JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

I. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

KAJIAN PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP KEGIATAN SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PNPM MANDIRI DI KOTA BENGKULU

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

III.METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

JIIA, VOLUME 3 No. 3, JUNI 2015

III. METODE PENELITIAN. digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dan diuji sesuai

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

JIIA, VOLUME 3 No. 2, APRIL 2015

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. mendapatkan dan menganalisis data sesusai dengan tujuan.

ABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke)

JIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK PENDAHULUAN. Akhmad Ansyor, Zikril Hidayat dan Nia Kaniasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

I. PENDAHULUAN. Upaya penangulangan kemiskinan di Indonesia merupakan amanah konstitusional

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

Kumalasari, et al., Evaluasi Implementasi Program...

JIIA, VOLUME 5 No. 4, NOVEMBER 2017

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK DENGAN KENAIKAN TINGKAT PENDAPATAN PETANI KOPI

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

KAJIAN SOSIAL EKONOMI BUDAYA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM PADA TAMAN NASIONAL MERU BETIRI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI DESA SONOWANGI KECAMATAN AMPELGADING KABUPATEN MALANG

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh ANITA RAHAYU NIM F Diajukan Untuk Seminar Dalam Rangka Penyusunan Skripsi

PERANAN MASYARAKAT DALAM KEMANDIRIAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA (Studi Di Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)

III. METODE PENELITIAN. kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep

HUBUNGAN DINAMIKA GAPOKTAN DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

Kata kunci: Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan, Tingkat Pengembalian Dana, Karakteristik Sosial Ekonomi Petani ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

EFEKTIVITAS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN GAPOKTAN DI KABUPATEN BATANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN. hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi mana pun. Selain bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

JIIA, VOLUME 5 No. 3, AGUSTUS 2017

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

Community Participation in Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri in Kotabatu Village, Ciomas Sub-District, Bogor District

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, Klasifikasi. Batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

PERAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KELOMPOK TANI DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO. Oleh FERA HANDAYANI

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

By : Tedi Hartoyo. Key Word : The Role, Participation, Rank-Spearman Correliation

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh IMAM SUBIANTO NAZARUDIN WAHAB TAMBAT USMAN

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

METODE PENELITIAN. Dari beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, batasan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

III. METODE PENELITIAN. Sumber data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat

Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU. Abstract

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD Salah satu arahan. pembangunan jangka panjang nasional Tahun seperti yang

HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT NASABAH UPKD DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi di Desa Pagar Agung Kecamatan Seluma Barat Kabupaten Seluma)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETERNAK SAPI PERAH DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM KEGIATAN SIMPAN PINJAM KUD MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

I. PENDAHULUAN. berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia. merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Persepsi dan Reaksi Masyarakat Terhadap Keberadaan KUD Serba Usaha 41 (Kaspul Anwar, M. Najib dan Mursidah)

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR KELOMPOK DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PINJAMAN BERGULIR BKM PNPM MANDIRI PERKOTAAN PADA MASYARAKAT KECAMATAN JEPARA TAHUN Anita Rahayuningsih

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

Transkripsi:

