BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali

TINDAK TUTUR DAN PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM KOMENTAR ARTIKEL KOMPASIANA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM RUBRIK URUN REMBUK DI SURAT KABAR RADAR JOGJA JAWA POS. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM ACARA UPS SALAH, JEBAKAN BETMEN, DAN ILL FEEL DI TELEVISI: Sebuah Tinjauan Pragmatik

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. dilakukan. Beberapa kajian terdahulu yang penulis temukan yang sejenis dan

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK

II. LANDASAN TEORI. Implikatur percakapan, lazim disebut implikatur, adalah implikasi pragmatis yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Austin (dalam Nadar, 2009: 11) pada dasarnya pada saat seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM WACANA SMS PEMBACA PADA RUBRIK HALO JOGJA DI SURAT KABAR HARIAN JOGJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB II LANDASAN TEORI. seseorang menggunakan kata-kata kerja promise berjanji, apologize minta

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian di Sekolah Dasar 5

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Persyaratan. Oleh: A FAKULTA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan dan kegiatan

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB II LANDASAN TEORI. Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik. Ilmu pragmatik ini merupakan salah

II. LANDASAN TEORI. bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Austin dalam buku yang berjudul How to Do Things with Words) Pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

II. LANDASAN TEORI. semantik atau ilmu makna. Dalam banyak hal penggambaran relasi-relasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

TINDAK TUTUR PENGAWAS DALAM KEGIATAN SUPERVISI AKADEMIK PADA GURU SMA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2012/2013

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

Transkripsi:

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Beberapa penelitian tentang prinsip kesantunan sudah pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut. 1. Erfan Roni Hadmoko (2004) dalam skripsinya Kesantunan Tindak Tutur Ilokusioner dalam Rubrik Konsultasi pada Surat Kabar, menjelaskan hasil kajiannya sebagai berikut; (1) analisis tindak tutur ilokusioner berdasarkan skala kesantunan berupa skala keuntungan dan kerugian, skala pilihan, skala ketidaklangsungan, dan skala keotoritasan; (2) analisis strategi penutur berupa panjang pendeknya tuturan, urutan tutur, langsung tak langsungnya, kata sapaan; (3) analisis ungkapan penanda kesantunan berupa penanda kesantunan tolong, mohon, cobalah, hendak. 2. Arifin (2009) dalam skripsinya Pelanggaran Prinsip Kesopanan dalamkoran Joglo Semar: Sebuah Tinjauan Pragmatik, menunjukkan bahwa terjadi pelanggaran prinsip kesopanan yang meliputi pelanggaran maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian. 3. Skripsi Tanjung Tyas Ning Putri (2010) yang berjudul Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena: Sebuah Tinjauan Pragmatik, mendeskripsikan Pelanggaran Prinsip Kesantunan yang terdapat dalam film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena. Simpulan dari 9

10 penelitian ini mencakup dua hal. Pertama, ditemukan adanya pelanggaran terhadap prinsip kesantunan dalam film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena. Pelanggaran prinsip kesantunan hanya terjadi pada lima maksim dari tujuh maksim yang tercakup dalam prinsip ini, yaitu pelanggaran maksim kearifan, pelanggaran maksim kedermawanan, pelanggaran maksim pujian, pelanggaran maksim kesepakatan, dan pelanggaran maksim simpati. Pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati dan maksim pertimbangan tidak ditemukan dalam penelitian ini. Kedua, tuturan dalam film Warkop DKI Maju Kena Mundur Kena mengandung implikatur percakapan. Implikatur percakapan tersebut digunakan antara lain untuk mempermainkan seseorang, mencari perhatian, mangambil keuntungan, menyatakan pilihan, mengejek, menyatakan ketidaksukaan, menyindir, memaksa, mengeluh, dan menolak permintaan. 4. Skripsi Dwi Ariyani (2010) yang berjudul Pelanggaran Prinsip Kesantunan dan Implikatur dalam Acara Opera Van Java di Trans 7: Sebuah Tinjauan Pragmatik, mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam OVJ, prinsip ironi dan bentuk implikatur dalam OVJ. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, ditemukan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan. Pelanggaran paling banyak ialah terhadap maksim pujian, yang diikuti oleh maksim kearifan, simpati, kesepakatan, pertimbangan, kesepakatan, pertimbangan, kerendahan hati, dan maksim kedermawanan. Kedua, terhadap prinsip ironi dalam acara OVJ. Hanya terdapat sedikit data yang mengandung penerapan prinsip ironi. Hal tersebut karena kemungkinan para pemain OVJ akan merasa lebih puas jika

