BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari hasil wawancara langsung yang penulis lakukan pada pihak BNI

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MURA<BAH{AH BERMASALAH DI BPRS BAKTI MAKMUR

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan hidup, terutama kebutuhan

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK

BAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PROSEDUR MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA JAMINAN PADA GADAI EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) CABANG PEKALONGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

: MARINA RUMONDANG P. TAMPUBOLON NPM :

BAB V PENUTUP. mengenai pelaksanaan akad pembiayaan musyarakah di BMT Beringharjo. Yogyakarta, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

Prosedur Persetujuan, Pencairan Dana, Dan Pengelolaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank BTN Cabang Bekasi Kranji

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Manajemen Risiko yang diterapkan dalam mengatasi Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BTM Lampung

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak hanya lembaga keuangan perbankan, namun juga dijalankan oleh lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB V PEMBAHASAN. kegiatan operasional yang berlangsung di kantor Koperasi Simpan Pinjam

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penulis pada pembiayaan qardhul hasan di

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP KEKELUARGAAN DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BMT AL-AMIN MAKASSAR KALYISAH BAHARUDDIN

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 11 LANDASAN TEORI

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen risiko menurutbank Indonesia adalah. serangkaianprosedur dan metode yang digunakanuntuk mengidentifikasi,

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau seluruh lapisan masyarakat dikarenakan harganya yang tinggi. Kondisi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memenuhi sejumlah persyaratan yang telah ditentukan oleh Bank BTN, adapun

BAB III PROSES PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SYARI AH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dealin Mahaputri Leonika

BAB III PROFIL BANK BTN SYARAH DAN MEKANISME PEMBERIAN PEMBIAYAAN SYUKUR PADA BANK BTN SYARIAH SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP MURABAHAH PADA BANK NAGARI UNIT SYARIAH PADANG SKRIPSI

STRATEGI PENYELAMATAN KREDIT BERMASALAH DI BANK JATIM CABANG BOJONEGORO RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah penulis mengumpulkan data dari lapangan melalui wawancara. dan dokumentasi di lapangan, yaitu di Bank BNI Syariah Kantor Cabang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

Prosedur Pengajuan Kredit Pemilikan Rumah dan Pengendalian Internal KPR di PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. Kantor Cabang Bekasi

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. KPR BTN Sejahtera FLPP adalah kredit pemilikan rumah program

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

Produk Talangan Haji Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

BAB III PROSES PENYELESAIAN TERHADAP DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR (KREDIT PEMILIKAN RUMAH) DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK.

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SYARI AH SURABAYA A. Aplikasi Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian KPR pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Surabaya Dalam pelaksanaan perjanjian yang dilakukan di BTN Syari ah Surabaya biasanya terdapat hambatan-hambatan yang terjadi yakni pemenuhan prestasi terlambat. Hambatan atau gangguan dapat datang dari pihak kreditur yaitu bank, tetapi pada umumnya atau sebagian besar hambatan dari pihak debitur atau nasabah yang terlambat memenuhi angsuran atau tidak membayar hutangnya (wanprestasi). I tikad tidak baik dari debitur yang merupakan salah satu faktor kendala penyelesaian KPR bermasalah yaitu bahwa debitur akan memanfaatkan beberapa kelemahan yang ada pada bank untuk tujuan tidak membayar kreditnya pada bank. Perbankan tidak dapat menghindari pembiayaan bermasalah. Suatu pembiayaan dikatakan bermasalah pada awalnya ditandai dengan adanya tandatanda dari nasabah yang dibiayai mengalami kesulitan financial atau karena 59

