penyajian makanan, Hafizah (2010) dalam Yuliani (2011). Hasil perhitungan jumlah mikroba pada sampel dengan pengenceran berbeda, disajikan dalamtabel 1 berikut ini : JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 5

Tabel 1. Hasil Perhitungan Jumlah Mikroba Sampel dengan Pengenceran Berbeda Sampel Penanaman Total bakteri CFU/gr Kontrol 0 1 I 1,7 x 10 6 2 I 0,9 x 10 6 3 I 4 x 10 6 4 I 1 x 10 6 5 I 1,7 x 10 6 6 I 10,5 x10 6 7 I 0,2 x 10 6 8 I 0,1 x 10 6 9 I 0,6 x 10 6 10 I 3 x 10 6 11 I 10 x 10 6 12 I 0,2 x 10 6 13 I 0,3 x 10 6 14 I 11 x 10 6 Rata rata x 3 x 10 6 Sumber : Data Primer, 2014 (diolah) Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan jumlah total bakteri menunjukkan bahwa jumlah koloni terbanyak terdapat pada sampel daging sapi nomor 14 dengan total bakteri mencapai 11 x 10 6. Lokasi jualan berada di pasar LI (Lamongan Indah), meskipun pasar tergolong bersih dan permanen, namun belum tentu menjamin cemaran mikroba semakin sedikit. Sumber dari kontaminasi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, tidak hanya di pengaruhi oleh hygiene dari lokasi dan personal. Menurut Jay, (1992) dan Lawrie, (2003) dalam Suada (2012) menyatakan bahwa sumber kontaminasi daging biasanya dimulai dari saat pemotongan ternak sampai konsumsi. Rumah pemotongan hewan (RPH) memberikan kemungkinan besar untuk kontaminasi bakteri, selain itu kontaminasi dengan cara kontak langsung pada permukaan yang tidak higienis, para pekerja, udara, dan perjalanan daging mulai dari ruang pelayuan, pembekuan, pengiriman, pengemasan, penjualan dan penanganan di rumah tangga juga berpengaruh terhadap kualitas daging. Menurut Fardiaz (1992) dalam Irwansyah (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada daging ada dua macam yaitu (a). Faktor intrinsik termasuk nilai nutrisi daging, keadaan air, ph, potensi oksidasi-reduksi dan ada tidaknya substansi penghalang atau penghambat; (b). Faktor ekstrinsik, misalnya temperatur,kelembaban relatif, ada tidaknya oksigen dan bentuk atau kondisi daging. JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 6