EFEKTIVITAS PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN () DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Effectiveness of Rural Community Empowerment Program to Support Agricultural Development in Ngambur Subdistrict, West Lampung Regency) Mutakin, Sumaryo Gs., Rabiatul Adawiyah Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145, Telp. 08576964755, e-mail: mutakinlaladjaa@gmail.com ABSTRACT This study aims to determine (1) the effectiveness of rural community empowerment national program () and (2) factors related to the level of the effectiveness of the program in supporting agricultural development. Research was conducted in Ngambur sub district of West Lampung Regency from February to April 2012. Respondents were 68 farmers taken proportionally from 21 farmer groups. Method used was a descriptive analysis. The correlation between variables was tested using Rank Spearman correlation analysis. Result showed that the was quite effective in supporting agricultural development in Ngambur Subdistrict of West Lampung Regency. The factors related to the level of the effectiveness in supporting agricultural development were the level of knowledge of the group members, the role of facilitator and district management team activities, and the amount of the fund. The factor not related to the effectiveness of the in supporting agricultural development in sub Ngambur West Lampung Regency was the level of participation of group members. Keywords: agricultural, effectiveness, independent, program, empowerment PENDAHULUAN Sektor pertanian memegang peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, bahkan dalam era reformasi ini diharapkan dapat berperan di garis depan dalam mengatasi krisis ekonomi. Hal ini berarti upaya menghapus kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia akan lebih efektif dilakukan melalui pembangunan pertanian (Solahuddin, 2009). Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Penduduk miskin Indonesia tersebar di setiap provinsi. Penduduk miskin di Provinsi Lampung mencapai 19, 67 persen atau 1.496.900 jiwa penduduk miskin dari jumlah penduduk sebanyak 7.608.405 jiwa yang tersebar di sebelas Kabupaten/ Kota yang ada di Provinsi Lampung. Persentase penduduk miskin Kabupaten Lampung Barat sebesar 19 persen (79.500 jiwa) dari 419.037 jiwa jumlah penduduknya. Kabupaten Lampung Barat merupakan kabupaten dengan persentase kemiskinan terendah keempat di Provinsi Lampung setelah Kota Metro sebanyak 14,6 persen, Kota Bandar Lampung sebanyak 14,1 persen, dan Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 10,3 persen (BPS Provinsi Lampung, 2010). Penanganan masalah kemiskinan selama ini telah dilakukan dengan berbagai program khusus penanggulangan kemiskinan, salah satunya adalah Mandiri Pedesaan (). Program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa, pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah pedesaan. sejak dicanangkan pemerintah pada tahun 2007 telah diimplementasikan di hampir seluruh wilayah Indonesia, salah satunya adalah Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Pada Tahun 2010 Kabupaten Lampung Barat mendapatkan bantuan dana sebesar 45,250 miliar rupiah dan merupakan kabupaten dengan jumlah bantuan tertinggi dibandingkan kabupaten-kabupaten lain yang ada di Provinsi Lampung (Tabel 4). Bantuan tersebut dialokasikan ketujuh belas kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Barat, termasuk di dalamnya Kecamatan Ngambur sebesar tiga miliar rupiah. 134

Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat mengalokasikan 83,75 persen dari dana BLM untuk kegiatan yang menunjang pembangunan pertanian, dan diantaranya adalah pembukaan badan jalan dusun, pembuatan jembatan gantung, pengerasan jalan dan kredit simpan pinjam kelompok perempuan serta 16,21 persen dialokasikan untuk kegiatan non pertanian (Tabel 5). Pemerintah dalam melaksanakan Mandiri Pedesaan () melibatkan kelompok masyarakat agar program dapat berjalan efektif sesuai sasaran dan tujuan. Jumlah kelompok masyarakat di Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat yang ikutserta dalam sebanyak 21 kelompok tani. Guna menilai sampai sejauhmana pencapaian program dibutuhkan suatu penelitian. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk : (1) mengkaji efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan () dalam menunjang pembangunan pertanian di Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat, dan (2) mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat efektivitas Mandiri Pedesaan () dalam menunjang pembangunan pertanian di Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat pada bulan Februari- April 2012. Sampel penelitian merupakan anggota kelompok tani yang terlibat dalam pengelolaan tahun 2010 yang berjumlah sebesar 208 orang. Jumlah sampel penelitian ditentukan berdasarkan pada pendugaan proporsi populasi dengan pertimbangan presisi 10%. Jumlah sampel keseluruhan penentuan sampel ini merujuk pada teori yang dikembangkan Yamane (dalam Rakhmat, 1989). Adapun rumus penentuan jumlah sampel tersebut adalah N 214 n n 68 N( d) 2 2 1 214(0,1) 1 Kemudian, untuk memperoleh jumlah sampel pada masing-masing anggota kelompok tani maka dilakukan pengambilan sampel secara proporsional yang mengacu pada rumus yang dikembangkan Nazir (1988). Adapun rumus tersebut adalah n i Ni n N Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah Proportional Simple Random Sampling. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu mengumpulkan data yang sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap kualitas kegiatan belajar mengajar, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut (Arikunto, 1996). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah analisis deskriptif, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan statistik nonparametrik korelasi Rank Spearman (Siegel, 1997). Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan analisis hubungan antara variabel bebas (X) yang meliputi tingkat pengetahuan anggota tentang (X 1 ), tingkat partisipasi anggota (X 2 ), peran Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) (X 3 ), dan jumlah dana (X 4 ) dengan variabel terikat (Y) yaitu efektivitas Mandiri Pedesaan (). Kriteriapengambilankeputusan: 1. Jika t hitung t tabel, maka tolak H 1 pada α = 0,05 atauα 0,01 berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji 2. Jika t hitung > t tabel, maka terima H 1 pada α = 0,05 atau α=0,01 berarti terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Efektivitas Dalam Menunjang Pembangunan Pertanian (X) Penelitian ini menganalisis tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas dalam menunjang pembangunan pertanian sebagai variabel bebasnya, dan diantaranya adalah tingkat pengetahuan anggota tentang, tingkat partisipasi anggota kelompok, peran Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) dan jumlah dana. Secara rinci faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas dalam menunjang pembangunan pertanian dapat dilihat pada Tabel 1. 135

