HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

dokumen-dokumen yang mirip
DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan luas lahan garapan. Pofil tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut.

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN TELUK MERANTI

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3).

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3.1 Metode Identifikasi

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

ANALISIS KELEMBAGAAN PEMASARAN DAN MARGIN TATANIAGA HASIL PERIKANAN TANGKAP DIDESA BULUH CINA KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU By

Disampaikan Pada Acara :

rata-rata P 75%

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Citarum merupakan gabungan beberapa wilayah luas sungai dengan luas

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

penamaan bagi danau yang memiliki ukuran yang kecil 1.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa orang. 1

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII NILAI EKONOMI SUMBERDAYA EKOSISTEM LAMUN

BAB I PENDAHULUAN. Jenis kerang yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Cilacap yaitu jenis

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB 1 PENDAHULUAN

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 10. Kebutuhan dan Alat Pemenuhan KebutuhanLatihan Soal 10.4

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

USAHA PERIKANAN IKAN ASAP SELAIS DI RANTAU KOPAR KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar sungai. Berdasarkan survei di lapangan yang dilakukan di sepanjang ekosistem Sungai Siak dengan sampel sebanyak 65 responden, responden yang diwawancarai tidak semuanya penduduk asli. Sebagian besar responden sebesar 76,92 % merupakan penduduk asli yang dari lahir hingga saat ini tinggal di daerah tersebut dan sisanya sebesar 23,08 % bukan merupakan penduduk asli. Gambar 3 menunjukkan persentase penduduk asli dan bukan penduduk asli dari responden yang ada di ekosistem Sungai Siak. 23,08 % 76,92 % Penduduk Asli Bukan Penduduk Asli Gambar 3. Asal Penduduk Dilihat dari tingkat pendidikan responden diperoleh responden yang tidak sekolah sebesar 23,08 %, responden dengan tingkat pendidikan SD sebesar 53,85 %, responden dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 21,54 %, dan responden 47

dengan tingkat pendidikan SMA sebesar 1,53 %. Keterangan mengenai tingkat pendidikan dari responden dapat dilihat pada Gambar 4. 1,53 % 21,54 % 23,08 % 53,85 % Gambar 4. Tingkat Pendidikan Dilihat dari tingkat penghasilan yang diperoleh responden, sebanyak 4,6 % responden memiliki penghasilan lebih kecil dari Rp 500.000,00. Sebanyak 50,8 % responden memilki penghasilan Rp 500.000,00 Rp 1.000.000,00, sebanyak 40 % responden memiliki penghasilan Rp 1.000.000,00 Rp 1.500.000,00, sebanyak 3,07 % responden memiliki penghasilan Rp 1.500.000,00 Rp 2.000.000,00, dan sebanyak 1,53 % responden memiliki penghasilan lebih besar Rp 3.500.000,00. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai tingkat penghasilan dari responden dapat dilihat pada Gambar 5. Tidak Sekolah SD SMP SMA 48

40 % 3,07 % 1,53 % 4,6 % 50,8 % < Rp 500.000,00 Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00 Rp 1.500.000,00-Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00-Rp 2.500.000,00 Rp 2.500.000,00-Rp 3.000.000,00 Rp 3.000.000,00-Rp 3.500.000,00 > Rp 3.500.000,00 Gambar 5. Tingkat Penghasilan Diperoleh penilaian masyarakat mengenai kondisi ekosistem Sungai Siak saat ini, sebagian besar responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak dalam keadaan yang buruk dengan persentase sebanyak 60 % responden, sebanyak 12,3 % responden menyatakan kondisi ekosistem sungai baik, 13,85 % responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak sangat buruk, 13,85 % responden menyatakan kondisi ekosistem Sungai Siak cukup baik. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai persepsi dari responden terhadap kondisi ekosistem Sungai Siak dapat dilihat pada Gambar 6. 60 % 13,85 % 13,85 % 12,3 % Sangat Baik Cukup Baik Baik Buruk Sangat Buruk Gambar 6. Kondisi Ekosistem Sungai Siak 49

