BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, penggunaan. lensa kontak sebagai pengganti kacamata semakin meningkat.

ABSTRAK. EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI BEBERAPA CAIRAN PERAWATAN LENSA KONTAK TERHADAP Pseudomonas aeruginosa IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah

Jacky Ardianto Horas, Tutor: Fanny Rahardja,dr.,MSi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lensa kontak merupakan suatu cangkang lengkung

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

KMN Klinik Mata Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

ABSTRAK PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI CAIRAN PERAWATAN LENSA KONTAK SEKELOMPOK MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. dengan dunia luar adalah tangan. Hal tersebutmemudahkan terjadinya kontak

Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

THIVVIYA MALINI MURUGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. minor walaupun belum secara jelas diutarakan jenis dan aturan penggunaanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Infeksi silang dapat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Bunuh Disinfektan terhadap Pertumbuhan Bakteri

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Keratitis ulseratif atau ulkus kornea adalah suatu kondisi inflamasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

25 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari seperti makan, minum, bicara dan bersosialisasi. Kesehatan secara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Keywords : P. aeruginosa, gentamicin, biofilm, Chronic Supurative Otitis Media

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Pseudomonas adalah bakteri oportunistik patogen pada manusia, spesies

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terkumpul dilakukan pengolahan serta analisis data dengan hasil sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu survey yang dilakukan oleh World Heatlh. Organization (WHO) dilaporkan bahwa lebih dari 80%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lensa kontak merupakan salah satu alat koreksi kelainan refraksi sebagai alternatif kacamata. Banyak orang memilih lensa kontak karena alasan estetis dan area pandangnya yang lebih baik dari kacamata. Alasan lain penggunaan lensa kontak karena lebih sesuai untuk aktivitas olahraga tertentu dan indikasi terapeutik seperti aniseikonia dan keratokonus yang tidak dapat dikoreksi secara akurat dengan kacamata (Kalaiyarasan, 2004). Data dari Contact Lens Council di Amerika Serikat pada tahun 1992 terdapat lebih dari 26 juta pengguna lensa kontak dengan alasan kosmetis dan kurang dari 1 juta pengguna lensa kontak untuk alasan medis (Liesegang, 1997). Sekarang diperkirakan ada lebih dari 85 juta pengguna lensa kontak di seluruh dunia (Loh, Penggunaan lensa kontak mengakibatkan perubahan fisiologis yang signifikan pada metabolisme, struktur epitel dan endotel kornea, serta kadar oksigen dan karbondioksida pada stroma kornea yang dapat menyebabkan komplikasi pada mata. Berbagai komplikasi terutama disebabkan oleh keadaan hipoksia (Kalaiyarasan, 2004) dan terbentuknya celah pada epitel kornea yang memudahkan masuknya agenagen infeksi ke dalam jaringan kornea (Loh, Infeksi yang sering terjadi karena penggunaan lensa kontak yaitu keratitis mikrobial dan ulkus kornea. Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada tahun 1950 sampai 1988, insidensi keratitis mikrobial telah meningkat 435% dan berhubungan 1

2 secara langsung dengan pemakaian lensa kontak (Liesegang, 1997). Insidensi dari keratitis mikrobial terkait penggunaan lensa kontak bervariasi dari 1,8-2,44 per 10.000 pengguna lensa kontak pertahun. (Moriyama, 2008). Keratitis pada pengguna lensa kontak paling sering disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa yang merupakan 70% dari seluruh kultur positif. Organisme penyebab lainnya termasuk bakteri Gram negatif seperti Serratia marcescens, Proteus sp., dan Pseudomonas sp. lainnya. Sedangkan bakteri Gram positif penyebab keratitis mikrobial terkait lensa kontak didominasi oleh Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. (Stapleton, 1995; Moriyama, 2008; Loh, Peningkatan insidensi keratitis terkait lensa kontak sering dihubungkan dengan kurangnya higiene pengguna lensa kontak. Namun, dalam suatu penelitian dibuktikan bahwa kurangnya higiene pemakai lensa kontak tidak secara signifikan mempengaruhi insidensi keratitis mikrobial. Dalam studi tersebut, 9 dari 16 penderita keratitis terkait lensa kontak yang diteliti memiliki tingkat higiene yang baik dan mematuhi semua syarat perawatan dan pemeliharaan lensa kontak. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa insidensi keratitis terkait lensa kontak tidak memiliki hubungan bermakna dengan tingkat higiene dan kepatuhan (compliance) penderita (Stapleton, 1995). Dari penelitian lainnya didapatkan adanya kontaminasi cairan perawatan lensa kontak oleh bakteri patogen (Stapleton, 1995; Yung, 2007; Willcox, Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan faktor risiko lainnya dari infeksi mata terkait lensa kontak, yaitu tidak efektifnya sistem perawatan lensa kontak, untuk itu penulis tertarik untuk meneliti tentang efektivitas antibakterial dari cairan perawatan lensa kontak selama periode optimal yang tercantum dalam kemasan sebagai salah satu faktor risiko keratitis mikrobial dan ulkus kornea.

