Saluran WBS PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) Website. Facsimile. Telepon. Whistleblowing System (WBS)

dokumen-dokumen yang mirip
Whitsleblowing System

MEKANISNE PELAPORAN ATAS DUGAAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lampiran 5 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)


SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR :800/126 /SK/SET-1/DLH TENTANG

DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN 2 1. Latar Belakang 2 2. Maksud dan Tujuan 3 3. Acuan Pedoman 3 4. Ruang Lingkup 4. 5.

WHISTLE BLOWING SYSTEM

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Sistem Pelaporan Atas Dugaan Penyimpangan atau Pelanggaran (Whistle Blowing System)

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System) KATA PENGANTAR

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk.

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t


PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I Ketentuan Umum 4. BAB II Penerimaan Pelaporan Pelanggaran 7

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

KEPUTUSAN BERSAMA. Nomor : Kep/06/KOM/AS/XI/2010 Nomor : Kep/267-AS/XI/2010. Tentang

MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS)

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) SK DIREKSI NO KEP/216/072014

PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Pedoman Pelaporan Pelanggaran. Whistleblowing System (WBS)

KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN

SOSIALISASI WHISTLE BLOWING SYSTEM RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH

SISTEM PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

SISTEM PELAPO N DUGAAN PELANGGA N WHISTLE BLOWING SYSTEM

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

TENTANG PEDOMAN PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN (WISTLEBLOWING SYSTEM) PT MULTI TERMINAL INDONESIA DAFTAR ISI PEDOMAN

PEDOMAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

SURAT KEPUTUSAN TENTANG. PEDOMAN SYSTEM PElAPORAN PElANGGARAN WHlffiE BLOWING SYSTEM (WBS) DllINGKUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PERSERO)

KEPUTUSAN DIREKSI PT.PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) No. Kep/Dir/ /XI/2012. Tentang SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)

PENGELOLAAN DAN PELAPORAN WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) DI PT PERTAMINA TRANS KONTINENTAL. Jakarta, 12 Desember 2014

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PT TASPEN (PERSERO)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penanganan Kecurangan sebelum Sistem Pelaporan Pelanggaran

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX.

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER)

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN - SPP (WHISTLEBLOWING SYSTEM WBS) Dikeluarkan oleh : Komite Nasional Kebijakan Governance

Visi Menjadi Perusahaan Pelayaran yang Tangguh dan Pilihan Utama Pelanggan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN ( CODE OF CORPORATE GOVERNANCE)

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus

1ft- "' t-'-. W PETROKIMIA I~'" PT PETROKIMIA GRESIK PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PD Tan99al Terbitan Revisi No. Copy. 10 Oktober

PT DANAREKSA (PERSERO) PIAGAM KOMITE AUDIT 2017

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

Kebijakan Pengungkap Fakta


Piagam Unit Komite Audit ("Committee Audit Charter" ) PT.Catur Sentosa Adiprana Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pedoman Etika dan Perilaku

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

PERNYATAAN KOMITMEN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO)

Pedoman Kerja Komite Audit

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

2. Pedoman Perilaku (Code of Conduct) PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) tanggal 27 Juni 2006.

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

PIAGAM INTERNAL AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT WIJAYA KARYA BETON Tbk

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN

STIE DEWANTARA GCG Bank

Transkripsi:

(WHISTLE BLOWING SYSTEM) Email: whistleblowing@pn8.co.id Website Tim Pengelola WBS C.q Direktur Utama /Komisaris Utama Facsimile Jl. Sindangsirna No. 4 Bandung Telepon Saluran WBS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) Jl. Sindangsirna No.4 Bandung 40153 Indonesia, Kotak Pos 176, Phone: (62-22) (62 2038966, Fax: (62-22) 22) 2031455, Email:ptpn8@pn8.co.id Website: http://www.pn8.co.id 0

KOMITMEN PERNYATAAN KOMITMEN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) yang selanjutnya disebut Perusahaan memiliki komitmen untuk menerapkan GCG secara konsisten dan berkesinambungan, serta menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai landasan operasional di lingkungan Perusahaan. Terkait dengan usaha penerapan Good Corporate Governance dan termasuk didalamnya pemberantasan korupsi, suap dan praktik kecurangan lainnya, maka salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah dan memerangi praktik yang bertentangan dengan GCG adalah melalui mekanisme pelaporan pelanggaran (whistleblowing system). Whistleblowing system adalah bagian dari sistem pengendalian internal dalam mencegah praktik penyimpangan dan kecurangan serta memperkuat penerapan praktik good governance. Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat partisipasi pelapor dalam melaporkan terjadinya pelanggaran yang dapat merugikan perusahaan. Penerapan WBS diharapkan akan mendorong budaya keterbukaan dan kejujuran dan mengurangi budaya diam. Harapan kami Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) atau Pedoman WBS ini benar-benar menjadi landasan operasional bagi pelaksanaan aktivitas perusahaan guna menciptakan tata kelola perusahaan yang baik di lingkungan Perusahaan. Marilah kita bersama-sama membangun komitmen untuk mengelola PTPN VIII (Persero) dengan tata kelola yang lebih baik. 1

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) Bandung, Desember 2012 Usman Basjah Komisaris Utama Dadi Sunardi Direktur Utama Alirahman Komisaris Danu Rianto Direktur Produksi Herry Suhardiyanto Komisaris Dikdik Koesnandi W Direktur SDM & Umum Gunawan Komisaris Irwan Abd. Rahman Lubis Direktur Perencanaan & Pengembangan A.Firman Taufick Komisaris Rahmat Slamet Direktur Keuangan Musliar Kasim Komisaris 2