11 menghina atau mengecam orang lain. Hal itu dapat di lihat dari raut muka mereka yang tersenyum. Ketiga, ditemukan beberapa implikatur percakapan dalam acara OVJ. Implikatur tersebut terdiri dari sembilan macam implikatur menghina, memancing amarah, tidak suka dengan kedatangan orang lain, mempengaruhi, tidak suka, ingin menyiksa, tidak sayang kepada istri, menyuruh, merayu. Dalam OVJ implikatur yang terjadi di dominasi oleh implikatur yang menghina. 5. Skripsi Betty Sulistyaningsih (2011) yang berjudul Tindak Tutur Direktif dan Prinsip Kesantunanantara Sales Roti Kecil denganpelanggan dalampromosi Penjualan. Berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, bentuk tindak tutur direktif antara Sales Roti Kecil dengan Pelanggan dalam Promosi Penjualan yang bertujuan sebagai business promotion terdapat tujuh macam subtindak tutur direktif. Promosi penjualan dengan tujuan sebagai business promotion ialah suatu bentuk promosi yang bermaksud untuk memperoleh pelanggan baru, mempertahankan kontrak hubungan dengan pelanggan dalam mendidik pelanggan. Adapun ketujuh jenis subtindak tutur direktif yang terdapat dalam penelitian ini antara lain menyarankan, yang berarti memberikan saran atau anjuran, menyuruh yang berarti memerintah supaya melakukan sesuatu, meminta yang berarti berkatakata supaya mendapatkan sesuatu, mengajak yang berarti meminta (menyilakan, menyuruh) supaya turut, mempersilakan yang berarti menyuruh, mengajak, dan mengundang dengan hormat, memohon yang berati meminta dengan hormat, dan melarang yang berarti memerintah supaya tidak melakukan sesuatu. Dari ketujuh jenis subtindak tutur tersebut

12 yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah jenis subtindak tutur direktif menyarankan dan menyuruh terutama dilakukan oleh pelanggan. Kedua, adapun wujud prinsip kesantunan antara Sales Roti Kecil dengan Pelanggan dalam Promosi penjualan dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai maksud tindak tutur yang dituturkan antara sales maupun pelanggan tersebut menimbulkan adanya wujud pematuhan di pelanggan terhadap maksim-maksim prinsip kesantunan. Adapun maksim-maksim prinsip kesantunan: maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim simpati, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim pertimbangan. Dilihat dari pematuhannya maksim yang paling banyak ditemukan adalah maksim kearifan dan maksim kedermawanan. Maksim kearifan yang banyak dilakukan oleh pelanggan dimaksudkan untuk memaksimalkan keuntungan kepada sales sedangkan maksim kedermawanan yang banyak dilakukan oleh sales dimaksudkan untuk memaksimalkan kerugian atau bebanpada diri sendiri untuk pelanggan. Adapun jika dilihat pelanggaran prinsip kesantunan maka yang paling banyak ditemukan adalah maksim kearifan dan maksim kesepakatan terutama yang dilakukan oleh pelanggan. Dari penerapan prinsip kesantunan baik yang pematuhan maupun pelanggaran dalam penelitian ini dilatarbelakangi adanya beberapa faktor yaitu situasi tutur dan jarak sosial yang meliputi : tinggi usia, tingkat kedudukan, dan tingkat keakraban antara sales dan pelanggan. Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah untuk mene;iti prinsip kesantunan dalam proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi. Yang membedakan penelitian di atas adalah bahwa penelitian ini memfokuskan pada