60 terjadinya musibah yang dialami oleh nasabah. Walaupun berbagai usaha telah dilakukan untuk mencegah pembiayaan bermasalah tersebut belum menutup kemungkinan terjadinya pembiayaan bermasalah dimasa mendatang. 1. Penyelesaian pembiayaan bermasalah pada KPR Platinum ib dalam akad mura>bah}ah oleh BTN Syari ah Surabaya Sebelum bank melakukan penyelesaian atas pembiayaan KPR yang bermasalah terlebih dahulu bank melakukan restrukturasi pembiayaan terhadap masalah yang dihadapi nasabahnya. Restrukturasi pembiayaan adalah upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan penyediaan dana terhadap nasabah yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya dengan mengikuti ketentuan yang berlaku yaitu Fatwa Dewan Syari ah Nasional (DSN), peraturan Bank Indonesia dan Standar akuntansi keuangan yang berlaku bagi bank syari ah. 1 Restrukturasi ini merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diketahui sebelum melangkah pada penyelesaian pembiayaan KPR lebih lanjut, diantaranya: a. Collection, yaitu penagihan secara inensif kepada nasabah yang mengalami pembiayaan KPR bermasalah. BTN Syari ah Surabaya melakukan dengan cara bertahap. Pertama, konfirmasi melalui telepon. 1 Direksi PT. BTN (persero), Surat Edaran Peraturan Direksi No. 21/YIII?2007, (Jakarta: PT. Bank Tabungan Negara (Persero) 2007), 4.

61 Kedua, mengirimkan surat pemberitahuan angsuran. Ketiga, peringatan atau teguran. Keempat, penagihan langsung yakni dengan mendatangi langsung kerumah nasabah pembiayaan KPR yang mengalami penunggakan. b. Rescheduling (penjadwalan kembali) adalah kebijakan BTN Syari ah Surabaya memberikan keringanan terhadp nasabah menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk penundaan masa tenggang dan perubahan besarnya angsuran pembiayaan KPR. Misalkan dalam perpanjangan jangka waku pembiayaan KPR dari lima tahun menjadi enam tahun dengan demikian jumlah angsuran akan menjadi lebih kecil seiring dengan penambahan jangka waku angsuran. Rescheduling ini salah satu cara yang diberikan kepada nasabah yang mempunyai i tikad baik dan karakter jujur. c. Melakukan pembianaan melalui pendekatan kepada nasabah pembiayaan KPR yang bermasalah, hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada nasabah pembiayaan KPR yang dilakukan dengan cara mendatangi nasabah pembiayaan KPR yang mengalami penunggakan ke rumahnya kemudian membicarakan atau mendiskusikan masalah yang sedang dihadapi oleh nasabah dan alternatif jalan keluar dalam menyelesaikannya. Jika nasabah bersedia membicarakan problem kondisi

62 keuangan secara jujur dan terbuka ini berarti nasabah mempunyai kemampuan baik untuk menyelesaikan masalah tunggakan dengan bank. Bank bisa segera mengetahui apa yang menjadi penyebab pembiayaan KPR tersebut bermasalah sehingga selanjutnya bisa memutuskan atau mengambil tindakan dalam menyelesaikan. d. Pengurangan tunggakan pokok pembiayaan, ini merupakan salah satu cara yang dilakukan BTN Syari ah Surabaya terhadap nasabah yang mengalami penunggakan dengan memberikan keringanan untuk membayar tunggakan pokok pembiayaan yang dari/lebih lecil tunggakan pokok pembiayaan yang seharusnya dibayar. e. Eksekusi jaminan asset nasabah atau objek pembiayaan yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan pembiayaan KPR. Hal ini dilakukan oleh BTN Syari ah Surabaya apabila nasabah sudah benar-benar tidak mampu lagi untuk membayar hutangnya. Proses eksekusi oleh BTN Syari ah Surabaya dapat dilakukan dengan menyerahkan sertifikat rumah sebagai jaminan dari nasabah yang bersangkutan atau bank sendiri yang akan melakukan penjualan atas barang jaminan. Hal ini tentunya dilakukan berdasarkan kesepakatan keduabelah pihak, atau menyerahkan ke lembaga eksekutor yaitu BUPLN (Badan Urusan Piutang Dan Lelang Negara).

63 f. Hapus buku yaitu langkah terakhir yang dilakukan BTN Syari ah Surabaya untuk membebaskan nasabah dari beban hutangnya, dikarenakan nasabah sudah tidak mampu lagi untuk membayar angsuran KPR dan begitu pula dengan barang jaminan. Pada perbankan syari ah jika terdapat perbedaan atau perselisihan maka kedua pihak terus menyelesaikanya sesuai tata cara dan hukum materi syari ah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan berdasarkan prinsip-prinsip syari ah di Indonesia deikenal dengan nama Badan Arbitrase Syari ah Nasional (BASYARNAS). Selama hanya dengan pihak baik dengan nasabah, maka hendaknya merujuk atau menyelesaikan melalui BASYARNAS. 2. Strategi BTN Syari ah Surabaya dalam mengatasi pembiayaan KPR Platinum ib dalam akad mura>bah}ah terhadap Nasabah Wanprestasi a. Melakukan pembinaan dengan cara menelpon nasabah yang terlambat membayar angsurran, mengirim surat pemberitahuan atau surat peringatan terhadap nasabah yang menunggak dan menagih langsung dengan cara mengunjungi rumah atau kantor nasabah yang menunggak. b. Melakukan rescheduling atau penambahan jangka waktu sesuai dengan kesepatakan dua belah pihak. Dalam hal tersebut nasabah dapat memperpanjang jangka waktu, dan memperkecil angsuran. Bentuk tindakan bank jika nasabah di rescheduling adalah penambahan denda

64 atas keterlambatan pembayaran angsuran yakni sebesar 1,5% dari sisa biaya tunggakan. B. Analisis Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian KPR pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari ah Surabaya Pembiayaan KPR Platinum ib ini menggunakan akad mura>bah}ah yaitu ikatan antara dua orang atau lebih untuk melakukan transaksi jual beli atas barang tersebut, dimana penjual menyebutkan harga pembelian kepada pembeli dengan keuntungan yang disepakati diawal akad. Jika nasabah tidak memenuhi akad yang telah disepakati maka nasabah tersebut melakukan kelalaian dalam perjanjian, yang biasa disebut sebagai wanprestasi. Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa dalam penyelesaian nasabah wanprestasi atau tidak bisa menyelesaikan/melunasi dapat diberikan tindakan salah satunya dengan cara melakukan tindakan rescheduling. Dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syari ah Nasional No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Mura>bah}ah. Ketentuan penyelesaiannya bahwa Lembaga Keuangan Syari ah boleh melakukan penjadwalan kembali (rescheduling) tagihan mura>bah}ah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi

65 pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa; 2. Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil; 3. Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari ah Nasional (BASYARNAS) setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Beberapa definisi rescheduling diatas, menjelaskan bahwa peran rescheduling sangat membantu dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah. Mekanisme rescheduling dapat dilakukan dengan cara memperpanjang jangka waktu pengembalian dan memperkecil jumlah angsuran pembiayaan KPR Platinum ib dengan menggunakan akad mura>bah}ah. Dengan ketentuan bahwa tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa. Namun dalam praktiknya cara rescheduling tersebut diterapkan supaya sisa pinjaman pokok nasabah yang bermasalah (wanprestasi). Dalam mengangsur pinjaman pokok nasabah juga tetap dibebani biaya margin yang dihitung sanpai angsuran tersebut selesai,

66 jumlah dari pengembalian pembiayaan nasabah melebihi dari sisa pinjaman pembiayaan KPR Platinum ib pada BTN Syari ah Surabaya. Seolah-olah hanya memperbarui akad, jika dalam peraturan yang disampaikan DSN MUI dalam masalah rescheduling tidak ada penambahan jumlah hutang yang tersisa, maka BTN Syari ah Surabaya sebagai pelopor syari ah yang berbeda dengan fatwa DSN tersebut. BTN Syari ah Surabaya masih menerapkan biaya tambahan yang dicicil bersamaan dengan pembiayaan yang diberikan. Tambahan ini berakibat karena nasabah lalai dalam mengangsur, maka timbul denda tersebut. Bank melakukan rescheduling terhadap nasabah yang macet tersebut dengan memperkecil jumlah angsurannya dan memperpanjang jangka waktu yaitu sisa angsuran nasabah dibagi dengan bulan yang diminta oleh nasabah, asalkan tidak melampaui batas yang ditentukan bank dan sisa tersebut tanpa ada penambahan margin yang dihitung sampai angsuran tersebut selesai. Adapun saran lainnya yaitu pihak bank melakukan pergantian akad dengan akad qardhul hasan. Sama-sama hutang tetapi nasabah hanya akan membayar sisa pokoknya saja tanpa ada penambahan margin yang dihitung sampai angsuran tersebut selesai.