BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada. bab IV, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

BAB V PENUTUP. 1. Fashion Involvement secara signifikan mempengaruhi Impulse Buying. keterlibatan konsumen terhadap produk fashion maka akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para pelaku bisnis terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis ritel modern, khususnya di bidang fashion agar dapat memenangkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perusahaan memiliki strategi tersendiri dalam menarik konsumen yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Mowen dan Minor (2002:10), impulse buying didefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para peritel untuk mendapatkan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pengaruh fashion involvement,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

BAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuannya mereka terus memperjuangkan tujuan lama, atau tujuan pengganti.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dewasa ini telah membawa pengaruh yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab sebelumnya, tentang pengaruh sales promotion, hedonic shopping value

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru

BAB 1 PENDAHULUAN. konsepsi yang dinamis yang terus-menerus berubah sebagai reaksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam era yang serba modern seperti saat ini, tingkat persaingan

TESIS PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS, KECANDUAN BERBELANJA, KETERLIBATAN FASHION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PRODUK FASHION GLOBAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media pemasaran yang dikenal dengan internet marketing atau e- menjadi masalah yang berarti bagi dunia pemasaran.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penentuan Pokok Bahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor pendorong..., Emir Zakiar, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau e-commerce juga terus berkembang. Dengan demikian lebih mempermudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. value, fashion involvement dan emotional gratification terhadap impulse

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Konsumen Elzatta di Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo. impulsif di Galeri Elzatta Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling disukai adalah kegiatan berbelanja produk fashion. Produk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan umum yang berkaitan dengan tema penelitian. Rumusan masalah di

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih cerdas dalam memilih suatu produk, terutama untuk produk fashion seperti

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

PERANAN HEDONIC SHOPPING VALUE DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING DI MATAHARI DEPARTMENT STORE SURABAYA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ekonomi di Indonesia meningkat sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu

BAB V PENUTUP. 1. Variabel window display memberikan pengaruh yang positif dan signifikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Saat ini, fenomena pemasaran telah mengalami banyak perubahan mulai

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Dengan adanya kemajuan dan perubahan tersebut secara tidak langsung. menuntut kita untuk dapat mengimbanginya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Menurut data yang diperoleh dari Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. (JBE), hlm Dani Mohamad Dahwilani, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan produk dari produsen mana yang akan menjadi pilihan mereka. Keberhasilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelian impulsif, salah satunya adalah model stimulus organism response

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian. Pengecer yang kini melihat ke masa depan harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin memperkuat sinergisitas hubungan antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran semakin mempengaruhi hampir seluruh kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. jasa sampai - sampai ada istilah Pelanggan adalah raja. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menginginkan lokasi belanja yang lebih bersih tertata dan rapi. Utami

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi banyak faktor yang mempengaruhi kegiatan perekonomian termasuk dalam bidang pemasaran. Bentuk kegiatan yang dilakukan di dalam bidang apa pun, dimana membentuk inovasi tersendiri dalam menyebarkan produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha dalam bidang peritelan, seperti toko-toko, department store ataupun adanya distro-distro yang bisa dibilang sebagai usaha yang banyak di didirikan oleh masyarakat dengan tujuan mencari keuntungan. Perkembangan ritel dalam format pasar modern memberikan alternatif tersendiri dalam berbelanja yang menarik bagi konsumen. Selain menawarkan kenyamanan dan kualitas produk, harga yang yang disediakan juga cukup bersaing (Soliha, 2008). Dengan mengingat besarnya kemampuan modal para peritel moderntersebut, peritel modern dapat mempersempit jalur distribusi, sehingga menyebabkan harga yang jauh lebih bersaing kepada konsumen, sehingga dapat menimbulkan minat berbelanja pada konsumen (Datacon, 2011). Industri ritel di Indonesia saat ini semakin berkembang dengan semakin banyaknya pembangunan gerai-gerai baru di berbagai tempat. Kegairahan para pengusaha ritel untuk berlomba-lomba menanamkan investasi dalam pembangunan gerai-gerai baru tidaklah sulit untuk dipahami. Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 3% sejak tahun 2000 dan makin terkendalinya laju inflasi, bisa menjadi alasan mereka bahwa ekonomi Indonesia bisa menguat kembali di masa mendatang (Soliha, 2008). Menurut Asosiasi

Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10%-15% pertahun (Marketing, 2013). Salah satu hal konstan yang paling penting bagi manusia, walaupun banyak perbedaan di antara satu dengan yang lainnya, adalah bahwa manusia juga merupakan konsumen. Secara tetap menggunakan atau mengkonsumsi makanan, pakaian, perumahan, pengangkutan, pendidikan, peralatan, liburan, barang kebutuhan, barang mewah, jasa, dan bahkan gagasan/ pendapat. Sebagai konsumen yang memainkan peran yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi lokal, nasional, dan internasional. Keberhasilan sejumlah industri dan kegagalan industri dipengaruhi oleh keputusan membeli konsumen. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku konsumen telah menjadi faktor terpadu dalam pasang surutnya semua bisnis dalam ekonomi dunia yang sibuk ini. Istilah konsumen sering digunakan untuk menggambarkan dua macam kesatuan konsumsi yang berbeda. Ada konsumen perorangan dan konsumen organisasi. Konsumen perorangan membeli barang dan jasa untuk pemakaiannya sendiri (misalkan, notebook, elektronik, pakaian), untuk pemakaian rumah tangga atau sebagainya. Sedangkan konsumen organisasi meliputi perusahaan yang mencari laba atau nirlaba, badan pemerintah, dan lembaga (Schiffman dan Kanuk, 2008). Hal yang wajar dilakukan oleh masyarakat yaitu berbelanja, belanja merupakan aktifitas yang menyenangkan bagi banyak orang dan sebagian orang yang tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan belanja. Hal ini tidak hanya terbatas pada kaum perempuan, kaum laki-laki, miskin, maupun kaya, berpenghasilan tinggi maupun yang berpenghasilan rendah, semuanya punya alasan agar mereka menjadi sasaran untuk berbelanja. Umumnya orang memiliki kebiasaan berbelanja

untuk memenuhi kebutuhan. Meskipun demikian, sering juga ditemui orang yang berbelanja hanya untuk memenuhi hasrat atau dorongan semata dalam dirinya. Dengan membeli suatu produk yang mereka ingini tak lain dengan perkembangan zaman sekarang yang banyak terjadi perubahan dalam berbagai bidang termasuk dunia fashion. Fashion dapat berubah dengan cepat. Fashionyang dikenakan seseorang mampu mencerminkan siapa pengguna tersebut. Fashion yang dipilih seseorang bisa menunjukkan bagaimana seseorang tersebut dalam memilih gaya hidup yang dilakukan. Seseorang yang fashionable secara tidak langsung mengkonstruksi dirinya sebagai seseorang dengan gaya hidup modern dan selalu mengikuti trend yang ada (Wikipedia, 2013). Mengingat, betapa pentingnya peran para konsumen dalam menghasilkan pendapatan dan faktor motivasi yang di munculkan para konsumen saat berbelanja akan kebutuhan yang dekat dengan diri sendiri (Amiri et al, 2012), dalam mendukung penampilan pribadinya melalui perasaan senang (hedonic) dan penuh keterlibatan pada fashion (involvement) serta adanya perasaan yang positif (positive emotion) pada diri masing-masing. Fashion involvement (keterlibatan mode) yang merupakan sebuah motivasi dengan keinginan atau kepentingan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu. Secara umum, involvement merupakan sebuah refleksi dari motivasi yang kuat didalam bentuk hubungan pribadi yang dirasakan dari suatu produk atau jasa dalam konteks tertentu (Setiadi, 2008). Keterlibatan merupakan sebuah motivasi dan ketertarikan dari adanya rangsangan dan situasi yang nyata, dan merupakan arahan dari alasan sifat. Jika keterlibatan terhadap suatu produk tinggi, seseorang akan mengalami pengaruh tanggapan yang lebih kuat seperti adanya emosi yang