Alat distribusi yang digunakan oleh responden untuk mengangkut daging sapi dari lokasi pemotongan menuju pasar, didominasi dengan alat distribusi sepeda motor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Endang (2009) dalam Herlinawati, dkk (2011) bila transportasi dilakukan dengan tidak layak akan mengakibatkan jumlah total mikroba yang tinggi pada daging dan kuman-kuman yang memang secara normal ada dalam tubuh hewan sehingga aktivitas mikroba didalamnya semakin subur. Kualitas daging itu sendiri juga sangat mempengaruhi,menurut Soeparno (1998) dalam Komariah (2008), aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh sifat fisik daging diantaranya besar kecilnya karkas, potongan karkas, bentuk daging cacahan, daging giling dan perlakuan processing. Kemungkinan lain diperoleh dari nilai kadar air dan ph. Semakin tinggi kadar air suatu produk maka semakin banyak pula bakteri yang tumbuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Herawati (2008), bahwa makin tinggi aktivitas air umumnya makin banyak bakteri yang tumbuh, karena kandungan air dalam bahan pangan selain mempengaruhi terjadinya perubahan kimia juga ikut menentukan kandungan mikroba pada pangan. Rendaahnya nilai ph pada sampel juga mendukung terjadinya perkembangan mikroorganisme pada daging. Sehingga hasil pengujian TPC menunjukkan cemaran mikroba yang beragam dan melebihi batas standar. Buckle et al (1985) dalam Prabowo (2010) menyatakan bahwa ph rendah berada sekitar 5.1 6.1 menyebabkan daging mempunyai struktur terbuka, sedangkan ph tinggi berada sekitar 6.2 7.2 menyebabkan daging pada tahap akhir akan mempunyai struktur yang tertutup atau padat, sehingga hal ini lebih memungkinkan terjadinya perkembangan mikroorganisme.adapun menurut Buckle et.al (1987) dalam Zamroni (2013), selain zat makanan, suhu, ph dan aktivitas air, pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh waktu, potensial redoks, struktur biologi dan faktor pengolahan produk itu sendiri. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologi daging sapi di pasar tradisional di Kota Lamongan tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) karena dari perhitungan dengan dk n-1 = ( 14-1 = 13 ), serta dengan α = 5% harga t tabel =2,160untuk t hitung ph yaitu 10,73, menunjukkan hasil t hitung > dari t tabel begitu pulanilai t hitung Total Plate Count (TPC)2,73, menunjukkan nilai t hitung > dari t tabel,kecuali nilai kadar air yang menunjukkan hasil t hitung <dari t tabel yakni sebesar 1,67yang berarti tingkat kadar air daging sapi di pasar tradisional di Kota Lamongan sesuai dengan standar. REFERENSI Aberle ED, Forrest JC.Gerrand DE, Mills EW. 2001. Principles of Meat Science. Fourth Ed. Amerika. Kendal/Hunt Publishing Company. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta. Jakarta. Badan Standar Nasional. 2000. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal Hewan. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6366-2000. Damongilala Lena Jeane., 2009. Kadar Air dan Total Bakteri Pada Ikan ROA (Hemirhampus SP) Asap dengan Metode Pencucian Bahan Baku Berbeda. Jurnal Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNSRAT. Manado. Herlinawati Ida, Sa idah Farikhatus, Yunista Sri. 2011. Hasil Penelitian Cemaran Mikroba Daging Sapi di Pasar Tradisional. Jurnal. Fakultas Pertanian Program Studi Produksi Ternak, Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Kalimantan Selatan. Hutasoit Kartini, Suarjana I Gusti Ketut, Suada I Ketut. 2013. Kualitas Daging Se I Sapi di Kota Kupang Ditinjau dari Jumlah Bakteri Coliform dan Kadar Air. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Denpasar. Bali. Irwansyah M., 2013. Analisis Kualitas Mikrobiologi Chiken Nugget Yang Beredar Di Pasar Tradisional Di Kota Lamongan. Proposal Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas Islam Lamongan. Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging Edisi Kelima. Terjemahan Aminuddin Parakkasi. UI Press, Jakarta. JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 7

Prabowo Ibnu Panji., 2010. Pemilihan Pengawetan Produk Olahan Daging Menjadi Dendeng Sapi. Jurusan Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Soeparno. 2005, Ilmu Dan Teknologi Daging. Cetakan keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Standard Nasional Indonesia SNI 3932,. 2008. Mutu Karkas dan Daging Sapi. Badan Standardisasi Nasional (BSN). Suanda I Ketut, Muhatmin H, Boentong Rizkia.2012. Kontaminasi Bakteri Eschercia Coli pada Daging Se I Sapi yang di Pasarkan di Kota Kupang. Indonesia Medicus Veterinus.ISSN : 2301-784. Fakkultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Bali Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.Bandung Usmiati, S. 2010. Pengawetan Daging Segar dan Olahan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. Yanti, H., Hidayati dan Elfawati. 2008. Kualitas Daging Sapi Dengan Kemasan Plastic PE (Polyethylen) dan plastic PP (Polypropylen) di pasar arengka kota Pekanbaru. J. Peternakan. 5(1):22-27. Yuliani Ade, Atmaja Ning, Rizal Dian, Meilaty Ika. 2011. Pengujian Total Mikroba Metode Standar Plate Count. Laporan. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jawa Barat Zamroni E. Syafi i. 2013. Analisis Kualitas Mikrobiologi Bakso Cilok di Lingkungan Sekolah Dasar di Kota Lamongan. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Islam Lamongan. Lamongan JURNAL TERNAK Vol. 04 No.01 Juni 2013 8