13 prinsip kesantunan yang diterapkzm guru dan anak dalam kegiatan / proses belajar mengajar di TK dengan memfokuskan teori prinsip kesantunan oleh Leech. B. LANDASAN TEORI 1. Definisi Pragmatik Pengertian pragmatik telah banyak dikemukakan oleh pakar linguistik di antaranya ialah Moris. Menurut Moris (Nadar, 2009:2), pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Pakar linguistik lain mendefinisikan pengertian pragmatik secara berbedabeda. Di antaranya ialah tokoh filsuf Amerika yang bernama Leech, yang mengatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna ujaran di dalam situasi-situasi ujar (speech situasion) (Leech, 1993:8). Leech melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi. George Yule (2006: 3) mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud tuturan. Artinya, studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar (George Yule, edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mutajab, 2006:3).

14 Selanjutnya, Gunarwan (1994:83-84), mengungkapkan bahwa pragmatik adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan. Pendapat lain mengenai definisi pragmatik muncul dari Levinson (dalam Nadar,2009:4) yang menyebutkan bahwa Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of language. Jadi, pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi dalam struktur bahasa. Wijana (1996:1) menyatakan bahwa Pragmatik adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. 2. Situasi Tutur Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan, pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya (Rustono, 1999:26). Leech (1993:19-20) menjelaskan, dalam mengkaji makna suatu tuturan ada lima aspek situasi tutur yang harus diperhatikan, yaitu: a. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa) Orang yang menyapa diberi simbol n ( penutur ) dan orang yang disapa diberi simbol t ( petutur ). Jadi penggunaan n dan t tidak membatasi pragmatik pada bahasa lisan saja. Istilah-istilah penerima (orang yang

15 menerima dan menafsirkan pesan) dan yang disapa (orang yang seharusnya menerima dan menjadi sasaran pesan) juga perlu dibedakan. Si penerima bisa saja seorang yang kebetulan lewat dan pendengar pesan, dan bukan orang yang disapa. b. Konteks sebuah tuturan Konteks diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Konteks diartikan sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur dan membantu petutur menafsirkan makna tuturan. c. Tujuan sebuah tuturan Tujuan sebuah tuturan adalah tujuan atau fungsi daripada makna yang dimaksud atau maksud petutur mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan ini dianggap lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani pemakaiannya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan. d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performasi-performasi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa.

16 e. Tuturan sebagai produk tindakan verbal Selain sebagai tindak ujar atau tindakan verbal itu sendiri, dalam pragmatik kata tuturan dapat digunakan dalam arti yang lain, yaitu, sebagai produk suatu tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri). Sebuah tuturan dapat merupakan suatu contoh kalimat (sentenceinstance) atau tanda kalimat (sentence-token), tetapi bukanlah sebuah kalimat. Dalam artian yang kedua ini tuturan-tuturan merupakan unsur-unsur yang maknanya dikaji dalam pragmatik, sehingga dengan tepat pragmatik dapat digambarkan sebagai suatu ilmu yang mengkaji makna tuturan. 3. Tindak Tutur Teori tentang tindak tutur dikembangkan Searle (dalam Wijana, 1996:17) yang menjelaskan secara pragmatis ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh penutur, yaitu: a. Tindak Lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai the act of saying something (Wijana, 1996:17). Lebih jauh tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena pengidentifikasinya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur (Wijana, 1996:18). b. Tindak Ilokusi Tindak ilokusi adalah sebuah tuturan yang selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk

17 melakukan sesuatu (Wijana, 1996:18). Tindak tutur ilokusi disebut dengan the act of doing something. Selain itu, Searle juga mengklasifikasikan tindak ilokusi ke dalam lima kategori (Leech, 1993:164-165), yaitu: (i) Asertif (Assertives) Pada tindak ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. (ii) Direktif (Directives) Ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur.contoh ilokusi ini adalah memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat. Namun dipihak lain terdapat juga ilokusi direktif (seperti, mengundang) yang secara intrinsik termasuk sikap sopan. (iii) Komisif (Commisives) Pada ilokusi ini penutur (sedikit banyak) terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikandanmenawarkan. (iv) Ekspresif (Expressives) Ilokusi ini memiliki fungsi untuk mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi.contoh tindak ilokusi ekspresif misalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, meminta maaf, memuji, mencela, mengejek, dan mengkritik.

