BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Subsistem manajemen data terdiri dari elemen-elemen berikut ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Outline. Definisi SPK Tujuan SPK Fitur SPK Karakteristik dan Kemampuan SPK Komponen SPK

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PASKIBRAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Sejarah dan Perkembangan Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Afrina Program Magister Sistem Informasi STIKOM Dinamika Bangsa Jambi

ANALISA METODE PROFILE MATCHING UNTUK PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS YAYASAN PERGURUAN AL-AZHAR MEDAN)

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN Oleh : Saripudin PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan alternative tindakan untuk

Afrina, Rusdianto Roestam STIKOM Dinamika Bangsa Jambi

DESAIN DSS (DECISION SUPPORT SYSTEM) MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING UNTUK PENENTUAN PENERIMA BEASISWA DI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

LAPORAN TUGAS AKHIR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE PROFILE MATCHING UNTUK MEMBANTU PENJURUSAN CALON SISWA BARU PADA SMK NU MA ARIF KUDUS

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS: INSTANSI XYZ)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. A. Kinerja Pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DECISION SUPPORT SYSTEMS COMPONENTS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu (Jogiyanto, 2005:1).

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEGAWAI TELADAN PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA SEMARANG ABSTRAK

PENERAPAN METODE PROFILE MATCHING DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN (STUDI KASUS: PT. SANGHYANG SERI PERSERO)

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Pendukung Keputusan Manajemen

Decision Support System (DSS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pendukung Keputusan. Oleh: Ade Sarah H., M.Kom

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

DECISION SUPPORT SYSTEMS

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh : Tutut Maitanti*, Ema Utami**, Emha Taufiq Luthfi**

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding SENATEK 2015 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto, 28 November 2015, ISBN

Pendekatan Logika Fuzzy untuk Perhitungan Gap pada Metode Profile Matching dalam Menentukan Kelayakan Proposal Penelitian

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN JURUSAN PADA SMK KERTHA WISATA DENPASAR Menggunakan Fuzzy SAW

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kepegawaian, akademik, keuangan dan sebagainya. Data-data dari tiap unit

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Definisi Sistem

1. BAB I PENDAHULUAN. Kamera digital (kamera saku dan kamera semi professional) merupakan

Sistem Penunjang Keputusan, Pertemuan Ke-3

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN. Sistem Informasi Pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian serupa pernah dibahas oleh asfan Muqtadir dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata Pengantar. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA KOPERTIS UNTUK MAHASISWA DENGAN METODE PROFILE MATCHING DI STMIK DCI KOTA TASIKMALAYA ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Suku Cadang Mobil Pabrikan Eropa Dalam Konteks Interaksi Manusia Komputer

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB III METODE PENELITIAN. a. Menentukan kebutuhan data yang dibutuhkan. b. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas- fasilitas atau fitur- fitur yang ada di perumahan tersebut dan faktor-faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN BEASISWA BAGI MAHASISWA STMIK WIDYA PRATAMA DENGAN METODE PROFILE MATCHING

Pendahuluan: Decision Support system STMIK BANDUNG

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. : Kundang K.Juman, Ir.MMSI : Agar Mahasiswa memahami konsep dasar sistem informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut kamus besar bahasa Indonesia beasiswa merupakan tunjangan yang

JURNAL STRATEGI PENEMPATAN POSISI PEMAIN DALAM FORMASI BOLA BASKET MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN TOPIK TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING PADA STIE BANK BPD JATENG. Puspita Retno Purwasih

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia)

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN CALON SISWA BARU DI SMA NEGERI 3 GARUT

DECISSION SUPPORT SYSTEM MODELS DENGAN FUZZY TAHANI UNTUK PROMOSI KARYAWAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. (2015). Pada penelitiannya, Sutran (2015) menggunkan metode Fuzzy Simple

PENENTUAN DOSEN PEMBIMBIMBING DAN LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri.

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode Profile Matching di Politeknik Negeri Malang.

