II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pendapat Witherington dalam Sukmadinata (2007: 155) Berdasarkan pendapat Witherington, belajar selalu dikaitkan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pendapat Witherington dalam Sukmadinata (2007: 155) Berdasarkan pendapat Witherington, belajar selalu dikaitkan dengan

KERANGKA TEORETIS. Menurut Herlen dalam Indrawati (1999: 3) keterampilan proses (prosessskill)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Sains SMP umumnya belum menggunakan metode/strategi. yang dapat menarik minat belajar siswa. Pembelajaran Sains di SMPN 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

II. KERANGKA TEORETIS. menjadi pasif dan malas untuk mengembangkan keterampilannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pendapat Witherington dalam Sukmadinata (2007: 155) Berdasarkan pendapat Witherington, belajar selalu dikaitkan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA TEORITIS. dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) memecahkan masalah serta menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur demi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEORI BELAJAR. Proses perubahan perilaku BELAJAR. Diperoleh dari PENGALAMAN. Physics

Menurut Djamarah (1994) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB I PENDAHULUAN. penjuru dunia secara cepat dan melimpah ruah. Untuk dapat tampil unggul dalam

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan kecakapan untuk melaksanakan suatu

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

MODEL PEMBELAJARAN IPA. Ida Kaniawati FPMIPA UPI

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

Bab II Landasan Teori

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENDEKATAN LINGKUNGAN DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Pembelajaran Inkuiri Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) menyatakan Inkuiri pada dasarnya dipandang sebagai suatu proses untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah berdasarkan fakta dan observasi. Dari sudut pandang pembelajaran, model umum inkuiri adalah strategi belajar mengajar yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta. Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan berdasarkan pengetahuannya sendiri yang di dapat dari pengalaman belajarnya melalui serangkaian proses untuk memecahkan masalah berdasarkan fakta dan observasi, sehingga tujuan pembelajaran yang bermakna dapat tercapai. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar yang digunakan oleh guru di mana dalam pelaksanaannya guru memberikan suatu permasalahan yang akan diteliti di kelas. Tahapan pembelajaran dimulai dari membagi siswa ke dalam kelompok dan setiap kelompok mendapat tugasnya masing-masing untuk dikerjakan. Kemudian, di dalam kelompoknya, siswa mempelajari,

meneliti, atau membahas tugas yang diberikan oleh guru, kemudian 9 memaparkan hasil pekerjaannya dalam bentuk laporan. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestiyah (1998: 75) Inkuiri adalah cara guru mengajar yang pelaksanaannya guru memberi tugas meneliti sesuatu masalah di kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugas di dalam kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, lalu dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri menurut Hamalik (2004: 219) (1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan, (2) Merumuskan masalah, (3) Merumuskan hipotesis, (4) Merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen, (5) Melaksanakan eksperimen, (6) Mensitesiskan pengetahuan, (7) Memiliki sikap ilmiah, antara lain objektif, ingin tahu, keterbukaan, menginginkan dan menghormati model-model teoritis, serta bertanggung jawab. Langkah-langkah inkuiri menurut Sanjaya (2007: 199) (1) Orientasi, (2) Merumuskan masalah, (3) Mengajukan hipotesis, (4) Mengumpulkan data, (5) Menguji hipotesis, (6) Merumuskan kesimpulan. Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh Kardi, Roestiyah, Hamalik, dan Sanjaya, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan siswa yang diperoleh melalui pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Langkah pembelajaran inkuiri adalah mengajukan pertanyaan, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data untuk menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan.