18 (v) Deklarasi (Declarations) Berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, misalnya mengundurkan diri, memecat, memberi nama, dan menjatuhkan hukuman. c. Tindak Perlokusi Tindak tutur perlokusi disebut dengan the act of affecting someone.tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi petutur, tuturan yang diutarakan seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi yang mendengarnya (Wijana, 1996:20). Selain tindak tutur yang diuraikan di atas, tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung, tindak tutur Tidak Langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal (Wijana, 1996:29-36). (a) Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung Tuturan dapat diungkapkan secara langsung dan tidak langsung.dalam tindak tutur langsung (direct speech act) terdapat hubungan langsung antara struktur dengan fungsi, sedangkan tindak tutur tidak langsung (indirect speech act) hubungannya tidak langsung antara struktur dengan fungsi (Yule, 2006:95-96). Wijana (1996:33), menambahkan bahwa berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif) (Wijana, 1996:33). Secara

19 konvensional kalimat berita digunakan untuk memberikan suatu informasi, kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Apabila kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah difungsikan secara konvensional maka akan terbentuk tindak tutur langsung (direct speech act), contoh: - Sebelum kita mulai mari kita berdoa dulu. - Yang mau bercerita silahkan maju duluan. - Maju sini, dengerin Mas Abi mau cerita tentang apa ya? Selain tindak tutur langsung, terdapat pula tindak tutur tidak langsung yang digunakan untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung (Wijana, 1996:30). Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah (Wijana, 1996:30). Contoh: - Masak bercerita kok berdua. Nanti ceritanya gethok-gethok. Nanti Kristian cerita kamu ceritanya lain nanti nggak gathok. Satu-satu sapa yang berani? Kalimat di atas apabila diucapkan kakak yang sedang kepanasan, maka dimaksudkan untuk mengambil kipas di kamar seperti yang dimaksudkan, bukan hanya sekadar untuk menginformasikan bahwa di kamar terdapat kipas. (b) Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata penyusunnya, sedangkan tindak tutur literal

20 adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijana, 1996:32). Selanjutnya apabila tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsungdisinggungkan (diinteraksikan) dengan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal, akan didapatkan tindak tutur-tindak tutur berikut ini: a. Tindak Tutur Langsung Literal Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindaktutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimatperintah, memberitakan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengankalimat tanya. b. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalahtindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud penggutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apayang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksudmemerintah disampaikan dengan kalimat berita atau kalimat tanya. c. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act)adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuaidengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memilikimakna yang sama dengan maksud penuturnya. Maksud memerintahdiungkapkan dengan kalimat perintah, dan maksud menginformasikandengan kalimat berita.

21 d. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan maknakalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. 4. Teori Prinsip Kesantunan Geoffrey Leech Teori prinsip kesantunan ini dikemukakan oleh beberapa pakar linguistik.di antaranya ialah, Geoffrey Leech. Menurut Leech sopan santun berkenaan dengan hubungan antara dua pemeran serta yang dinamakan diri dan lain. Dalam percakapan diri biasanya diidentifikasi dengan n, dan lain lazimnya diidentifikasi dengan t, tetapi penutur juga dapat menunjukkan sopan santun kepada pihak ketiga yang hadir ataupun tidak hadir dalam situasi ujar yang bersangkutan. Leech (1993:206-219) mengemukakan prinsip kesantunan meliputi enam maksim yaitu sebagai berikut: a. Maksim Kearifan (Tact Maxim) Leech menjelaskan maksim kearifan mengatur dua jenis ilokusi Searle, yaitu ilokusi impositif dan ilokusi komisif. Isi proposional ilokusi-ilokusi ini mengacu pada tindakan yang akan dilaksanakan oleh penutur (komisif) atau petutur (direktif). Tindakan ini dapat disebut A dan dapat dinilai berdasarkan anggapan n apakah tindakan tersebut menguntungkan atau merugikan n atau t.