3 Atas dasar tersebut penulis meneliti tentang efektivitas cairan perawatan lensa kontak dengan terhadap Pseudomonas aeruginosa selama periode yang tercantum pada kemasan yaitu 3 bulan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut : - apakah ada perbedaan bermakna pada jumlah bakteri yang tumbuh di antara cairan perawatan lensa kontak yang diuji? - apakah cairan perawatan lensa kontak efektif terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa secara in vitro selama periode 3 bulan? 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud penelitian ini adalah untuk menurunkan insidensi keratitis mikrobial dan ulkus kornea yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan pada pertumbuhan koloni Pseudomonas aeruginosa di antara cairan perawatan lensa kontak yang diuji dan apakah cairan perawatan lensa kontak efektif terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa secara in vitro. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk dapat memberikan masukan maupun informasi tentang efektivitas disinfektan yang digunakan sebagai cairan perawatan lensa kontak.

4 Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pengguna lensa kontak akan kemungkinan adanya bahaya infeksi mata yang ditularkan melalui cairan perawatan lensa kontak. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran Cairan perawatan lensa kontak memiliki jangka waktu pemakaian yang tercantum dalam kemasan masing-masing produk, yang umumnya adalah 3 bulan. Hal ini berarti cairan perawatan lensa kontak memiliki daya disinfeksi optimal selama digunakan dalam periode tersebut. Namun dalam prakteknya kontaminasi mikroba masih sering ditemukan. Penurunan efektivitas antibakterial cairan perawatan lensa kontak dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi bakteri pada cairan tersebut dan mengalami resistensi. Hal ini menyebabkan bakteri tersebut dapat membentuk suatu lapisan biofilm baik pada tempat penyimpanan maupun pada lensa kontak. Biofilm yang terbentuk merupakan suatu barrier yang efektif terhadap proses antimikrobial dari cairan perawatan lensa kontak sehingga dapat dengan mudah ditransmisikan dari lensa kontak ke mata dan berpotensi mengakibatkan infeksi pada mata seperti keratitis mikrobial (Boost, 2006). Cairan perawatan lensa kontak mengandung agen anti mikrobial yang dapat membunuh bakteri dan mikroorganisme lainnya yang berpotensi menyebabkan infeksi pada mata. Salah satu jenis antimikroba utama dalam cairan perawatan lensa kontak adalah polyhexamethylene biguanide (polyhexanide/phmb). PHMB memiliki berat molekul tinggi dan bekerja dengan menyerang dinding sel mikroorganisme tanpa berefek toksik bagi mata. Proses disinfeksi ini juga diperkuat dengan adanya kandungan surfaktan seperti poloxamine dan poloxamer (James, 2001).

5 1.5.2 Hipotesis Penelitian H0 : Cairan perawatan lensa kontak efektif terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa in vitro. H1 : Cairan perawatan lensa kontak tidak efektif terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa in vitro. 1.6 Metodologi Penelitian Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental laboratorik dengan menggunakan pour plate method untuk menghitung jumlah CFU/ml Pseudomonas aeruginosa yang dapat tumbuh setelah dilakukan disinfeksi dengan cairan perawatan lensa kontak. Sampel yang digunakan adalah 4 jenis cairan perawatan lensa dengan formulasi yang berbeda. Keempat sampel tersebut dibuka pada saat yang bersamaan dan dibuka setiap hari sebagai simulasi penggunaan yang sebenarnya. Sampel kemudian diuji efektivitasnya setiap dua minggu selama dua belas minggu terhadap biakan Pseudomonas aeruginosa. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata pertumbuhan bakteri antar keempat jenis cairan lensa kontak setiap minggu dilakukan analisis statistik dengan one way analysis of variance (ANAVA) dengan derajat kemaknaan (level of significance) α = 0,05. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobologi Fakultas Kedokteran dari bulan Januari 2011 sampai November 2011