DAFTAR ISI PERNYATAAN KOMITMEN DEWAN KOMISARIS & DIREKSI... LEMBAR PENGESAHAN DEWAN KOMISARIS & DIREKSI... DAFTAR ISI... 1 2 3 BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Ruang Lingkup, Maksud dan Tujuan... C. Pengertian... D. Peraturan... 5 5 6 6 8 BAB II ASPEK STRUKTURAL... A. Pernyataan Komitmen... B. Strategi Perusahaan... C. Kebijakan Perlindungan Pelapor... Kebijakan Perlindungan Pelapor... Apresiasi bagi Pelapor... Sanksi bagi Pelapor yang Menyalahgunakan Sistem Pelaporan Pelanggaran... D. Struktur Pengelolaan WBS... Direksi... Dewan Komisaris... Unit Pengelola WBS... Sub-unit Administrasi WBS... Sub-unit Investigasi... 4. Komite Kepegawaian... E. Sumber Day... 9 9 9 10 10 11 BAB III ASPEK OPERASIONAL... A. Pelaporan Pelanggaran... Prinsip... Pelaporan... Bentuk Pelaporan... 4. Pelanggaran yang Dapat Dilaporkan... 5. Waktu untuk Melaporkan Pelanggaran... B. Peranan Pimpinan Unit Kerja dalam Penerapan WBS... C. Pelaporan Anonim... D. Mekanisme Penyampaian Laporan Pelanggaran... Infrastruktur Penyampaian Laporan... Kewenangan Penanganan Pelaporan Pelanggaran... Mekanisme Penyampaian Laporan... 4. Kekebalan Administratif... 15 15 15 15 15 16 16 17 17 17 17 18 18 18 11 11 11 12 12 12 12 13 14 3

5. Komunikasi dengan Pelapor... Investigasi... Pelaporan... Tahapan Penerapan WBS... 19 19 20 20 BAB IV ASPEK PERAWATAN... A. Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan... B. Komunikasi Berkal... C. Pemantauan Efektifitas dan Perbaikan Program... D. Benchmarking... 22 22 23 23 23 E. F. G. LAMPIRAN-LAMPIRAN: Tanda Terima Pelaporan Pelanggaran Berita Acara Hasil Klarifikasi Awal Berita Acara Hasil Investigasi Bagan Alir Proses (flowchart) Proses Penanganan Pelaporan Pelanggaran 4

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG yang selanjutnya disebut Perusahaan memiliki komitmen untuk menerapkan GCG secara konsisten dan berkesinambungan, serta menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai landasan operasional di lingkungan Perusahaan. Dalam rangka penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) sebagaimana Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan telah menetapkan Kebijakan Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System) melalui Keputusan Direksi Nomor : KEP/I.1/636/VI/2011 tanggal 7 Juni 201 Pengendalian Internal adalah proses yang dirancang dan dijalankan oleh Dewan Komisaris, Direksi dan anggota manajemen lainnya, serta seluruh personil Perusahaan yang ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Salah satu aktivitas pengendalian yang dilakukan oleh Perusahaan adalah dengan menciptakan lingkungan pengendalian yang baik, seperti penetapan Keputusan Direksi PTPN VIII (Persero) Nomor : KEP/I.1/405/VI/2012 tanggal 26 Juni 2012 tentang Kode Etik Insan PTPN VIII (Persero) serta Pedoman Perilaku Etika (Code of Conduct). Untuk efektifitas penerapan kebijakan tersebut, perlu diselenggarakan dan dikelola jalur komunikasi bagi karyawan dan pemangku kepentingan lainnya untuk melaporkan indikasi terjadinya pelanggaran atau kecurangan (whistleblowing) seperti pelanggaran terhadap kode etik, pelanggaran terhadap prosedur yang berlaku dan terjadinya kecurangan (fraud). Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan whistleblowing system dilatarbelakangi oleh: Peningkatan kepatuhan dan kesesuaian terhadap pedoman etika perusahaan (ethical conformance); Bagian dari pengendalian internal perusahaan khususnya mengurangi resiko terhadap pelanggaran; dan Tuntutan peraturan perundang-undangan (legal compliance). 5

B. RUANG LINGKUP, MAKSUD DAN TUJUAN Ruang lingkup Pedoman ini adalah: Menguraikan aspek-aspek dan elemen-elemen yang diperlukan untuk membangun, mengimplementasikan dan mengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System). Pedoman ini berlaku untuk internal perusahaan (seluruh karyawan, Direksi dan Dewan Komisaris) dan para pemangku kepentingan perusahaan (stakeholders). Maksud penyusunan Pedoman ini adalah: Sebagai salah satu bentuk pelaksanaan pengendalian internal pada tingkat entitas yang dapat mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pengendalian internal di tingkat transaksional. Menyediakan saluran formal bagi karyawan dan pihak lain di luar perusahaan untuk menyampaikan pelaporan pelanggaran. Sebagai panduan dalam membangun, mengimplementasikan dan mengelola Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) di Perusahaan. Tujuan penyusunan Pedoman ini adalah: Memastikan kejelasan struktur tata kelola Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System). Menciptakan iklim yang kondusif dan mendorong pelaporan terhadap halhal yang dapat menimbulkan kerugian finansial maupun non-finansial, termasuk hal-hal yang dapat merusak citra perusahaan ; Mempermudah manajemen untuk menangani secara efektif laporanlaporan pelanggaran dan sekaligus melindungi kerahasiaan identitas pelapor serta tetap menjaga informasi ini dalam arsip khusus yang dijamin keamanannya; 4. Membangun suatu kebijakan dan infra struktur untuk melindungi pelapor dari balasan pihak-pihak internal maupun eksternal; 5. Mengurangi kerugian yang terjadi karena pelanggaran melalui deteksi dini; 6. Meningkatkan reputasi perusahaan. C. PENGERTIAN Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan: Perusahaan adalah yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XI, Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XII dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT 6

4. 5. 6. 7. Perkebunan XIII menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero). Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System/WBS) selanjutnya disebut WBS adalah bagian dari sistem pengendalian internal perusahaan dalam mencegah praktik penyimpangan dan kecurangan serta memperkuat penerapan praktik good governance. Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing) adalah pengungkapan tindakan pelanggaran atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, melanggar kode etik dan Pedoman Perilaku Etika (Code of Conduct) atau perbuatan lain yang dapat merugikan perusahaan maupun pemangku kepentingan perusahaan (stakeholders) yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan perusahaan. Pelanggaran adalah perbuatan yang melanggar peraturan perundangundangan, kode etik dan peraturan internal perusahaan, serta dapat dilaporkan. Termasuk dalam aktivitas pelanggaran antara lain adalah: Melanggar peraturan perundang-undangan, misalnya korupsi, penggelapan, mark-up, penggunaan narkoba, perusakan barang. Melanggar pedoman etika perusahaan, misalnya benturan kepentingan, pelecehan, terlibat dalam kegiatan masyarakat yang dilarang. c. Melanggar prinsip akuntansi yang berlaku umum. d. Melanggar kebijakan dan prosedur operasional perusahaan, ataupun kebijakan, prosedur, peraturan lain yang dianggap perlu oleh perusahaan. e. Tindakan kecurangan lainnya yang dapat menimbulkan kerugian finansial ataupun non-finansial. f. Tindakan yang membahayakan keselamatan kerj Pelapor Pelanggaran (whistleblower) adalah orang yang melaporkan adanya tindakan pelanggaran. Pelapor dapat berasal dari pihak internal perusahaan (Karyawan) dan tidak tertutup adanya pelapor dari pihak eskternal (pelanggan, mitra kerja, pemasok, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya). Pelapor seyogyanya memberikan bukti, informasi, atau indikasi yang jelas atas terjadinya pelanggaran yang dilaporkan, sehingga dapat ditelusuri atau ditindaklanjuti. Tanpa informasi yang memadai laporan akan sulit untuk ditindaklanjuti. Terlapor adalah Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan Perusahaan dan mitra kerja yang dilaporkan oleh pelapor terkait dengan perbuatan yang dapat dilaporkan. Indikasi awal adalah informasi yang ada di dalam pelaporan, mengandung diantaranya hal-hal sebagai berikut permasalahan, siapa yang terlibat, bentuk dan besar kerugian, kapan serta tempat terjadiny 7