positif dan perasaan yang kuat (Setiadi, 2003). Involvement mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya personal suatu subjek, kejadian, atau aktifitas terhadap produk fashion. Konsumen yang melihat bahwa produk yang memiliki konsekuensi penting secara pribadi dikatakan terlibat dengan produk dan memiliki hubungan dengan produk tersebut (Setiadi, 2008). Ketika involvement mengacu pada persepsi terlibat dengan produk dan memiliki hubungan dengan produk tersebut, inilah yang akan mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan pembelian (Setiadi, 2008). Maka dari itu adanya keterlibatan fashion ini menjadi pertimbangan untuk membentuk sikap dalam melakukan pembelian. Konsumen yang terlibat dalam pembelian ketika termotivasi oleh keinginan hedonic atau dengan alasan non-ekonomi, seperti adanya kesenangan, fantasi, dan sosial atau kepuasan emosional, karena pengalaman berbelanja bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hedonic ini. Karena konsumen yang tingkat involvement atau keterlibatannya tinggi maka akan berpengaruuh pada nilai-nilai hedonic yang kuat (Amiri, et al, 2012). Sikap hedonis mengacu pada usaha untuk memperoleh kesenangan melalui perasaan (Mowen dan Minor,2002). Dari sudut pandang pemasaran, konsumsi hedonis mengacu pada gambaran panca indera konsumen, fantasi, dan gairah emosional dalam menggunakan produk. Efek dari konfigurasi ini disebut respon hedonis, sehingga konsumsi hedonis mencakup beberapa aspek perilaku yang berhubungan dengan panca indera, fantasi, dan emosional yang didorong oleh kesenangan dalam menggunakan produk (Vazifehdost, et al. 2014). Dalam mode pemasaran, kebiasaan mode menunjukkan jumlah dalam ketertarikan terhadap produk yang bermode, begitu juga dengan emosi positif (positive emotion).emosi positif yang muncul saat berada di pusat perbelanjaan

dapat meningkatkan waktu yang dihabiskan di toko, meningkatkan pengeluaran (uang yang dibelanjakan), dan meningkatkan pembelian yang tidak direncanakan (Nooreini, 2014). Positive emotion meliputi suasana hati yang mempengaruhi prilaku konsumen. emosi merupakan faktor yang penting bagi konsumen dalam mengambil keputusan. Positive emotion dapat ditimbulkan oleh individu yang memiliki suasana hati, dan reaksi terhadap adanya pengaruh lingkungan. Ketika konsumen berada di dalam toko dengan perasaan yang positif, dapat mempengaruhi niat konsumen untuk berbelanja, serta mempengaruhi persepsi penilaian tentang kualitas dan kepuasan dari pembelian produk tersebut (Tahalele & Victor, 2014). Banyak ritel yang mendorong positive emotion konsumen melalui atribut-atribut seperti rancangan toko yang menarik, tampilan produknya, desain kemasannya, dan dengan ditonjolkannya keistimewaan produk tersebut. Maka dari itu dengan adanya positive emotion dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian (Tirmizi et al, 2009). Konsumen dalam melakukan pembelian memiliki beragam caranya, melakukan sesuai dengan benar-benar yang dibutuhkannya atau sesuai rencana dan melakukan tanpa disengaja atau tidak direncanakan. Namun, ada kalanya proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen timbul begitu saja saat melihat suatu barang atau jasa, karena ketertarikannya, selanjutnya konsumen melakukan pembelian pada barang atau jasa yang bersangkutan. Tipe pembelian tersebut dinamakan tipe pembelian yang tanpa direncanakan atau pembelian impulsif (Mowen dan Minor, 2002). Dalam melakukan pembelian yang tidak terencana, strategi yang paling penting yang harus dilakukan oleh pemasar untuk

