HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA IBU BERSALIN DI RSUD

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KELAINAN LETAK JANIN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA DI KAMAR BERSALIN RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

ARTIKEL. Oleh : Nurmalichatun NIM a065 PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

102 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB IV HASIL PENELITIAN

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 4 No 1 - Januari 2017

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DI RUJUK DENGAN KASUS KETUBAN PECAH

Frekuensi Kunjungan ANC (Antenatal Care) Pada Ibu Hamil Trimester III

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

STUDI DESKRIPTIF PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

Hubungan Umur dan Paritas Dengan Kejadian Abortus Di RSUD Kabupaten Rokan Hulu 2015

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

LUARAN IBU BERSALIN MENOPOUSE. Outcome Maternal Labor In Menopousal Age

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN DAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI NEONATORUM DI RSUD UNGARAN TAHUN 2014 ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

Gambaran kejadian Hipertensi Gravidarum Berdasarkan Karakteristik di Bidan Ny. Y Kelurahan Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2013

Relationship of Age, Parity And Maternal Education With Intra Uterin Fetal Death In Maternity RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin In 2013

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

PERBEDAAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI ANTARA PRIMIPARA DAN MULTIPARA. Siti Aisyah

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH PALEMBANGTAHUN 2014

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA TAHUN 2014 ABSTRAK

PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO LINDA FITRIANTI

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

VOLUME 1 NO. 2 (JULI DESEMBER 2016) P-ISSN: E-ISSN:

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Lama Persalinan pada Ibu Inpartu di RSUD Dr. R. Koesma Tuban

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

Popy Handayani, Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes, Cahyaningrum, S.SiT Program Studi DIII Kebidanan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

NASKAH PUBLIKASI ANALISA MASALAH KETUBAN PECAH DINI TERHADAP PARITAS DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN PROSES PERSALINAN DI RUANG BERSALIN BLUD RUMAH SAKIT KABUPATEN KONAWE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI RSUD KEBUMEN TAHUN 2013

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

Transkripsi:

ARTIKEL HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 Oleh : Vera Apriliyanti Lestari NIM 030112a095 PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2013 1

HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 Vera Apriliyanti Lestari*) Sugeng Maryanto**) Yulia Nur Khayati**) STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN *) Mahasiswa D-IV STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen Pembimbing STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Di Indonesia Angka Kematian Ibu tergolong masih tinggi dan merupakan masalah besar bagi pembangunan kesehatan di Indonesia. Ketuban pecah dini merupakan salah satu dari komplikasi persalinan yang menyebabkan kematian pada ibu bersalin. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan paritas dan kelainan letak dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin normal di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari buku register pasien pada bulan Januari Desember 2012. Besar sampel yang digunakan 1764 ibu bersalin. Analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan uji chi square Hasil penelitian didapatkan ibu bersalin paritas yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 280 (15,9%) lebih sedikit dibandingkan dengan ibu bersalin paritas yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 1484 (84,1%). Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal karena hasil uji chi square didapatkan nilai P value = 0,000 < α = 0,05. Hasil penelitian didapatkan ibu bersalin kelainan letak yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 27 (62,8%) ibu lebih besar dibandingkan ibu bersalin kelainan letak yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 16 (37,2%). Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan kelainan letak dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal karena hasil uji chi square didapatkan nilai P value = 0,000 < α = 0,05. Upaya untuk mengurangi angka kejadian ketuban pecah dini dapat dilakukan oleh para bidan dengan melakukan penyuluhan kesehatan dan menginformasikan cara mencegah ketuban pecah dini sehingga masalah yang mungkin terjadi selama kehamilan dan persalinan dapat diantisipasi sedini mungkin. Kata Kunci : Paritas, Kelainan Letak, Ketuban Pecah Dini Daftar Pustaka : 29 (2005 2012). 1

