BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka

dokumen-dokumen yang mirip
RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

UKDW BAB I PENDAHULUAN

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Nama-namanya Peraturannya Tugasnya Masa depannya

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HIEROPHANY DALAM RITUAL PERJAMUAN KUDUS DI GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI) DAN GEREJA HATI KUDUS YESUS DI SURABAYA

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Definisi Keselamatan Permulaan Memasuki Keselamatan Akibat-akibat Keselamatan

*MAKNA PERJAMUAN KUDUS. Pdm. Freddy Siagian,

BAB III MAKNA PERJAMUAN KUDUS

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKKAN KELAS SEMESTER GENAP ( II ) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Perjamuan Kudus. Memperingati Kematian Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang. Masyarakat yang hidup setelah abad ke-18 sudah memasuki

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

KERAMAHAN TANPA SEKAT YEREMIA 28 : 5-9; MAZMUR 89 : 1-4, 15-18; ROMA 6 : 12-23; MATIUS 10 : 40-42

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN I. Latar Belakang Permasalahan

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Pdt Gerry CJ Takaria

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

EPIFANI : KEHADIRAN ALLAH MEMBARUI MANUSIA KEJADIAN 1 : 1-5; MAZMUR 29; KISAH PARA RASUL 19 : 1-7; MARKUS 1 : 4-11

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Buku Pembimbing INJIL YOHANES CATATAN SISWA. No Tanggal Kirim. Tulislah dengan huruf cetak yang jelas! Nama Saudara. Alamat. Kota. Propinsi.

SPIRITUALITAS EKARISTI

SAKRAMEN (Pertemuan keempat) Membandingkan pelaksanaan sakramen di berbagai gereja dengan pengajaran Alkitab (C.4)

KEBAHAGIAAN HIDUP MENGHAMBA

Seri Kedewasaan Kristen (2/6)

Ketekunan dalam Menghadapi Ujian & Pencobaan Yak.1:1-11 Ev. Bakti Anugrah, M.A.

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

Gereja Mengadakan Perayaan

Aplikasi Iman Kristen 11. Perjamuan Kudus. Mangatas SM Manalu

Meneladan Maria Menjadi Pribadi Ekaristis

Bab Duapuluh-Tiga (Chapter Twenty-Three) Sakramen (The Sacraments)

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Imbuhanpatrick.wordpress.com

Gereja Menyediakan Persekutuan

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

MTPJ 26 JULI-1 AGUSTUS '15

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

Gereja Membaptis Orang Percaya

2

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

Basuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Kami datang kepada-mu, kami datang kepadamu Bersyukur sebulat hati, kar na kasihmu besar

Pnt. : Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan? J : TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan! Sela

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari...

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode

Siapakah Yesus Kristus? (5/6)

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

Gereja Mengingat Akan Kematian Tuhan

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Sekali peristiwa Allah menyuruh Petrus pergi ke rumah perwira Kornelius.

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

SAUDARA BELAJAR BERJALAN

Bekerja Dengan Para Pemimpin

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar

BAB I PENDAHULUAN UKDW

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

Kuasa Persekutuan Kecil

MERENDAH DI HADAPAN SANG MAHAKUASA

Di Dalam Tuhan Jerih Lelah Kita Tidak Sia-sia

My Journey with Jesus #4 - Perjalananku dengan Yesus #4 MENGALAMI KEBANGKITAN- NYA

TATA IBADAH Minggu Adven I

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi

Bisa. Mengajar. Merupakan Pelayanan

Hari Sabat. Hari Perhentian yang Kudus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th.

Gereja Memberitakan Firman

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

GPIB Immanuel Depok Minggu, 29 Mei 2016 TATA IBADAH HARI MINGGU II SESUDAH PENTAKOSTA

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus

PENGENALAN AKAN ROH KUDUS

TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL

Pikiran untuk menderita

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Transkripsi:

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS Dalam bagian ini akan mengemukakan pengaruh perubahan penggunaan cawan menjadi sloki dalam Perjamuan Kudus dalam kehidupan jemaat masa modern dengan melihat beberapa teori simbol dan makna Perjamuan Kudus. Ada istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka terhadap lambang. Demikian juga dalam kehidupan gereja lambang digunakan dan mempunyai makna. 4.1 Faktor Perubahan Ketika berinteraksi manusia menggunakan simbol (bahasa) sehingga antara satu dengan yang lainnya dapat saling memahami. Melalui bahasa kemudian diinterpretasikan menjadi sebuah bentuk atau tanda. Kepercayaan manusia terhadap yang adikodrati terlihat jelas ketika diwujudkan dalam sebuah simbol. Simbol dibentuk dan dipahami secara bersama-sama sehingga jemaat mempunyai pemahaman yang sama. Nanti akan dibahas juga ketika jemaat mempunyai pemahaman tentang penggunaan cawan dalam Sakramen Perjamuan Kudus dan kemudian ada peralihan menjadi sloki bukanlah karena pemahaman tentang Perjamuan Kudus itu yang berubah tetapi hanya bentuknya yang berubah yaitu penggunaan cawan menjadi sloki. Dalam Bab II dimulai dengan membahas simbol, penggunaan roti dan anggur mempunyai makna yang penting dalam kehidupan gereja, makna simbol ini melekat dalam kehidupan manusia. Keselamatan yang diberikan Tuhan kepada umat manusia ketika kematian Tuhan Yesus dan kebangkitannya. Oleh karena itu pengulangan kisah tersebut dilakukan dalam ritual dalam hal ini Sakramen 75

Perjamuan Kudus yang dilakukan secara terus menerus. Aturan yang jelas terdapat dalam Tata Gereja GKJ yaitu sekurang-kurangnya Sakramen Perjamuan Kudus dilakukan 4 kali dalam 1 tahun. Mengingat pengulangan pengorbanan Yesus di kayu salib bukan dengan darah tetapi melalui anggur yang di minum sebagai simbol darah Kristus dan roti yang dimakan sebagai simbol tubuh Kristus. Perjamuan Malam sebagai simbol dari yang satu kemudian dibagikan kepada banyak orang. Satu roti dipecah-pecahkan kemudian dibagikan kepada muridmuridnya dan minum anggur dari satu cawan. Peristiwa ini mengingat kepada satu subyek yaitu Yesus sebelum disalibkan yang membagikan roti dan anggur. Melihat aturan yang dibuat dalam tata gereja GKJ (lihat hal 53), dalam aturan Perjamuan Kudus tertulis dengan jelas kebijakan penggunaan cawan besar atau cawan kecil (sloki) ditetapkan oleh Majelis. Dalam organisasi GKJ, Majelis lebih berperan dalam penentuan kebijakan tetapi tetap mengikuti aturan dalam tata gereja dan tata laksana GKJ. Sebagai contoh pemilihan calon pendeta tidak melalui sinode, dalam hal ini sinode hanya mempunyai data mahasiswa yang telah lulus dari sekolah teologi. Untuk penentuan calon pendeta, masing-masing gereja membentuk panitia pemanggilan pendeta. Kemudian setelah ditetapkan yang akan menjadi pendeta panitia tersebut membuat surat kepada sinode sebagai pemberitahuan ketika akan diuji dan ditahbiskan. Dalam aturan tertulis tentang penggunaan cawan besar atau cawan kecil (sloki), sepertinya kebijakan ini dibuat pada saat banyak gereja sudah melakukan Perjamuan Kudus dengan menggunakan sloki. Jemaat sudah banyak yang berfikir sampai penularan penyakit melalui cawan. Ketika wawancara dengan jemaat GKJ Immanuel Surakarta sebenarnya belum ada kasus penularan penyakit hanya saja 76

sebagai manusia dimana kedagingan lebih berpengaruh, serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada Tuhan. Jemaat GKJ Immanuel berusaha memfasilitasi jemaat yang kurang nyaman dengan penggunaan cawan, Majelis memutuskan dalam rapat penggunaan cawan (wilayah Ngasinan dan Panggungrejo) dan sloki (wilayah Ngoresan dan Pucang Sawit). Melihat lebih luas perkembangan beberapa jemaat masa kini, ketika ada sebagian jemaat yang kurang sesuai terhadap kebijakan yang dibuat oleh gereja, memungkinkan beberapa jemaat berpindah kewargaannya di gereja itu. Hal ini mungkin yang menjadi pertimbangan para Majelis di dalam rapat yang diputuskan pada tahun 2003 tentang penggunaan cawan dan sloki. Menjaga keutuhan sebuah jemaat dalam gereja perlu diperhatikan, sehingga tidak muncul kemungkinan terbentuk sebuah gereja baru sebagai bentuk persaingan. Gereja yang seharusnya ada damai sejahtera karena masalah-masalah yang tidak diselesaikan dengan cara yang tepat akan menjadi kacau. Hasil penelitian dalam bab III menunjukkan bahwa peralihan tersebut lebih banyak yang mengakui alasan kesehatan yang paling mempengaruhi. Penularan penyakit melalui satu tempat makan secara bersama-sama membuat keresahan bagi beberapa jemaat. Apakah hal ini yang sebenarnya menjadi alasan utama? Sebenarnya ada alasan yang utama sebelum sampai pada alasan kesehatan yaitu pendidikan. Pendidikan yang semakin tinggi biasanya membuat seseorang lebih rasional dan mulai menggeser nilai-nilai yang mengandung magis. Pengetahuan dan pemahaman jemaat tentang cawan sudah sedikit bergeser. Dikatakan sedikit karena tabel dalam Bab III (hal 54) tentang wilayah yang menggunakan sloki lebih sedikit dibandingkan dengan wilayah yang 77

menggunakan tuwung atau cawan. Jika mendukung penggunaan cawan, dapat dikatakan bahwa penyakit yang menular tidak akan menular karena dalam Sakramen Perjamuan Kudus semua alat pendukung Perjamuan Kudus sudah disucikan oleh Roh Kudus. Ketika seseorang sudah mulai ragu dengan penyakit, kembali kepada iman seseorang dalam Perjamuan Kudus, dengan kembali kepada iman maka penggunaan sloki tidak menjadi masalah. Perkembangan iman ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal (dalam diri seseorang) tetapi ada faktor eksternal yaitu informasi melalui ilmu pengetahuan yang membuat pemahaman semakin berkembang. Kesadaran seseorang mengenai penyakit menular menggeser makna tuwung (cawan) yang awalnya satu rasa menjadi sloki yang terkesan makna satu rasa itu mulai menghilang. Pergerseran makna ini membuat makna baru dengan menggunakan sloki tetap satu rasa yaitu tetap merasa satu persekutuan karena pelaksanaan Sakramen Perjamuan Kudus sebagai peringatan akan Tuhan Yesus Kristus. Pergeseran makna ini hanya terjadi pada objeknya (cawan menjadi sloki) bukan kepada subyeknya (Yesus) juga turut bergeser. Merurut Durkheim, totem sebagai simbol klen dan diyakini oleh masyarakat dan merepresentasikan yang adikodrati dalam bentuk hewan atau tumbuhan. Kesakralan Perjamuan Kudus berdasarkan pemahaman jemaat dalam sebuah gereja, ketika pemahaman yang supranatural dirasionalkan menjadi berkurangnya makna sakral dalam Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudus sebagai sebuah peringatan pengorbanan Yesus di kayu salib tidak hanya sebatas pada pemahaman seperti ini, sikap di dalam mengikuti Perjamuan Kudus juga perlu terlihat, seperti menjaga ketenangan setelah menerima roti atau anggur. Sebelum 78

Perjamuan Kudus jemaat sudah dipersiapkan (pendadaran), sebaiknya persiapan yang sudah dilakukan nampak dalam suasana Perjamuan Kudus. Dalam persiapan tersebut meminta Tuhan untuk menguduskan Perjamuan yang akan dilaksanakan dan jemaat berubah kearah yang lebih baik dengan cara tidak melakukan dosa yang telah diperbuat. Ketika melihat langsung dalam Perjamuan Kudus gabungan (empat wilayah dalam GKJ Immanuel berkumpul dalam satu tempat, biasanya Perjamuan Kudus dilakukan di tiap-tiap wilayah) menggunakan cawan, suasana kurang tenang terlihat dari beberapa jemaat ketika Perjamuan Kudus. Alasan yang lainnya adalah efisiensi waktu. Penggunaan cawan dalam Sakramen Perjamuan Kudus dirasa terlalu lama, apalagi jika jumlah jemaat yang hadir sangat banyak. Bagi sebagian jemaat setuju dengan pendapat ini, alasan ini didukung dengan pengalaman jemaat ketika harus melakukan pekerjaan setelah Perjamuan Kudus. Pada saat ibadah khususnya pada saat Perjamuan Kudus, jemaat sudah merencanakan waktu se-efektif mungkin sehingga dapat hadir dalam kegiatan seperti acara pernikahan apalagi ia terlibat sebagai panitia. Pendapat ini beralasan cukup kuat, memang sebagai orang Kristen tidak hanya hidup dalam sebuah rumah yang tertutup dengan tetangga atau kehidupan masyarakat. Wilayah GKJ Immanuel berada di lingkungan yang majemuk, sehingga perlu terlibat dengan sesama. Leiturgeo berarti melayani, melaksanakan dinas atau tugas, memegang jabatan, yang ditujukan bagi kepentingan masyarakat umum. Arti dari kata leiturgeo mengacu pada suatu perbuatan yang dilakukan untuk kepentingan rakyat. Dalam kehidupan gereja, istilah ini digunakan untuk suatu pekerjaan yang dilakukan para imam dengan tertib dan khidmat. Pengertian 79

liturgi sekarang ini bagi gereja adalah berkumpulnya jemaat untuk beribadah atau tata kebaktian. Selanjutnya berbicara iman jemaat GKJ Immanuel Surakarta tentang penggunaan sloki, mereka berpendapat bahwa yang terpenting adalah tujuan iman kepada Yesus bukan kepada simbol (cawan atau sloki). Kalimat ajakan yang diucapkan oleh pendeta sebagai ajakan makan roti atau minum anggur tetap sama dan tidak menyimpang. Simbol cawan tetap digunakan oleh pendeta, hanya ketika jemaat minum menggunakan sloki. Sakramen Perjamuan Kudus adalah sebuah perjamuan makan yang dikuduskan sehingga menggunakan sloki tidak terlepas dari kekudusan. Hal yang perlu diperhatikan ketika Perjamuan Kudus dilakukan berulang kali menjadikan sebuah kebiasaan dan mengurangi makna Perjamuan Kudus itu sendiri. Perjamuan Kudus dianggap sebagai perayaan yang biasa dilakukan dalam kehidupan gereja, pengorbanan Yesus di kayu salib kurang dimaknai. Misalnya setelah jemaat menerima roti dan anggur sikap jemaat kurang menghargai, terlihat di beberapa gereja setelah menerima roti dan anggur sibuk berbicara dengan teman di samping kanan atau kiri. Hal yang lainnya ketika ada Sakramen Perjamuan Kudus hanya sekedar ikut karena malu dengan yang lainnya jika tidak mengikuti Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudus bukanlah sebuah perayaan yang biasa saja atau sebuah rutinitas, oleh karena itu perlu sikap yang menghargai. Jemaat GKJ Immanuel menganggap Sakramen Perjamuan Kudus masih dianggap sebagai ibadah yang lebih spesial dibandingkan ibadah hari minggu tanpa Perjamuan Kudus. Mungkin dapat dikatakan Perjamuan Kudus sebagai totem bagi jemaat sehingga ketika ada Sakramen Perjamuan Kudus jemaat seperti tidak ingin kehilangan. Walaupun 80

penggunaan cawan sedikit bergeser menjadi sloki, hal tersebut tidak mengurangi makna Perjamuan itu sendiri. Manusia dianggap berdosa untuk itu perlu melakukan Perjamuan Kudus, sebagai simbol mengingat pengorbanan Tuhan Yesus. Perjamuan Kudus juga dapat dimaknai sebagai batasan perbuatan, maksudnya adalah untuk menjaga kekudusan didalam kehidupan sehari-hari, untuk itu GKJ membuat aturan pelaksanaan Sakramen Perjamuan Kudus minimal 4 kali dalam satu tahun. Sebelum melakukan Sakramen Perjamuan Kudus, jemaat dipersiapkan terlebih dahulu imannya, dengan cara merenungkan kesiapan iman jemaat melalui pertanyaan-pertanyaan refleksi. Persiapan ini biasanya dilakukan secara bersamasama dengan wilayahnya, kecuali ada jemaat yang sakit sehingga tidak dapat hadir dalam persiapan. Jika ada jemaat yang tidak hadir dalam persiapan Perjamuan Kudus karena sakit dan pada saat Perjamuan Kudus sudah sehat biasanya mempersiapkan diri sebelum mulai ibadah, ia bersama dengan Majelis di konsistori. Ada juga yang melakukan Perjamuan Kudus dengan cara pelayanan di rumah yang biasanya dilakukan oleh pendeta. Ada dua faktor eksternal yang mempengaruhi peralihan penggunaan cawan menjadi sloki bagi jemaat GKJ Immanuel Surakarata yaitu kesehatan dan efisiensi waktu. Pengaruh inilah yang paling kuat dalam kehidupan jemaat GKJ Immanuel Surakarta. Kemudian yang menjadi faktor internal seperi iman dan konsep kebersamaan dalam penggunaan sloki jemaat sudah memahami atau membuat konsep peralihan cawan menjadi sloki bukannya berubah dulu baru mengkonsepkan. Faktor internal ini mengikuti perubahan dari faktor eksternal. Selain itu juga kenyamanan dalam ibadah termasuk hal yang dipertimbangkan 81

sehingga jemaat GKJ Immanuel menggunakan dua cara penggunaan tempat anggur yang melambangkan darah Kristus. Beribadah kepada Tuhan bukan hanya sebuah ritual yang sama secara terus menerus, maksud ritual yang sama adalah penggunaan cawan. Ketika ada jemaat yang merasa penggunaan cawan dianggap dapat mengganggu jemaat yang lain dalam Perjamuan Kudus gereja mencoba memikirkan cara lain sehingga kenyamanan dalam ibadah dapat dirasakan oleh seluruh jemaat. 4.2 Penggunaan Cawan menjadi Sloki Terhadap Pemahaman Jemaat Dalam Sakramen Perjamuan Kudus jemaat merasakan suasana sakral. Media yang digunakan dalam Perjamuan Kudus yaitu roti dan anggur sebagai lambang tubuh dan darah Kristus terasa sakral, hal ini karena Yesus yang telah menyelamatkan umat manusia dan janji ini yang diyakini oleh orang percaya. Sebenarnya bukan hanya saat Perjamuan Kudus saja tetapi pada saat ibadah minggu biasa (tidak ada Sakramen Perjamuan Kudus) juga sakral. Jemaat merasa seolah-olah bersatu dalam iman. Puncak yang dirasakan ketika pendeta memberi berkat semua hati ditujukan kepada Tuhan. Seperti perasaaan yang dirasakan suku Arunta di Australia ketika melakukan Intichiuma, setiap individu yang datang pada saat itu merasakan perasaan yang satu. Sakral yang dirasakan pada saat Perjamuan Kudus adalah ketika makan dan minum yang sudah dianggap bukan lagi sekedar roti dan anggur saja tetapi ada makna dibalik simbol itu. Pemahaman jemaat dalam Perjamuan Kudus bukan hanya akal/rasio tetapi iman/perasaaan sudah bercampur melalui formulasi kalimat yang diucapkan pendeta sebelum makan dan minum. 82

Cawan sebagai simbol pengulangan cerita seperti dalam cerita Yusuf dan saudara-saudaranya. Kisah yang sama seperti Yusuf dirasakan kembali oleh Benyamin. Pengguaan cawan sebagai simbol kebersamaan seperti yang dilakukan Yesus kepada murid-muridnya ketika melakukan Perjamuan Malam. Yesus mengajak para murid untuk selalu mengingat peristiwa sebelum Ia disalibkan dan bukan hanya sampai pada kematiannya di kayu salib melainkan Ia bangkit sebagai tanda bahwa Ia telah berhasil melawan penderirtaan. Peristiwa itu yang sampai sekarang diulang melalui Perjamuan Kudus, kisah itu bukan hanya dilakukan dalam khotbah seperti cerita-cerita dalam Alkitab tetapi masuk dalam sebuah liturgi yang disebut dengan Sakramen Perjamuan Kudus. Dalam melakukan Perjamuan Kudus di GKJ Immanuel, jemaat tidak tertutup kepada perubahan yang mengarah pada keutuhan jemaat. Jemaat yang sudah berkembang dengan pengetahuan yang semakin banyak ketika ada usulan menggunakan sloki karena ada ketakutan penularan penyakit, maka melalui rapat Majelis kemudian disosialisasikan sehingga jemaat yang merasa nyaman dengan sloki karena dianggap aman dari penularan penyakit. Hal ini dilakukan mungkin juga sebagai usaha mempertahankan jemaat GKJ Immnuel, dengan masalah seperti ini jika gereja tidak memfasilitasi keinginan jemaat, ada kemungkinan beberapa jemaat akan pindah ke gereja lain. Di wilayah Solo keberadaan gedung gereja cukup banyak dan relatif dekat atau mudah dijangkau, sehingga perpindahan jemaat sangat dimungkinkan terjadi. 83

Pengambilan keputusan penggunaan sloki dalam Perjamuan kudus tidak bertentangan dengan Tata Gereja GKJ oleh karena itu jemaat GKJ Immanuel mengguankan sloki. Dalam prakteknya ada saat tertentu seluruh wilayah dalam GKJ Immanuel melakukan Perjamuan Kudus menggunakan cawan. Penggunaan cawan atau sloki kembali kepada kebijaksanaan yang dibuat oleh Majelis. Sebelum melakukan pengambilan keputusan jemaat sudah dilibatkan untuk bersama-sama berpendapat sehingga ketika pengambilan keputusan jemaat sudah menerima. Kemudian setelah ditentukan wilayah yang menggunakan sloki dan cawan dilakukan sosialisasi sehingga jemaat mengetahui dalam Perjamuan Kudus jemaat akan menggunakan yang mana. Pamong atau Majelis sangat dihormati jika ada jemaat yang ingin melakukan Perjamuan Kudus dengan sloki sedangkan wilayahnya menggunakan cawan ia tidak memaksa Majelis untuk membuat perubahan tetapi ia mengikuti Perjamuan Kudus di wilayah yang menggunakan sloki. Jemaat memahami penggunaan sloki dalam Perjamuan Kudus tidak terlepas dari pengulangan cerita seperti yang Yesus lakukan kepada para muridnya, pada saat ini dilakukan dalam bentuk yang berbeda tidak gelas besar/cawan tetapi sloki. Peralihan ini menunjukkan bahwa perkembangan pengetahuan mempengaruhi simbol keagamaan. Kehidupan gereja masa lalu sebelum ditemukan penyakit menular penggunaan cawan masih dilakukan. Ketika ilmu kesehatan berkembang dan mempengaruhi kehidupan gereja menjadi pertanyaan apakah zaman sekarang jemaat kurang beriman? Ketika wawancara dengan jemaat GKJ Immanuel mereka berpendapat keimanan jemaat tidak terbatas, untuk itu alasan kesehatan dalam Perjamuan Kudus dipertimbangkan. 84

Kehidupan gereja masa kini tidak hanya berbicara keimanan jemaat melainkan dihubungkan dengan perkembangan pendidikan. Contohnya penggunaan cawan pada masa lalu jemaat tetap menggunakannya karena sangat mengimani Sakramen Perjamuan Kudus tidak akan sakit bahkan beroleh kesembuhan setelah mengikuti Perjamuan Kudus. Sampai sekarang mungkin ada beberapa jemaat yang masih percaya dengan kesembuhan melalui Sakramen Perjamuan Kudus. Anggur dan roti dalam Perjamuan Kudus diimani mempunyai kekuatan di luar kemampuan manusia yang dapat bekerja menyembuhkan seseorang yang sedang sakit. Penjelasan ini bukan menjadi perbandingan antara gereja masa kini dengan masa yang lalu (ketika menggunakan cawan), ada juga beberapa jemaat yang masih mempercayai hal ini. Penggunaan sloki jika dikaitkan dengan keegoisan jemaat tidak dapat disebut demikian, karena ketika jemaat menggunakan cawan ada beberapa orang yang sengaja duduk paling pojok dan paling depan dengan harapan mendapat kesempatan menjadi orang pertama minum anggur melalui cawan. Walaupun tidak satu gelas tetapi satu persekutuan yang telah menyatu dalam sebuah Sakramen Perjamuan Kudus. Terlepas dari keegoisan, kembali kepada masingmasing individu memaknai Perjamuan Kudus dengan benar bukan sekedar rutinitas. Sikap menghayati dengan sungguh-sungguh perlu nampak dalam setiap Perjamuan Kudus dengan menjaga ketenangan selama ibadah. Ketika jemaat berpendapat esensi Perjamuan Kudus adalah pengorbanan Yesus yang menebus dosa umat manusia, di dalam Perjamuan Kudus yang dilakukan dengan menggunakan cawan atau menggunakan sloki semua itu dapat diterima. Pengorbanan Yesus di kayu salib bukanlah hanya sebuah cerita dalam 85

Alkitab, sebagai pengikutnya perlu mencontoh pengorbanan yang dilakukan Yesus. Pengorbanan yang dilakukan misalnya keluar dari zona nyaman. Mungkin di lingkungan kerja, tindakan korupsi sudah menjadi budaya sehingga seperti sebuah zona nyaman. Hasil dari pengorbanannya akan menghasilkan dua hal yaitu dijauhi teman-teman atau dipuji. 4.3. Alasan jemaat yang menggunakan cawan dan sloki Alasan tetap Alasan beralih Komentar Menggunakan Cawan 1. Seperti yang Yesus lakukan kepada para muridnya 2. Lebih terasa bersatu dalam satu cawan 1. Pemahaman yang kuat untuk wilayah Ngasinan dan Pangggungrejo untuk tetap mempertahankan penggunaan cawan dalam Perjamuan Kudus. Pendapat jemaat wilayah ini merasa seperti zaman Yesus yang melakukan kepada para muridnya. 2. Kebersamaan terasa melalui cawan yang diminum secara 86

bersama-sama. 3. Sudah ditentukan Majelis wilayah 3. Jemaat GKJ Immanuel menghormati para Majelis (pamong) wilayahnya. Budaya jawa yang masih kental menghargai dan menghormati pemimpin. kebijakan yang diputuskan oleh pemimpin akan diterima. 4. Sudah terbiasa menggunakan cawan, Jika menggunakan sloki kurang 4. Faktor budaya sehingga jemaat tetap mempertahankan cawan dalam 87

mengena di hati Sakramen Perjamuan Kudus. 5. Cawan adalah simbol tradisi kebersamaan manusia berdosa yang dipakai bersama-sama dan kemudian bersama-sama memohon pengampunan 5. Makna cawan bagi jemaat GKJ Immanuel, memaknai cawan sebagai penampung dosa-dosa manusia sehingga diselamatkan oleh Yesus melalui pegorbanannya di kayu salib dari Tuhan Menggunakan Sloki 1. Jemaat ada yang merasa kurang nyaman dengan menggunakan satu gelas 1. Perkembangan pendidikan yang mempengaruhi jemaat di dalam perkembangan iman yang berdampingan dengan 88

bersama-sama perkembangan ilmu pengetahuan sehingga ada beberapa jemaat yang merasa kurang nyaman dengan cara menggunakan cawan. Keimanan dapat dipengaruhi oleh rasionalitas. 2. Waktu beribadah lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan cawan 2. Melihat kenyataan dilapangan, jemaat yang terkadang terlibat dalam kepanitian atau masih ada tanggung jawab pekerjaan setelah Perjamuan Kudus. Sehingga penggunaan sloki dianggap cukup relevan dengan situasi seperti ini. Terkadang juga ada 89

jemaat yang biasa menggunakan cawan datang ke wilayah yang menggunakan sloki karena setelah ibadah ada kegiatan yang lain. Gereja yang hidup bukan hanya terbatas pada gedung, tetapi kepedulian terhadap sesama menjadi hal yang perlu diperhatikan juga. 3. Sudah ditetapkan Majelis wilayah 3. Kurang diketahui dengan pasti apakah jemaat yang dulunya menggunaan cawan beralih menggunakan sloki dalam Perjamuan Kudus setuju 90

dengan kebijakan yang diambil oleh Majelis wilayah. Biasanya hal yang sudah menjadi budaya sulit untuk dirubah karena berhubungan dengan pemaknaan yang sudah terbentuk. 4. Kesakralan Perjamuan Kudus bukan hanya terasa pada saat menggunakan cawan 4. Cawan sebagai simbol yang dapat berubah. Jemaat berpendapat yang penting anggur sebagai lambang darah Kristus masalah menggunakan cawan atau sloki bukanlah hal yang perlu dibahas lebih jauh. Perlu melihat 91

kembali makna cawan. Ketika Perjamuan Malam, Yesus mengajak para muridnya untuk minum dalam satu cawan sebagai bentuk ajakan bahwa mereka dapat bagian dari kehidupannya. Kita juga mendapat bagian keselamatan melalui simbol cawan itu. 5. banyaknya anggur yang diminum sama 5. Pendapat ini melihat keadilan dalam sebuah Perjamuan Kudus. Ketika jemaat minum melalui cawan terkadang ada yang minum lebih banyak dari orang lain. 92

6. cawan atau sloki hanya sebagai simbol saja, esensi dari Perjamuan Kudus adalah pengorbanan Yesus di kayu salib sehingga kita diselamatkan dari dosa. 6. Jika esensi dari Perjamuan Kudus adalah pengorbanan Yesus di kayu salib, jemaat mengaplikasikan dalam sikap hidup sehari-hari. Jemaat tidak mengikuti arus kehidupan yang merugikan banyak orang karena mementingkan diri sendiri seperti korupsi. Hal yang lainnya adalah perlu memperhatikan sikap dalam Perjamuan Kudus dengan menjaga keheningan atau ketenangan dalam ibadah. 93

4.4 Cawan dan sloki dalam Perjamuan Kudus Perjamuan Kudus mempunyai makna yang sakral dalam sebuah persekutuan. Jemaat memaknai anggur dan roti sebagai darah dan tubuh Kristus. Makna ini tidak dapat dipisahkan dari pemahaman jemaat. Jika dipisahkan maka angggur dan roti hanyalah sebuah makanan dan minuman yang biasa saja. Pemaknaan yang mendalam membuat hal yang terlihat (anggur dan roti) digabung dengan kekuatan yang transenden sehingga dalam Perjamuan Kudus memerlukan persiapan yang khusus. Terlebih sebelum Perjamuan Kudus seperti jemaat GKJ Immanuel Surakarta memaknai setelah persiapan Perjamuan Kudus hidup harus dijaga supaya tidak jatuh dalam dosa. Hal ini mungkin yang membuat persiapan Perjamuan Kudus dilakukan dekat dengan hari Perjamuan Kudus bukan jauh sebelum hari Perjamuan Kudus. Makna cawan atau piala seperti dalam kisah Yusuf mempunyai arti yang penting. Piala sebagai bentuk permohonan akan kehidupan yang khas, berharga dan mampu bertahan. Demikian pula ketika Yesus mengajak murid-muridnya untuk makan bersama dalam Perjamuan Malam Yesus mengajak minum melalui cawan yang Yesus berikan kepada mereka. Murid-muridNya masuk dalam kehidupan Yesus dengan simbol cawan, melalui satu cawan terkesan satu rasa. Peringatan tersebut dilakukan terus sampai saat ini walaupun sudah ada peralihan secara teknis dalam Perjamuan Kudus. Manusia seperti diajak bersama-sama dalam kehidupan Yesus melalui simbol cawan. Ketika manusia sudah menerima Perjamuan Kudus dan bersedia mengikuti apa yang telah diajarkan Yesus dan meninggalkan dosa-dosa yang lama. 94

Cawan sebagai lambang kesatuan seperti dalam kisah Perjamuan Malam Yesus yang mengajak murid-muridnya untuk satu dalam meja dan menggunakan cawan untuk pengenangan akan Dia. Cawan pada masa itu mempunyai arti bahwa perasaan satu di dalam penderitaan. Pada zaman gereja kontemporer terkesan tidak merasakan penderitaan dapat dilihat dengan penggunaan sloki, ketika jemaat menggunakan sloki terasa lebih aman dari segala penyakit menular. Persekutuan yang sejati terwujud dalam pengalaman penderitaan. Zaman modern mengarah kepada spesialisasi yang lebih dibutuhkan, untuk itu setiap orang berlomba-lomba menjadi lebih dibandingkan orang lain. Persaingan terjadi dan banyak cara dapat dilakukan untuk mencapai keberhasilan. Jika meminjam konsep piala zaman Yusuf, piala merupakan sebuah ciri khas dari seorang pemimpin untuk itu setiap individu zaman sekarang mempunyai ciri khas yang membedakan dengan individu yang lainnya dengan menjaga hidup tetap kudus. 95