I. PENDAHULUAN. Pangan mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Peran pokok

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. - Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Daging ayam memiliki nilai gizi

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

REGULASI PEMERINTAH TERHADAP RANTAI PASOK DAGING SAPI BEKU

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu research. Kata research

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

III. KERANGKA PEMIKIRAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih maju, kesadaran kebutuhan nutrisi asal ternak semakin meningkat,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 63/Permentan/OT.140/5/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penulis menganggap julukan sebagai Negara agraris untuk negeri

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal penting bagi suatu negara. Pariwisata bagi

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

VT.tBVV^ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERLINDUNGAN PANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pokok sehari hari kepada para konsumen. Retail adalah salah satu cara pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

PENDAHULUAN. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar pada saat ini semakin meningkat sehingga membuat

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SIKAP KONSUMEN TERHADAP DAGING SAPI LOKAL DENGAN DAGING SAPI IMPOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor 162 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2009 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 162 TAHUN 2009

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar dari daging dan tepung. Pada umumnya bakso disajikan berdampingan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Peran pokok pangan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi dan menjaga kesehatan, serta berguna untuk mendapat energi yang cukup untuk bekerja secara produktif. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan dan minuman yang baik dan bermanfaat bagi tubuh, serta halal untuk dikonsumsi. Makanan yang sehat adalah makanan yang memiliki komposisi gizi yang lengkap yang terdiri dari karbohidrat, serat, protein, baik yang bersumber dari hewani maupun nabati. Sumber protein hewani salah satunya dapat kita peroleh dengan mengonsumsi daging sapi. Daging mengandung enzim-enzim yang dapat mengurai atau memecah beberapa komponen gizi (protein, lemak) yang akhirnya menyebabkan pembusukan daging, oleh sebab itu daging dikategorikan sebagai pangan yang mudah rusak (perishable food), untuk menjaga daging tetap bermutu baik, aman dan layak untuk dikonsumsi, maka perlu penanganan daging yang aman dan baik mulai dari peternakan sampai dikonsumsi. 1 1 http://higiene-pangan.blogspot.com/2008/11/daging-yang-baik-dan-sehat.html, diunduh pada tanggal 25 april 2015, pukul 20.00 WIB

2 Salah satu tahap yang sangat menentukan kualitas dan keamanan daging dalam mata rantai penyediaan daging adalah tempat pemotongan ternak. Pemotongan ternak sebaiknya dilakukan di suatu tempat khusus yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu di Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R). Persyaratan atau peraturan mengenai pemotongan hewan dimaksudkan agar pemotongan hewan dilakukan secara benar dan juga melindungi konsumen dari daging yang ditangani secara tidak sehat ataupun yang dijual tanpa pemeriksaan. 2 Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R) yang memenuhi standar kualitas, jaminan kehalalan serta kehigienisan daging akan meningkatkan efisiensi penanganan daging yang dijual oleh produsen kepada konsumen, dikarenakan Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R) memiliki prosedur dan serangkaian pemeriksaan terhadap hewan sebelum dipotong. Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R) juga menjadi kunci penting dalam rantai produksi dan distribusi daging. Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R) yang berkualitas bisa mengurangi kerugian akibat penjualan daging yang tidak sehat atau tidak aman dikonsumsi dan bisa mencegah penyebaran penyakit dari hewan ke manusia (zoonisis). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerjasama dengan Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (APFINDO), kebutuhan daging sapi indonesia tahun 2015 diperkirakan mencapai 640.000 ton. Jumlah ini meningkat 8,5 persen dibandingkan proyeksi tahun 2014 yang sebanyak 590.000 ton. Pada tahun 2015, konsumsi daging sapi diperkirakan 2 Wiliamson,G dan W,J,A Payne, penerjemah S,G,N Djiwa Darmadja. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.1993. hlm.80

3 mencapai 2,56 kilogram (kg) per kapita/tahun, atau meningkat 8,5 persen dibandingkan tahun lalu sebesar 2,36 kg per kapita/tahun. 3 Banyaknya permintaan terhadap konsumsi daging sapi haruslah diimbangi dengan pengawasan yang semakin baik dikarenakan pengetahuan dan kesadaran konsumen sampai saat ini masih rendah khususnya tentang daging yang sehat dan berkualitas serta aman untuk dikonsumsi. Umumnya konsumen tidak mengetahui daging yang mereka beli berasal dari mata rantai proses penyediaan daging yang terjamin keamanannya atau tidak, beberapa konsumen hanya berpikir untuk mendapatkan daging yang murah tanpa memperdulikan keamanan daging yang dibelinya. Pengetahuan para penjual pun masih rendah, penjual juga hanya berpikir untuk mencari untung sebesar-besarnya dan terkadang mengabaikan keselamatan konsumennya. 3 Daging yang beredar di masyarakat memiliki kualitas yang sangat bervariatif. Hal ini dapat dilihat dari kondisi ternak tersebut, cara pemeliharaan ternak dan umur potong dari ternak tersebut sehingga dari semua faktor ini akan berdampak pada kualitas dari daging yang dihasilkan akan menjadi beragam. Sebagai contoh terdapat salah satu tempat usaha di Bandar Lampung yang memperjualbelikan daging segar yaitu ibu Mul. Usaha yang dijalankan oleh ibu Mul ini merupakan salah satu usaha tertua di Bandar Lampung yang bergerak dibidang jual beli daging dan masih bertahan hingga saat ini. Usaha ini dirintis pada tahun 1970- an. Pada mulanya usaha ini memperjualbelikan daging rusa, kemudian ditahun 1975 beralih memperjualbelikan daging sapi dan tidak berubah hingga saat ini. http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/10/28/kebutuhan-daging-sapi-2015-mencapai- 640000-ton, diunduh pada tanggal 25 Maret 2015, pukul 13.00 WIB

4 Pemotongan hewan pada usaha yang dimiliki oleh ibu Mul di tempat pemotongan hewan sendiri yang tidak jauh dari lokasi penjualan. Tempat pemotongan hewan usaha jual beli daging ibu Mul masih sangat sederhana, hal ini terlihat dari tempat dilakukannya pemotongan, tidak adanya ruang pelayuan pendingin, serta tidak adanya tempat pembuangan limbah. Kondisi tempat penjualan daging pun masih sangat sederhana. Kondisi seperti ini tentu tidak menutup kemungkinan dapat memperngaruhi kualitas daging yang dihasilkan dikarenakan pelaku usaha tidak memperhatikan dengan benar cara yang baik untuk mendapatkan daging yang berkualitas. Walaupun demikian, masih terdapat konsumen yang membeli daging pada pelaku usaha tersebut. Hal ini dikarenakan lokasi penjualan dekat dengan pemukiman warga, dan opini masyarakat mengenai kualitas daging sudah terpercaya. Kualitas produk merupakan standar minimum yang harus dipenuhi atau dimiliki suatu barang dan/atau jasa tertentu sebelum barang dan/atau jasa tersebut dapat diperdagangkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas. Standar minimum tersebut merupakan informasi penting yang harus diketahui oleh konsumen. Informasi yang demikian tidak hanya datang dari pelaku usaha semata, melainkan dari berbagai sumber lain yang dapat dipercaya, serta dipertanggungjawabkan sehingga pada akhirnya konsumen tidak dirugikan dengan membeli barang dan/atau jasa yang sebenarnya tidak layak untuk diperdagangkan. 4 Keamanan terhadap kualitas makanan merupakan salah satu yang terpenting dalam pengembangan sistem mutu industri pangan, berbagai macam aturan yang 4 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2000, hlm. 40

5 telah ada termasuk aturan pangan asal hewan seperti daging tidak lantas menjamin daging yang beredar di masyarakat aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan Pasal 4 (a) dan (c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen memiliki hak yaitu hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa serta konsumen juga memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa sehingga dalam hal ini konsumen harus dilindungi dengan mendapatkan daging yang terbaik, namun pada kenyataannya masih terdapat beberapa kasus peredaran daging yang tidak layak dikonsumsi. Permasalahan ini merupakan tanggungjawab bersama sebagai bentuk dari upaya perlindungan konsumen, oleh karena itu tanggung jawab ini tidak hanya terletak pada konsumen dan pelaku usaha saja, tetapi peran lembaga yang terkait akan membuat terselenggaranya perlindungan konsumen berjalan dengan semestinya. Lembaga yang terkait dalam upaya perlindungan terhadap konsumen ini ialah pemerintah dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Pemerintah berperan dalam pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen seperti yang tertera dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta penerapan ketentuan peraturan perundangundangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. Sementara itu, sebagai Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang merupakan organisasi non-pemerintah yang terdaftar serta diakui oleh pemerintah untuk menangani perlindungan konsumen, memiliki

6 tujuan untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak-hak dan tanggungjawabnya sehingga dapat melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Produk Daging Hewan Potong di Bandar Lampung B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen daging hewan yang dipotong tidak melalui Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R)? 2. Bagaimana tanggung jawab hukum pelaku usaha yang menjual daging hewan yang dipotong tidak melalui Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R)? 3. Bagaimana upaya hukum yang ditempuh konsumen terhadap kualitas daging hewan yang dipotong tidak melalui Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R)? C. Ruang Lingkup Berdasarkan rumusan masalah di atas, ruang lingkup dalam pembahasan ini dibatasi pada kajian hukum perdata khususnya hukum perlindungan konsumen mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen daging hewan potong, sedangkan ruang lingkup dalam bidang ilmu adalah hukum perlindungan konsumen.

7 D. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: a) Mengetahui dan memahami perlindungan hukum bagi konsumen terhadap daging hewan yang dipotong tidak melalui Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R). b) Mengetahui dan memahami tanggung jawab hukum pelaku usaha yang menjual daging hewan yang dipotong tidak melalui Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R). c) Mengetahui dan memahami Bagaimana upaya hukum yang ditempuh konsumen terhadap kualitas daging hewan yang dipotong tidak melalui Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R). E. Kegunaan Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. a) Secara teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum perdata, khususnya hukum perlindungan konsumen. b) Secara praktis, penulisan ini dituangkan berguna sebagai: 1. Bahan bacaan atau sumber informasi bagi peneliti mengenai terhadap perlindungan hukum konsmen daging hewan yang dipotong tidak melalui Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R).

8 2. Salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. 3. Meningkatkan pengetahuan dan pengembangan wawasan ilmu bagi penulis.