Dari seluruh responden yang berhasil diwawancarai mengaku merasakan perubahan dari ekosistem Sungai Siak. Sebanyak 49,24 % responden merasakan adanya perubahan ekosistem Sungai Siak sekitar 0-10 tahun yang lalu, 35,38 % responden merasakan adanya perubahan ekosistem Sungai Siak sekitar 10-15 tahun yang lalu, dan sebanyak 15,38 % responden merasakan adanya perubahan ekosistem Sungai Siak sekitar 15-20 tahun yang lalu. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 7. 15,38 % 49,24 % 35,38 % 0-10 tahun 10-15 tahun 15-20 tahun Gambar 7. Perubahan Ekosistem Sungai Siak Dulunya kondisi ekosistem Sungai Siak jauh lebih baik daripada sekarang, bahkan air sungai dapat dimanfaatkan sebagai air minum dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga oleh masyarakat. Air Sungai Siak saat ini tidak dapat digunakan lagi sebagai air minum oleh masyarakat yang tinggal di sekitar sungai karena telah mengalami perubahan baik secara fisik dan biologi. Udara di sekitar sungai dulunya juga bersih, tidak seperti sekarang yang tercemar oleh asap dari pabrik-pabrik dan juga asap yang berasal dari kebakaran hutan yang ada di 50

ekosistem Sungai Siak. Jumlah tangkapan ikan dan udang yang diperoleh nelayan saat ini juga mengalami penurunan. Sungai Siak memiliki karakteristik yang istimewa karena melintasi lima kabupaten/kota dalam satu provinsi. Banyaknya beban pencemaran yang masuk mengakibatkan kualitas air semakin menurun, diantaranya adalah limbah cair dari pabrik/industri yang berada di sepanjang Sungai Siak. Di Kota Pekanbaru terdapat tiga pabrik karet dan satu pabrik kayu lapis yang berada di tepi Sungai Siak dan menjadikan Sungai Siak sebagai media pembuangan limbah (Status Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru, 2007). Banjir juga sering terjadi apabila curah hujan tinggi, namun apabila tidak turun hujan dalam beberapa minggu maka akan terjadi kekeringan. Penurunan keanekaragaman hayati (biodiversity) seperti hilangnya vegetasi-vegetasi yang ada di ekosistem sungai, penurunan jumlah ikan dan udang yang ada di Sungai Siak dikarenakan pencemaran oleh limbah industri serta penangkapan dengan penggunaan bom atau racun sehingga sangat merugikan bagi nelayan lainnya yang tidak mencari ikan dan udang dengan bom ataupun racun. Beberapa masyarakat mengatakan perbedaan jumlah tangkapan ikan dan udang sekarang dengan jumlah tangkapan 10 tahun yang lalu sangat berbeda sejak adanya pencemaran di Sungai Siak. Dulunya tangkapan ikan dan udang yang diperoleh dapat menopang kehidupan ekonomi dari nelayan sekarang hal itu tidak memungkinkan lagi karena penurunan jumlah tangkapan. 51

6.2. Preferensi Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Kelestarian Ekosistem Sungai Siak Masyarakat yang ada di sekitar ekosistem Sungai Siak sangat menginginkan adanya perbaikan terhadap ekosistem Sungai Siak. Kondisi ekosistem yang semakin mengkhawatirkan menyebabkan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat dan berpengaruh buruk terhadap perekonomian dari masyarakat yang tinggal dan menjadikan Sungai Siak sebagai sumber matapencahariannya. Berdasarkan survei di lapangan, 100% responden setuju dengan adanya perbaikan terhadap kondisi ekosistem Sungai Siak. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 8. 70 Perbaikan Terhadap Ekosistem Sungai Siak 60 50 40 30 20 Setuju Tidak Setuju 10 0 Masyarakat Gambar 8. Perbaikan Terhadap Ekosistem Sungai Siak Masyarakat menginginkan perbaikan pada kondisi air sungai karena air sungai sudah tercemar parah oleh limbah yang berasal dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar Sungai Siak. Kasus limbah yang parah terjadi pada tahun 2004, berdasarkan penuturan dari beberapa responden pada saat kasus terjadi ribuan ekor ikan dan udang dari berbagai jenis mati mengapung di sepanjang Sungai 52