ABSTRACT Indonesia's maternal mortality rate is still relatively high and is a major problem for health development in Indonesia. Premature rupture of membrane is one of the complications of childbirth that causes maternal death. The purpose of this study is to determine the relation between parity and abnormal position with premature rupture of membrane of normal baby delivery at Dr.H.Soewondo Hospital Kendal. The design of this research used cross sectional approach. The population in this study was all women giving birth in Dr. H. Soewondo Hospital at the Kendal. Sampling used purposive sampling technique. The samples in this study used secondary data obtained from the patient register book in January-December 2012. The samples were 1764 women giving birth. Statistical analysis in this study used chi square test The results show that the women giving birth with parity experience premature rupture of membrane were 280 ( 15.9 % ) less than those who do not experience premature ruptureof membrane who were 1484 ( 84.1 % ). The analysis shows the relation between parity with premature rupture of membrane of normal baby delivery at Dr.H.Soewondo Hospital Kendal because the results of chi square test get P value = 0.000 < α = 0.05. The results show that the women Abnormal Position experience premature rupture of membrane were 27 ( 62.8 % ) greater than the mother's maternal abnormalities layout that did not experience premature rupture were 16 ( 37.2 %). The analysis shows the relation abnormal position with premature rupture of membrane of normal baby delivery at Dr.H.Soewondo Hospital Kendal because the results of chi square test get P value = 0.000 < α = 0.05. An efforts to reduce premature rupture of membranes can be carried out by the midwives by conducting health education and informing how to prevent premature rupture of membrane any problem so that may occur during pregnancy and childbirth can be anticipated as early as possible. Keywords : Parity, Abnormal position, premature rupture of membranes Bibliography : 29( 2005-2012 ). PENDAHULUAN Latar Belakang Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25 50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor mortalitas wanita muda pada puncak produktivitasnya. Menurut World Health Organization (WHO), indikator kesejahteraan suatu bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian saat persalinan. Makin tinggi angka itu, makin rendah kesejahteraan suatu bangsa. Di Indonesia angka kematian ibu masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan (Sujiyatini dan Hidayat, 2010). Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial 2

ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatar belakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisii ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 terlalu, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun) (profil kesehatan jateng, 2011). Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan angka kematian ibu (AKI) saat melahirkan adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup. Dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategi empat pilar safe motherhood meliputi keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan pelayanan obstetri esensial (Sujiyatini dan Hidayat,2010). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2010 sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup (profil kesehatan jawa tengah, 2011). Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, komplikasi, dan infeksi (admin.kesehatan Ibu. Kementrian kesehatan republik Indonesia.http://www.kesehatanibu.depkes.go.id, 2011). Salah satu penyebab kematian ibu adalah komplikasi, diantaranya yaitu ketuban pecah dini yang merupakan pecahnya ketuban sebelum in partu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5cm (Mochtar, 2012). Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Wiknjosastro, 2008). Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. KPD merupakan komplikasi yang behubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi kurang bulan (Nugroho, 2010). Faktor penyebab terjadinya ketuban pecah dini masih belum diketahui penyebabnya dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Namun terdapat beberapa faktor predisposisi yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini yaitu : infeksi, servik yang inkompeten, tekanan intra uterin yang meninggi atau overdistesi, trauma, kelainan letak, multigravida (Nugroho, 2010). Penyebab ketuban pecah dini salah satunya multigravida, karena pada multigravida kanalis servikalis selalu terbuka oleh karena melahirkan lebih dari 1 kali. Sedangkan pada kelainan letak menjadi salah satu faktor predisposisi ketuban pecah dini karena pada letak sungsang tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas 3

panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah (Nugroho, 2010). Menurut Sujiyatini (2009), mengatakan bahwa penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini (KPD) tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan ketuban pecah dini ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang usia gestasinya > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin. Dalam menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya (Sujiyatini, 2009). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal didapatkan jumlah ibu bersalin di Kabupaten Kendal tahun 2011 sebanyak 16.372 orang, kematian ibu sebanyak 27 orang. Sedangkan jumlah ibu bersalin di Kabupaten Kendal pada tahun 2012 sebanyak 17.055 orang, kematian ibu sebanyak 22 orang. Data yang diperoleh di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, kejadian ketuban pecah dini pada bulan Januari-Maret tahun 2013 sebanyak 113 orang dari 727 orang persalinan. Jumlah ibu bersalin primipara sebanyak 316 orang, multipara sebanyak 325 orang dan grandemultipara sebanyak 86 orang. Yang mengalami ketuban pecah dini pada primipara sebanyak 59 orang, multipara 46 orang dan grandemultipara 5 orang. Serta dari 47 orang ibu bersalin dengan kelainan letak sebanyak 7 orang bersalin dengan ketuban pecah dini. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Paritas dan Kelainan Letak dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada Ibu Bersalin di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal. Rumusan masalah Berdasarkan data yang diperoleh penulis di Rumah Sakit maka diambil perumusan masalah Adakah Hubungan Antara Paritas dan Kelainan Letak dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada Ibu Bersalin di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal? Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara paritas dan kelainan letak dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) pada Ibu Bersalin di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui paritas pada ibu bersalin di RSUD Dr.H. Soewondo Kabupaten Kendal b. Untuk mengetahui kelainan letak pada ibu bersalin di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal c. Untuk mengetahui kejadian ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal d. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal e. Untuk mengetahui hubungan antara kelainan letak dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal 4