Jadi, melalui model pembelajaran inkuiri ini siswa diharapkan dapat 10 terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain. 2. Teknik Pictorial Riddle Teknik Pictorial Riddle merupakan satu dari beberapa macam teknik pembelajaran inkuiri yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya. Pictorial riddle adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. Menurut Kaniawati (2009) Suatu riddle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle itu. Tahapan model pembelajaran inkuiri dengan metode pictorial riddle menurut Samsudin (2009):

11 Tabel 1. Tahap Pembelajaran inkuiri ilmiah dengan metode pictorial riddle No Tahapan Kegiatan 1 Penyajian Masalah Siswa dilibatkan ke dalam suatu permasalahan berupa peristiwa yang menimbulkan teka-teki. Permasalahan yang diberikan ditampilkan dalam bentuk gambar 2 Pengumpulan dan verivikasi data 3 Mengadakan eksperimen dan pengumpulan data Mengidentifikasi masalah secara berkelompok dari permasalahan yang diberikan Melakukan pengamatan berdasarkan pada riddle (gambar) yang mengandung permasalahan 4 Merumuskan penjelasan 5 Mengadakan analisis inkuiri Siswa melakukan diskusi Siswa melakukan tanya jawab Teknik Pictorial riddle adalah suatu cara pembelajaran dengan memberikan informasi ilmiah berupa gambar pada papan poster atau transparansi di mana informasi tersebut berfungsi sebagai pusat diskusi yang menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Hal tersebut didukung pendapat DePino (2011: 2) Pictorial riddle represents a scientific information on poster board or transparency. Used as a center of discussion. Two general formats can be used. One illustrates a situation under normal conditions; the other illustrates a discrepant event (something obviously wrong in the picture). (Pictorial riddle merupakan informasi ilmiah di papan poster atau transparansi. Digunakan sebagai pusat diskusi. Dua format umum yang dapat disajikan. Satu menggambarkan situasi dalam kondisi normal, yang lain menggambarkan peristiwa discrepant (sesuatu yang jelas salah dalam gambar). Berdasarkan uraian di atas pictorial riddle merupakan teknik pembelajaran inkuiri yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan suatu permasalah melalui gambar untuk mengembangkan minat dan

12 motivasi siswa sehingga siswa mampu berpikir kritis dan kreatif. Gambar merupakan informasi ilmiah yang disajikan di papan poster atau transparansi. Pictorial riddle digunakan sebagai pusat diskusi siswa dalam memecahkan masalah. 3. Keterampilan Proses Sains (KPS) Keterampilan Proses Sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indrawati (1999: 42) Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi) Keterampilan proses perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa. Semiawan (1992: 14) berpendapat bahwa terdapat empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses sains diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu : (1) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa, (2) Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami konsepkonsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret, (3) Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100 %, tapi bersifat relatif, (4) Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

13 Penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan. Hal ini didukung oleh pendapat Dimyati dan Mudjiono dalam Fatmawati (2009: 2) Pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa melalui: 1) Pendekatan keterampilan proses dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaranmelalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; (3) Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Keterampilan proses dasar diuraikan oleh Rezba dan Wetzel dalam Mahmuddin (2010) sebagai berikut. Keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu: (1) Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain. (2) Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek (3) Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran. (4) Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan. (5) Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. (6) Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

14 Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersamasama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersamasama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks. Keterampilan proses terpadu (terintegrasi) diuraikan oleh Weztel dalam Mahmuddin (2010: 1) sebagai berikut: Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih membentuk keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses terpadu meliputi: (1) merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan. (2) mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan (3) membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati. (4) percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data (5) interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan. Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan keterampilan proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian

terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua 15 keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh. Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains. Menurut Smith dan Welliver dalam Mahmuddin (2010: 1), pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya (1) Pretes dan postes, (2) Diagnostik, (3) Penempatan kelas, dan (4) Bimbingan karir. Penilaian keterampilan proses sains dilakukan menggunakan instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo dalam Mahmuddin (2010: 1), penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai. (2) Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains. (3) Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan). (4) Membuat kisi-kisi instrumen. (5) Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan

16 proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes) (6) Melakukan validasi instrumen. (7) Melakukan ujicoba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris. (8) Perbaikan butir-butir yang belum valid. (9) Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains. Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dilakukan menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper and pencil test) dan bukan tes. Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains. 4. Hasil Belajar Proses pembelajaran yang telah dilaksanakan tentunya akan memperoleh suatu hasil yang dikatakan sebagai hasil belajar. Siswa yang mempunyai daya serap dan kemampuan kognitif tinggi akan memperoleh hasil yang berbeda dengan seorang siswa yang mempunyai kemampuan kognitif rendah. Hal tersebut didukung oleh pendapat Abdurrahman (1999: 3) Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar yang dilakukan oleh penyaji pembelajaran dan pembelajar.