Tabel 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas Tingkat pengetahuan anggota kelompok tentang Tingkat partisipasi anggotakelompok Peran Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Jumlah Dana Kelas Jumlah (Jiwa) (%) Rendah 34 50,00 Sedang 38 55,88 Sedang 44 64,71 Sedang 44 64,71 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat deskripsi dari faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan anggota tentang PNPM- MP Pengetahuan anggota tentang program PNPM- MP adalah pengetahuan yang dimiliki anggota kelompok tani yang menerima bantuan PNPM- MP terhadap tujuan, ruang lingkup, struktur organisasi pelaksana, dan pendanaan program. Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebanyak 34 orang (50%) berada pada klasifikasi rendah. Pengetahuan responden terhadap program berada pada klasifikasi rendah karena sosialisasi tentang program minim dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini adalah konsultan dan fasilitator serta Pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di desa. 2. Tingkat partisipasi anggota kelompok Partisipasi anggota dapat dilihat dari keikutsertaannya atau peran serta anggota dalam perencanaan program dan kegiatan, pelaksanaaan kegiatankegiatan yang telah disepakati dengan penuh tanggung jawab, memberikan ide atau saran pada setiap kegiatan serta penerimaan dan pemanfaatan hasil-hasilnya. Hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 1 menunjukkan bahwatingkat partisipasi anggota kelompok terhadap kegiatan sebanyak 38 orang (55,88%) termasuk dalam klasifikasi sedang. Partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam pembangunan fisik yaitu berupa tenaga dan sumbangan materi, seperti halnya melaksanakan gotong royong dalam pengerjaan fisik bangunan dan hibah tanah lokasi pembangunan. 3. Peran Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Fasilitator Kecamatan dalam berperan memfasilitasi dan membimbing masyarakat dalam setiap tahapan mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian di tingkat kecamatan. Tim Pengelola Kegiatan (TPK) dalam berperan dalam penumbuhan dan penguatan kapasitas di tingkat desa. Hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 44 orang (64,71%) responden menyatakan peran fasilitator kecamatan dan TPK termasuk dalam klasifikasi sedang. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa upayaupaya yang telah maupun yang harus dilakukan fasilitator sudah diupayakan namun belum maksimal terbukti dengan belum semua masyarakat merasakan peran tersebut. 4. Jumlah dana Dana merupakan besarnya dana yang diberikan Pemerintah kepada fasilitator PNPM Mandiri Pedesaan, Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK), Tim Penggelolah Kegiatan (TPK) dan anggota kelompok tani yang menjadi pelaksana PNPM- MP, mulai dari kegiatan perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi kegiatan. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebanyak 44 orang (64,71 %) menyatakan jumlah dana termasuk dalam klasifikasi sedang. Jumlah nominal dana untuk kegiatan pembangunan fisik atau infrastruktur adalah rata-rata sebesar RP.320.073.529 per kegiatan, sedangkan jumlah dana untuk Simpan Pinjam Perempuan (SPP) adalah rata-rata sebesar Rp.167.191.176 per kelompok. Efektivitas (Y) Indikator efektivitas adalah tujuan, baik tujuan umum maupun tujuan khusus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor efektivitas Program di Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat berkisar antara 36,00-108,00 dengan nilai modus 76 dan 136