8. 9. D. Pengelola WBS adalah Fungsi atau unit yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan dan mengelola jalur komunikasi bagi pelapor untuk melaporkan indikasi awal, melakukan klarifikasi awal dan melakukan investigasi atas pelaporan pelanggaran. Investigasi adalah kegiatan untuk menemukan bukti-bukti terkait dengan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor. PERATURAN UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT); Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara; 4. Keputusan Direksi Nomor : KEP/I.1/636/VI/2011 tanggal 7 Juni 2011 tentang Kebijakan Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System); 5. Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) Tahun 2008 yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance. 8

BAB II ASPEK STRUKTURAL Aspek struktural merupakan aspek yang memastikan komitmen, arah penerapan, struktur organisasi penerapan dan akuntabilitas pelaksanaan WBS dalam organisasi, penyediaan sumber daya, dan sebagainy A. PERNYATAAN KOMITMEN Insan berkomitmen: Menerapkan WBS sebagai perwujudan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) secara konsisten dan berkelanjutan. Penerapan WBS diharapkan akan mendorong budaya keterbukaan dan kejujuran dan mengurangi budaya diam membiarkan terjadinya pelanggaran. Untuk mendukung agar pelaksanaan proses manajemen risiko perusahaan dapat berjalan dengan baik, maka perusahaan akan melakukan pengembangan lingkungan internal yang mendukung penerapan WBS, meliputi antara lain komitmen dan dukungan Manajemen, penetapan kebijakan penerapan WBS, pembentukan fungsi atau unit yang bertugas untuk mengkoordinir dan melakukan supervisi atas pengelolaan WBS, pengembangan kompetensi, serta pengembangan kebijakan-kebijakan lain yang mendukung. Seluruh jajaran manajemen Perusahaan memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk menerapkan WBS dan mensosialisasikan kebijakan WBS kepada karyawan di unit kerja yang dipimpinny Secara teknis, pernyataan komitmen ini dapat dibuat tersendiri, atau dijadikan dari bagian Perjanjian Kerja Bersama, atau bagian dari pernyataan ketaatan terhadap Pedoman Etika Perusahaan. B. STRATEGI PERUSAHAAN Strategi yang ditempuh perusahaan agar implementasi WBS dapat berjalan dengan baik: membangun komitmen dari Direksi dan Pimpinan Unit Kerja untuk memberikan dukungan penuh terhadap penerapan WBS; menyusun dan menetapkan struktur tata kelola WBS yang sesuai di perusahaan, serta menetapkan struktur akuntabilitas penerapan WBS; Penunjukan Champion yang bertanggung jawab untuk mendorong pelaksanaan penerapan manajemen risiko secara meluas ke seluruh organisasi. Champion ini dapat berupa penunjukan fungsi tersendiri dan 9

4. 5. 6. 7. 8. C. juga para individu pada setiap Unit Kerja dengan penugasan khusus untuk menjadi fasilitator penerapan WBS pada unit kerjanya; Menyediakan sumber daya yang diperlukan dan memadai dalam arti tenaga ahli, pelatihan, dana, sarana fisik, peralatan, dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan WBS dengan baik; Menerapkan proses WBS yang telah berhasil digunakan oleh perusahaan lain atau sejenis (best practice); Menerapkan seluruh Kebijakan WBS secara konsisten dan berkelanjutan; Melakukan pengembangan kompetensi dan proses pembelajaran tentang pengelolaan WBS secara berkesinambungan; Membangun budaya keterbukaan, kejujuran dan keberanian untuk mengungkapkan terjadinya pelanggaran melalui antara lain komunikasi kebijakan dan implementasi WBS secara berkesinambungan. KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PELAPOR Perusahaan berkomitmen untuk melindungi pelapor pelanggaran yang beritikad baik dan perusahaan akan patuh terhadap segala peraturan perundangan yang terkait serta best practices yang berlaku dalam penyelenggaraan WBS. Maksud dari adanya perlindungan pelapor adalah untuk mendorong terjadinya pelaporan pelanggaran dan menjamin keamanan pelapor. Kebijakan Perlindungan Pelapor Pelapor yang menginginkan dirinya tetap dirahasiakan diberikan jaminan atas kerahasiaan identitas pribadiny Perusahaan melindungi Pelapor yang beritikad baik, melalui: Tersedianya fasilitas saluran pelaporan. Jaminan kerahasiaan identitas pelapor apabila pelapor memberikan identitas serta informasi yang dapat digunakan untuk menghubungi pelapor. c. Jaminan keamanan informasi dan perlindungan terhadap tindakan balasan dari terlapor atau perusahaan, yang berupa ancaman keselamatan fisik, teror psikologis, keselamatan harta, perlindungan hukum dan keamanan pekerjaan, tekanan, penundaan kenaikan pangkat, penurunan jabatan atau pangkat, pemecatan yang tidak adil, pelecehan atau diskriminasi dalam segala bentuk, dan catatan yang merugikan dalam file data pribadi. d. Informasi pelaksanaan tindak lanjut, berupa kapan dan bagaimana serta kepada unit kerja mana tindak lanjut diserahkan. Informasi ini disampaikan secara rahasia kepada pelapor yang lengkap identitasny 10

D. Apresiasi bagi Pelapor Setiap Pelapor yang telah berjasa dalam usaha membantu upaya pencegahan terjadinya pelanggaran yang dapat merugikan perusahaan berhak mendapat penghargaan. Ketentuan mengenai bentuk dan besarnya penghargaan yang diberikan akan ditetapkan dengan peraturan perusahaan tersendiri. Sanksi bagi Pelapor yang Menyalahgunakan Sistem Pelaporan Pelanggaran Pelapor yang mengirimkan laporan yang berupa fitnah atau laporan palsu akan memperoleh sanksi dan tidak memperoleh baik jaminan kerahasiaan maupun perlindungan pelapor. Sanksi yang dikenakan sesuai dengan peraturan internal perusahaan, misalnya Pedoman Perilaku Etika, Kode Etik dan Perjanjian Kerja Bersama, dan peraturan perundangan yang berlaku, misalnya KUHP Pasal 310 dan 311 yang terkait dengan perbuatan tidak menyenangkan atau pencemaran nama baik. STRUKTUR PENGELOLAAN WBS Dalam penyusunan infrastruktur WBS, hal yang terpenting adalah kejelasan dari akuntabilitas dan tanggung jawab untuk mendorong pelaksanaan WBS di perusahaan. Direksi Direksi bertanggungjawab atas efektivitas rancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan penyelenggaraan WBS secara keseluruhan serta berkewajiban menetapkan arahan dan melakukan tindakan-tindakan untuk menjamin bahwa seluruh aktivitas penyelenggaraan WBS berjalan dengan baik. Direksi berwenang untuk: Membentuk dan menetapkan Unit Pengelola WBS dan Komite Kepegawaian. Memutuskan untuk dihentikan atau dilanjutkannya sebuah pelaporan pelanggaran. c. Menugaskan tim investigasi untuk melakukan investigasi jika ditemukan indikasi awal yang kuat pada saat dilaksanakan klarifikasi awal. d. Memberikan sanksi kepada terlapor sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan atau meneruskan kepada pihak yang berwajib jika terbukti bersalah atas pelanggaran yang dilakukanny 11

e. Memberikan apresiasi kepada pelapor jika pelaporan terbukti sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan. Dewan Komisaris Dewan Komisaris bertanggung jawab melakukan pengawasan atas kecukupan dan efektivitas pelaksanaaan WBS di perusahaan. Pemantauan pelaksanaan WBS dapat diserahkan kepada Komite Dewan Komisaris. Unit Pengelola WBS Unit Pengelola WBS merupakan fungsi atau unit yang dibentuk dan ditetapkan Direksi untuk menyelenggarakan dan mengelola jalur komunikasi bagi pelapor untuk melaporkan indikasi awal, melakukan klarifikasi awal dan melakukan investigasi atas pelaporan pelanggaran. Unit Pengelola WBS harus independen dari operasi perusahaan sehari-hari dan mempunyai akses kepada pimpinan tertinggi perusahaan. Pengelolaan WBS dikoordinasikan oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI) dibantu oleh Sekretaris Perusahaan. Unsur dari Unit Pengelola WBS terdiri dari 2 (dua) elemen utama yaitu: Sub-unit Administrasi WBS yaitu sub-unit yang menerima pelaporan pelanggaran, menyeleksi laporan pelanggaran untuk diproses lebih lanjut oleh sub-unit investigasi tanpa membuka identitas pelapor. Selain menyelenggarakan administrasi pelaporan pelanggaran yang masuk, yang dalam proses, dan yang telah selesai ditindaklanjuti, Sub-unit ini juga bertanggung jawab atas pelaksanaan program perlindungan pelapor sesuai dengan kebijakan yang telah dicanangkan, terutama aspek kerahasiaan dan jaminan keamanan pelapor. Sub unit administrasi WBS dilaksanakan oleh Sekretaris Perusahaan. Sub-unit Investigasi yaitu sub-unit yang bertugas untuk melakukan investigasi lebih lanjut terhadap substansi pelanggaran yang dilaporkan. Tujuannya adalah mencari dan mengumpulkan buktibukti yang diperlukan guna memastikan bahwa memang telah terjadi pelanggaran. Dalam hal terdapat bukti-bukti yang memadai, maka rekomendasi sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan diberikan kepada Direksi untuk memutuskan. Akan tetapi bila tidak ditemukan bukti-bukti yang mencukupi, maka proses investigasi dihentikan dan laporan pelanggaran tidak dilanjutkan. Sub unit investigasi ini dilaksanakan oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI). 12

4. Komite Kepegawaian Komite Kepegawaian adalah suatu komite khusus yang dibentuk dan ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi untuk mengkaji laporan-laporan pelanggaran dan memberikan pertimbangan/rekomendasi kepada Direksi untuk penetapan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan Terlapor. Keanggotaan Komite Kepegawaian terdiri dari: Anggota Tetap 1) Kepala Bagian SDM sebagai Ketua; 2) Sekretaris Perusahaan sebagai Sekretaris; 3) Kepala Satuan Pengawasan Intern sebagai Anggota; 4) Kepala Bagian Hukum & Umum sebagai Anggot Anggota Tidak Tetap Manajer Wilayah, Kepala Bagian, Administratur dan Manajer Unit Usaha Non Kebun yang menjadi Atasan Terlapor serta Ketua Umum SPBUN (perwakilan serikat pekerja perusahaan). Struktur Pengelolaan WBS adalah sebagaimana terdapat pada Gambar 1: RUPS DEWAN KOMISARIS KOMITE DEWAN KOMISARIS DIREKSI KOMITE KEPEGAWAIAN UNIT PENGELOLA WBS UNIT KERJA UNIT KERJA UNIT KERJA KARYAWAN Gambar Struktur Organisasi Pengelola WBS E. SUMBER DAYA Sumber daya yang memadai harus tersedia untuk dapat melaksanakan program WBS. Sumber daya yang diperlukan antara lain adalah: 13

4. 5. Kecukupan kualitas dan jumlah personil untuk melaksanakan tugas sebagai Petugas Administrasi WBS dan Petugas Investigasi; Media komunikasi (telepon, email, kotak pos, dsb) untuk keperluan pelaporan pelanggaran, baik saluran internal maupun eksternal, sesuai dengan kebutuhan; Pelatihan yang memadai bagi para Petugas Pelaksana WBS; Dukungan dan komitmen pendanaan penyelenggaraan WBS; dan Mekanisme untuk melakukan pengaduan atas tindakan balasan dari terlapor. 14

BAB III ASPEK OPERASIONAL A. PELAPORAN PELANGGARAN Insan PTPN VIII (Persero) memiliki kewajiban moral untuk melaporkan terjadinya pelanggaran apabila mengetahuiny Kesadaran perlunya menyampaikan adanya pelanggaran demi kepentingan dan kemaslahatan bersama serta manfaat untuk mencegah dampak yang tidak diinginkan menyebar luas, seperti misalnya kebiasaan penerimaan atau pemberian gratifikasi. Prinsip-prinsip Perusahaan wajib menerima pelaporan pelanggaran dari pelapor. Pelaporan pelanggaran dari pelapor harus ditempatkan dalam kerangka peningkatan good corporate governance. c. Pelaporan pelanggaran harus dilakukan itikad baik dan bukan merupakan suatu keluhan pribadi atas suatu kebijakan perusahaan tertentu ataupun didasari kehendak buruk/bersifat fitnah/laporan palsu yang dapat mencemarkan nama baik atau reputasi seseorang. Pelapor Pelaporan pelanggaran dapat disampaikan oleh: kalangan internal perusahaan meliputi Direksi, Dewan Komisaris dan seluruh karyawan; dan kalangan eksternal perusahaan meliputi pemasok, pelanggan, kreditur, masyarakat dan para pemangku kepentingan lainny Bentuk Pelaporan Pelaporan Pelanggaran secara tertulis dan beridentitas, wajib dilengkapi dengan fotokopi identitas dan bukti pendukung seperti: dokumen yang memuat indikasi awal yang dapat dipertanggungjawabkan dan memberikan petunjuk mengenai transaksi yang dilakukan dan/atau Pelaporan Pelanggaran yang akan disampaikan sebagai bahan pemeriksaan lebih lanjut. Pelaporan Pelanggaran secara tertulis dan tanpa identitas (anonim), wajib dilengkapi bukti pendukung seperti: dokumen yang memuat indikasi awal yang dapat dipertanggungjawabkan dan memberikan petunjuk mengenai transaksi yang dilakukan dan/atau Pelaporan Pelanggaran yang akan disampaikan sebagai bahan pemeriksaan lebih lanjut. 15

c. Apabila Pelaporan Pelanggaran diajukan oleh perwakilan Pelapor, maka selain dokumen di atas juga diserahkan dokumen lainnya yaitu: 1) Fotokopi bukti identitas Pelapor dan perwakilan Pelapor; 2) Surat Kuasa dari Pelapor kepada perwakilan Pelapor yang menyatakan bahwa Pelapor memberikan kewenangan bertindak untuk dan atas nama Pelapor; Jika perwakilan Pelapor adalah lembaga atau badan hukum, maka harus dilampiri dengan dokumen yang menyatakan bahwa pihak yang mengajukan pengaduan berwenang untuk mewakili lembaga atau badan hukum tersebut. 4. Pelanggaran Yang Dapat Dilaporkan Pelanggaran yang dapat dilaporkan adalah perbuatan yang dalam pandangan pelapor dengan itikad baik adalah perbuatan sebagai berikut: Korupsi; Kecurangan; c. Ketidakjujuran; d. Perbuatan melanggar hukum (termasuk pencurian, penggunaan kekerasan terhadap karyawan atau pimpinan, pemerasan, penggunaan narkoba, pelecehan, perbuatan kriminal lainnya); e. Pelanggaran ketentuan perpajakan, atau peraturan perundangundangan lainnya; f. Pelanggaran Pedoman Perilaku Perusahaan atau pelanggaran normanorma kesopanan pada umumnya; g. Perbuatan yang membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja, atau membahayakan keamanan perusahaan; h. Perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian finansial atau nonfinansial terhadap perusahaan atau merugikan kepentingan perusahaan; i. Pelanggaran prosedur operasi standar (SOP) perusahaan, terutama terkait dengan pengadaan barang dan jasa, pemberian manfaat dan remunerasi. 5. Waktu Untuk Melaporkan Pelanggaran Pelapor harus mempunyai alasan yang kuat dalam menyampaikan laporan pelanggaran ataupun potensi pelanggaran. Pelaporan seyogyanya dilakukan segera dan dalam waktu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan, karena semakin lama ditunda semakin menyulitkan investigasi dan tindak lanjut. Begitu juga bagi pelapor mungkin akan kehilangan alasan untuk melaporkan bila hal tersebut sudah terlanjur dikoreksi sehingga tidak diketemukan bukti lagi. 16

B. PERANAN PIMPINAN UNIT KERJA DALAM PENERAPAN WBS Keberhasilan dan manfaat penerapan WBS bagi perusahaan memerlukan dukungan seluruh jajaran manajemen. Oleh karena itu, para Manager Senior (setingkat Kepala Bagian) Manajer Madya (setingkat Kepala Urusan) dan Manajer Lini Pertama (setingkat Mandor Besar) ikut terlibat dalam penerapan WBS. Keterlibatan seluruh jajaran manajemen akan mendorong iklim keterbukaan untuk saling mengingatkan bila terjadi hal-hal yang melanggar ketentuan yang berlaku. Pimpinan Unit Kerja maupun posisi lain yang memiliki fungsi pengawasan mempunyai kewajiban pengawasan terhadap karyawan-karyawan di bawahnya dan juga mempunyai kewajiban penegakan kepatuhan (compliance) dan etika perusahaan dalam lingkup tugasny Pimpinan Unit Kerja harus mendorong agar setiap karyawan berkonsultasi dengan Atasannya apabila melihat atau mengkhawatirkan adanya pelanggaran yang berdampak pada keselamatan operasi, kerugian finansial, atau risiko lainny Dalam hal ternyata Atasan tersebut juga terlibat, maka sebaiknya ia berkonsultasi dengan Atasan dari Atasan yang terlibat. Bila hal ini tidak berhasil, barulah digunakan saluran WBS. C. PELAPORAN ANONIM Pelaporan pelanggaran dapat dilakukan secara anonim maupun dengan dilengkapi identitas pelapor. Penyampaian laporan secara anonim, tetap akan diterima, tetapi terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Hal tersebut adalah timbulnya kesulitan untuk komunikasi, konfirmasi atau klarifikasi dalam rangka tindak lanjut penanganan laporan pelanggaran tersebut. Oleh karena itu, untuk mengurangi anonimitas laporan, perusahaan memastikan bahwa kebijakan perlindungan pelapor, kerahasiaan pelapor dan jaminan keamanan betul-betulbetul dapat terlaksana dan dirasakan oleh seluruh karyawan. D. MEKANISME PENYAMPAIAN LAPORAN PELANGGARAN Infrastruktur Penyampaian Laporan Perusahaan menyediakan saluran khusus bagi Pelapor yang akan menyampaikan pengaduan/laporan pelanggaran, yaitu: telepon; website perusahaan; c. e-mail; d. facsimile; e. surat resmi yang ditujukan kepada Pengelola WBS, dengan cara diantar langsung, atau melalui pos ke perusahaan. 17

Kewenangan Penanganan Pelaporan Pelanggaran Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh anggota Direksi, atau orang yang mempunyai hubungan khusus dengan anggota Direksi, maka laporan pelanggaran disampaikan kepada Komisaris Utam Penanganan lebih lanjut diserahkan kepada Dewan Komisaris dan bila diperlukan investigasi, dapat menggunakan investigator/auditor eksternal yang independen. Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris maka laporan pelanggaran tersebut diserahkan kepada Direktur Utam Penanganan lebih lanjut atas laporan pelanggaran tersebut dilakukan oleh Direksi, dan bila diperlukan investigasi, dapat menggunakan investigator/auditor eksternal yang independen. c. Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh Karyawan dan anggota petugas Sistem Pelaporan Pelanggaran, maka laporan pelanggaran tersebut diserahkan langsung kepada Direktur Utam Penanganan lebih lanjut atas laporan pelanggaran tersebut dilakukan oleh Direksi, dan bila diperlukan investigasi, dapat ditindaklanjuti oleh auditor internal. d. Dalam hal pelanggaran dilakukan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan anggota pelaksana Sistem Pelaporan Pelanggaran, maka laporan pelanggaran tersebut diserahkan kepada penegak hukum yang berwenang seperti Polisi, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Pengawas Persaingan Usaha, atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Mekanisme Penyampaian Laporan Mekanisme penyampaian pelaporan pelanggaran oleh Pelapor pada dasarnya dilakukan melalui jalur formal yaitu melalui Atasan Langsung secara berjenjang, direktorat dan fungsi terkait, namun apabila Pelapor memandang sarana pengaduan tersebut tidak efektif atau ada keraguan, maka Pelapor dapat menyalurkan pelaporan pelanggaran melalui saluran WBS. Mekanisme penanganan pelaporan pelanggaran melalui saluran WBS dilaksanakan sesuai dengan Bagan Alir (flowchart) sebagaimana terdapat pada Lampiran 4. Kekebalan Administratif Perusahaan berkomitmen untuk mengembangkan budaya yang mendorong karyawan untuk berani melaporkan tindakan pelanggaran yang 18

diketahuiny Hal ini dilakukan dengan memberikan kekebalan atas sanksi administratif kepada para pelapor yang beritikad baik. Kebijakan tersebut diatas dapat diberikan kepada pelapor yang belum pernah melakukan pelanggaran berat, atau bila dia terpaksa terlibat dalam pelanggaran berat, tetapi dengan itikad baik melaporkan adanya pelanggaran tersebut. Kekebalan terhadap sanksi administratif ini hanya berlaku internal perusahaan. 5. Komunikasi dengan Pelapor Komunikasi dengan Pelapor akan dilakukan melalui satu petugas, yaitu Petugas Sub-unit Administrasi WBS yang menerima laporan pelanggaran. Dalam komunikasi ini pelapor juga akan memperoleh informasi mengenai penanganan kasus yang dilaporkannya, apakah dapat ditindaklanjuti atau tidak. Bila pelapor adalah karyawan perusahaan, maka perusahaan memberikan informasi perkembangan penanganan hasil pelaporan pelanggaran tersebut. Pemberian informasi ini dilakukan dengan mengingat azas kerahasiaan antara pelapor dengan perusahaan, termasuk di dalamnya kerahasiaan terhadap apa yang terjadi pada terlapor. Pembocoran sifat kerahasiaan ini oleh pelapor akan menghapuskan kewajiban perusahaan atas jaminan kerahasiaan yang diberikan kepadanya dan dalam kasus tertentu dapat mengakibatkan hilangnya perlindungan kepada pelapor. Dalam hal pelapor adalah orang luar dan bukan karyawan perusahaan, kebijakan komunikasi dengan pelapor ini dapat diberikan kepadany Hal ini berlaku bila ia bersedia menandatangani kesepakatan tertulis tentang kerahasiaan informasi baik yang ia terima dari perusahaan, maupun yang disampaikan kepada perusahaan. E. INVESTIGASI Semua laporan mengenai pelanggaran akan dilakukan investigasi lebih lanjut, dengan tujuan untuk sedapat mungkin mengumpulkan semua bukti yang ada, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan apakah laporan pelanggaran tersebut benar adanya atau bahkan sebaliknya, ditemukan tidak cukup bukti untuk mendukung dilakukan tindak lanjut. Investigasi ini akan dilakukan oleh Petugas Sub-unit Investigasi. Independensi petugas investigasi ini penting, karena obyektifitas dan kewajaran serta keadilan 19

dalam memberikan penilaian hasil temuan akan menentukan kredibilitas pelaksanaan WBS. Proses investigasi harus bebas dari bias dan dilakukan tidak tergantung dari siapa yang melaporkan ataupun siapa yang terlapor. Terlapor harus diberi kesempatan penuh untuk memberikan penjelasan atas bukti-bukti yang ditemui, termasuk pembelaan bila diperlukan. Dalam kasus yang serius dan sensitif, dapat dipertimbangkan untuk menggunakan investigator/auditor eksternal yang independen dalam melakukan investigasi laporan pelanggaran tersebut. F. PELAPORAN Pelaporan kegiatan pengelolaan WBS dilaksanakan oleh Sekretaris Perusahaan dilaksanakan secara berkala, bersamaan dengan penyampaian Laporan Manajemen Perusahaan (Triwulanan). Hal-hal yang dilaporkan berkenaan dengan jumlah laporan pelanggaran yang diterima, status tindak lanjut penyelesaian : Selesai (S), Belum Selesai (BS), Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TTD). G. TAHAPAN PENERAPAN WBS Tahapan penerapan WBS sebagai berikut: Tahap persiapan awal, meliputi penyusunan infrastruktur organisasi, penunjukan pejabat yang ditunjuk dan pelatihannya; Tahap persiapan lanjutan, meliputi penyusunan pernyataan komitmen dan kebijakan pelaksanaan WBS, persiapan mekanisme dan infrastruktur pelaporan, sistem dan prosedur kerja, petunjuk-petunjuk dan media promosi (misal poster, spanduk, booklet, dll.) yang diperlukan. Sebelum acara peluncuran, Direksi dan Dewan Komisaris harus memperoleh briefing secara lengkap dan rinci mengenai program WBS ini; c. Acara resmi peluncuran WBS yang sifatnya seremonial dapat dilakukan apabila dianggap perlu, antara lain dengan acara penandatanganan Pernyataan Komitmen Direksi dan Komisaris, kemudian diikuti dengan para pejabat Manajemen Senior (pejabat setingkat Kepala Bagian) dan memperkenalkan para petugas pelaksana WBS; d. Sosialisasi untuk pejabat manajemen, meliputi workshop untuk para Manajer Senior (pejabat setingkat Kepala Bagian); workshop untuk para Manajer Madya (pejabat setingkat Kepala Urusan) dan para Manajer Lini Pertama, serta pelatihan Training for Trainer untuk manajer. Tujuannya adalah agar para pejabat manajemen dapat memahami keseluruhan proses WBS, sehingga mereka mampu untuk menjadi fasilitator atau pelatih (trainer) di masing-masing unitnya; 20

e. f. Sosialisasi untuk karyawan, meliputi workshop atau pelatihan dengan instruktur para manager unit kerja terkait dan dengan menggunakan materi sosialisasi yang telah disiapkan oleh fungsi atau unit WBS; dan Implementasi WBS secara penuh. 21

BAB IV ASPEK PERAWATAN Aspek Perawatan adalah aspek yang memastikan adanya upaya menjaga efektifitas penerapan dan perbaikan yang berkesinambungan melalui monitoring dan review serta audit. A. PELATIHAN DAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN Pelatihan dan pendidikan berkelanjutan perlu dilakukan untuk memastikan agar setiap individu dalam perusahaan terus dibekali dengan pengetahuan dan perkembangan praktik WBS, dan mencakup hal-hal dibawah ini: Pelatihan etika dan budaya perusahaan yang mendorong terjadinya budaya kejujuran dan keterbukaan. Pelatihan ini diikuti oleh seluruh jajaran karyawan perusahaan dan didukung dengan pernyataan berkala (tahunan) untuk patuh dan berlaku etis sesuai dengan Pedoman Etika perusahaan. Pelatihan secara masif (massive training) mengenai tata cara untuk berperan serta dalam program WBS yang meliputi: Bagaimana caranya menyampaikan pelaporan pelanggaran; Pilihan untuk menyampaikan secara anonim atau dengan memberikan identitas, tetapi dengan jaminan kerahasiaan. Disarankan untuk melakukan pilihan menggunakan identitas dengan jaminan kerahasiaan dan didukung dengan penjelasan rinci apa makna jaminan kerahasiaan ini dan manfaatnya; c. Penjelasan mengenai Kebijakan Perlindungan Pelapor yang diberlakukan untuk pelapor yang beritikad baik dan jaminan Direksi serta Komisaris untuk melaksanakannya; d. Tindakan disiplin bila melakukan fitnah dan pelaporan palsu melalui jalur ini. e. Apresiasi bagi pelapor yang atas laporannya pelanggaran tersebut dapat diatasi dan kerugian yang lebih besar dapat dihindari. f. Penjelasan mengenai manfaat dan pentingnya program ini bagi perusahaan. Pelatihan dan pendidikan berlanjut untuk para petugas pengelola WBS. Materi pelatihan ini antara lain: Teknik investigasi; Teknik komunikasi dan konseling; c. Teknik mengevaluasi pelaporan pelanggaran; d. Bagaimana menangani isu yang sensitif dan kritis; 4. Memahami peran line management dalam program WBS dll. 22

Pelatihan dan pendidikan di atas dilakukan secara berkal Pada tahap pertama dilakukan untuk semua jajaran karyawan perusahaan, pada tahun kedua dapat ditingkatkan dengan membahas kasus-kasus yang terjadi tahun sebelumnya dan pelajaran apa yang dapat ditarik dari kasus tersebut serta bagaimana mencegah berulangny Program pelatihan ini dapat disatukan dengan program pelatihan etika dan budaya perusahaan atau program kepatuhan lainny Pelatihan ini adalah pelatihan wajib bagi seluruh karyawan baru. Untuk anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris baru yang berasal dari luar perusahaan, pengenalan ini harus dimasukkan dalam program induksi anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris baru. B. KOMUNIKASI BERKALA Perusahaan berkomitmen untuk menyelenggarakan komunikasi berkala mengenai hasil penerapan program WBS kepada seluruh stakeholders. Pelaksanaan komunikasi berkala ini dapat dilakukan antara lain melalui: Publikasi berkala di situs perusahaan dan media internal (majalah, buletin, dll.); Memasukan agenda WBS sebagai salah satu agenda dalam Management Meeting. C. PEMANTAUAN EFEKTIFITAS DAN PERBAIKAN PROGRAM Perusahaan melakukan monitoring dan review secara berkala paling sedikit sekali dalam setahun, untuk memastikan efektifitas penerapan WBS sehingga dapat memenuhi sasaran yang telah ditetapkan pada awal pencanangan program dan juga memastikan bahwa pencapaian tersebut sesuai dengan tuntutan bisnis perusahaan. Dalam hal ditemukan masih terdapat kesenjangan maka melalui monitoring dan review ini diperoleh kesempatan untuk melakukan perbaikan. Pemantauan secara berkala dilakukan oleh Dewan Komisaris melalui Komite yang ditunjuk untuk melakukan audit dan tinjauan berkala (review) terhadap efektifitas penerapan program WBS. Pelaksanaan audit dan review ini dapat dilakukan oleh Auditor Internal/Satuan Pengawasan Intern atau menggunakan pihak luar yang independen. D. BENCHMARKING Benchmarking merupakan suatu upaya untuk mengukur seberapa jauh kinerja pelaksanaan program WBS dengan membandingkan perusahaan lain yang juga melaksanakan. Melalui benchmarking dapat dilakukan tukar menukar pengalaman 23

dan pengetahuan mengenai penerapan WBS. Melalui proses benchmarking, dapat dilakukan penyebaran penerapan WBS secara lebih cepat, sehingga upaya pencegahan kecurangan dalam perusahaan dapat ditingkatkan, dan pada gilirannya upaya pencegahan korupsi dapat juga ditingkatkan. 24

Lampiran Tanda Terima Pelaporan Pelanggaran TANDA TERIMA PELAPORAN PELANGGARAN (T2P2) Dengan ini diterangkan bahwa: Nama Pelapor Nama Organisasi/Lembaga Alamat No.Telp Fax Email : : : : : : Telah menyampaikan laporan pelanggaran tentang.. Sarana yang dipergunakan (beri tanda checklist ): Telepon Website perusahaan c. E-mail d. Facsimile e. Surat.,.. Pelapor, Penerima,.. 25

Lampiran Berita Acara Hasil Klarifikasi Awal BERITA ACARA HASIL KLARIFIKASI AWAL ATAS PELAPORAN PELANGGARAN NOMOR : BA/I.1/ / / Pada hari ini, tanggal. bulan.. tahun telah dilakukan klarifikasi awal atas pelaporan pelanggaran yang diterima berdasarkan Tanda Terima Pelaporan Pelanggaran (T2P2) tertanggal mengenai: Hasil klarifikasi awal atas pelaporan pelanggaran : Identitas Pelapor Bukti dokumen Ada Tidak Ada/Anonim Lengkap Tidak Lengkap Tidak Ada Berdasarkan hasil klarifikasi awal, maka atas pelaporan pelanggaran tersebut telah/tidak *sesuai dengan persyaratan, sehingga dapat/tidak dapat* ditindaklanjuti dengan proses investigasi. Pengelola WBS Sub-unit Administrasi WBS Nama Sekretaris Perusahaan *coret yang tidak perlu 26

Lampiran Berita Acara Hasil Investigasi BERITA ACARA HASIL INVESTIGASI ATAS PELAPORAN PELANGGARAN NOMOR : BA/I.2/ / / Pada hari ini, tanggal. bulan.. tahun telah dilakukan investigasi atas pelaporan pelanggaran yang diterima berdasarkan Berita Acara Hasil Klarifikasi Awal No tanggal mengenai: Berdasarkan hasil investigasi, maka atas pelaporan pelanggaran tersebut terbukti/tidak terbukti *. Pengelola WBS Sub-unit Investigasi Nama Kepala SPI *coret yang tidak perlu 27

DIREKSI DEWAN KOMISARIS NO AKTIVITAS PELAPOR PENGELOLA WBS KOMITE DIREKTUR PENGELOLA WBS KOMISARIS DOKUMEN SEKPER SPI KEPEGAWAIAN UTAMA (KARU) UTAMA Pelaporan Pelanggaran disampaikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. MULAI Apabila Terlapor adalah Karyawan, petugas pengelola WBS, anggota Dewan Komisaris dan Organ Pendukung Dewan Komisaris, maka pelaporan pelanggaran ditujukan kepada Direktur Utam LAMPIRAN 4 BAGAN ALIR PENANGANAN PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING ) Hal.1 Apabila Terlapor adalah anggota Direksi atau orang yang mempunyai hubungan khusus dengan anggota Direksi, maka pelaporan pelanggaran ditujukan Kepada Komisaris Utam Pelaporan Pelanggaran akan ditindaklanjuti apabila disampaikan melalui sarana/media yang disediakan, yaitu melalui saluran WBS. Jika pelaporan pelanggaran diajukan secara tertulis dan Tanda Terima Pelaporan beridentitas, kepada Pelapor akan diberikan tanda terim A Pelanggaran (T2P2) Untuk Pelaporan Pelanggaran tanpa identitas, tidak ada kewajiban Perusahaan untuk memberikan tanggapan. B A B 4. Pengelola WBS (Sub unit Administrasi WBS) melakukan Berita Acara Klarifikasi Awal klarifikasi awal atas laporan yang masuk. Hasil klarifikasi disampaikan kepada Direksi dan/atau Dewan Komisaris. 5. Direksi atau Dewan Komisaris memutuskan tindak lanjut berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: Apabila hasil klarifikasi Sub-unit Administrasi WBS menunjukkan bahwa laporan yang disampaikan tidak dapat ditindaklanjuti dengan proses investigasi, maka kasus ditutup dengan status "Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TTD)". B Tidak B Tidak Apabila hasil klarifikasi Sub-unit Administrasi WBS menunjukkan bahwa laporan yang disampaikan dapat ditindaklanjuti dengan proses investigasi, maka akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan oleh SPI atau KARU, dengan status "Belum Selesai (BS)". Ya C Ya D

BAGAN ALIR PROSEDUR PENANGANAN PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING ) Hal.2 DIREKSI DEWAN KOMISARIS NO AKTIVITAS PELAPOR PENGELOLA WBS KOMITE DIREKTUR PENGELOLA WBS KOMISARIS DOKUMEN SEKPER SPI KEPEGAWAIAN UTAMA (KARU) UTAMA 6. SPI atau KARU menyampaikan Berita Acara Hasil Berita Acara Hasil Investigasi Investigasi kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dengan C D tembusan kepada Pengelola WBS. 7. Direksi atau Dewan Komisaris memberikan keputusan atas hasil pemeriksaan, sebagai berikut: Terhadap pelaporan pelanggaran yang tidak terbukti, akan ditutup kasusnya dan diberikan status "Selesai (S)". Terhadap pelaporan pelanggaran yang terbukti, akan dilakukan perbaikan sistem dan/atau penindakan oleh Komite Kepegawaian sesuai ketentuan yang berlaku mengenai Kode Etika serta diberikan status "Selesai (S)". c. Pelapor yang telah berjasa dalam usaha membantu upaya pencegahan terjadinya pelanggaran yang dapat merugikan perusahaan berhak mendapat penghargaan dari Perusahaan. Tidak Ya Tidak Ya 8. Pengelola WBS menyelenggarakan administrasi pelaporan pelanggaran yang masuk dan status penyelesaianny B B 9. Pengelola WBS melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan keputusan tindak lanjut pelaporan pelanggaran dan melaporkan hasil pemantauannya kepada Direksi atau Dewan Komisaris secara berkala (triwulanan). Pelaporan dimaksud dilakukan paling lambat satu bulan setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan bersamaan dengan penyusunan Laporan Manajemen Perusahaan atau Laporan Triwulanan KARU. SELESAI SELESAI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) Jl. Sindangsirna No.4 Bandung 40153 Indonesia, Kotak Pos 176, Phone: (62-22) 2038966, Fax: (62-22) 2031455, Email:ptpn8@pn8.co.id Website: http://www.pn8.co.id 0