Siak. Selain menyebabkan penurunan jumlah ikan maupun udang yang ada di Sungai Siak. Hal ini sangat berakibat buruk terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Jumlah tangkapan yang diperoleh oleh nelayan mengalami penurunan dan menyebabkan pendapatan nelayan berkurang bahkan ada beberapa dari nelayan yang beralih profesi. Perbaikan kondisi air sungai yang tercemar limbah agar dapat digunakan seperti dulu sebagai air minum dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dari masyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Adanya sampah-sampah rumah tangga juga sangat mengganggu kondisi ekosistem Sungai Siak dan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir, banyak ditemukan sampah-sampah yang mengapung pada sungai maupun anak-anak Sungai Siak. Masyarakat juga menginginkan peran serta dari pemerintah dalam mengatasi penangkapan ikan yang menggunakan bom maupun racun. Masyarakat mengaku saat ini belum ada bukti nyata dari pemerintah dalam penegakan peraturan yang mengatur tentang penangkapan ikan di Sungai Siak. Saat ini masih banyak nelayan-nelayan yang menggunakan bom atau racun, penggunaan bom atau racun menyebabkan penurunan kualitas air sungai, jumlah ikan serta udang dalam jumlah yang besar. Untuk itu masyarakat mengharapkan dari pemerintah agar melakukan penertiban terhadap nelayan-nelayan yang menggunakan bom atau racun serta penertiban terhadap pabrik-pabrik yang membuang limbah ke Sungai Siak. Selain itu masyarakat juga menginginkan adanya penambahan jumlah ikan dan udang di Sungai Siak dengan cara penambahan benih ke sungai dikarenakan jumlah ikan dan udang yang semakin sedikit karena adanya pencemaran. 53

Penurunan keanekaragaman hayati (biodiversity) di ekosistem Sungai Siak juga terjadi akibat penebangan hutan oleh perusahaan dan penebangan hutan secara liar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Vegetasi alami dari ekosistem Sungai Siak juga semakin berkurang akibat pencemaran sungai dan hempasan gelombang dari kapal-kapal yang berlayar melintasi sungai padahal vegetasi sangat dibutuhkan untuk mencegah banjir dan erosi dari tebing Sungai Siak. Banjir yang kerap terjadi sangat mengganggu kehidupan dari masyarakat yang tinggal di ekosistem Sungai Siak. Banjir terjadi setiap tahun tiap musim hujan. Apabila beberapa minggu tidak hujan maka akan terjadi kekeringan sehingga debit air menjadi kecil dan pasokan air baku PDAM menjadi terganggu. Hal ini terjadi karena terganggunya fungsi hidrologis dari DAS Sungai Siak. Fungsi hidrologis terganggu karena adanya konversi hutan menjadi perkebunan monokultur, yaitu perkebunan kepala sawit. Pendangkalan atau sedimentasi terhadap Sungai Siak juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir, saat musim hujan sungai tidak mampu menampung air, sehingga air meluap keluar dan terjadi banjir. Masyarakat mengharapkan agar segera dilakukan perbaikan terhadap ekosistem Sungai Siak agar kondisi Sungai Siak kembali bersih dan baik seperti dahulu. Jumlah ikan dan udang di Sungai Siak diharapkan semakin bertambah banyak daripada sekarang. Ekosistem Sungai Siak juga kembali bersih dari berbagai macam pencemaran baik pencemaran terhadap air maupun terhadap udara. Perbaikan sistem drainase dan bangunan pencegah banjir yang telah ada agar dapat berfungsi maksimal sehingga tidak terjadi lagi banjir dimasa yang akan datang sehingga kehidupan dari masyarakat dapat kembali nyaman serta 54

kesejahteraan dari masyarakat yang tinggal di ekosistem Sungai Siak dapat meningkat seiring dengan perbaikan ekosistem sungai. Kebijakan dalam mempertahankan sumberdaya alam dari ekosistem Sungai Siak, antara lain : 1. Adanya kawasan lindung berupa sempadan sungai dengan adanya vegetasivegetasi alami yang berfungsi memperbaiki kualitas air, mempercepat aliran hujan ke dalam tanah, mencegah banjir, sebagai tempat hidup bagi biota-biota sungai serta melindungi properti-properti yang ada dibagian luar sempadan sungai. 2. Membatasi jumlah beban pencemar, pemantauan kualitas air, dan juga mengadakan program peningkatan kualitas air. 3. Melakukan pengawasan yang ketat terhadap alat-alat tangkap yang digunakan nelayan agar tidak terjadi penyalahgunaan dalam penangkapan ikan yang dapat merusak ekosistem Sungai Siak. 6.3. Analisis Estimasi Nilai Ekonomi Total Ekosistem Sungai Siak 6.3.1. Manfaat Langsung Nilai manfaat langsung diperoleh dengan menghitung manfaat langsung yang diterima oleh masyarakat sekitar Sungai Siak. Manfaat langsung meliputi manfaat penangkapan ikan dan udang serta manfaat dari air baku yang dikelola oleh PDAM Tirta Siak. Berdasarkan wawancara langsung dengan 50 orang nelayan berikut jenis-jenis tangkapan ikan dan udang yang biasa diperoleh nelayan, yaitu ikan baung (Mystus nemurus), ikan tapah (Wallago leerie), ikan betutu (Oxyeleotris marmorat), ikan selais (Kryptopterus apogon Blkr), ikan pantau (Rasbora borneesis), ikan juara (Pangisius pdyuranodon), ikan gabus 55

(Channa striatus) dan udang (Macrobrachium rosenbergii). Perhitungan manfaat penangkapan ikan dan udang dihitung dengan menggunakan harga pasar yang diperoleh dengan melakukan observasi di pasar-pasar yang ada di sekitar sungai, berikut Tabel 22 harga jenis-jenis tangkapan yang biasa diperoleh nelayan di Sungai Siak. Tabel 22. Harga Jenis-Jenis Tangkapan di Sungai Siak No Jenis Ikan Harga (Rp/kg) 1 Baung 30.000 2 Tapah 70.000 3 Betutu 75.000 4 Selais 35.000 5 Pantau 30.000 6 Juara 20.000 7 Gabus 25.000 8 Udang 120.000 Nelayan-nelayan dalam melakukan penangkapan ikan dan udang menggunakan berbagai macam peralatan, seperti sampan, pompong, jaring, pancing, jala, tangguk, belat, dan sebagainya. Umur dari pemakaian alat-alat berbeda untuk masing-masing nelayan, tergantung pemakaian dari nelayan tersebut. Berdasarkan survei dari 50 orang nelayan, nelayan yang menangkap ikan dan juga menangkap udang memiliki persentase sebesar 66 %, nelayan yang menangkap ikan saja sebesar 30 %, dan nelayan ikan keramba sebesar 4 %. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai pembagian nelayan dapat dilihat pada Gambar 9. 56

4 % 30 % 66 % Gambar 9. Pembagian Nelayan Sesuai hasil wawancara terhadap responden, diperoleh jumlah total tangkapan ikan baung sebanyak 12.656,50 kg/tahun, untuk ikan selais sebanyak 8.997,75 kg/tahun, ikan tapah sebanyak 2.832,2 kg/tahun, ikan juara sebanyak 1.391,65 kg/tahun, ikan betutu sebanyak 1.465,6 kg/tahun, ikan pantau sebanyak 2.041,2 kg/tahun, ikan gabus sebanyak 3.720 kg/tahun, dan udang sebanyak 3332,05 kg/tahun. Nilai manfaat dari nelayan yang menangkap ikan dan udang sebesar Rp 1.045.073.703,18 (Lampiran 3) dan nelayan yang menangkap ikan saja, diperoleh nilai manfaat tangkapan ikan sebesar Rp 381.264.769,84 (Lampiran 4). Nelayan Ikan dan Udang Nelayan Ikan Nelayan Ikan Keramba Nelayan ikan keramba membudidayakan jenis ikan baung. Ikan ini dibudidayakan karena sangat digemari oleh masyarakat di Provinsi Riau sebagai makanan khas masyarakat melayu serta untuk memenuhi permintaan dari rumah makan melayu yang ada di Kota Pekanbaru sehingga kebutuhan akan ikan baung semakin meningkat, dan ikan ini merupakan ikan air tawar yang cocok dibudidayakan di Sungai Siak. Nilai manfaat dari ikan keramba sebesar Rp 94.909.000,00 dengan total ikan keramba sebanyak 4.064 kg/tahun (Lampiran 5). 57

Jumlah nelayan yang ada di ekosistem Sungai Siak Kota Pekanbaru sebanyak 127 jiwa (Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Riau, 2011). Penjumlahan manfaat dari nelayan ikan dan udang, nelayan ikan serta nelayan ikan keramba dibagi dengan 50 responden kemudian nilai rata-rata (mean) dikalikan dengan total seluruh nelayan yang ada di ekosistem Sungai Siak sehingga diperoleh nilai manfaat ekonomi total dari ikan dan udang sebesar Rp 3.863.968.581,48 per tahun. Keterangan mengenai nilai manfaat ekonomi total dari ikan dan udang di Sungai Siak dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Nilai Manfaat Ekonomi Ikan dan Udang No Mata Pencaharian Nilai Manfaat 1 Nelayan Ikan dan Udang 1.045.073.703,18 2 Nelayan Ikan 381.264.769,84 3 Nelayan Ikan Keramba 94.909.000,00 Total 1.521.274.473,02 Rata-Rata 30.424.949,46 Jumlah Nelayan 127 Manfaat Ikan dan Udang 3.863.968.581,48 Penyediaan air bersih di Indonesia dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terdapat di setiap provinsi di seluruh Indonesia. PDAM merupakan perusahaan daerah yang diberi tanggung jawab dalam mengembangkan dan mengelola sistem penyediaan air bersih bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau. Pengawasan dan pemonitoran dari PDAM dilakukan oleh aparat pemerintah dari masing-masing daerah. Air baku di Kota Pekanbaru dikelola oleh PDAM Tirta Siak dimana air baku berasal dari Sungai Siak. Air baku tersebut diolah menjadi air bersih/air minum yang kemudian didistribusikan ke rumah tangga, industri, perusahaan, kantor pemerintahan, dan sebagainya yang ada di Kota Pekanbaru. Berikut nilai 58

ekonomi air Sungai Siak sebagai bahan baku air minum di Kota Pekanbaru sebagaimana tampak pada Tabel 24. Tabel 24. Nilai Ekonomi Air Baku PDAM No. Keterangan Harga per unit (Rp/m 3 ) Nilai Total (Rp/tahun) 1 Harga jual air minum 2.674,00 28.265.138.816,18 2 Total biaya 1.247,36 13.185.075.224,45 Biaya pengolahan air : a. Biaya bahan kimia 1.864.956.316,00 b. Upah tenaga kerja 4.072.912.487,00 c. Penyusutan mesin 3.848.166.238,45 d. Rupa-rupa biaya pengolahan air 2.942.700,00 e. Biaya pemeliharaan pengolahan air 287.628.000,00 Biaya langsung usaha : a. Biaya operasi sumber air 2.551.770.885,00 b. Biaya pemeliharaan sumber air 11.707.950,00 c. Biaya baku air 124.920.000,00 Biaya transmisi dan distribusi : a. Biaya pemakaian bahan dan perlengkapan 24.088.500,00 b. Biaya pemeliharaan transmisi dan 180.870.760,00 distribusi Pemeliharaan gedung dan peralatan : a. Pemeliharaan inventaris kantor 31.169.220,00 b. Pemeliharaan kendaraan dinas 166.479.468,00 c. Pemeliharaan bangunan 7.867.000,00 d. Pemeliharaan instalasi umum 6.343.200,00 e. Pemeliharaan taman dan bangunan 3.252.500,00 3 Keuntungan usaha (15%* Rp. 187,10 1.977.761.283,67 1.247,36) 4 Nilai/Harga air baku 1.239,53 13.102.302.308,06 Catatan : Jumlah Produksi air minum 10.570.358,57 m 3 /tahun Sumber : Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Siak, diolah (2011) Berdasarkan data yang diperoleh dari PDAM Tirta Siak, harga air minum Rp 2.674,00 per m 3 dan jumlah produksi air minum sebanyak 10.570.358,57 m 3 per tahun, sehingga nilai total dari penerimaan, yaitu sebesar Rp 28.265.138.816,18 per tahun. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah air, yaitu sebesar Rp 13.185.075.224,45 per tahun dengan total biaya per unit sebesar Rp. 1.247,36 per m 3. Biaya-biaya itu mencakup biaya pengolahan air, biaya langsung usaha, biaya transmisi dan distribusi serta biaya pemeliharaan gedung dan peralatan. Keuntungan usaha yang dihitung sebagai balas jasa terhadap modal 59

yang dipasok oleh produsen sebesar 15% x Rp 13.185.075.224,45 per tahun = Rp 1.977.761.283,67 per tahun. Diperoleh nilai/harga air baku, yaitu sebesar Rp 13.102.302.308,06 per tahun dengan harga per unit sebesar Rp 1.239,53 per m 3 (Lampiran 6). Untuk keterangan lebih lanjut mengenai nilai manfaat langsung ekosistem Sungai Siak dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 25. Nilai Manfaat Langsung Ekosistem Sungai Siak No Manfaat Nilai Manfaat Rp/tahun Persentase (%) 1 Penangkapan Ikan dan Udang 3.863.968.581,48 22,77 2 Air baku PDAM 13.102.302.308,06 77,23 Total 16.966.270.889,54 100,00 6.3.2. Manfaat Tidak Langsung Banjir di Sungai Siak sering terjadi disetiap musim hujan. Hal ini karena secara topografi Kota Pekanbaru terletak pada dataran rendah. Selain itu saluran drainase dan anak-anak sungai mengalir tidak lancar yang menyebabkan genangan lokal di daerah rawan banjir. Permasalahan banjir ini telah mengganggu aktifitas dan perekonomian dari masyarakat Kota Pekanbaru, untuk mengontrol air sungai agar tidak terjadi banjir maka dibangun beberapa bangunan pengendali banjir. Bangunan pengendalian banjir yang ada di Kota Pekanbaru terbagi menjadi enam sektor dengan luas kawasan sebesar 1860 ha. Sektor-sektor pengendali banjir dibagi berdasarkan daerah yang rawan banjir, sektor-sektor ini berada pada Kecamatan Senapelan, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Rumbai, Kecamatan Payung Sekaki, dan Kecamatan Rumbai Pesisir sebanyak dua tempat. Masing-masing dari sektor pengendali banjir yang dibangun memiliki ketahanan 60