KERANGKA KERJA PENELITIAN Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen lah Paritas Kejadian Ketuban Pecah Dini Kelainan Letak Gambar 3.2 : Kerangka Konsep Hubungan Antara Paritas dan Kelainan Letak Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian Survey Analitik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Cross Sectional yang merupakan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko atau paparan dengan penyakit (Hidayat, 2011) Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh ibu bersalin di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal periode Januari Desember 2012 sebanyak 2063 orang Pada penelitian ini populasi yang memenuhi kriteria sampel sebesar 1764 responden. Tempat Penelitian Tempat yang dijadikan sebagai daerah penelitian adalah RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal Metode Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan Check list. Etika Penelitian Dalam penelitian ini peneliti selalu berpedoman pada norma dan etika. Etika dalam penelitian ini yaitu : 1. Informed Concent 2. Anonimity (tanpa nama) 3. Confidentiality (Kerahasiaan) Pengolahan data Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi disajikan dalam bentuk tabel dan dipresentasikan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Editing 2. Coding 3. Entry Data 4. Cleaning 5

HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal pada tanggal 29 Juli 2 Agustus tahun 2013. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Cross Sectional yaitu dengan mengambil data sekunder ibu bersalin yang tercatat di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal pada bulan Januari Desember tahun 2012. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1764 responden.. Hasil penelitian ini disajikan sebagai berikut. Analisa Univariat Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin di ruang bersalin RSUD Dr. H. Soewondo Kendal No Paritas Jumlah n % 1. Primipara 889 50,4 2. Multipara 780 44,2 3. Grandemultipara 95 5,4 Jumlah 1764 100,0 Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi terbesar ibu bersalin adalah ibu primipara yaitu sebesar 889 (50,4%) ibu, sedangkan proporsi ibu Analisa Bivariat bersalin yang paling sedikit adalah ibu grandemultipara yaitu 95 (5,4%) ibu. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelainan Letak Janin Ibu Bersalin di ruang bersalin RSUD Dr. H. Soewondo Kendal No Kelainan Letak Jumlah n % 1 Letak Normal 1721 97,6 2 Letak sungsang/ 43 2,4 lintang Jumlah 1764 100,0 Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari proporsi terbesar adalah ibu yang bersalin dengan letak normal yaitu sebesar 1721 (97,6%) ibu Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Ketuban Pecah Dini di ruang Bersalin RSUD Dr. H. Soewondo Kendal No Ketuban Pecah Jumlah Dini N % 1 Tidak KPD 1484 84,1 2 KPD 280 15,9 Jumlah 1764 100,0 Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa proporsi terbesar adalah ibu bersalin tidak KPD yaitu sebesar 1484 (84,1%). Tabel 5.7 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari Desember 2012 KPD Pada Ibu Bersalin Jumlah P No Paritas Ya Tidak Value n % n % n % 1 Primipara 110 12,4 779 87,6 889 100 0,000 2 Multipara 158 20,3 622 79,7 780 100 3 Grandemultipara 12 12,6 83 87,4 95 100 280 15,9 1484 84,1 1764 100 Jumlah Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa yang mengalami ketuban pecah dini terdapat 110 (12,4%) pada ibu primipara, 158 ibu (20,3%) pada multipara, dan 12 (12,6%) pada ibu grandemultipara. Sedangkan ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini terdapat 779 (87,6%) pada ibu primipara, 622 (79,7%) pada ibu multipara, dan 83 (87,4%) pada ibu grandemultipara. 6

Hasil analisa uji chi square di peroleh nila p value sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan p value lebih kecil dari α sehingga menunjukkan adanya hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini. Tabel 5.8 Hubungan Kelainan Letak Janin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari Desember 2012 No Kelainan Letak KPD Pada Ibu Bersalin Jumlah P Ya Tidak value n % n % n % 1 Letak normal 253 14,7 1468 85,3 1721 100 0,000 2 Letak sungsang/lintang 27 62,8 16 37,2 43 100 Jumlah 280 15,9 1484 84,1 1764 100 Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat ibu yang mengalami ketuban pecah dini sebesar 253 (14,7%) pada ibu dengan letak normal, sedangkan 27 (62,8%) pada ibu dengan kelainan letak. Pada ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini terdapat 1468 (85,3%) pada ibu dengan letak normal, sedangkan 16 (37,2%) pada ibu dengan kelainan letak. PEMBAHASAN Analisa Univariat Paritas Ibu Bersalin Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari Desember 2012, didapatkan ibu bersalin dengan paritas primipara sebanyak 889 (50,4%) ibu. Primipara adalah seorang wanita yang melahirkan hidup untuk pertama kali (Mochtar, 2012). Ibu bersalin primipara di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal sebagian besar berusia 20 35 th yaitu sebesar 699 ibu, namun sebagian ada ibu bersalin primipara yang berusia < 20 th sebanyak 190 ibu. Hal itu mungkin terjadi karena pendidikan rata rata ibu bersalin di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal adalah SMP sebanyak 441 ibu, sesuai dari teori Wawan (2011) bahwa pendidikan itu diperlukan untuk mendapat informasi salah satunya adalah hal yang Hasil analisa uji chi square di peroleh nilai p value sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan p value lebih kecil dari α sehingga menunjukkan adanya hubungan antara kelainan letak dengan kejadian ketuban pecah dini. menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Karena semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi. Untuk ibu bersalin multipara terdapat 780 (44,2%) ibu. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali (sampai 5 kali) (Mochtar, 2012). Ibu bersalin multipara di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal sebagian besar berusia 20 35 tahun yaitu sebesar 778 ibu. Hal ini sudah sesuai karena ibu sudah mempunyai kesiapan fisik dan kematangan organ reproduksi untuk hamil dan bersalin. Hal ini sesuai dengan Balitbang BKKBN (2005), salah satu kesiapan fisik bagi seorang ibu agar dapat hamil dan melahirkan bayi yang sehat adalah menyangkut faktor usia ibu pada saat hamil. Pada usia 20 35 tahun merupakan periode yang baik untuk hamil dan melahirkan. Pada masa tersebut organ reproduksi khususnya organ yang berkaitan dengan proses kehamilan dan kelahiran telah tumbuh secara sempurna 7

sehingga diharapkan telah siap menjalani proses kehamilan dan kelahiran yang sehat. Selain dari faktor usia, faktor pendidikan juga dapat mempengaruhi paritas pada ibu. Hal ini ditunjukkan dari sebagian besar pendidikan ibu bersalin multipara adalah SMA yaitu sebanyak 631 ibu. Hal tersebut menandakan bahwa ibu yang mempunyai pendidikan tinggi maka akan semakin mudah menerima informasi khususnya hal hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Wawan, 2011). Dari hasil yang didapatkan ibu bersalin grandemultipara sebanyak 95 (5,4%) ibu. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan lebih dari 5 kali atau lebih, hidup ataupun mati (Mochtar 2012). Pada ibu dengan grandemultipara sebagian besar berusia > 35 tahun yaitu sebesar 94 ibu. Pada ibu bersalin grandemultipara rata rata mempunyai pendidikan SMA dan SMP, sedangkan untuk pendidikan D3/ S1 tidak ada yang bersalin grandemmultipara. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima informasi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Wawan (2011), bahwa pendidikan seseorang diperlukan untuk mendapatkan informasi terutama untuk hal yang menunjang kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas hidup. Kelainan Letak Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari Desember 2012, didapatkan ibu bersalin dengan kelainan letak sebanyak 43 ibu, dengan di dominasi letak sungsang. Kelainan letak merupakan suatu penyulit persalinan yang sering terjadi karena keadaan atau posisi janin dalam rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir, yaitu seperti letak lintang dan letak sungsang. Hal ini terjadi karena ketidakteraturan bagian terendah janin untuk menutupi atau menahan Pintu Atas Panggul (PAP), sehingga mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah (Rukiyah, 2010). Ibu bersalin yang mengalami kelainan letak berusia 20 35 tahun yaitu sebanyak 36 ibu, namun ada pula ibu yang bersalin berusia < 20 tahun dan > 35 tahun yang mengalami kelainan letak. Sedangkan pendidikan ibu bersalin dengan kelainan letak sungsang sebagian besar adalah ibu berpendidikan SMA yaitu sebanyak 17 ibu, namun untuk ibu bersalin yang mempunyai pendidikan tinggi (D3 / S1) hanya sedikit yang mengalami kelainan letak yaitu sebanyak 10 ibu. Ibu yang tidak mengalami kelainan letak sebanyak 1721 (97,6%) ibu. Sebagian besar ibu yang tidak mengalami kelainan letak adalah ibu bersalin berusia 20 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut organ reproduksi sudah siap untuk hamil dan bersalin. Selain itu pendidikan ibu bersalin dengan letak normal sebagian sama besar mulai dar SMP, SMA dan D3 / S1. Dari kedua hal tersebut (letak normal dan letak sungsang), dapat menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan semakin mudah menerima informasi terutama untuk hal yang menyangkut tentang kesehatan, karena tingkat pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi berbagai masalah (Wawan, 2011). Keuban Pecah Dini Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari Desember 2012, didapatkan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini sebanyak 280 (15,9%) ibu. Ketuban pecah dini yang merupakan pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5cm (Mochtar, 2012). Ibu yang mengalami ketuban pecah dini adalah ibu bersalin yang berusia 20 35 tahun, namun tidak sedikit pula ibu yang mengalami ketuban pecah dini berusia < 20 tahun dan > 35 tahun. Hal tersebut bisa disebabkan berbagai faktor, seperti faktor obstetrik, 8

kebiasaan merokok, riwayat hubungan seksual sebelumnya, faktor usia, karena semakin tua usia ibu maka dapat menyebabkan ketuban kurang kuat, selain itu pada ibu yang melahirkan beberapa kali dan mengalami ketuban pecah dini sebelumnya diyakini lebih beresiko mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2005). Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini sebagian besar mempunyai pekerjaan sebagai buruh yaitu sebesar 85 ibu. Hal ini dapat disebabkan aktivitas ibu yang berlebih dapat menyebabkan keletihan pada ibu sehingga dapat menggangu konstrasi dan pikitran ibu, sehingga berpengaruh pada keadaan kehamilan ibu yang dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini (Varney, 2007). Analisa hubungan antara Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah dini (KPD) pada Ibu Bersalin Dari hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p value sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan p value < α (0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini. Berdasarkan hasil penelitian, dari 1764 ibu bersalin di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari Desember 2012, didapatkan ibu bersalin primipara yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 110 (12,4%) dari 889 ibu. Pada ibu bersalin primipara seharusnya tidak rentan terhadap kejadian ketuban pecah dini. Karena ibu belum pernah hamil atau mengalami peregangan uterus sebelumnya. Selain itu ibu bersalin primipara jaringan ikat dan vaskularisasi masih kuat. Faktanya di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal masih banyak ibu bersalin primipara yang mengalami ketuban pecah dini. Ibu primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosi dan termasuk kecemasan akan kehamilan (Cunninghan, 2005). Pada ibu yang mengalami kecemasan, emosi saat hamil akan mengganggu kondisi ibu, karena kelenjar adrenal akan menghasilkan hormon kortisol. Sehingga ketika ibu mengalami kecemasan bagian otak yang bernama amygdala akan mengirim sinyal ke hypotalamus, kemudian dari hypotalamus memproduksi hormon CRH yang berhubungan dengan ACTH (Adenokortikotropik), kemudian ACTH akan mengirim sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol. Tetapi apabila produksi kortisol berlebih akan menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga dimungkinkan ibu akan mudah terkena infeksi / inflamasi yang dapat menyebabkan peningkatan aktifitas il-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini (Maria, 2009). Untuk ibu bersalin multipara yang mengalami KPD sebanyak 158 (20,3%) dari 780 ibu. Pada ibu bersalin multipara seharusnya tidak terlalu rentan untuk mengalami kejadian ketuban pecah dini, karena kekuatan dari serviks masih bagus. Selain itu rata rata ibu bersalin multipara berusia 20 35 tahun yang secara organ reproduksi masih bagus untuk hamil dan bersalin. Faktanya di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal masih banyak ibu bersalin multipara yang mengalami ketuban pecah dini. Hal ini dapat terjadi karena pada ibu bersalin multipara akan mempengaruhi proses embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis yang akan menyebabkan ketuban mudah pecah (Maria, 2009). Untuk ibu bersalin grandemultipara yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 12 (12,6%) dari 95 ibu bersalin. Pada ibu bersalin grandemultipara memang rentan terhadap 9

kejadian ketuban pecah dini. Faktanya di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal banyak ibu bersalin grandemultipara yang mengalami ketuban pecah dini terutama ibu bersalin berusia > 35 tahun, ini karena ibu sudah pernah hamil atau uterus sudah pernah membesar sebelumnya sehingga apabila ibu hamil kembali lagi uterusnya akan semakin meregang serta kekuatan jaringan ikat dan vaskularisasi berkurang sehingga dapat menyebabkan pada daerah tertentu inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro,2008). Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Mochtar (2012), bahwa salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan timbulnya ketuban pecah dini adalah paritas. Pendapat ini juga diperkuat oleh teori dari Morgan (2009), bahwa paritas memungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran sebelumnya. Hal ini juga diperkuat dengan teori lain yang manyatakan bahwa ketuban pecah dini akan meningkat pada ibu besalin grandemultipara. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa selaput ketuban yang tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi sehingga menyebabkan ketuban pecah dini (Yulaikhah, 2008). Sedangkan ibu primipara yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 779 (87,6%) dari 889 ibu. Pada ibu bersalin primipara yang tidak mengalami ketuban pecah dini memang tidak rentan terhadap kejadian ketuban pecah dini. Faktanya masih banyak ibu primipara yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Hal tersebut sesuai dengan teori manuaba (2007), bahwa pada ibu primipara belum pernah melahirkan sehingga belum mengalami peregangan atau pembesaran uterus, dan kerusakan servik belum terjadi, serta jaringan ikat dan vaskularisasi yang masih kuat. Untuk ibu bersalin multipara yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 622 (79,7%) dari 780 ibu. Pada ibu bersalin multipara memang tidak terlalu rentan terhadap kejadian ketuban pecah dini. Faktanya masih cukup banyak ibu bersalin multipara yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh keadaan servik ibu yang masih kompeten, karena apabila ibu serviknya sudah inkompeten maka akan menjadi faktor predisposisi dari ketuban pecah dini. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sujiyatini (2009), bahwa salah satu faktor predisposisi dari ketuban pecah dini adalah servik inkompeten. Untuk ibu bersalin grandemultipara yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 83 (87,4%) dari 95 ibu. Pada ibu bersalin grandemultipara seharusnya rentan terhadap kejadian ketuban pecah dini. Namun faktanya di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal banyak ibu bersalin grandemultipara yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Keadaan ini mungkin dipengaruhi beberapa hal lain, karena untuk penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti. Selain itu ibu bersalin mungkin tidak mengalami faktor predisposisi yang lain, yaitu: riwayat Ketuban pecah dini sebelumnya, kelainan letak, servik inkompeten. Analisa hubungan antara Kelainan Letak dengan Kejadian Ketuban Pecah dini (KPD) pada Ibu Bersalin Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan p value < α (0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan antara kelainan letak dengan kejadian ketuban pecah dini. Berdasarkan hasil penelitian dari 1764 ibu bersalin yang mengalami kelainan letak dengan ketuban pecah dini terdapat 27 (62,8%) dari 43 ibu. Pada ibu bersalin dengan kelainan letak sangat rentan terhadap kejadian ketuban pecah dini. Faktanya ibu bersalin dengan kelainan letak yang mengalami ketuban pecah dini cukup banyak. Kelainan letak merupakan suatu penyulit persalinan yang sering terjadi karena keadaan atau posisi 10