termasuk dalam klasifikasi cukup efektif. Secara rinci efektivitas disajikan pada Tabel 2. Sebanyak 61 orang (89,70%) menyatakan efektivitas berada pada klasifikasi cukup efektif. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan efektivitas masuk dalam klasifikasi cukup efektif. Hubungan Antara Variabel X dengan Variabel Y Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabelvariabel yang berhubungan nyata dengan efektivitas adalah pengetahuan anggota, peran Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) dan jumlah dana. Hubungan antara variabel X dengan variabel Y disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan anggota tentang dengan efektivitas pada taraf kepercayaan 95%. Pengetahuan anggota kelompok tentang di sini meliputi tujuan, ruang lingkup, struktur organisasi, dan sumber pendanaan. Pengetahuan anggota tentang sangat menunjang keberhasilan pengelolaan Program. Lubis (1984) dalam Aquino (2010), mengatakan bahwa efektivitas adalah terjadinya suatu efek atau akibat seperti yang dikehendaki. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa sesuatu bisa dikatakan efisien atau efektif apabila fungsi, bentuk dan isi dari suatu kegiatan dapat bermanfaat untuk pengendalian, penyempurnaan, pelaksanaan dan perencanaan kembali. Sama halnya pendapat Mengginson (1988) dalam Areni (2007) yang menyatakan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk melakukan hal yang tepat atau untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik. Berdasarkan pendapat para ahli dan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa akan terkelola dengan baik apabila masyarakat mengetahui tujuan, ruang lingkup, struktur organisasi, dan sumber pendanaan. Sebaliknya apabila masyarakat tidak mengetahui, maka masyarakat tidak akan dapat menyelesaikan program dengan baik. Tabel 2. Sebaran jumlah responden berdasarkan pencapaian tujuan secara keseluruhan Interval Tujuan Jumlah Kelas (Jiwa) (%) 36,00 60,00 Kurang efektif 0 0,00 60,01-84,00 Cukup efektif 61 89,70 84,01-108,00 Efektif 7 10,30 Jumlah : 68 100,00 Modus : 76 (cukup efektif) Hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara partisipasi anggota kelompok dengan efektivitas. Menurut Danim (2004) dalam Yani dkk. (2010), upaya merangsang efektivitas kelompok dapat dicapai bila setiap anggota mampu mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama. Hal ini terjadi kontradiksi dengan hasil penelitian ini. Secara statistik hubungan yang tidak nyata dikarenakan data tidak bervariasi dan cenderung menumpuk pada selang tertentu yaitu sebanyak 34 orang (50,%) memilih jawaban yang sama. Partisipasi anggota kelompok tidak hubungan nyata dengan efektivitas. Hal ini karena jumlah anggota kelompok tani yang menerima (terlibat dalam) belum dapat merepresentasikan seluruh masyarakat setiap desa di Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat. Tabel 3. Hasil Korelasi Rank Spearman (r s ) antara masing-masing variabel X dengan Y. Variabel X Y r s t- t- hitung tabel Tingkat Tujuan 0,263* 2,214 1,669 pengetahuan anggota kelompok tentang PNPM -MP Tingkat 0,154 tn 1,266 1,669 partisipasi anggota kelompok Peran FK 0,382* 3,358 2,387 dan TPK * Jumlah dana 0,279* 2,360 1,669 Keterangan : * : Nyata pada α=5% (t-tabel = 1,669) ** : Nyata pada α=1% (t-tabel = 2,387) tn : Tidak nyatapadatarafkepercayaan 95% atau α=5% 137

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lampung Barat (2010) mencatat bahwa jumlah penduduk Kecamatan Ngambur adalah sebanyak 17.768 jiwa. Sebanyak 545 orang diantaranya adalah pengurus dan anggota dari 21 kelompok tani, dan 214 orang dari pengurus dan anggota kelompok tersebut merupakan masyarakat yang ikutserta dalam kegiatan, sehingga jika dipersentasekan hanya 1,2 persen dari jumlah penduduk Kecamatan Ngambur yang ikutserta dalam. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitas partisipasi anggota kelompok tani belum dapat merepresentasikan partisipasi seluruh masyarakat Kecamatan Ngambur. Hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara peran Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) dengan efektivitas dalam menunjang pembangunan pertanian pada taraf kepercayaan 95% maupun 99%. Hal tersebut menunjukkan bahwa, seorang Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) mampu memfasilitasi dan membimbing masyarakat dalam setiap tahapan mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian di tingkat kecamatan, dan hal ini sangat penting untuk kesuksesan dan pencapaian tujuan. Hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 5 menunjukan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara jumlah dana dengan efektivitas pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini dikarenakan pemerintah telah mendistribusikan dana dengan tepat serta masyarakat mengetahui jumlah dana pembangunan infrastruktur rata-rata sebesar Rp.320.073.529 per kegiatan dan jumlah dana SPP rata-rata sebesar Rp.167.191.176 per kelompok. Nominal tersebut relatif sama dengan nominal yang disebutkan pada data sekunder tentang alokasi jumlah dana seperti pada Tabel 2. Keadaan ini menunjukkan bahwa pelaku telah berupaya melakukan prinsip transparansi dan akuntabel sesuai dengan prinsip-prisnsip yang ada dalam. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dalam menunjang pembangunan pertanian di Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat sudah cukup efektif, yang dapat dilihat dari ketercapaian keberhasilan tujuan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas dalam menunjang pembangunan pertanian di Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat adalah tingkat pengetahuan anggota kelompok, peran Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK), dan jumlah dana. Faktor yang tidak berhubungan dengan efektivitas dalam menunjang pembangunan pertanian di Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat adalah tingkat partisipasi anggota kelompok. DAFTAR PUSTAKA Aquino H. 2010. Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan () Dalam Memberdayakan Masyarakat Pedesaan di Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. Areni R. 2007. Peranan Guru Pembimbing Dalam Keefektivitasan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Bidang Bimbingan Sosial Pada Siswa-Siswa yang Terisolir Kelas XI di SMA Negeri 8 Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Arikunto S. 1996. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2010. Lampung Dalam Angka Tahun 2010. Pemerintah Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Barat. 2010. Lampung Barat Dalam Angka Tahun 2010. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat. Lampung Barat. Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Province Management Unit (PMU) Lampung. 2011. Daftar Lokasi dan Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (). Pemerintah Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Rakhmat J. 1989. Metode Penelitian Komunikasi. Remadja Karya. Bandung. Siegel S. 1997. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Gramedia. Jakarta. Solahuddin S. 2009. Pertanian: Harapan Masa Depan Bangsa. IPB Press. Bogor. Yani DE., Ludivica, dan Noviyanti R. 2010. Persepsi Anggota Terhadap Peran Kelompok Tani dalam Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Teknologi Budidaya Belimbing. Jurnal. Matematika, Sains dan Teknologi. No. 2 Vol : 11. Universitas Terbuka. Depok. Jawa Barat. 138