menghadapi persaingan tersebut adalah dengan memiliki pengetahuan tentang perilaku belanja konsumen yang menjadi pasar sasaran di toko ritel modern, karena pengetahuan tentang perilaku konsumen merupakan kunci dalam memenangkan persaingan di pasar (Ramdhani et al, 2012). Perilaku konsumen yang menarik di dalam ritel modern yaitu adanya perilaku pembelian yang tidak direncanakan atau perilaku impulse buying ( Mardiati, 2015). Dhurup (2014) mengatakan pembelian yang direncanakan terlibat waktu mengkonsumsi, pencarian informasi dengan membuat keputusan yang rasionil / berakal mengingat pembelian tidak terencana, untuk membuat semua keputusan berbelanja tanpa adanya rencana untuk selanjutnya. Pembelian tidak terencana merupakan istilah dalam keputusan pembelian secara cepat (Dhurup, 2014). Dalam hal melakukan pembelian yang tidak terencana bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Seperti halnya di pertokoan, department store, restoran, dan tempat lainnya. Department Store termasuk format ritel modern dengan menawarkan tempat yang luas dan bebas memilih produk yang di-dispaly (di jual), barang yang di jual banyak jenisnya dan lengkap ukurannya, sistem manajemen terkelola dengan baik dan menawarkan kenyamanan berbelanja, harga sudah tetap (fixed) dan mengadakan diskon besar-besaran sampai 70% (Ian, 2015). Di Indonesia sudah banyak department store yang berdiri, termasuk di Ramayana Department Store cabang Payakumbuh. Hingga saat ini Ramayana telah mengoperasikan 103 gerai department store di seluruh Indonesia. Ramayana memiliki dua unit bisnis yakni department store dan supemarket. Ramayana Department Store merupakan bisnis peritelan yang besar di Payakumbuh yang

terletak dipusat kota Payakumbuh, terkait dengan mode pakaian serta bentuk fashion berpakaian konsumen dalam menata dirinya sendiri agar tampil semenarik mungkin. Penjualan masih lebih besar disumbang oleh unit department store yaitu rata-rata sekitar 73%. Ramayana membidik segmen menengah ke bawah sebagai target pasarnya (Datacon, 2011). Ramayana Department Store yang terus memberikan promo diskonnya kepada masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi Ramayana kepada pelanggan setianya, sekaligus menjadi ajang menarik hati para konsumennya sebagai pasar yang dikenal banjir diskon. Beberapa bentuk produk yang ditawarkan tersebut meliputi berbagai pakaian (fashion) dari batik, jeans pria dan wanita, kemeja, kaos untuk pria dan wanita dan anak-anak (Nabilla, 2015). Ketika melakukan pembelian secara tiba-tiba atau tidak direncanakan, konsumen sering merasakan perasaan senang tersendiri (hedonic), adanya keterlibatan (involvement) pada fashion, serta adanya emosi positif setiap konsumen. Dengan perasaan senang (hedonic) dan keterlibatan konsumen sendiri pastinya berkaitan dengan emosi yang positif dan pembelian impulsif. Hal ini juga adanya emosi positif pada pembelian secara impulsif yang terjadi ketika melakukan pembelian pakaian di Ramayana Department Store cabang Payakumbuh. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubunganketerlibatan (involvement) mode, dan konsumsi yang hedonis (hedonic) konsumen yang berpengaruh dengan pembelian impulsif. Hal ini juga adanya emosi positif terhadap pembelian impulsif yang terjadi ketika melakukan pembelian di Ramayana Department Store Payakumbuh. Alasan peneliti

menggunakan faktor individual seperti keterlibatan (involvement) mode,konsumsi yang hedonis (hedonic), emosi positif (positive emotion) karena sebagian besar faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh pemasar sehingga harus diperhitungkan dan yang akhirnya juga menguji seberapa besar pengaruhnya terhadap keputusan pembelian secara impulsif khususnya di Ramayana Department Store Payakumbuh. Berdasarkan latar belakang diatas dalam penelitian ini penulis akan membahas mengenai pengaruh individual hubungan keterlibatan (involvement) fashion, konsumsi yang hedonis (hedonic) dan emosi yang positif (positive emotion) konsumen sendiri yang berpengaruh pada pembelian secara impulsif yang terjadi ketika melakukan pembelian produk fashion pakaian di Ramayana Department Store cabang Payakumbuh. Maka, judul dari penelitian ini Pengaruh Fashion Involvement, HedonicConsumption, dan Postive Emotion terhadap Impulse Buying Oleh Konsumen pada Ramayana Department Store Cabang Payakumbuh. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah fashion involvement (keterlibatan mode) memberikan pengaruh terhadap impulse buying (pembelian tidak terencana) pada Ramayana Department Store cabang Payakumbuh? 2. Apakah fashion involvement (keterlibatan mode) memberikan pengaruh terhadap positive emotion (emosi positif) pada Ramayana Department Store cabang Payakumbuh?