janin dalam rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir yang menyebabkan terjadinya ketidakteraturan bagian terendah janin untuk menutupi atau menahan Pintu Atas Panggul (PAP), serta mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah dan bagian terendah ketuban langsung menerima tekanan intrauterin yang dominan sehingga dapat menyebabkan ketuban pecah dini (Sujiyatini, 2010). Untuk ibu bersalin letak normal yang mengalami ketuban pecah dini, terdapat 253 (14,7%) dari 1721 ibu. Pada ibu bersalin letak normal seharusnya tidak rentan terhadap kejadian ketuban pecah dini. Faktanya di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal masih banyak ibu letak normal yang mengalami ketuban pecah dini. Karena kejadian ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti faktor penyebabnya, oleh sebab itu mungkin kejadian ketuban pecah dini pada ibu letak normal dapat dipengaruhi faktor lain, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nugroho (2010), penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti, ada beberapa faktor predisposisi untuk kejadian ketuban pecah dini yaitu : infeksi, sosial, paritas, riwayat ketuban pecah dini sebelumnya, merokok, riwayat hubungan seksual, kelainan letak. Selain itu rata rata pekerjaan ibu bersalin adalah sebagai buruh. Pekerjaan sebagai buruh akan menyebabkan ibu keletihan ibu sehingga meningkatkan resiko terjadinya ketuban pecah dini (Varney, 2007). Ibu bersalin yang letak normal tetapi tidak ketuban pecah dini sebanyak 1468 (85,3%) dari 1721 ibu. Pada ibu letak normal tidak rentan terhadap kejadian ketuban pecah dini. Faktanya banyak ibu bersalin letak normal yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Hal ini mungkin karena ibu tidak termasuk dalam faktor predisposisi dari ketuban pecah dini yang salah satunya adalah kelainan letak (Nugroho,2010). Untuk ibu bersalin kelainan letak tetapi tidak mengalami ketuban pecah dini sebesar 16 (37,2%) dari 43 ibu. Pada ibu dengan kelainan letak seharusnya rentan terhadap kejadian ketuban pecah dini. Namun di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal banyak ibu yang mengalami kelainan letak tapi tidak ketuban pecah dini. Keadaan ini mungkin dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya pekerjaan ibu yang sebagian ibu kelainan letak adalah bekerja sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus pekerjaan rumah dengan sedikit aktivitas. Oleh karena itu pekerjaan ibu yang ringan tidak membuat ibu terlalu banyak beraktivitas yang dapat membuat ibu keletihan sehingga dapat mengganggu kehamilan ibu yang berakibat terjadinya ketuban pecah dini (Varney, 2007). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Paritas ibu bersalin paling banyak adalah ibu bersalin primipara yaitu sebesar 889 ibu (50,4%). 2. Ibu bersalin dengan kelainan letak sebesar 43 ibu (2,4%) 3. Ibu bersalin dengan ketuban pecah dini sebanyak 280 ibu (15,9%) 4. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini 5. Ada hubungan antara kelainan letak dengan kejadian ketuban pecah dini. Saran 1. Bagi Penelliti selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggali faktor lain yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya penurunan kejadian KPD. 2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Diharapkan Institusi pelayanan kesehatan (RSUD Dr. H. Soewondo Kendal) dapat meningkatkan kualitas pelayanan Antenatal Care dan memberikan penanganan dari penatalaksanaan lebih lanjut dan benar 11

pada ibu bersalin khususnya pada kasus Ketuban Pecah Dini. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Disarankan agar tenaga kesehatan khususnya bidan dapat menggerakkan program KB dan melakukan deteksi dini kelainan letak pada ibu agar dapat dilakukan reposisi sehingga mengurangi faktor predisposisi kejadian ketuban pecah dini. DAFTAR PUSTAKA Admin.(2011).Kesehatan Ibu. Kementrian kesehatan republik Indonesia http://www.kesehatanibu.depkes.g o.id,. Diakses pada tangal 24Maret 2013 Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Cunningham,F.Gary.(2005).Obstetri William edisi 21.Jakarta: Buku Kedokteran DKK Kendal. (2011). Profil Kesehatan Kabupaten Kendal DKK Kendal. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Kendal DKK.(2011).Profil kesehatan Jawa Tengah. http://www.jatengprov.go.id. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013 Fadlun, A.Ferryanto. (2011). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, A. Aziz Alimul.2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, Asri dan Sujiyatini.(2010). Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika Mansjoer, Arif, dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapis Manuaba, Ide Ayu Chandranita, dkk. (2010). Ilmu Kebidanann, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Manuaba,Ida Bagus Gede,dkk. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC Morgan,Gery. (2009). Obstetri dan Ginekologi.Jakarta :EGC Norwitz, Errol R dan Schorge, John D. (2008). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho,taufan.(2010).Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Rukiyah, Ai Yeyeh.(2010).Asuhan Kebidanan IV(Patologi Kebidanan).Jakarta : Trans Info Media Saifuddin, B.A., dkk. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sinsin, Lis. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo Sofian, Amru. (2012). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC Sujiyatini.,dkk. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika Sumarah, dkk. (2009). Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta : Fitramaya Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Wiknjosastro, Hanifa. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wawan,A dan M, Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika Yulaikhah, Lily. (2008). Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : EGC 12