BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0-18 bulan), toddler (1,5 3 tahun), anakanak

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan otak diusia balita akan berdampak pada usia dewasanya nanti,

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ekspresi terhadap pemikiran menjadi kreatif. Permainan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1tahun) usia

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah keturunan kedua.

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mental inteligensi serta perilaku anak (Mansjoer, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Periode lima tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kelangsungan hidup sebuah bangsa ditentukan oleh generasi penerusnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Narendra, 2004). Pembelajaran pada masa golden age merupakan wahana

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki inteligensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

Dasar Pembentukan Bina Keluarga Balita

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di Indonesia, mencatat populasi kelompok usia anak di. 89,5 juta penduduk termasuk dalam kelompok usia anak.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

siap untuk dipenuhi coretan-coretan. Baik buruknya isi coretan tersebut, kita yang

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-24 BULAN DI DESA TRIGUNO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak merupakan masa emas (golden period) atau Jendela

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif. Sedangkan pengertian tumbuh itu sendiri yaitu proses

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bisri Fitriani Afina Meiti Eka Isdhiyanti, 2014

PELATIHAN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN UNTUK MENSTIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 0 3 TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek tumbuh kembang pada anak, dewasa ini adalah salah satu

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

BAB I PENDAHULUAN. usia dini, 50% akan mencapai kemampuan kemudian, 75% anak akan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lain tetapi sifatnya berbeda, namun ke dua nya. mengenal faktor resiko pada anak usia toddler.

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

PENGARUH STIMULASI ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai macam upaya, antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam kandungan. Untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya (Narendra, 2008). Kaitannya dengan pengembangan sumber daya manusia, anak usia dini memiliki peran yang sangat menentukan. Melalui upaya pembinaan dan pengasuhan yang tepat, anak usia dini akan mudah diukir dan dibentuk menjadi sosok manusia yang berguna bagi keluarga, masyarakat, negara dan bangsa. Sosok manusia yang dimaksud adalah sosok manusia masa depan yang tidak saja cerdas, berkarakter baik, dan berkepribadian mantap, tetapi juga mandiri, disiplin dan memiliki etos kerja tinggi yang secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di antara bangsa-bangsa di dunia (BKKBN, 2004 cit Kusumawati, 2008). 1

2 Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melaui tumbuh kematangan dan belajar (Alimul, 2005 cit Kusumawati, 2008). Pada tahun-tahun pertama, sangat penting untuk memberikan stimulasi dalam bentuk stimulasi visual, verbal, auditif, taktil, dan lainlain. Belaian, ciuman, mengajak bercakap-cakap, mengajak bermain, bercerita dan sebagainya, adalah sebagai upaya yang dapat membentuk anak mengenal dunia luar; lebih memperkaya imajinasi dan kreativitas anak. Sebagai sarana untuk memberikan rangsangan pada anak antara lain berupa alat permainan edukatif (APE), yang berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, antara lain motorik, bahasa, kecerdasan, dan sosialisasi. Berbagai macam dan bentuk APE dimungkinkan memberi stimulasi secara efektif, apabila dilakukan dengan penuh perhatian, kesabaran, dan sesuai dengan usia anak (Rahman, 2002). Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat golden period window of opportunity critical period) (Departemen Kesehatan RI, 2005). Kebutuhan-kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak terutama dicukupi oleh ibu, ayah, anggota keluarga serta lingkungan sekitar. Upaya

