BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (lanjut usia),

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

DAFTAR SINGKATAN. : Blessed Information Memory Concentration. : Blessed Orientation Memory Concentration. : Functional Activitie Questionnaire

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Usia Harapan Hidup Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan otak diusia balita akan berdampak pada usia dewasanya nanti,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan mengakibatkan kerja otak melambat dan fungsi organ-organ

PENGARUH TERAPI PUZZLE TERHADAP TINGKAT DEMENSIA LANSIA DI WILAYAH KRAPAKAN CATURHARJO PANDAK BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah

BAB 1 PENDAHULUAN. semua spesies" (Weiss 1965, dan Shack dalam Hadywinoto dan Tony 1999). Dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULIAN. Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman

BAB I PENDAHULUAN. pula kelompok lanjut usia (lansia) di masyarakat (Sudiarto, 2007). Berdasarkan

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TANDES SURABAYA. Yuliati, Nur Hidaayah

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Begitu juga lansia yang diperkirakan lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2004 (Dieren et al., 2010). DM merupakan kelompok penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB I Pendahuluan. Tabel 1.1 Situasi dan Analisis Lanjut Usia di Dunia (Dalam satuan milyar) jumlah penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KLIEN BERBEDA BY. NS. SRI EKA WAHYUNI, S.KEP

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2008). Kriteria demensia yaitu kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat yang cukup berat, sehingga dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan (Santoso&Ismail, 2009). Prevalensi demensia terhitung mencapai 35,6 juta jiwa di dunia. Angka kejadian ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun, yaitu 65,7 juta pada tahun 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050 (Alzheimer s Disease International, 2009). Peningkatan prevalensi demensia mengikuti peingkatan populasi lanjut usia (lansia). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan prevalensi demensia setiap 20 tahun. Deklarasi Kyoto menyatakan tingkat prevalensi dan insidensi demensia di Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India, dan Jepang (Alzheimer s Disease International, 2006). Data demensia di Indonesia pada lanjut usia (lansia) yang berumur 65 tahun ke atas adalah 5% dari populasi lansia (Tempo, 2011). Prevalensi demensia meningkat menjadi 20% pada lansia berumur 85 tahun ke atas. Kategori lanjut usia penduduk berumur 65 tahun ke atas angka lansia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 11,28 juta. Jumlah ini 1

2 diperkirakan meningkat menjadi 29 juta jiwa pada tahun 2020 atau 10 persen dari populasi penduduk (Tempo, 2011). Tahun 2010 jumlah lansia di Bali sekitar 380.114 jiwa dari total penduduk Bali sebesar 3.890.757 jiwa (BPS, 2010). Apabila diasumsikan bahwa 5% lansia mengalami demensia, maka pada tahun 2010 terdapat sekitar 19.006 jiwa lansia yang menderita demensia. Populasi lansia usia 65 tahun ke atas di Bali yaitu 364.043 jiwa, dapat diestimasikan 5% dari jumlah lansia tersebut angka kejadian lansia dengan demensia sekitar 1.329 jiwa, sedangkan jumlah lansia usia 85 tahun ke atas di Bali yaitu 16.072 jiwa dapat diestimasikan 20% dari jumlah lansia tersebut angka kejadian lansia dengan demensia sekitar 3.214 jiwa (BPS, 2010). Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang berada di bagian barat pulau Bali. Jumlah penduduk lansia di Kabupaten Badung mencapai 30.404 jiwa (Dinkes Provinsi Bali, 2012), sedangkan jumlah lansia lebih dari 65 tahun yaitu 13.500 jiwa, dengan angka kejadian demensia 5% (Tempo, 2011) maka dapat diasumsikan potensi lansia yang menderita demensia 675 jiwa (Dinkes Provinsi Bali, 2012). Jumlah lansia di Kabupaten Badung dari 32.724 jiwa hanya 31,0% atau 10.157 lansia yang dibina. Gangguan kognitif merupakan kondisi atau proses patofisiologis yang dapat merusak atau mengubah jaringan otak mengganggu fungsi serebral, tanpa memperhatikan penyebab fisik, gejala khasnya berupa kerusakan kognitif, disfungsi perilaku dan perubahan kepribadian (Copel, 2007). Gangguan kognitif erat hubungannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir

3 akan dipengaruhi oleh keadaan otak. Gangguan kognitif antara lain delirium dan demensia (Azizah, 2011) Demensia terjadi karena adanya gangguan fungsi kognitif. Fungsi kognitif merupakan proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, serta pelaksanaan (Santoso&Ismail, 2009). Bertambahnya usia secara alamiah menyebabkan seseorang akan mengalami penurunan fungsi kognitif, yang sangat umum dialami lansia adalah berkurangnya kemampuan mengingat sehingga lansia menjadi mudah lupa. Berkurangnya fungsi kognitif pada lansia merupakan manifestasi awal demensia (Nadesul, 2011). Ada beberapa dampak jika fungsi kognitif pada lansia demensia tidak diperbaiki. Dampak tersebut yaitu menyebabkan hilangnya kemampuan lansia untuk mengatasi kehidupan sehari-hari (Hutapea, 2005). Demensia juga berdampak pada pengiriman dan penerimaan pesan. Dampak pada penerimaan pesan, antara lain: lansia mudah lupa terhadap pesan yang baru saja diterimanya; kurang mampu membuat koordinasi dan mengaitkan pesan dengan konteks yang menyertai; salah menangkap pesan; sulit membuat kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan, antara lain: lansia kurang mampu membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung pada saat mengirim pesan; sering terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan salah (Nugroho, 2009). Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencegah penurunan fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi kolaboratif farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi kolaboratif farmakologis yaitu

4 donezepil, galatamine, rivastigmine, tetapi masing-masing obat tersebut memiliki efek samping (Dewanto; Suwono; Riyanto; Turana, 2009). Terapi non farmakologis antara lain: terapi teka teki silang; brain gym; puzzle; dan lain-lain. Terapi non farmakologis ini tidak memiliki efek samping (Santoso&Ismail,2009). Teka teki silang (TTS) merupakan salah satu cara untuk menghambat terjadinya penurunan fungsi kognitif. Teka teki silang merupakan media rekreasi otak karena selain mengasah kemampuan kognitif, meningkatkan daya ingat, serta menambah wawasan (Triatmono, 2011). TTS bisa dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja, serta dapat dilakukan oleh para lansia untuk mengisi waktu senggang. Teka-teki silang bekerja pada otak dengan proses membaca (persepsi), memahami petunjuk (pemahaman), menganalisis petunjuk (analisis), merangsang otak untuk mencoba lagi jawaban yang mungkin (retreival), dan memutuskan mana jawaban yang benar (eksekusi), teka-teki silang kemudian mengaktifkan bagian otak yaitu di hipokampus dan korteks entrohinal dengan menghasilkan neurontransmiter asetilkolin (Shankle&Amen, 2004). Penurunan asetilkolin menimbulkan terjadinya peningkatan demensia, sehingga dengan pengaktifan hipokampus menyebabkan neurotransmiter asetilkolin bertambah dan menurunkan resiko terjadinya demensia (Liza, 2010). Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai teka teki silang (TTS) hanya ada beberapa. Penelitian oleh Kanthamalee & Sripankaew, yang berjudul Effect of neurobic exercise on memory enhancement in the elderly with dementia, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata memori kelompok eksperimen setelah menerima latihan otak seperti teka-teki silang, bermain catur,

5 memainkan musik, membaca dan menari secara signifikan lebih tinggi daripada sebelum menerima program latihan otak pada tingkat p < 001. Penelitian yang berjudul Association of Crossword Puzzle Participation with Memory Decline in Persons Who Develop Dementia oleh Pillai; Hall; Dickson; Buschke; Lipton; Veghese (2010), menunjukkan ada hubungan teka teki silang dengan penundaan penurunan memori pada orang dengan demensia. Hasil studi pendahuluan pada tanggal tujuh januari 2014, yang dilakukan di Banjar Muding Klod Kelurahan Kerobokan Kaja dengan wawancara menggunakan MMSE ditemukan bahwa 10 dari 66 jumlah lansia tujuh orang dicurigai mengalami demensia ringan, dan tiga orang dicurigai mengalami demensia sedang dan ditemukan 30% mengetahui tentang teka teki silang. Puskesmas I Kuta Utara adalah salah satu Puskesmas di Kabupaten Badung dan menduduki jumlah lansia dengan nomor urut ke dua dari dua belas puskesmas yang lainnya yaitu sekitar 5.305 jiwa, tetapi dari jumlah tersebut hanya 387 jiwa atau sekitar 7,3% lansia yang dibina (Dinkes Badung, 2013). Kelurahan Kerobokan Kaja merupakan salah satu kelurahan yang di bawahi Puskesmas I Kuta Utara dengan jumlah lansia 1.029 orang (Kelurahan Kerobokan Kaja, 2014). Kelurahan Kerobokan Kaja menaungi 23 banjar, salah satunya Banjar Muding Klod dengan populasi lansia 66 orang (Kelurahan Kerobokan Kaja, 2014). Banjar Muding Klod telah terdapat posyandu lansia yang diadakan setiap minggunya yaitu pada hari sabtu. Kegiatan yang dilakukan setiap minggunya yaitu senam lansia, tetapi belum ada kegiatan lainnya yang bisa dilakukan di rumah masing-

6 masing pada waktu tertentu yang dapat mengasah kognitif lansia dan untuk mengisi waktu senggang para lansia. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh terapi teka teki silang terhadap fungsi kognitif pada lansia dengan kecurigaaan demensia di Banjar Muding Klod Kelurahan Kerobokan Kaja. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Apakah ada pengaruh terapi teka teki silang terhadap fungsi kognitif pada lansia dengan kecurigaan demensia di Banjar Muding Klod?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi teka teki silang terhadap fungsi kognitif pada lansia dengan kecurigaan demensia di Banjar Muding Klod. 1.3.2 Tujuan Khusus (1) Mengidentifikasi fungsi kognitif pada lansia dengan kecurigaan demensia sebelum diberikan terapi teka teki silang di Banjar Muding Klod. (2) Mengidentifikasi fungsi kognitif pada lansia dengan kecurigaan demensia setelah diberikan terapi teka teki silang di Banjar Muding Klod. (3) Menganalisis pengaruh terapi teka teki silang terhadap fungsi kognitif pada lansia degan kecurigaan demensia di Banjar Muding Klod.

7 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis (1) Bagi para tenaga kesehatan, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu terutama pada bagian ilmu gerontologi dan keperawatan gerontik, sehingga para tenaga kesehatan dapat mengetahui terapi TTS merupakan salah satu terapi non farmakologis untuk fungsi kognitif pada lansia dengan demensia. (2) Secara Teoritis diharapkan penelitian ini sebagai kajian bagi penelitian selanjutnya sehingga hasilnya akan lebih luas dan mendalam. Selain itu penelitian ini juga diharapkan memberikan sumbangan bagi peningkatan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan kesehatan. 1.4.2. Manfaat Praktisi (1) Bagi Lansia: Membantu lansia untuk melatih otak agar fungsi kognitif lansia dengan demensia tidak mengalami penurunan yang cepat dengan melakukan latihan otak yaitu terapi TTS (2) Bagi Keluarga Bagi keluarga yang memiliki lansia dapat menerapkan terapi ini untuk melatih otak lansia agar fungsi kognitif lansia dengan demensia tidak mengalami penurunan yang cepat dengan melakukan latihan otak yaitu terapi TTS. (3) Bagi Petugas Puskesmas Apabila sudah diketahui bahwa terapi TTS dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia, maka pihak puskesmas dapat merencanakan dalam hal

8 penerapan terapi TTS ini bagi lansia di setiap posyandu yang dibawahi oleh puskesmas tersebut. (4) Bagi Perawat Gerontik Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk informasi dan pedoman bagi perawat dalam meningkatkan asuhan keperawatan gerontik, agar perawatan terhadap lansia lebih baik.