22 Contoh: [1] Ayo maju ke depan. [2] Duduk [3] Silahkan dikerjakan Merugikan t menguntungkan t kurang sopan lebih sopan Pada satu titik tertentu di skala ini (tergantung konteks), nilai akan berubah menjadi untung bagi t. Dapat diamati bahwa dengan berubahnya nilai ini, derajat kesopanan juga berubah, dengan tetap menggunakan ilokusi memerintah dan dengan mengendalikan faktor-faktor lain, derajat kesopanan antara contoh [1] dan [3] meningkat. Sebuah isi proposional X (misalnya, X= Ayo maju ke depan) dibuat konstan dan derajat sopan santun semakin ditingkatkan dengan menggunakan jenis-jenis ilokusi yang semakin tak langsung. Ilokusi-ilokusi ketaklangsungan cenderung lebih sopan karena ilokusi-ilokusi ini menambah derajat kemanasukaan, dan karena ilokusi yang semakin tak langsung cenderung memiliki daya yang semakin mengecil dan semakin tentatif. Maksim kearifan memiliki dua segi yakni segi negatif buatlah kerugian t sekecil mungkin, dan kedua segi positif buatlah keuntungan t sebesar mungkin. Ini berati bahwa n mengusulkan suatu tindakan yang menguntungkan t, n harus mengarahkan ilokusi ke suatu hal yang positif dengan cara membatasi kesempatan t untuk mengatakan tidak. Jadi dalam konteks informal, sebuah imperatif yang tidak memberi kesempatan kepada t untuk mengatakan tidak merupakan suatu cara yang sopan dan positif untuk mengungkapkan tawaran.

23 b. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim) Maksim kedermawanan meliputi aspek-aspek bilateral ilokusi-ilokusi impositif dan komisif. Kebilateralan berarti bahwa dalam praktik maksim kearifan yang terpusat pada lain dan maksim kedermawanan yang terpusat pada diri tidak perlu dibedakan. Leech mengemukakan maksim kedermawanan (Generosity Maxim) terdiri dari sub maksim. Pertama, buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, kedua buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin.dengan demikian, bisa dihipotesiskan bahwa maksim kedermawanan tidak sekuat maksim kearifan, ini ditunjang oleh pengamatan bahwa ilokusi impositif dapat diperlembut dan dibuat lebih sopan dengan menghilangkan acuan pada kerugian t. Contoh: [4] Dapatkah saya pinjam bor listrik ini? [5] Saya tidak menolak jika diberi secangkir kopi. Kalimat ini sedikit lebih sopan daripada Dapatkah kamu meminjamkan bor listrikmu kepada saya?juga sedikit lebih sopan daripada Dapatkah kamu memberikan saya secangkir kopi kepada saya?. Strategi yang dipakai dalam kalimat [1] dan [2] justru mengecilkan peranan t sebagai penderma. c. Maksim Pujian (Approbation Maxim) Maksim pujian bisa diartikan yang kurang baik yakni, maksim rayuan. Istilah rayuan ini biasanya digunakan untuk pujian yang tidak tulus. Pada maksim ini aspek negatifnya yang lebih penting, yaitu jangan mengatakan

24 hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain, terutama mengenai t. Contoh: [6]Masakanmu sangat enak! [7] Masakanmu samasekali tidak enak! Tuturan [6] akan terlihat lebih menghargai t dibanding dengan tuturan [7]. Leech mengemukakan Kecamlah orang lain sesedikit mugkin, pujilah orang lain sebanyak mungkin. d. Maksim Kerendahan hati (Modesty Maxim) Di dalam maksim kerendahan hati dijelaskan Leech bahwa pujilah diri sendiri sedikit mungkin, kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.maksim kerendahan hati tampak dalam bentuk asimetris. Contoh: B: Mereka baik sekali terhadap kita. C: Ya, betul. Kalimat di atas menunjukkan sikap sopan jika sependapat dengan pujian orang lain, kecuali kalau pujian itu ditujukan kepada diri sendiri. Tindakan yang melanggar maksim kerendahan hati membual hal ini merupakan pelanggaran sosial. Contoh: - Terimalah hadiah yang kecil ini sebagai tanda penghargaan kami e. Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim) Maksim kesepakatan artinya orang cenderung melebih-lebihkan kesepakatannya dengan orang lain, dan juga mengurangi ketidaksepakatannya

25 dengan ungkapan-ungkapan penyesalan, kesepakatan sebagian, dan sebagainya.maksim kesepakatan berisi dua submaksim, yaitu a) usahakan agar kesepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin b) usahakan agar kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin. Contoh: A: Matematika itu sulit. B: Betul, tetapi konsep aljabarnya cukup mudah. Kalimat di atas memperlihatkan bahwa sebagian sering lebih disukai daripada ketaksepakatan sepenuhnya. f. Maksim simpati Maksim simpati berisi dua submaksim, yaitu a)mengurangirasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin b) tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain. Contoh: [9] Saya ikut prihatin bahwa kucingmu mati. Ucapan ini sopan bila dibandingkan dengan, misalnya ucapan Saya sangat gembira mendengar kucingmu mati. Namun, tetap ada keengganan untuk mengucapkan belasungkawa, yaitu suatu keyakinan yang merugikan t. Berbanding terbalik jika mengucapkan selamat kepada orang lain, hal ini lebih cenderung menguntungkan t. Jadi, maksim simpati percakapan tidak bisa dianggap suatu percakapan manusia yang khas.

26 5. Prinsip Ironi Prinsip ironi merupakan bagian dari prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech. Prinsip ironi (PI) adalah prinsip urutan kedua, yang memungkinkan seseorang untuk bertindak tidak sopan melalui sikap yang seakan-akan sopan. Hal tersebut dilakukan sebagai pengganti sikap tidak santun, dan melalui perilaku ini penutur mempunyai tujuan untuk merugikan dan menyudutkan orang lain ( Leech, 1993:224-225). Dapat dikatakan bahwa dengan menerapkan prinsip ironi (PI), penutur mengungkapkan daya ilokusi yang tidak santun secara santun. Bila seseorang mengatakan Terima kasih banyak atas perhatian Anda mengembalikan buku saya dalam keadaan baik padahal buku yang dikembalikan itu robek-robek dan kotor orang itu sebenarnya mencemooh si peminjam buku itu. Dalam prinsip ironi (PI), struktur luar tuturannya santun, tetapi implikaturnya terasa tidak santun (Gunarwan, 2005:12). Rahardi (2003: 88) menyatakan bahwa ironi dapat dipahami sebagai sosok ragam atau laras bahasa atau sosok gaya bahasa yang menyatakan maksud seolaholah sangat santun padahal sesungguhnya orang tersebut bersikap yang tidak santun. Di dalam pragmatik, prinsip ironi tersebut digunakan untuk mengungkapkan tuturan dengan cara yang ramah untuk menyinggung perasaan orang lain. Dengan kata lain, ironi merupakan sopan santun yang mengejek (menyindir). Dengan penggunaan prinsip ironi, memungkinkan seseorang untuk bertindak tidak sopan dan bertujuan merugikan dan menyudutkan orang lain. Penyudutan tersebut dilakukan secara tidak langsung.

27 Contoh: Konteks: Seorang ibu menyindir anaknya yang mendapat banyak nilai merah pada buku rapornya. Wah, pintar sekali anakku sampai rapornya merah semua. Di dalam tuturan tersebut sang ibu tidak secara langsung memarahi anaknya tetapi mengungkapkaannya melalui sindiran. 6. Skala Kesantunan Dalam percakapan, tingkat kesopanan suatu tuturan dapat diukur. Leech menyatakan ada tiga macam skala yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesopanan suatu tuturan. Ketiga skala kesantunan ini adalah skala biayakeuntungan atau untung-rugi, skala keopsionalan dan skala ketidaklangsungan. Skala biaya-keuntungan atau untung rugi memperkirakan keuntungan atau kerugian suatu tindakan atau tuturan bagi penutur atau mitra tutur (Leech, 1993:194-198). a. Skala Untung Rugi (cost-benefit) Leech menjelaskan pada skala ini diperkirakan keuntungan atau kerugian tindakan bagi penutur atau bagi petutur. Skala untung-rugi terdiri dari dua skala yang berbeda, yaitu untung-rugi bagi penutur dan untung rugi bagi petutur. Pada umumnya keberagaman dua skala ini sangat bergantung, tetapi mungkin juga keberagaman skala yang satu terjadi terlepas dari keberagaman skala yang lain. Skala keuntungan dan kerugian, menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan itu.

28 b. Skala Kemanasukaan (optionality scale) Skala ini mengurut ilokusi ilokusi menurut jumlah pilihan yang diberikan oleh penutur kepada petutur. c. Skala ketaklangsungan (indirectness scale) Leech menjelaskan skala ketaklangsungan dari sudut pandang penutur skala ini mengurut ilokusi-ilokusi menurut panjang jalan yang menghubungkan tindak ilokusi dengan tujuan ilokusi, sesuai dengan analisis cara tujuan. Skala kelangsungan juga dapat dirumuskan dari sudut pandang petutur, yaitu sesuai panjangnya jalan inferensial yang dibutuhkan oleh makna untuk sampai ke daya. Oleh karena itu, ada dua skala ketaklangsungan satu untuk penutur, dan satu untuk petutur. Kedua skala ini mempunyai banyak kesepadanan, karena strategi petutur untuk menginterpretasikan (inferential strategy) merupakan rekonstruksi langkah demi langkah pemahaman petutur mengenai strategi ilokusi penutur. Dalam membahas ketaklangsungan, biasanya sudut pandang penutur tidak perlu dibedakan dengan sudut pandang petutur. Contoh: [1] Answer the phone (angkat telepon) [2] I want you to answer the phone (saya ingin kamu mengangkat telepon) [3] Willyou answer the phone? (maukah Anda mengangkat telepon?) [4] Can you answer the phone? (dapatkah Anda mengangkat telepon? Ketaklangsungan (Sumber : Leech edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:168) Kurang sopan Lebih sopan

29 d. Skala otoritas Leech menjelaskan bahwa, skala otoritas digambarkan dengan sumbu vertikal yang mengukur jarak sosial menurut kekuasaan satu otoritas yang dimiliki seorang pemeran serta atas pemeran serta yang lain. Ukuran ini adalah ukuran yang asimetris, artinya, seorang yang memiliki otoritas atau kekuasaan dapat menggunakan bentuk sapaan yang akrab kepada orang lain, tetapi orang yang disapa akan menjawab dengan sapaan yang hormat. e. Skala jarak sosial (social distance) Leech menjelaskan Skala jarak sosial (social distance) digambarkan dengan garis horizontal yang mengukur jarak sosial. Menurut skala ini derajat rasa hormat yang ada pada sebuah situasi ujar tertentu sebagian besar tergantung pada beberapa faktor yang relatif permanen, yaitu faktor-faktor status atau kedudukan, usia, derajat, keakraban, dan sebagainya, tetapi sedikit banyak juga tergantung pada peranan sementara seseorang dalam hubungannya dengan orang lain. Jarak vertikal Jarak horizontal (Sumber: Leech, 1993:198)

30 C. Kerangka Pikir Kerangka pikir adalah cara kerja yang digunakan oleh penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir yang terkait dalam penelitian ini secara garis besar digambarkan pada bagan di bawah ini. TK TRISULA PURWODADI Tuturan TK TRISULA yang mengandung prinsip kesantunan melanggar dan mematuhi dan melanggar Pragmatik Prinsip kesantunan Prinsip ironi Konteks 1. Maksim kearifan 2. Maksim kedermawanan 3. Maksim pujian 4. Maksim kerendahan hati 5. Maksim kesepakatan 6. Maksim simpati Pematuhan Prinsip Kesantunan Pelanggaran Prinsip Kesantunan Tingkat kesantunan

31 Penjelasan bagan di atas: Bagan di atas menggambarkan bahwa sumber data dalam penelitian ini adalah rekaman video dalam proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi. Sedangkan data dalam penelitian ini adalah tindak tutur yang mengandung prinsip kesantunan dalam proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi. Sebagian tuturan tersebut akan diteliti dengan pendekatan pragmatik. Tuturan-tuturan dalam proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi akan dianalisis dengan menggunakan prinsip kesantunan baik yang mematuhi maupun melanggar. Berdasarkan analisis pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan nantinya dapat diketahui bagaimana tingkat kesantunan tuturan yang terdapat dalam proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi