BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN (BTQ) PADA SISWA KELAS III MI Al FUTUHIYYAH SUMURKIDANG A. Analisis Penerapan Metode Pembelajaran BTQ Siswa Kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang Hasil penelitian yang penulis lakukan melalui wawancara dengan guru Muhamad Misbahudin, S.Pd.I selaku guru BTQ berkaitan dengan pemilihan metode pembelajaran diperoleh keterangan sebagai berikut : Memilih metode pembelajaran dalam pembelajaran mapel BTQ cukup sulit, mengingat BTQ merupakan mata pelajaran yang sangat urgen yang mempunyai karakteristik berbeda dengan mata pelajaran lainnya, BTQ merupakan bagian dari mata pelajaran Al- Qur an yang out putnya adalah menciptakan siswa yang pandai dalam membaca dan menulis Al-Qur an dengan baik dan benar. 1 Berkaitan dengan metode apa saja yang telah diterapkan dalam pembelajaran BTQ pada siswa kelas III, hasil deskripsi melalui pengamatan, diperoleh data diantara metode yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran BTQ pada siswa kelas III MI Al-Futuhiyah Sumurkidang di antaranya adalah metode ceramah, metode demontrasi, metode drill, metode modeling, metode reading guide dan hafalan. Berkaitan dengan hal tersebut guru mata pelajaran metode BTQ menjelaskan sebagai berikut: 1 M. Misbahudin, Wawancara Guru Pengampu BTQ Kelas III Dokumentasi MI Al Futuhiyyah Sumurkidang Wawancara, Sumurkidang, 2 Januari 2014 83
84 Dalam pembelajaran BTQ, saya telah mempergunakan metode pembelajaran, di samping menggunakan metode ceramah, sesekali saya juga mempergnakan metode drill, metode hafalan, metode reading guide, dan metode modeling. 2 Berkaitan dengan implementasi atau pelaksanaan tiap metode tersebut hasil wawancara sebagai berikut : metode ceramah merupakan metode yang sangat biasa dan umum dilaksanakan, umumnya sebagai metode yang memperjelas dan mengungkapkan materi. Sedangkan metode drill dilakukan untuk melatih siswa dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran membaca dan menulis, misalnya dengan tugas latihan menulis, menyambung huruf, hijaiyah, latihan melafalkan bunyi kalimat Al-Qur an dan sebagainya. Metode hafalan biasanya dilakukan guru untuk melatih daya ingat siswa dan membentuk pengetahuan siswa mengenai konsep dasar, misalnya siswa diberi tugas menghapal semua huruf hijaiyah, bagian-bagain harakat, termasuk di dalamnya konsep tentang dasar-dasar ilmu tajwid. Sementara metode reading guide atau panduan membaca dipergunakan untuk melakukan proses pembelajaran secara mandiri kepada siswa melalui membaca dan mengerjakan soal atau mengamati, sedangkan metode pemodelan guru lakukan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa dengan meniru model bacaan maupun tulisan baik langsung melalui guru sebagai model maupun melalui perantara media pembelajaran, dalam pembelajaran menulis misalnya guru memerintahkan siswa untuk menuliskan teks Arab sesuai dengan bentuk dan model tulisan yang ditulis oleh guru. 3 Berdasarkan hasil observasi menunjukan bahwa metode pembelajaran yang telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran BTQ antara lain sebagai berikut : 1. Metode Ceramah Metode ini merupakan metode umum yang dilaksanakan sebagai pengantar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. 2 Hasil wawancara dengan M. Misbahudin, Guru BTQ Kelas III Dokumentasi MI Al Futuhiyyah Sumurkidang, 2 Januari 2014 3 Hasil wawancara dengan M. Misbahudin, Guru BTQ Kelas III Dokumentasi MI Al Futuhiyyah Sumurkidang, tanggal 2 Januari 2014
85 2. Metode Drill Dalam proses belajar mengajar yang lebih menekankan pada aspek keterampilan, seperti halnya menulis teks Arab maka strategi belajar-mengajar yang lebih tepat untuk disiapkan adalah dengan menggunakan metode latihan atau drill dan teknik yang digunakan adalah teknik modeling. Metode drill adalah suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. 3. Metode Hafalan Metode menghafal digunakan dalam mengerjakan materi yang bersifat hafalan. Misalnya bacaan surat-surat pendek dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dijelaskan berkaitan dengan tujuan penggunaan metode hafalan dijelaskan bahwa: Dalam metode ini penjelasan arti dari surat-surat yang mereka hafal tidak dipentingkan, murid-murid tersebut menghafal tanpa mengerti maksudnya hanya sekedar mengambil berkat dari al Qur an dan menanamkan jiwa keagamaan, jiwa yang shaleh dan taqwa didalam diri anak-anak yang masih muda itu, dan dengan keyakinan bahwa periode anak-anak adalah waktu yang sebaikbaiknya buat penghafalan secara otomatis dan memperkuat ingatannya. 4 4. Metode Reading Guide, Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran BTQ dengan strategi Reading Guide (panduan membaca), dan kemampuan guru 4 Hasil wawancara dengan M. Misbahudin, Guru BTQ Kelas III Dokumentasi MI Al Futuhiyyah Sumurkidang, tanggal 2 Januari 2014.
86 dalam mempersiapkan pembelajaran sudah sangat baik, hal ini dikarenakan strategi ini sebelumya sudah diterapkan di sekolah tersebut. karena guru sudah akrab dengan siswanya sehingga sudah tidak canggung lagi dalam menghadapinya. Berkaitan dengan hal ini Guru menjelaskan sebagai berikut : Pada awalnya kami bingung dalam melakukan langkahlangkah metode reading guide ini, namun setelah melakukan diskusi dengan guru-guru senior dan kepala sekolah berkaitan dengan pelaksanaan metode reading guide akhirnya sedikit demi sedikit kami dapat memahaminya. Metode ini biasanya kami pakai pada kelas atas yaitu kelas V dan VI sudah lancar dalam membaca, sehingga hasilnya dapat dilihat cukup optimal, pada kelas III metode reading guide dipergunakan dalam memahami konteks bacaan dan praktek bacaannya dalam buku atau jilid. 5 5 Hasil wawancara dengan M. Misbahudin, Guru BTQ Kelas III Dokumentasi MI Al Futuhiyyah Sumurkidang, tanggal 2 Januari 2014
87 5. Metode Modeling Metode modeling atau pemodelan merupakan metode yang dipergunakan guru BTQ dalam melaksanakan pembelajaran yang pelaksanaannya adalah dengan guru melakukan contoh atau memberikan model dalam membelajarkan materi membaca dan menulis Al-Qur an dengan cara guru mencontohkan contoh bacaan dan mencontohkan bentuk tulisan terlebih dahulu kemudian siswa menirunya. hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Misbahudin guru BTQ sebagai berikut : Metode modeling ini dilaksanakan dengan maksud agar siswa dapat meniru model bacaan pada hukum bacaan terhadap suatu lafadz, misalnya dalam membedakan bunyi bacaan mad thabiiy, mad lin, mad jaiz munfasil dan mad wajib muttasil, cara mengucapkan bacaan idhar, idghom, ikhfa, dan lain sebagainya. Guru atau siswa yang sudah sempurna bacaannya sebagai modelnya dan siswa lainnya menirukan bacaannya sampai mereka mampu menirukannya dengan tepat. 6 6 Hasil wawancara dengan M. Misbahudin, Guru BTQ Kelas III Dokumentasi MI Al Futuhiyyah Sumurkidang, tanggal 2 Januari 2014
88 B. Analisis Problematika Dalam Penerapan Metode Pembelajaran BTQ Pada Siswa Kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang Berdasarkan informasi dan fakta yang diperoleh melalui penelitian dengan berbagai metode, maka dapat diketahui berbagai permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran BTQ siswa kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Karena siswa yang diajar adalah kelas rendah maka kendala yang dihadapi adalah kebiasaan siswa yang masih suka kegaduhan dan bermain sendiri menjadi tantangan tersendiri bagi guru. 2. Masalah terbatasnya durasi jam pelajaran yang dikaitkan dengan jumlah materi pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh kurikulum dan telah dijelaskan di atas, waktu yang dialokasikan untuk mata pelajaran BTQ adalah dua jam (satu kali pertemuan) dalam setiap minggunya, tepatnya setiap hari senin jam pelajaran ke-6 (pukul 10.25 wib s.d. 11.00 wib) dan ke-7 (pukul 11.15 wib s.d. 11.50 wib), diantara jam ke-6 dan ke-7 diselangi dengan waktu istirahat kedua, sehingga waktu efektif yang digunakan untuk pembelajaran BTQ di kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang adalah berlangsung selama 70 menit. Sehingga pembelajaran BTQ tidak seefektif seperti di TPQ yang berjalan setiap sore dan bertatap muka secara langsung antara siswa dengan Gurunyanya dalam pelaksanaan pembelajaran.
89 3. Permasalahan kelemahan dalam pelaksanaan metode pembelajaran yang dipilih guru pengampu dalam KBM mapel BTQ Kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang. Kelebihan dan kekurangan merupakan kelaziman yang dimiliki oleh segala benda atau makhluk, begitu juga dengan metode pembelajaran BTQ yang digunakan oleh Kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang. 4. Permasalahan yang terjadi lainnya adalah belum tersedianya sarana dan prasarana yang memadai khususnya kurang tersedianya media pembelajaran untuk pembelajaran BTQ terutama media pembelajaran berbasis teknologi informasi berupa LCD proyektor untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran 5. Masih ada siswa yang sama sekali hanya belajar BTQ di sekolah saja, tanpa di dukung dengan pembelajaran baca tulis al-qur an baik di TPQ maupun madrasah sehingga cukup menyulitkan guru karena keterbatasan waktu / intensitas belajar di sekolah. C. Analisis Pemecahan Masalah Problematika Penerapan Metode Pembelajaran BTQ Pada Siswa Kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang Berdasarkan problematika pembelajaran BTQ yang berlangsung di MI Al Futuhiyyah Sumurkidang Kelas III, maka peneliti mencoba memberikan solusi tentang permasalahan tersebut antara lain :
90 1. Solusi permasalahan terbatasnya durasi jam pelajaran yang dikaitkan dengan banyaknya jumlah materi pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa Apabila guru pengampu BTQ kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang merasa bahwa alokasi jam pelajaran BTQ tidak seimbang dengan banyaknya jumlah materi yang harus dikuasai siswa, maka jalan terbaiknya adalah menambah jam pelajaran, walaupun tidak memungkinkan menambah jam pelajaran secara formal, paling tidak bisa memanfaatkan waktu sore hari seperti ekstra kurikuler. Ada sisi baiknya juga jika pembelajaran BTQ di sekolah dasar/mi bisa meniru pembelajaran TPQ yang konvensional akan tetapi lebih menjamin tercapainya hasil pembelajaran BTQ yang maksimal bagi siswa. Berkaitan dengan permasalahan ini guru BTQ menjelaskan bahwa : Untuk mensiasati kekurangan jam mengajar biasanya kami menambah jam pelajaran di waktu sore, misalnya bersamaan dengan jam ekstra kurikuler, ataupun dengan memaksimalkan peran kerjasama dengan orangtua siswa dengan memberikan tugas pada materi tertentu untuk bertanya atau belajar bersama dengan orangtua di rumah. 7 2. Solusi kelemahan pelaksanaan metode pembelajaran BTQ Kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang. Agar guru dapat mengatasi kekurangannya dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode tertentu dan upaya untuk mengatasi kelas yang gaduh dan ramai saat pembelajaran maka pada beberapa kesempatan guru melakukan 7 Hasil wawancara dengan M. Misbahudin, Guru BTQ Kelas III Dokumentasi MI Al Futuhiyyah Sumurkidang, tanggal 2 Januari 2014