3. Apakah hedonic consumption (konsumsi hedonis) memberikan pengaruh terhadap impulse buying (pembelian tidak terencana) pada Ramayana Department Store cabang Payakumbuh? 4. Apakah hedonic consumption (konsumsi hedonis) memberikan pengaruh terhadap positive emotion (emosi positif) ketika pembelian pada Ramayana Department Store cabang Payakumbuh? 5. Apakah positive emotion (emosi positif) memberikan pengaruh terhadap impulse buying ( pembelian tidak terencana) pada Ramayana Department Store cabang Payakumbuh? 1.3.Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka dapat diambil beberapa tujuan dari penelitian, sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh fashion involvement (keterlibatan mode) pada impulse buying (pembelian tidak terencana) pada Ramayana Department Store cabang Payakumbuh 2. Mengetahui bagaimana pengaruh fashion involvement (keterlibatan mode) pada positive emotion (emosi positif) pada Ramayana Department Store cabang Payakumbuh 3. Mengetahui bagaimana pengaruh hedonic consumption (konsumsi hedonis) pada impulse buying (pembelian tidak terencana) pada Ramayana Department Store cabang Payakumbuh 4. Mengetahui bagaiamana pengaruh hedonic consumption (konsumsi hedonik) pada positive emotion (emosi positif) pada Ramayana Department Store cabang Payakumbuh

5. Mengetahui bagaiamana pengaruh positive emotion (emosi positif) pada impulse buying (pembelian tidak terencana) pada Ramayana Departmen Store cabang Payakumbuh 1.4. Manfaat Penelitian Dengan maksud dan tujuan yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan umumnya penulis berikutnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu pemasaran pada umumnya, khususnya mengenai faktor-faktor mempengaruhi prilaku pembelian impulsif yang dilakukan oleh konsumen. 2. Manfaat Praktis Dapat mengungkapkan proses pembentukan impulse buying behaviour pada produk fashion pakaian di Ramayana Department Store cabang Payakumbuh. Dengan memahami impulse buying behaviour dapat memberikan gambaran, informasi, pandangan, dan sasaran yang berguna bagi para pebisnis ritel dan dapat mengembangkan strategi dalam memanfaatkan kesempatan saat konsumen berbelanja. Dan dengan adanya hasil ini dapat menjadi pemahaman pada pemasar untuk meningkatkan kinerjanya melalui variabel-variabel keputusan yang ada tentang fashion involvement, hedonic cunsumption, dan positive emotion.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini akan di bahas mengenai pengaruh Fashion Involvement (Keterlibatan Mode), Hedonic Consumption (Konsumsi Hedonis), dan Positive Emotion (Emosi Positif) terhadap Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana) oleh konsumen pada Ramayana Department Store cabang Payakumbuh dengan ruang lingkup daerah Payakumbuh Sumatra Barat. 1.6.Sistematika Penulisan Secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Literatur Bab ini berisi tentang tinjauan literatur mengenai variabel dan hal-hal yang ada dalam penelitian, penelitian terdahulu, hipotesis, dan kerangka penelitian. BAB III : Metode Penelitian Bab ini berisi tentang design penelitian, operasional variabel, metode yang digunakan, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, analisis data dan pengujian hipotesis. BAB IV : Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi tentang identitas dan karakteristik responden, deskripsi variabel penelitian, pengujian dan pembahasan hipotesis.

BAB V : Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan, implikasi hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran.