V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

II. PENDEKATAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kemiskinan

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan pada prinsipnya adalah

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Status negara berkembang dengan kesejahteraan materials tingkat rendah

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB V PENUTUP. kemiskinan melalui kelembagaan lokal, sehingga keberdaan lembaga ini tidak murni

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk

BAB III PENYAJIAN DATA. penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

Oleh: Elfrida Situmorang

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

Daftar Kuesioner. : Jln. Yos Sudarso km 11,5 komp. Bea Dan Cukai No.13

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB III METODE PENELITIAN. Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak dan faktor-faktor yang

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup Bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian

Panduan Wawancara. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI PENUTUP. pikiran yang merupakan kesimpulan penulisan tentang evaluasi tingkat. kelurahan Kolhua adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dimensi yang dominan. Berikut adalah kesimpulannya : Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat :

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

PENGARUH KINERJA ANGGOTA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN DI DESA DALU X A KECAMATAN TG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKELOA KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

Transkripsi:

44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus dipenuhi. Program ini dapat diikuti oleh laki-laki dan perempuan, akan tetapi peneliti membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada perempuan peserta. Untuk dapat ikut serta dalam program tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut : 1) Warga Negara Indonesia yang telah berdomisili kurang lebih 3 tahun di Kelurahan Semplak. 2) Mendapatkan izin dari suami 3) Memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga(KK) 4) Tidak memiliki pekerjaan dan atau memiliki satu jenis pekerjaan. 5) Telah mengisi form persyaratan untuk mengikuti kegiatan dana bergulir. Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Usia di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 5.1, mayoritas perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan berusia 26-45 tahun yang termasuk kedalam kategori usia produktif sedang yaitu sebanyak 73,33 persen. Sebesar 15 persen perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan termasuk kedalam kategori penduduk usia tua (usia >45 tahun). Sebesar 11,66 persen perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan termasuk kedalam kategori penduduk usia muda (usia 18-25 tahun). Usia Responden Jumlah Persen (%) 18-25 Tahun 7 11,66 26-45 Tahun 14 73,33 >45 Tahun 9 15

45 Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Status Pernikahan di Kelurahan Sempak Tahun 2012 Status Pernikahan Jumlah Persen (%) Menikah 51 85 Belum Menikah 4 6,7 Janda 5 8,3 Peserta PNPM Mandiri Perkotaan 85 persen sudah menikah. Mereka membantu suaminya dalam menambah pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari. Tabel 5.3 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM Menurut Pekerjaan Utama Sebelum Mengikuti PNPM-MP di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Pekerjaan Utama Jumlah Persen (%) PNS 1 1,7 Buruh (Buruh Pabrik, Buruh Bangunan, Buruh Angkut, dll.) 1 1,7 Pekerjaan Rumah Tangga 58 96,66 Pekerjaan utama peserta program adalah sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga lebih memiliki banyak waktu luang sehingga mereka lebih fokus dalam mengikuti program usaha dana bergulir yang termasuk salah satu program kegiatan ekonomi di PNPM Mandiri Perkotaan. Tabel 5.6 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM menurut Usaha yang Ditekuni Peserta Setelah Mengikuti PNPM-MP di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Usaha yang Ditekuni Saat Ini Frekuensi Persen (%) Pengelolaan Makanan/Minuman 39 65 Kerajinan 3 5 Klontong 3 5 Bengkel 2 3,3 Pulsa 7 11,7 Usaha Kredit 6 10 Sebesar 65 persen perempuan peserta program ini mengeluti bidang usaha pengelolaan makanan dan minuman. Hal tersebut dikarenakan masyarakan kelurahan Semplak memiliki tingkat konsumtivitas tinggi dalam mengkonsumsi bahan olahan makanan/minuman.

46 Tabel 5.7 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM menurut Status Usaha yang Dijalani PNPM-MP di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Status Usaha Frekuensi Persen (%) Milik Sendiri 57 95 Bukan Milik Sendiri 3 5 Status kepemilikan usaha peserta PNPM Mandiri sebesar 95 persen adalah milik sendiri, artinya mereka memiliki keuntungan yang lebih banyak dan mereka lebih leluasa untuk mengembangkan usahannya. Tabel 5.8 Jumlah dan Persentase Pendapatan Peserta Setelah Mengikuti PNPM- MP di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Dilihat dari tabel pendapatan peserta PNPM Mandiri dapat dinyatakan sukses, karena 45 persen dari seluruh peserta PNPM Mandiri pendapatannya lebih dari 4 juta perbulan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa perempuan peserta di Kelurahan Semplak yang mengikuti Program PNPM Mandiri beragama Islam dengan usia rata-rata 26-46 tahun, berstatus menikah, dengan pekerjaan utama sebagai ibu rumah tangga. Setelah mengikuti program PNPM Mandiri para peserta menekuni bidang usaha pengelolaan makanan dan minuman sebagai bidang usaha yang paling banyak ditekuni dengan status kepemilikan usaha yang sebagian besar adalah milik sendiri. Pendapatan/Bulan Frekuensi Persen (%) < 1.000.000 12 20 1.000.000-2.000.000 12 20 > 2.000.000-3.000.000 5 8,3 > 3.000.000-4.000.000 4 6,7 > 4.000.000 27 45,0 5.2 Tingkat Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Menurut derajat Arnstein. Pada kegiatan penyusunan program PNPM Mandiri perkotaan di Kelurahan Semplak, kehadiran perempuan peserta dalam pertemuan sebanyak 48,33 persen orang yang hadir dan mengemukakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. (Lihat tabel 5.9) Hal- hal yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam bentuk

47 penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multidimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman mereka maupun menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka hadir dan mendapatkan pengetahuan dari masyarakat, namun masih bersifat satu arah. Perempuan peserta program ini mendapatkan gambaran secara luas mengenai kondisi politik, sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Sehingga mereka dapat memprediksikan kebutuhan yang masyarakat butuhkan dan memasukannya dalam rancangan program selanjutnya. Akan tetapi, pada tahap ini peserta tidak ada yang mengemukakan pertanyaan maupun pernyataan bagi pihak program karena mereka hanya hadir untuk mendengarkan dan menyimak bagaimana evaluasi dan rencana program selanjutnya. Terdapat 18,33 persen perempuan peserta yang hadir dan melakukan dialog/tanya jawab dengan pemerintah. (Lihat tabel 5.9) Dalam hal ini ada sebagian masyarakat yang mengikuti rapat dengan antusiasme yang tinggi bukan sekedar hadir namun juga menyimak serta mencatat hasil proses rapat dan pertemuan tersebut. Kemudian terdapat 25 persen perempuan peserta yang hadir dan memberikan beberapa pengaruh pada apa yang direncanakan dalam program. (Lihat tabel 5.9) Pengaruh yang diberikan oleh peserta dapat direalisasikan dengan perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat yang merupakan pondasi yang kokoh bagi terbangunnya lembaga masyarakat yang mandiri, melalui pemberdayaan para pelaku-pelakunya. Hal tersebut dikarenakan beberapa perempuan peserta merasa mempunyai rasa kebutuhan yang tinggi terhadap program PNPM tersebut sehingga mereka benar benar menyimak dan berencana ikut serta secara aktif dalam kegiatan program PNPM itu sendiri. Beberapa program PNPM yang paling diminati oleh perempuan peserta di Kelurahan Semplak adalah program BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat). Program ini bertujuan meningkatnya akses bagi masyarakat miskin perkotaan ke pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan (modal), termasuk membangun kerjasama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait,

48 dengan menciptakan kepercayaan pihak-pihak terkait tersebut terhadap lembaga masyarakat. Selain itu, juga disebabkan karena beberapa peserta yang memang hanya memiliki kegiatan PNPM ini sebagai kegiatan utama mereka sehari hari. Sehingga mereka terfokus pada kegiatan ini sepenuhnya tanpa ada kegiatan dan pekerjaan lainya selain program ini. Dalam partisipasi untuk mengemukakan masukan saran/usul dalam rapat/pertemuan, terdapat 50 persen peserta atau setengah dari jumlah peserta yang hadir untuk hanya memberikan usul secara satu arah terhadap program ini. (Lihat 5.9) Usul yang diberikan oleh peserta hanyalah sebatas saran bagi pihak PNPM Perempuan peserta memiliki keterbatasan pada tingkat pendidikan. Usul dari perempuan peserta tersebut diharapkan mampu mengidentifikasi kebutuhankebutuhan masyarakat yang tidak terpikirkan oleh laki-laki seperti misalnya kebutuhan di bidang kesehatan, pendidikan, simpan pinjam maupun air bersih. Selain itu, perempuan dinilai dapat bersikap lebih obyektif dalam menentukan prioritas kebutuhan. Rendahnya tingkat pendidikan penduduk perempuan di Kelurahan Semplak menjadi salah satu faktor rendahnya rasa percaya diri mereka. Hal tersebut berpengaruh pada kondisi mental penduduk perempuan disana. Mereka cenderung tidak terbuka dalam menerima kritikan balik dari pihak pemerintah. Latar belakang pendidikan membuat mereka tidak percaya diri untuk menyuarakan pendapatnya, namun dapat diatasi dengan musyawarah khusus perempuan yang kerap diadakan oleh tim PNPM Perkotaan itu sendiri dalam kurun waktu 1 bulan sekali bersamaan dengan evaluasi usaha yang mereka jalani,dengan cara ini lambat laun mereka mulai terbiasa menyampaikan aspirasinya. Selanjutnya, dari Tabel 5.9 juga menunjukan bahwa sebesar 11,66 persen perempuan peserta yang secara aktif memberikan usulannya secara langsung terhadap program dan berharap mendapatkan feedback dari usul yang mereka sampaikan tersebut. Beberapa ide atau masukan yang bermanfaat untuk pengembangan usaha dari masyarakat sangat diappresiasi oleh penyelenggara program. Masukan yang diperluakan dalam program berkaitan dengan kegiatan KSM sendiri. Mereka berharap akan dapat mendapat modal usaha yang lebih besar sehingga cukup untuk dapat mengembangkan usaha lebih dari satu.

49 Selanjutnya terdapat 38,33 persen yang memberikan masukan dan usulannya diperhatikan sesuai kebutuhan. (Tabel 5.9) Usulan dan saran yang berkaitan langsung dengan kebutuhan mereka sehari - hari mendapatkan tanggapan yang positif dari pihak penyelenggara program. Hal ini berkaitan juga dengan kebutuhan dan keinginan mereka dalam memajukan usaha yang telah mereka ikuti dalam program ini. Sehingga mereka ingin langsung mendapat respon balik yang sifatnya positif dari pihak penyelenggara program untuk usaha mereka. Adapun partisipasi dalam menetapkan konsep rencana program, terdapat 50 persen perempuan peserta yang ikut menetapkan konsep rencana untuk kepentingan masyarakat. Para peserta ikut memberikan masukan mengenai konsep rencana yang baik untuk masyarakat, hal ini dimaksudkan agar para peserta juga mengetahui konsep rencana yang akan dilaksanakan dalam program selanjutnya. Sehingga harapannya mereka dapat ikut dalam rencana program tersebut. Terdapat 13,33 persen yang tidak hanya ikut menetapkan konsep rencana namun ikut berpartisipasi aktif dalam menetapkan konsep rencana, mereka ingin ikut berpartisipasi aktif dalam menetapkan konsep rencana karena agar mereka dapat benar-benar ikut berperan serta dalam program selanjutnya. Sebesar 36,66 persen masyarakat ikut menetapkan konsep dan memberi beberapa pengaruh pada kosep rencana yaitu mereka ikut dalam menetapkan konsep dalam arti ideide yang mereka ungkapkan dalam menetapkan konsep rencana akan digunakan dalam menetapkan konsep rencana program karena dianggap dapat membangun program. Namun pihak pemerintah tetap memegang legitimasi atau fisibilitas dari saran-saran peserta tersebut. Untuk tingkat partisipasi terakhir dalam program PNPM Perkotaan yaitu dalam memberikan persetujuan terhadap rancangan rencana program, terdapat 50 persen yang ikut memberikan persetujuan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat. Hal tersebut didasari oleh pemberian informasi satu arah dari aparat pemerintah kepada masyarakat. Sehingga masyarakat merasa harus memberikan persetujuan balik mengenai rancangan program yang telah dibentuk oleh tim PNPM. Akan tetapi, tidak ada umpan balik (feedback) dari masyarakat

50 secara nyata, karena mereka hanya merasa harus menyetujui secara lisan. Kemudian, terdapat 13,33 persen yang memberikan persetujuan untuk kepentingan masyarakat. Peserta menjadikan partisipasi menjadi suatu alat yang digunakan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri, sehingga mereka merasa ingin ikut serta sebagai suatu objek dari partisipasi itu sendiri. Dalam tingkatan akhir perempuan peserta sebesar 36,66 persen telah memberikan persetujuan karena telah terjadi komunikasi diadik dengan pemerintah. Mereka tahu akan kebutuhan mereka dalam program sehingga mereka ikut dalam menetapkan keputusan pada rencana program selanjutnya. Selain itu, mereka juga berpartisipasi dalam pengimplementasian program tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pendukung partisipasi yang terdiri dari tingkat kemauan peserta yang terdiri dari sikap dan motivasi peserta umtuk bergabung dalam program PNPM ini. Sikap yang ditunjukan peserta merupakan sikap yang positif, dikarenakan program PNPM telah membantu mereka memiliki usaha sehingga penghasilan mereka pun bertambah serta dengan adanya program tersebut, peserta dapat mendapatkan lapangan kerja yang layak untuk mengisi waktu nya setiap hari Selain itu tingkat pendidikan peserta dan tingkat kesempatan juga mempengaruhi, makin tinggi pendidikan yang dimiliki peserta membuat mereka makin percaya diri dan mengerti tujuan mereka akan mengikuti program ini. Mereka merasa perlu dan butuh dalam keikutsertaannya dalam program berdasarkan komitmen yang tinggi. Kesempatan yang mereka miliki seperti waktu luang dan informasi yang didapat juga menentukan tingkatan partisipasi. Semakin banyak waktu luang bagi peserta yang tidak memiliki beban ganda semakin fokus mereka untuk mengikuti program ini dan semakin banyak informasi yang mereka dapatkan dari pemerintah baik dari tim PNPM itu sendiri membuat mereka semakin mengerti dan yakin untuk tetap mengikuti dan melakukan usaha mengunakan modal yang dipinjamkan dari program PNPM Perkotaan ini. Tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dapat ditunjukan pada Tabel 5.9 berikut ini :

51 Tabel 5.9 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM menurut Jenis dan Derajat Arnstein di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Kategori Rendah Sedang Tinggi Derajat Arnstein perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan Kehadiran Perempuan Peserta dalam Rapat/Pertemuan dalam Mengemukakan Masukan/Saran/ Usul dalam Rapat/ Pertemuan dalam Menetapkan Konsep rencana program dalam memberikan persetujuan terhadap rancangan rencana program 1.Manipulasi - - - - 2.Terapi - - - - 3.Pemberitahuan 29 (48,33%) 30(50%) 30(50%) 30(50%) 4.Konsultasi 11(18,33 %) 7(11,66 %) 8(13,33%) 8(13,33%) 5.Penenangan 20(33,33%) 23(38,33%) 22(36,66%) 22(36,66%) 6.Kemitraan - - - - 7.Pendelegasian - - - - 8.Kontrol Masyarakat - - - - Jumlah 60(100%) 60(100%) 60(100%) 60(100%) Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar tingkat partisipasi kehadiran perempuan dalam rapat atau pertemuan berada pada derajat partisipasi pemberitahuan dan tergolong kategori rendah yaitu sebesar 48,33 persen. Mayoritas tingkat partisipasi perempuan dalam mengemukakan masukan/saran/usul dalam rapat atau pertemuan berada pada derajat pemberitahuan dan tergolong kategori rendah yaitu sebesar 50 persen. Tingkat partisipasi perempuan dalam menetapkan konsep rencana program berada pada derajat partisipasi pemberitahuan dan tergolong kategori rendah yaitu sebesar 50 persen. Tingkat partisipasi dalam memberikan persetujuan terhadap rancangan rencana program berada pada derajat partisipasi pemberitahuan dan tergolong kategori rendah yaitu sebesar 50 persen. Keterkaitan antara tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dengan derajat partisipasi Arnstein berada pada kategori sedang yaitu konsultasi dan penenangan. Arnstein menyatakan bahwa konsultasi dan mengundang pendapat pendapat masyarakat dapat menjadi langkah yang sah dalam menuju tingkat partisipasi penuh. Akan tetapi tidak ada jaminan bahwa usulan-usulan dan ide- ide yang disumbangkan oleh masyarakat akan dijadikan bahan pertimbangan dalam keberlanjutan program. Sejauh ini kondisi dilapangan

52 menyatakan bahwa masyarakat pada umumnya hanya menerima paparan program PNPM. Sehingga partisipasi hanya merupakan suatu penekanan pada beberapa jumlah orang yang datang pada pertemuan (rapat evaluasi). Berdasarkan derajat penentraman (placations), masyarakat lebih sedikit ditempatkan pada badan badan urusan masyarakat atau badan pemerintahan yaitu kantor sekret PNPM Mandiri. Kantor PNPM Mandiri mayoritas dipegang oleh elit kekuasaan (pemerintah). Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat berhak memberikan saran saran atau ide atau masukan akan tetapi pemerintah yang lebih berhak untuk menentukan legitimasi atau visibilitas dari saran-saran tersebut Usia memiliki korelasi dengan kategori partisipasi. Tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri perkotaan di Kelurahan Semplak termasuk dalam kategori Sedang. Tabel 5.10 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM menurut Golongan Usia dan Tingkat di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Tingkat Golongan Usia Kerja Produktif Muda Produktif Menengah Produktif Tua Rendah 5 (55,5%) 19 (44,2%) 4 (50%) Sedang 4 (44,5%) 24 (55,8%) 4 (50%) Tinggi - - - Jumlah 9 (100%) 43 (100%) 8 (100%) Data tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan peserta program PNPM-MP berada pada golongan usia produktif menengah (26-45 tahun) maka tingkat partisipasinya meningkat, sementara pada usia produktif tua relatif ada penurunan kembali tingkat partisipasinya.