91 peer teaching di mana dalam satu kelas di isi oleh dua orang guru, satu sebagai pengajar satunya membantu mengendalikan kelas, sehingga guru akan lebih leluasa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Disamping itu juga dilaksanakan sharing pengetahuan antara guru yang dipandang telah mampu kepada guru BTQ yang belum berpengalaman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penjelasan di atas sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut : untuk memaksimalkan pelaksanaan pembelajaran di kelas, semaksimal mungkin kami menggunakan metode yang bervariasi agar siswa tidak bosan, bila masalahnya berkaitan dengan pelaksanaan sebuah metode pembelajaran kami biasanya bertanya dengan guru senior dan kepala sekolah, atau terkadang juga kami melaksanakan peer teaching bersama dengan guru lainnya. 8 3. Solusi ketidak tersedianya sarana dan parasarana media di atasi dengan memaksimalkan media yang ada, dan disisi lain mendorong pihak sekolah untuk melakukan pencarian sumber anggaran untuk menopang kekurangan tersebut, dan disisi lainnya memaksimalkan kreativitas guru dalam menggunakan media yang murah yang tersedia di lingkungan sekitarnya. Hal ini senada dengan penjelasan Ibu Kepala MI Al Futuhiyyah, Nur Asiyah, S.Pd.I sebagai berikut : memang di madrasah kami belum seluruhnya terpenuhi sarana dan prasarananya, khususnya untuk media berbasis computer atau teknologi lainnya yang mahal-mahal namun secara berkala kami melengkapi sarana prasarana dengan memaksimalkan dana BOS untuk kebutuhan skala prioritas madrasah, untuk media gambar untuk materi-materi agama misalnya ; gambar praktek shalat, gambar susunan huruf hijaiyah, gambar tata cara shalat, dan 8 Hasil wawancara dengan M. Misbahudin, Guru BTQ Kelas III Dokumentasi MI Al Futuhiyyah Sumurkidang, tanggal 2 Januari 2014
92 sebagainya telah kami miliki, untuk media lain kami mendorong guru untuk kreatif dengan membuat sendiri media pembelajaran sesuai dengan tema materi pelajaran yang diajarkan. 9 4. Solusi berkaitan dengan masalah masih adanya siswa yang hanya belajar di sekolah saja dan tidak melakukan pendampingan pembelajaran Al- Qur an di rumah. Berkaitan dengan hal ini, Ibu Kepala Madrasah MI Al Futuhiyyah menjelaskan sebagai berikut : solusi yang dilaksanakan diantaranya dengan mengundang orangtua siswa untuk memberikan pengarahan akan pentingnya kerjasama dalam menjalankan peran dan fungsi pendidikan anak, di samping itu secara berkala mengajak pada tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk dapat membantu sekolah melakukan sosialisasi akan pentingnya peran pendidikan orangtua di rumah dan lembaga pendidikan agama yang dikelola masyarakat dalam memajukan pendidikan agama anak, khusus untuk mata pelajaran BTQ guru memberikan penekanan agar di samping belajar Al-Qur an di sekolah dianjurkan juga agar siswa mau belajar di TPQ maupun Madrasah Diniyah. 10 9 Hasil wawancara dengan Nur Asiyah, S.Pd.I, Kepala MI Al Futuhiyyah Sumurkidang, tanggal 3 Januari 2014 10 Hasil wawancara dengan Nur Asiyah, S.Pd.I, Kepala MI Al Futuhiyyah Sumurkidang, tanggal 3 Januari 2014