Tabel 4. Rekapitulasi lokasi dan alokasi BLM Provinsi Lampung tahun 2007-2010 No. Kabupaten 2007 2008 2009 2010 1. Lampung Barat 1.400 14.750 28.300 45.250 2. Lampung Selatan 2.300 20.750 41.000 44.000 3. Lampung Tengah 1.900 14.000 31.800 41.750 4. Lampung Timur 2.200 11.750 21.600 34.250 5. Lampung Utara 1.100 13.750 33.700 22.250 6. Mesuji - - - 11.000 7. Pesawaran - - 6.900 9.000 8. Pringsewu - - - 9.000 9. Tanggamus 1.800 18.750 22.700 24.750 10. TulangBawang 2.200 13.000 20.500 17.000 11. TulangBwang Barat - - - 6.250 12. Way Kanan 1.050 11.000 18.000 21.500 Jumlah 13.950 117.750 224.500 277.000 Keterangan : (-) Data tidaktersedia Sumber :Province Management Unit(PMU) Provinsi Lampung, 2011 Tabel 5. Nama kegiatan dan alokasi dana BLM per-pekon se-kecamatan Ngambur tahun 2010 No. Nama Pekon Nama Kegiatan BLM (Rp) Persentase (%) 1. Gedung Cahya Kuningan Pembukaan badan jalan dusun * 154.025.250 5,14 2. Gedung Cahya Kuningan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) * 136.840.950 4,57 3. MuaraTembulih Pembuatan jembatan gantung * 173.857.850 5,80 4. Muara Tembulih Pembuatan Gedung Posyandu ** 139.227.650 4,64 5. Negeri Ratu Ngambur Simpan Pinjam Perempuan (SPP) * 305.259.650 10,18 6. Negeri Ratu Ngambur Pembukaan badan jalan dusun * 171.193.650 5,70 7. Pekon Mon Pembukaan badan jalan dusun * 151.965.250 5,06 8. Pekon Mon Perkerasan jalan dusun dengan 267.812.600 8,93 9. Sukabanjar Pembuatan sarana air bersih ** 164.060.500 5,46 10. Sukabanjar Perkerasan jalan dusun dengan 199.936.800 6,67 lapisan perkerasan kaku (beton) * 11. Sukanegara Perkerasan jalan dusun dengan 180.863.150 6,02 12. Sukanegara Perkerasan jalan dusun dengan 287.342.050 9,57 13. Sumber Agung Pembuatangedungposyandu ** 183.238.900 6,11 14. Sumber Agung Perkerasan jalan dusun dengan 252.025.250 8,40 15. Ulok Mukti Perkerasan jalan dusun dengan 232.350.500 7,75 Total Jumlah BLM 3.000.000.000 100,00 Keterangan : (*) : Kegiatan yang menunjang pembangunan pertanian (**) : Kegiatan non pertanian Sumber :Province Management Unit (PMU) Provinsi Lampung, 2011 139