selama 20 tahun. Untuk keterangan mengenai nilai dari sektor-sektor pengendali banjir dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Nilai Sektor Pengendali Banjir No Pengendali Banjir Lokasi Luas (Ha) Biaya 1 Sektor 1, Kecamatan Senapelan 150 8.210.000.000,00 2 Sektor 2, Kecamatan Lima Puluh 120 19.875.000.000,00 3 Sektor 3, Kecamatan Rumbai 850 22.475.000.000,00 4 Sektor 4, Kecamatan Rumbai Pesisir 350 147.706.000.000,00 5 Sektor 5, Kecamatan Rumbai Pesisir 190 95.000.000.000,00 6 Sektor 6, Payung Sekaki 200 365.000.000.000,00 Total 1860 658.266.000.000,00 Nilai ekonomi per tahun 32.913.300.000,00 Sumber : Balai Wilayah Sungai, diolah (2011) Jadi, manfaat tidak langsung dari sektor-sektor pengendali banjir yang ada di ekosistem Sungai Siak sebesar Rp 32.913.300.000,00 per tahun. 6.3.3. Manfaat Pilihan Manfaat pilihan dari ekosistem Sungai Siak diperoleh dari willingness to pay (WTP) yang diajukan kepada masyarakat. Diperoleh nilai WTP yang berbeda-beda dari responden, berdasarkan tingkat pendidikan. Nilai manfaat yang diberikan responden yang tidak sekolah sebesar Rp 50.000,00 Rp 120.000,00, responden yang tingkat pendidikannya SD sebesar Rp 50.000,00 Rp 110.000,00, responden yang tingkat pendidikannya SMP sebesar Rp 50.000,00 Rp 150.000,00, dan responden yang tingkat pendidikannya SMA sebesar Rp 105.000,00. Nilai rata-rata (mean) dari manfaat pilihan dikalikan dengan jumlah kepala keluarga. Dari hasil perhitungan didapat total nilai manfaat pilihan sebesar Rp 1.873.715.592,86 per tahun (Lampiran 7). 61

6.3.4. Manfaat Keberadaan Manfaat keberadaan dari Ekosistem Sungai Siak juga diperoleh dengan willingness to pay (WTP). Nilai WTP berdasarkan tingkat pendidikan dari responden. Nilai manfaat dari responden yang tidak sekolah sebesar Rp 50.000,00 Rp 120.000,00, responden yang tingkat pendidikannya SD sebesar Rp 50.000,00 Rp 110.000,00, responden yang tingkat pendidikannya SMP sebesar Rp 50.000,00 Rp 150.000,00, dan responden yang tingkat pendidikannya SMA sebesar Rp 105.000,00. Nilai rata-rata (mean) dari manfaat keberadaan dikalikan dengan jumlah kepala keluarga. Sehingga diperoleh nilai total dari manfaat keberadaan sebesar Rp 1.848.383.485,71 per tahun (Lampiran 8). Tabel 27. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Sungai Siak No Manfaat Nilai Manfaat (Rp/tahun) Persentase (%) 1 Manfaat Langsung 16.966.270.889,54 31,65 2 Manfaat Tidak Langsung 32.913.300.000,00 61,40 3 Manfaat Pilihan 1.873.715.592,86 3,50 4 Manfaat Keberadaan 1.848.383.485,71 3,45 Total 53.601.669.968,11 100,00 Dari hasil perhitungan (Tabel 27), diperoleh nilai ekonomi total (total economic value) dari ekosistem Sungai Siak di Kota Pekanbaru sebesar Rp 53.601.669.968,11 per tahun. Manfaat langsung yang terdiri dari manfaat ikan dan udang serta manfaat air baku PDAM sebesar Rp 16.966.270.889,54 per tahun, manfaat tidak langsung yang berasal dari manfaat dari sektor pengendali banjir sebesar Rp 32.913.300.000.000,00 per tahun. Nilai ekonomi kegunaan (use value) merupakan penjumlahan dari manfaat langsung dan manfaat tidak langsung sehingga diperoleh nilai ekonomi kegunaan sebesar Rp 49.879.570.889,54 per tahun. 62

Manfaat keberadaan dari ekosistem Sungai Siak sebesar Rp 1.848.383.485,71 per tahun. Nilai manfaat yang paling besar diperoleh dari manfaat pilihan dengan nilai manfaat sebesar Rp 1.873.715.592,86 per tahun. Sehingga nilai ekonomi bukan kegunaan (non-use value) yang merupakan penjumlahan antara manfaat keberadaan dan manfaat pilihan sebesar Rp 3.772.099.078,57 per tahun. 63