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak 17 ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006: 121) Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut sesuai pendapat Hamalik (2002: 19) Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan katakata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran dapat diperoleh dengan berusaha mengamati, melakukan percobaan, memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta mampu untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2005: 21) Hasil belajar dapat diperoleh dari berbagai usaha, misalnya aktif dalam kegiatan pembelajaran, memahami eksperimen yang dilakukan, dan menganalisis hasil eksperimen dan menganalisis isi suatu buku. Seseorang yang mampu menguasai suatu materi keilmuan dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut memiliki prestasi.

18 Hasil belajar merupakan prestasi aktual siswa yang dapat didukung dengan berbagai aktivitas pembelajaran. Hasil belajar yang baik akan diperoleh dengan usaha yang dilakukan oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Keller dalam Mulyono (2002: 45) Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya aktivitas, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari interaksi kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar itu dapat berupa tingkah laku, ranah berfikir, dan perasaaan. Hal tersebut dikemukakan oleh Anderson dalam Depdiknas (2004: 4) Karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dalam bidang pendidikan. Ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar. Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom dalam Sukardi (2008: 75) membagi menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar, yaitu: (1) Ranah kognitif Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) Ranah afektif Ranah afektif terdiri dari lima perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

(3) Ranah psikomotor Ranah psikomotor terdiri dari tujuh perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas. 19 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. B. Kerangka Pemikiran Proses pembelajaran yang didominasi oleh guru diduga menjadi penyebab ketidakaktifan siswa sehingga menyebabkan rendahnya keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang berbeda dari yang diterapkan selama ini. Pembelajaran berbasis inkuiri adalah pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa memecahkan permasalahan dan menemukan sendiri faktafakta melalui suatu kegiatan ilmiah dengan membandingkan masalah dengan kehidupan sehari-hari, membantu siswa mengidentifikasi dan mendesain cara mengatasi masalah. Proses inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif selama proses pembelajaran. Pembelajaran inkuiri memerlukan suatu teknik dimana siswa dapat mengembangkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa. Pembelajaran inkuiri dengan teknik pictorial riddle memberi kesempatan

20 pada siswa untuk memecahkan masalah yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya. Pictorial riddle adalah salah satu teknik untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman siswa sehingga setelah pembelajaran inkuiri dengan teknik pictorial, maka keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa akan meningkat. Alur kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut

Guru membagi siswa ke dalam kelompok 21 Pembelajaran Inkuiri Guru mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk mengetahui kemampuan awal siswa Siswa dibimbing oleh guru, Merumuskan masalah Teknik Pictorial Riddle Ketrampilan Merumuskan Masalah Siswa merumuskan hipotesis ketrampilan merumuskan hipotesis Siswa dibimbing oleh guru, merencanakan eksperimen ketrampilan merencanakan eksperimen KETRAMPILAN PROSES Siswa dibimbing oleh guru, melakuakan eksperimen Ketrampilan mengamati eksperimen Ketrampilan melakukan eksperimen Ketrampilan menginterprestasi data Siswa mengkomunikasikan hasil eksperimen Ketrampilan berkomunikasi Siswa dibimbing oleh guru, menarik kesimpulan Ketrampilan merumuskan kesimpulan HASIL BELAJAR Keterangan: : Alur tindakan : Akibat tindakan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

C. Hipotesis Tindakan 22 Berdasarkan kerangka teoretis yang telah diungkapkan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran inkuiri yang berorientasi pada pictorial riddle pada materi pokok alat-alat optik dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar fisika siswa di kelas VIII E SMPN 1 Sidomulyo.