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan SNMPTN Bagi Siswa SMAN 7 Purworejo

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB II TEORI PENUNJANG

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) adalah sistem informasi berbasis komputer yang dapat membantu pengambilan keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur. Sistem pendukung keputusan dirancang untuk menunjang seluruh tahapan pembuatan keputusan, dimulai dari tahapan mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan sampai pada proses mengevaluasi pemilihan alternatif (Turban, 2005). Definisi lain tentang sistem pendukung keputusan adalah suatu sistem informasi yang dapat memberikan alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menentukan berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan suatu model tertentu (Little dalam Agus Lahinta, 2007). Sistem Pendukung Keputusan digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan untuk menganalisis data, dan pemodelan suatu keputusan. Tahapan proses Sistem Pendukung Keputusan: 1. Mendefinisikan permasalahan. 2. Pengumpulan elemen informasi atau data inputan. 3. Pengolahan data menjadi informasi baik dalam bentuk laporan grafik, perangkingan data ataupun tulisan. 4. Menentukan alternatif-alternatif solusi keputusan. Dari pengertian sistem pendukung keputusan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan merupakan sistem berbasis komputer yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan dari data yang tersedia melalui permodelan pengambilan keputusan tertentu.

2.1.2 Komponen Sistem Pendukung Keputusan Dalam sistem pendukung keputusan ada beberapa subsistem yang harus disediakan yaitu subsistem manajemen data, subsistem manajemen model, subsistem manajemen pengetahuan dan subsistem antar muka pengguna. (Turban, 2005) Manajemen Data (DBMS) - Sistem pendukung keputusan database - Sistem manajemen database - Direktori data - Query Facility Manajemen Model (MBMS) - Basis model - Sistem manajemen basis model Manajemen Pengetahuan (Knowledge Based) Antar Muka Pengguna (Interface) Pengguna (User) Gambar 2.1 Skema Sistem Pendukung Keputusan 2.1.2.1 Subsistem Manajemen Data Pada bagian ini merupakan bagian yang menyediakan data bagi sistem. Sumber data berasal dari data inputan atau data internal dan data eksternal. Subsistem ini termasuk basis data atau yang lebih kompleks disebut Database Management System (DBMS). Subsistem manajemen data terdiri dari elemen-elemen berikut ini : a. Sistem Pendukung Keputusan Database Database adalah kumpulan data yang saling terkait dan di organisasi untuk memenuhi sebuah kebutuhan, dan dapat di gunakan oleh lebih dari satu orang dengan lebih dari satu aplikasi. Beberapa II-2

database dapat di gunakan pada satu aplikasi sistem pendukung keputusan dan tergantung pada sumber data kebutuhannya antara lain: 1. Data Internal Data yang sumbernya terutama berasal dari sistem pemrosesan data dari dalam organisasi. Contohnya seperti alokasi anggaran, perkiraan terhadap penjualan yang akan datang, biaya produksi, rencana rekruitmen pegawai baru masa mendatang, dan lain-lain. 2. Data Eksternal Data yang sumbernya dari luar sistem organisasi, seperti data riset pemasaran, data sensus, data tenaga kerja regional, regulasi pemerintah, data ekonomi dalam negeri dan lain-lain. 3. Data Private Meliputi petunjuk-petunjuk yang di gunakan oleh pengambil keputusan khusus dan penilaian terhadap data dan atau situasi spesifik. 4. Ekstraksi Data ekstraksi merupakan hasil kombinasi data dari berbagai sumber termasuk sumber internal dan eksternal. b. Sistem Manajemen Database Database di buat, diakses, dan di perbaharui oleh sebuah DBMS. Kebanyakan sistem pendukung keputusan dibuat dengan sebuah DBMS relasional yang menyediakan berbagai kapabilitas. c. Direktori Data Direktori data merupakan katalog dari semua data yang berada di dalam database. Direktori ini di gunakan untuk mendukung fase intelegensi dari proses pengambilan keputusan karena membantu memindai data dan mengidentifikasi area masalah atau peluangpeluang. Direktori ini sama seperti semua katalog lainnya, mendukung penambahan entri baru, menghapus entri, dan mendapatkan kembali informasi mengenai objek-objek khusus yang ada di dalam database. II-3

d. Query Facility Dalam menggunakan sistem pendukung keputusan sering memerlukan akses, manipulasi dan query data. Tugas-tugas tersebut dilakukan oleh query facility, menerima permintaan untuk data dari komponen sistem pendukung keputusan lain, menentukan bagaimana permintaan dapat di penuhi (konsultasi dengan direktori data jika perlu), memformulasi permintaan dengan detail, dan mengembalikan hasilnya kepada pemberi permintaan. 2.1.2.2 Susbsistem Manajemen Model Pada bagian ini merupakan bagian pengelola berbagai model, artinya pada bagian ini berfungsi membantu pengguna untuk memodifikasi atau menyempurnakan model perkembangan pengetahuan atau yang sering juga disebut Model Base Management System (MBMS). Subsistem manajemen model dari Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari elemen-elemen berikut ini : a. Basis Model Basis model berisi rutin dan statistik khusus yang memberikan sebuah sistem pendukung keputusan. Kemampuan untuk menjalankan, mengubah, dan menggabungkan model merupakan suatu kapabilitas kunci dari sistem pendukung keputusan dan yang membedakan nya dengan CBIS ( Computer Based Information System) lainnya. Model dalam basis model dapat di bagi menjadi empat kategori utama, dan satu kategori pendukung, yaitu : 1. Strategis Model strategis di gunakan untuk mendukung manajemen puncak untuk menjalankan tanggung jawab dalam perencanaan strategis. 2. Taktis Model taktis di gunakan terutama oleh manajemen tingkat menengah, untuk membantu mengalokasikan dan mengontrol sumber daya organisasi II-4