3 mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut dilakukan melalui interaksi yang adekuat, terus menerus, sesuai dengan tahapan umur. Semakin erat dan semakin sering faktor di lingkungan tersebut berinteraksi dengan anak, maka faktor tersebut semakin besar peranannya dalam menentukan kualitas tumbuh kembang anak (Widyastuti, 2005). Tumbuh kembang dikatakan terlambat jika seorang anak tidak mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan pada umur yang semestinya, dengan ketertinggalan dalam populasi yang normal (Sacker, 2011). Kenyataan yang ada di masyarakat, tidak semua anak balita dapat berkembang secara normal. Menurut Hidayat (2005) ada beberapa masalah yang berhubungan dengan perkembangan yang perlu pendeteksian, diantaranya apabila pada usia 1-1,5 bulan belum bisa tersenyum secara spontan, usia 3 bulan masih menggenggam dan belum bersuara, usia 4-5 bulan belum bisa tengkurap dengan kepala diangkat, pada usia 7-8 bulan belum bisa didudukkan tanpa bantuan, dan sebagainya. Menurut Soetjiningsih (2007) kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan anak balita terutama di pedesaan, masih relatif rendah. Hal ini di buktikan dengan masih banyaknya ibu-ibu yang tidak segera mengetahui kelainan anak balitanya, terutama yang menyangkut gangguan perkembangan anak seperti gangguan bicara dan bahasa, retardasi mental, yang berkaitan dengan gangguan bahasa, motorik kasar, motorik halus, dan kecerdasan serta autisme yang berkaitan dengan

4 semua aspek perembangan anak termasuk tingkah laku sosial. Rendahnya kemampuan deteksi dini terhadap gangguan perkembangan oleh orang tua mengakibatkan sering terlambatnya orang tua dalam memeriksakan anaknya atau berkonsultasi dengan dokter atau para medis lainnya. Keterlambatan dalam mendeteksi gangguan perkembangan menjadikan pengobatan maupun pemulihannya lebih sulit. Bila ini terjadi, anak tidak akan dapat berkembang secara optimal sehingga akan banyak ketinggalan dengan anak-anak lainnya yang normal. Disinilah orang tua terutama ibu perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya apa yang harus dilakukan, termasuk terapi yang diberikan (Soetjiningsih, 2007). Hal ini didasarkan pada realita bahwa sejak dilahirkan anak masih tergantung pada orang tua dan orang tua harus bertanggung jawab terhadap kehidupan anaknya (BKKBN, 2003). Menurut Notoatmodjo (2007) menegaskan bahwa perananan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan demikian, terkait dengan aspek perkembangan anak balita, pendidikan kesehatan memiliki peranan yang sangat besar dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengoptimalisasikan perkembangan anak balita sekaligus kemampuan dalam hal deteksi dini gangguan perkembangan anak balita. Karena melalui penyuluhan kesehatan, masyarakat yang memiliki balita diharapkan akan banyak memperoleh informasi tentang perkembangan anak, tahapan

5 perkembangan anak, serta berbagai tekhnik dan cara untuk mengetahui apakah anak balitanya mengalami gangguan perkembangan atau tidak. Dari hasil studi pendahuluan yang sudah dilakukan, ditemui beberapa balita yang mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang, khususnya dalam aspek motorik dan kognitif. Hal ini disebabkan kurangnya tingkat pengetahuan ibu dalam deteksi dini tumbuh kembang dan kurangnya tingkat pengetahuan ibu dalam memberikan stimulus tumbuh kembang pada balita mereka. Berdasarkan uraian diatas, penting bagi peneliti untuk melakukan Peningkatan Pengetahuan Ibu dalam Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Anak Pada Usia 1-5 tahun di Posyandu Kasihan 1 dan 2 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu dalam deteksi dini gangguan tumbuh kembang pada anak usia 1-5 tahun di Posyandu Kasihan 1 dan 2, Bantul, Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

6 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu dalam deteksi dini gangguan tumbuh kembang pada anak usia 1-5 tahun di Posyandu Kasihan 1 dan 2, Bantul, Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu di Posyandu Kasihan 1 dan 2, Bantul, Yogyakarta yang berkaitan dengan deteksi dini gangguan tumbuh kembang pada anak usia 1-5 tahun sebelum dilakukan intervensi dalam bentuk pendidikan kesehatan. b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu di Posyandu Kasihan1 dan 2, Bantul, Yogyakarta yang berkaitan dengan deteksi dini gangguan tumbuh kembang pada anak usia 1-5 tahun sesudah dilakukan intervensi dalam bentuk pendidikan kesehatan. D. Manfaat Penelitian 1. Sumbangan bagi Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Keperawatan a. Menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang kemampuan ibu dalam deteksi dini gangguan tumbuh kembang pada anak usia 1-5 tahun. b. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kemampuan ibu dalam deteksi dini gangguan tumbuh kembang pada anak usia 1-5

7 tahun sehingga dapat mempermudah dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. 2. Sumbangan untuk Kegunaan Praktis a. Bagi Penulis Menambah pengalaman dalam mengadakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian yang telah dilakukan oleh Fakultas Kedokteran UMY, khususnya tentang masalah deteksi dini gangguan tumbuh kembang pada anak usia 1-5 tahun. b. Bagi Pemerintah dan Instansi Terkait Khususnya Dinas Kesehatan 1) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah tentang pentingnya intensifikasi pendidikan kesehatan pada masyarakat khususnya yang berkaitan dengan deteksi dini gangguan tumbuh kembang pada anak usia 1-5 tahun, sehingga anak yang memiliki gangguan tumbuh kembang dapat segera ditangani dan diupayakan pemulihannya. 2) Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dalam mengambil kebijakan khususnya yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan orang tua, khusunya ibu-ibu agar dapat memantau dan menangani anak-anak mereka yang mengalami gangguan tumbuh kembang.

8 c. Bagi Masyarakat dan Pembaca pada Umumnya 1) Sebagai bahan penambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan, khususnya tentang deteksi dini gangguan tumbuh kembang pada anak usia 1-5 tahun. 2) Sebagai bahan pustaka untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuan. E. Penelitian Terkait Penelitian ini memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan, sehingga keaslian dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain seputar pengaruh pendidikan kesehatan adalah sebagai beikut: 1. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Post Partum di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta oleh Yuniarti pada Tahun 2004. Populasi penelitian tersebut adalah seluruh klien post partum normal di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Sampel sebanyak 30 orang dengan rincian 15 orang sebagai kelompok eksperimen dan 15 orang sebagai kelompok kontrol. Pengujian hipotesis menggunakan uji T-Test. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh yang bemakna terhadap waktu pelaksanaan mobilisasi dini dengan signifikansi 0,024 (< 0,05). Pemberian

9 pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap lama setiap mobilisasi dini dengan signifikansi 0,005 (< 0,05). Penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya sama-sama menggunakan variabel bebas (independent variable) Pendidikan Kesehatan dan sama-sama menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sementara perbedaannya terletak pada variabel terikat yang akan diteliti, karena peneliti mengambil obyek penelitian tentang hubungan pendidikan kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini gangguan tumbuh kembang pada anak usia 1-5 tahun. 2. Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan Pendekatan Modeling Terhadap Pengetahuan, Kemampuan Praktek dan Percaya Diri Ibu Dalam Memstimulasi Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kabupaten Maros oleh Ariyanti Saleh pada Tahun 2009. Keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah 81 orang ibu terdiri dari 41 orang kelompok intervensi dan 40 orang kelompok kontrol sesuai dengan kriteria penelitian. Penelitian ini menggunakan desain quasy-eksperiment pre-post control group design. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Kabupaten Maros memiliki tingkat pertumbuhan kesehatan yang cukup rendah, khususnya yang terkait dengan kepedulian orang tua (ibu) terhadap perawatan kesehatan dan tumbuh kembang bayi, hal ini dapat dilihat dari data

10 kunjungan bayi sebesar 65,8% dari 90% target yang ingin dicapai oleh pemerintah, dan cakupan deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita sebesar 13,37% dari 70% target yang ingin dicapai pemerintah (Dinkes Sulsel, 2008). Penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya sama-sama menggunakan variabel bebas (independent variable) Pendidikan Kesehatan dan sama-sama menguji tentang hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat (dependent variabel), serta desain penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan desain penelitian quasieksperiment pre-post with control group design. Perbedaan yang ada pada kedua penelitian ini terletak pada variabel terikat yang akan diteliti, karena peneliti mengambil obyek penelitian hubungan pendidikan kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini gangguan tumbuh kembang pada anak usia 1-5 tahun.