3. Operasional Model ini digunakan untuk mendukung aktivitas kerja harian transaksi organisasi 4. Analitik Model ini digunakan untuk menganalisis data, model ini meliputi model statistik, ilmu manajemen, algoritma data mining, model keuangan, dan lainya. 5. Blok Pembangunan Model dan Rutin Blok pembangunan ini dapat di gunakan dalam beberapa cara. Dapat di sebarkan untuk aplikasi sebagai analisis data, dapat juga di gunakan sebagai komponen present-value, dan analisis regresi. b. Sistem Manajemen Basis Model Fungsi sistem sistem manajemen basis model (MBMS) adalah untuk membuat model dengan menggunakan bahasa pemograman, alat sistem pendukung keputusan, dan blok pembangunan lainnya, membangkitkan rutin baru dan laporan, pembaruan dan perubahan model, dan manipulasi data model. Sistem manajemen basis model (MBMS) berisi beberapa elemen antara lain, yaitu : 1. Eksekusi model Eksekusi model adalah proses mengontrol jalannya model. 2. Integrasi Model Model ini mencakup gabungan operasi dari beberapa model saat di perlukan. 3. Perintah (Comman Processor Model) Model ini digunakan untuk menerima dan menginterpretasikan instruksi-instruksi pemodelan dari komponen antarmuka pengguna dan merutekannya ke MBMS, eksekusi model atau fungsi-fungsi integrasi elemen-elemen tersebut beserta antarmukanya dengan komponen sistem pendukung keputusan. II-5

2.1.2.3 Subsistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Base) Pada bagian ini merupakan pemrosesan data untuk menghasilkan pemahaman dari pengetahuan yang ada. Banyak masalah tak terstruktur yang sangat kompleks sehingga solusinya memerlukan keahlian. Keahlian tersebut dapat di berikan oleh suatu sistem pakar atau sistem cerdas lainnya. Oleh karena itu, Komponen ini dapat menyediakan keahlian yang di perlukan untuk memecahkan beberapa aspek masalah dan memberikan pengetahuan yang dapat meningkatkan operasi komponen sistem pendukung keputusan yang lain. 2.1.2.4 Susbsistem Antar Muka Pengguna Bagian ini adalah proses mengantarmukakan sistem, sehingga pengguna dapat berkomunikasi dengan sistem pendukung keputusan dan memerintah sistem pendukung keputusan secara prosesnya. Subsistem antarmuka pengguna di kelola oleh sistem yang disebut sebagai sistem manajemen antarmuka pengguna (UIMS). UIMS terdiri dari beberapa program yang memberikan kapabilitas. UIMS juga di kenal sebagai generasi dialog dan sistem manajemen. 2.1.3 Proses Pengambilan Keputusan Dalam proses Sistem Pendukung Keputusan terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pengambilan keputusan sabagai berikut (Turban, 2005) : 1. Tahap pemahaman ( Intelligence Phase ) Proses yang terjadi pada tahap ini adalah menemukan masalah, klasifikasi masalah, penguraian masalah, dan kepemilikan masalah. Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah. 2. Tahap Perancangan ( Design Phase ) Tahap ini meliputi pembuatan, pengembangan, dan analisis hal hal yang mungkin untuk dilakukan. Termasuk juga pemahaman masalah dan II-6

pengecekan solusi yang layak dan model dari masalahnya dirancang, dites, dan divalidasi. Tugas-tugas yang ada pada tahap ini, yaitu : a. Komponen komponen model b. Struktur model c. Seleksi prinsip prinsip pemilihan (kriteria evaluasi) d. Pengembangan (penyediaan) alternatif e. Prediksi hasil f. Pengukuran hasil g. Skenario 3. Tahap Pemilihan (Choice Phase ) Ada dua tipe pendekatan pemilihan, yaitu : a. Teknis analitis, yaitu menggunakan perumusan matematis. b. Algoritma, menguraikan proses langkah demi langkah. 4. Tahap Implementasi ( Implementation Phase ) Tahap ini dilakukan penerapan terhadap rancangan sistem yang telah dibuat pada tahap perancangan serta pelaksanaan alternatif tindakan yang telah dipilih pada tahap pemilihan. 2.2 Logika Fuzzy (Fuzzy Logic) Dalam Sistem Pendukung Keputusan 2.2.1 Pengertian Fuzzy Fuzzy secara bahasa memiliki arti kabur atau tidak jelas. Namun secara istilah Logika fuzzy merupakan cara untuk memetakan ruang input ke dalam suatu ruang output (Kusumadewi, 2005). Logika fuzzy memiliki derajat keanggotaan dari sebuah nilai atau bobot yang kemudian digunakan untuk menentukan hasil yang ingin dicapai berdasarkan atas spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam hal ini fuzzy dalam sistem pendukung keputusan digunakan sebagai inputan nilai atau bobot terhadap kriteria-kriteria yang ada. Pada umunya, ada tiga pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut dalam sistem II-7

pendukung keputusan, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif dan obyektif. Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas oleh pengambil keputusan, sehingga dapat ditentukan secara bebas. Sedangkan pada pendekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara sistematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil keputusan. 2.2.2 Himpunan Fuzzy Himpunan fuzzy digunakan untuk menentukan nilai-nilai yang bersifat tidak pasti. Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item dalam suatu himpunan dapat memiliki dua kemungkinan, yaitu nol (0), yang berarti suatu item tidak menjadi anggota dalam suatu himpunan atau satu (1) yang berarti bahwa suatu item menjadi anggota dalam satu himpunan. (Kusumadewi, 2005). Nilai keanggotaan fuzzy terletak pada rentang 0 sampai 1, yang berarti himpunan fuzzy memiliki nilai atau bobot berdasarkan pendapat atau keputusan dan probabilitasnya. Selain 0 dan 1 masih ada nilai-nilai yang terletak antara 0 dan 1 atau benar dan salah. 2.2.3 Fungsi Keanggotaan Fungsi keanggotaan ditentukan berdasarkan suatu kurva yang memiliki pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai atau derajat keanggotaannya yang memiliki interval antara nol sampai satu. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapat nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi (Kusumadewi, 2005). Ada beberapa fungsi yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan antara 0 sampai 1 yaitu fungsi kurva liner, kurva segitiga, kurva trapezium, dan kurva bentuk bahu. Dalam penelitian ini fungsi yang digunakan salah satunya adalah representasi kurva linier. Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotannya digambarkan sebagai suatu garis keanggotannya digambarkan II-8

sebagai suatu garis. Bentuk ini paling sederhana dan menjadi pilihan yang baik untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas. Ada 2 jenis keadaan himpunan fuzzy yang linear, yaitu Representasi Linear Naik dan Representasi Linear Turun. a. Representasi Linear Naik 1 Derajat Keanggotaan 0 a Domain b Gambar 2.2. Representasi Kurva Linier Naik Keterangan : a = Nilai Minimal b = Nilai Maksimal x = Nilai Inputan Kriteria Kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi. Sedangkan Fungsi keanggotaannya adalah sebagai berikut: Rumus 2.1 Fungsi keanggotaan linier naik { 0 ; x a ( x-a ) / ( b-a ) ; a x b 1 ; x b b. Representasi Linear Turun 1 Derajat Keanggotaan 0 a Domain b Gambar 2.3. Representasi Kurva Linier Turun II-9

Keterangan : a = Nilai Maksimal b = Nilai Minimal x = Nilai Inputan Kriteria Garis lurus dimulai dari nilai domain dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri kemudian bergerak menurun ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah. Fungsi keanggotaannya adalah sebagai berikut: Rumus 2.2 Fungsi keanggotaan linier turun { ( b-x ) / ( b-a ) ; a x b 0; x b Nilai fuzzy yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan dengan metode profile matching ini, merupakan nilai konversi dari nilai kriteria beasiswa Gubernur Riau. Prosesnya ialah dengan menentukan batas nilai minimal dan maksimal dari suatu kriteria dan kemudian dengan rumus fungsi keanggotaan linier sehingga dapat ditentukan nilai fuzzy dari setiap kriterianya. Konversi nilai fuzzy ini digunakan untuk menyeragamkan nilai kriteria yang ada pada kriteria beasiswa Gubernur Riau, dari nilai fuzzy tersebut kemudian digunakan sebagai nilai inputan untuk diproses dengan metode profile matching. 2.3 Pencocokan Profil (Profil Matching) Metode Profile Matching atau Pencocokan Profil secara garis besar merupakan proses membandingkan antara kompetensi individu ke dalam kompetensi tujuan sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya ( gap), semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar yang berarti memiliki peluang lebih besar (Kusrini, 2007). II-10

Berikut adalah beberapa tahapan dan perumusan perhitungan dengan metode profile matching : 2.3.1 Pemetaan Gap Pemetaan Gap dilakukan untuk menentukan nilai selisih dari masing-masing kriteria aspek dengan menggunakan nilai ideal yang telah ditentukan bagi masing-masing kriteria. Dalam hal ini untuk dapat menentukan nilai gap kriteria, nilai kriteria dan nilai ideal kriteria terlebih dahulu dikonversikan kedalam nilai fuzzy, sehingga dari nilai fuzzy kriteria dan nilai fuzzy ideal kriteria dapat ditentukan selisih nilai fuzzy-nya atau yang disebut gap. Setelah ditentukan nilai gap, yaitu selisih dari nilai fuzzy kriteria pemohon dengan nilai fuzzy ideal dari kriteria maka selanjutnya dilakukan pembobotan berdasarkan nilai gap yang diperoleh. Sedangkan untuk pemberian bobot gap itu sendiri menurut beberapa jurnal yang mengacu kepada standard tabel bobot gap oleh Kusrini (dalam bukunya Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, 2007), bahwa pembobotan nilai terbesar dilakukan dengan mengurutkan dari nilai gap atau selisih yang terkecil. Semakin kecil selisih maka akan semakin besar nilai bobotnya dan begitu juga sebaliknya. 2.3.2 Perhitungan dan Pengelompokan Core dan Secondary Factor Setelah menentukan bobot nilai gap untuk ketiga aspek yang dibutuhkan, kemudian tiap aspek dikelompokan lagi menjadi 2 kelompok yaitu core factor dan secondary factor. a. Core Factor (Faktor Utama) Core factor merupakan aspek (kompetensi) yang paling menonjol/ paling dibutuhkan. Untuk menghitung core factor digunakan rumus berikut ini. Rumus 2.3 Core Factor NCF= II-11

Keterangan : NCF = Nilai rata-rata core factor aspek NC = Jumlah total nilai core factor aspek IC = Jumlah item core factor b. Secondary factor (Faktor Pendukung) Secondary factor adalah item-item selain aspek yang ada pada core factor. Untuk menghitung secondary factor digunakan rumus berikut ini. Rumus 2.4 Secondary Factor : NSF = Keterangan : NSF = Nilai rata-rata secondary factor aspek NS = Jumlah total nilai secondary factor aspek IS = Jumlah item secondary factor Rumus tersebut adalah rumus untuk menghitung core factor dan secondary factor dari tiap-tiap aspek. 2.3.3 Perhitungan Nilai Total Tiap Aspek Dari perhitungan core factor dan secondary factor dari tiap-tiap aspek, kemudian dihitung nilai total dari tiap-tiap aspek yang diperkirakan berpengaruh pada tiap-tiap profile. Untuk menghitung nila total dari masing- masing aspek, digunakan rumus: Rumus 2.5 Perhitungan Nilai Total Aspek Ni = 60 % NCF + 40% NSF Keterangan : Ni = Nilai Total Masing-Masing Aspek NCF = Nilai Core Factor NSF = Nilai Secondary Factor II-12

2.3.4 Perhitungan Rangking Hasil akhir dari proses profile matching adalah rangking dari setiap nilai yang ada berdasarkan total nilai tiap aspek yang tertinggi. Rumus 2.6 Perhitungan Nilai Total N = 60 % N1 + 40% N2 Keterangan : N = Nilai Total N1 = Nilai Total Aspek 1 N2= Nilai Total Apek 2 2.4 Model Perancangan Sistem Model perancangan sistem adalah metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep pekerjaan, aturan-aturan yang akan digunakan untuk merancang suatu sistem informasi. Perancangan sistem didefinisikan sebagai aktivitas untuk menghasilkan sistem informasi berbasis komputer untuk menyelesaikan persoalan sistem informasi berbasis komputer. Model perancangan sistem yang digunakan dalam peneltitian ini adalah model air terjun ( waterfall), pada model ini digunakan kegiatan dasar seperti spesifikasi, pengembangan, validasi, dan evolusi serta merepresentasikannya sebagai fase seperti Requirements analysis, perancangan sistem, implementasi, pengujian dan seterusnya. Berikut ini akan diuraikan tahap-tahap perancangan sistem dengan menggunakan metode waterfall (Jogiyanto, 2005) : 1. Requirements analysis, yaitu melakukan analisis terhadap permasalahan yang dihadapi dan menetapkan kebutuhan sistem. Kegiatan utamanya adalah untuk mengetahui kendala dan tujuan dihasilkan yang dihasilkan dari konsultasi dengan pengguna sistem. Kemudian semuanya itu dibuat dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh user. 2. Design (perancangan), yaitu melakukan perancangan pada sistem, fungi dan interfacing. II-13

3. Coding (implementasi), yaitu pengkodean yang mengimplementasikan hasil desain ke dalam kode atau bahasa yang dimengerti oleh mesin komputer dengan menggunakan bahasa pemprograman tertentu. 4. Testing (pengujian), yaitu kegiatan untuk melakukan pengetesan program yang sudah dibuat apakah sudah berjalan sesuai dengan yang diinginkan atau belum diuji dengan cara manual. Jika testing sudah benar maka program boleh digunakan. 5. Maintenance (perawatan), yaitu menangani sistem yang sudah selesai supaya dapat berjalan lancar dan terhindar dari gangguan-gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan. 2.5 Beasiswa Gubernur Riau (Provinsi Riau) 2.5.1 Pengertian Beasiswa Menurut Agus Lahinta (2007) mengatakan pengertian beasiswa sendiri adalah pemberian berupa bantuan yang diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Bantuan ini biasanya berbentuk dana untuk membatu biaya yang harus dikeluarkan oleh pelajar selama menempuh masa pendidikan di tempat belajar. Beasiswa dapat diberikan oleh lembaga pemerintah, perusahaan ataupun yayasan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, beasiswa dimaknai sebagai tunjangan yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar. 2.5.2 Dasar Hukum Beasiswa Gubernur Riau Dasar pemberian beasiswa Gubernur Riau ini adalah merujuruk kepada Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan pendidikan oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah telah memberi wenang kepada Pemerintahan Daerah untuk melaksanakan segala urusan pendidikan, yang merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat. II-14

Sasaran beasiswa itu sendiri menurut undang-undang Nomor 48 Tahun 2008 Pasal 27 ayat 1 dan 2, beasiswa yang diberikan oleh pemerintah daerah adalah kepada pelajar yang orang tua atau walinya dalam keadaan kurang mampu dalam membiayai pendidikannya dan termasuk pelajar yang berprestasi dalam masa studinya. 2.5.3 Struktur Organisasi Sub bagian yang mengelola beasiswa Guberbur Riau ini adalah bagian Kesejahteraan Rakyat (KESRA) yang termasuk kedalam susunan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 8 Tahun 2008 Susunan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah terdiri dari : a. Kepala Badan b. Sekretariat, terdiri dari: 1. Sub Bagian Bina Program 2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 3. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan c. Bidang Pengembangan Pegawai, terdiri dari: 1. Sub Bidang Pangadaan 2. Sub Bidang Pengembangan Karier. d. Bidang Mutasi, terdiri dari: 1. Sub Bidang Mutasi Jabatan. 2. Sub Bidang Kepangkatan dan Pensiun. e. Bidang Kedudukan Hukum dan Kesejahtaraan Rakyat, terdiri dari : 1. Sub Bidang Kedudukan Hukum. 2. Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat. f. Bidang Administrasi Kepegawaian, terdiri dari : 1. Sub Bidang Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG). 2. Sub Bidang Administrasi Kepegawaian. II-15

2.5.4 Aspek-aspek Kriteria Penilaian Beasiswa Gubernur Riau Dengan Menggunakan Fuzzy Adapun Aspek dalam penilaian kriteria beasiswa yang dapat diukur dalam bentuk fuzzy adalah sebagai berikut : 1. Aspek Keluarga a. Status Keluarga b. Penghasilan Wali Perbulan c. Jumlah Anak dari Orang Tua d. Jumlah Saudara Kandung yang Sudah Berumah Tangga e. Jumlah Saudara Kandung yang Sedang Kuliah dan Belum Berumah Tangga 2. Aspek Akademik : a. Indeks Prestasi Kumulatif b. Biaya Kuliah Per Semester c. Semester II-16