This research was describe about temperature profile on Arch Greenhouse for Chrysanthemum (Chrysanthemum morifolium)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PROFIL IKLIM MIKRO PADA GREENHOUSE TIPE ARCH UNTUK BUDIDAYA BUNGA KRISAN (Chrysanthemum morifolium) SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA SRI

POLA ALIRAN TEMPERATUR PADA GEOMETRI BANGUNAN RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN (Green House Tunnel Type ) 1

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BERBAGAI PERSENTASE NAUNGAN

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

PENGARUH KERAPATAN TANAM DAN KUALITAS BENIH KRISAN BUNGA POTONG TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT KARAT DAN HAMA PENGGOROK DAUN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

KAJIAN JARAK LEGOWO TERHADAP IKLIM MIKRO PADA BUDIDAYA PADI SISTEM JAJAR LEGOWO I Putu Hendra 1, Sumiyati 2, I Wayan Tika 2

KAJIAN FREKUENSI DAN LAMA PEMAPARAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA FASE GENERATIF TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS BUNGA KRISAN (Crhysantemum) SKRIPSI

LAJU PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN KRISAN (Crhysanthemum) PADA PENAMBAHAN CAHAYA LAMPU LED MERAH SECARA SIKLIK SELAMA 30 HARI SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi

DAMPAK LAMA PENYINARAN DAN METODE NIGHT-BREAK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KRISAN (Chrisanthemum sp.)

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Welcome! Seminar Praktek Lapangan Bogor, 07 Desember 2006

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

KAJIAN FREKUENSI DAN LAMA PEMAPARAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA FASE GENERATIF TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS BUNGA KRISAN (Crhysantemum)

I Made Gede Widnyana Kajian pola titik layu tanaman paprika (Capsicum Annuum L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

STAF LAB. ILMU TANAMAN

KETERSEDIAAN BENIH KRISAN (STEK) KABUPATEN SEMARANG, MELALUI PENILAIAN PROSES PRODUKSI BENIH KRISAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Hasil Tanaman Krisan (Crhysanthemum) pada Penambahan Cahaya Lampu LED Merah secara Siklik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

PERTUMBUHAN TANAMAN KRISAN (Crhysantemum) DENGAN BERBAGAI PENAMBAHAN WARNA CAHAYA LAMPU LED SELAMA 30 HARI PADA FASE VEGETATIF

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

2.1. Konsep dan Rancangan Rumah Tanaman

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse

Penambahan lama penyinaran dengan perbedaan jam dan jumlah hari pada tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) terhadap pertumbuhan dan bobot tanaman

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

III. METODE PENELITIAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Transkripsi:

ANALISIS PROFIL SUHU PADA GREENHOUSE TIPE ARCH UNTUK BUDIDAYA BUNGA KRISAN (Chrysanthemum morifolium) This research was describe about temperature profile on Arch Greenhouse for Chrysanthemum (Chrysanthemum morifolium) Ni Putu Yuliasih 1, Sumiyati 2, Yohanes Setiyo 2 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Email: cilik_lia@yahoo.co.id ABSTRAK This research was describe about temperature profile on Arch Greenhouse with the curved shape of roof and square wall for Chrysanthemum (Chrysanthemum morifolium) that cultivated on Arch Greenhouse. The aims of this research were to obtain a temperature profile on arch greenhouse, to determine the building height of arch greenhouse which suit for chrysanthemum cultivation. Height treatments of greenhouse was separated by 3 levels i.e. 2.5 m, 3.0 m, and 3.5 m. Chrysanthemum seeds varietys used in this research was Fiji white. To measure the temperature used temperature and humidity meter. Temperature measurement carried out by 2 times start from a week before planting (empty condition) and plant age was 45 days after planting. Doing the measurement on morning, noon, and afternoon. Analysis data of temperature was done with interpolation to determine profile contour line of analysis temperature. The result showed that there are the different shape and contours distribution profile of microclimate for difference height. The level of growth plan on each treatments showed a better productivity on greenhouse with height 2.5 m when compared with the others. Greenhouse with height 2.5 m produced flower quality which suit as the SNI with average of height plan was 81.93 cm, grooming age was 46 days, amount flower was 5 florets per stem, flower wide was 44.26 cm, and dry weight was 13.11 gram. keywords: arch greenhouse, chrysanthemum PENDAHULUAN Tipe greenhouse yang banyak digunakan di Indonesia pada umumnya dibangun meniru rancangan greenhouse dari negara-negara subtropika, seperti Jepang dan Belanda tanpa mempertimbangkan kondisi lingkungan iklim tropika basah di Indonesia. Daerah beriklim tropika basah seperti Indonesia harus mempunyai rancangan greenhouse sendiri yang berbeda dengan daerah subtropika (Inayah, 2007). Penerapan bangunan greenhouse di Bali semakin berkembang, terutama di Desa Candikuning. Penggunaan greenhouse di Desa Candikuning sudah sejak tahun 2001 untuk beberapa jenis tanaman yaitu bunga krisan, stroberi, tomat ceri, dan paprika. Bentuk-bentuk greenhouse yang diterapkan di Desa Candikuning terdapat bentuk tipe Semi atau even span greenhouse yaitu memiliki bentuk atap segitiga sama sisi jika dilihat dari depan untuk dinding greenhouse tipe ini tegak sedangkan atapnya miring, tipe Arch bangunan greenhouse yang memiliki bentuk atap yang lengkung dan dinding yang tegak, tipe Tunnel adalah tipe greenhouse yang memiliki bentuk setengah lingkaran. Dimensi greenhouse dengan pengaruh tinggi yang tidak dikaji dahulu juga akan berakibat merugikan karena pengaruh iklim mikro terutama suhu dalam greenhouse yang kurang sesuai. Pengaruh dimensi greenhouse terutama tinggi greenhouse terhadap suhu di dalam greenhouse perlu dikaji, Kondisi suhu tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman salah satunya tanaman bunga krisan karena suhu yang optimum untuk tanaman bunga krisan 22 C-28 C. Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) memperoleh profil iklim mikro pada greenhouse tipe Arch untuk budidaya 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian, FTP UNUD 2) Dosen Program Studi Teknik Pertanian, FTP UNUD

2 tanaman krisan dengan tinggi yang berbeda, 2) mengetahui tinggi bangunan greenhouse tipe Arch yang sesuai untuk budidaya tanaman bunga krisan terutama di Desa Candikuning. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian Analisis Profil Suhu pada Greenhouse Tipe Arch untuk Budidaya Bunga Krisan (Chrysanthemum morifolium). METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Banjar Pemuteran, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, di lahan milik Bapak Wayan Ada. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari-Mei 2015. Bahan yang digunakan (1) untuk pembangunan greenhouse : bambu, plastik UV, shading net penegak tanaman, kayu, paranet, plastik mulsa, lampu, kabel, (2) bahan untuk budidaya : bibit bunga krisan, pupuk urea, kompos, media tanam tanah dan air irigasi, pestisida. Sedangkan alat yang dipergunakan adalah : selang, timer, sprayer, penggaris, dan alat pengolahan tanah, light meter, temperature and humidity meter. Proses Pembuatan Greenhouse Greenhouse dibuat dengan ukuran panjang 12 m, lebar 4,5 m dengan tinggi bangunan 2,5 m, 3,0 m dan 3,5 m. Kerangka bangunan greenhouse (tiang, kuda-kuda untuk atap) terbuat dari bambu berdiameter 7 10 cm. Bahan dinding bagian bawah adalah plastik UV warna putih dengan tebal 0,2 mm dan bahan dinding bagian atas adalah screen (jaring) plastik, atap terbuat dari plastik UV warna putih tebal dengan 0,2 mm. Atap greenhouse memiliki tinggi kelengkungan 1 m. Variabel Pengukuran: a. Suhu Udara : Pengukuran suhu udara menggunakan alat temperature and humidity meter. Pengukuran dilakukan dengan cara menempatkan alat pada titik pengukuran yang telah ditentukan hingga 10-20 detik lalu lihat hasil pengamatannya pada display. b. Tinggi Tanaman : Pengukuran tinggi dilakukan dengan mengukur tanaman dari bagian pangkal batang di atas tanah hingga tinggi pucuk daun teratas. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari minggu 1 sampai 8 setelah tanam. c. Umur Berbunga : Umur berbunga pada tanaman bunga krisan dicatat pada saat munculnya kuncup bunga pertama pada tanaman bunga krisan. d. Berat kering : Pengukuran berat kering dilakukan dengan pengambilan 15 sampel dalam satu ruangan greenhouse yang dipanen lalu dipotong-potong kecil dari akar sampai bunganya selanjutnya ditimbang untuk data berat basah, kemudian dikeringkan menggunakan oven. Pengeringan dilakukan pada suhu 105 o C selama 24 jam (Herpinawati,2010). e. Luas Bunga :Pengukuran luas bunga dapat diukur menggunakan penggaris, pengukuran luas bunga dilakukan pada bunga yang sudah mekar penuh kurang lebih pada umur 70 hari setelah tanam. Berdasarkan data diameter kemudian dilakukan perhitungan untuk memperoleh luas bunga dengan rumus L = πr 2 (r =jari-jari lingkaran bunga krisan) f. Jumlah Bunga Per Batang: Jumlah bunga pada tanaman bunga krisan dapat dihitung dari jumlah kuntum yang dihasilkan pada setiap batang. Analisis Data Analisis data yang akan dilakukan meliputi membuat gambar profil iklim mikro dalam greenhouse menggunakan metode garis kontur. Anasir- anasir iklim dengan melakukan langkahlangkah sebagai berikut, pertama menghubungkan titik-titik pengukuran suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya terdekat dengan garis lurus sehingga terbentuk jaring-jaring segitiga, di lanjutkan dengan melakukan interpolasi. Hasil interpolasi akan mendapatkan nilai titik-titik dengan interval tertentu, lalu ditarik garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai nilai yang sama besarnya. Sehingga bentuk garis-garis kontur baik untuk suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. 2

3 Pengolahan data Produktivitas Data-data hasil pengukuran produktivitas seperti tinggi tanaman, jumlah bunga per tanaman, luas bunga, berat kering dan umur berbunga yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel untuk memperoleh grafik, lalu dianalisis dengan metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan. Tahapan penelitian dapat dijelaskan secara runtut pada diagram alir penelitian berikut: Mulai Persiapan bangunan greenhouse tipe Arch Ketinggian 2,5 m ( GH1) Ketinggian 3,0 m (GH 2) Ketinggian 3,5 m (GH 3) Mempersiapankan lahan dan pemasangan net penegak tanaman Persiapan jaringan Irigasi Mempersiapkan jaringan listrik untuk penyinaran Mempersiapkan bibit bunga krisan Transplantasi penanaman dengan jarak 10 cm antar tanaman Pemeliharaan, (pemberian air irigasi, penyinaran tambahan, pemberantasan gulma, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit) Pengambilan data 1. Suhu (sebelum tanam dan 45hari setelah tanam) untuk Pagi jam 06.00 wita,siang jam 12.00 wita dan Sore jam 18.00 wita 2. Tinggi Tanaman 3. Gambar Umur 1. Berbunga Diagram Alir Penelitian 4. Berat Kering 5. Luas Bunga 6. Jumlah Bunga Analisis Data Selesai Gambar 1. Digram Alir Penelitian 3

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Suhu Pada Greenhouse Tipe Arch Dengan Tinggi Yang Berbeda a. Profil suhu pagi, siang dan sore sebelum tanam 23,0 C 150 cm 18,5 C 200 cm 22,5 C 21,5 C 21,0 C 250 cm 22,5 C Gambar 2. Profil suhu pagi (06.00) pada greenhouse 2,5 m greenhouse 3,0 m dan greenhouse 3,5 m sebelum tanam 27,5 C 28,0 C 31,5 C 28,5 C 30,0 C 31,0 C 150 cm 200 cm 250 cm 30,5 C Gambar 3. Profil suhu siang (12.00) pada greenhouse 2,5 m greenhouse 3,0 m dan greenhouse 3,5 m sebelum tanam 150 cm 22,5 C 23,0 C 200 cm 25,0 C 250 cm 24,5 C Gambar 4. Profil suhu sore (18.00) pada greenhouse 2,5 m greenhouse 3,0 m dan greenhouse 3,5 m sebelum tanam GH 1 pada pagi hari sebaran suhu homogen pada 18,5 C, GH 2 memiliki sebaran suhu yang hetrogen antara 21,0 C-22,0 C sedangkan pada GH 3 memiliki sebaran suhu yang hetrogen yaitu antara 22,5 C-23,0 C. Semakin tinggi bangunan dan besar volume greenhouse ada kecenderungan suhu pada ruangan greenhouse semakin tinggi. Perbandingan tersebut terjadi karena perbedaan luas dinding pada setiap greenhouse dimana semakin tinggi bangunan greenhouse maka luas dinding semakin luas. Perbandingan volume greenhouse dan perbedaan luas dinding menyebabkan suhu di ruang greenhouse bersifat homogen atau heterogen. Suhu siang hari di GH 1 hetrogen pada 27,5 C- 28,5 C, suhu pada GH 2 berpola homogen pada 30 o C sedangkan untuk GH 3 sebaran suhu yang heterogen berkisar antara 30,5 C-31,5 C. Hal tersebut dipengaruhi oleh sirkulasi ruangan dan penerimaan radiasi matahari pada setiap bangunan greenhouse, pada GH 1 dengan volume ruang paling sempit dan luas dinding yang kecil 4

5 mengakibatkan kapasitas udara yang terdapat dalam ruangan sedikit jadi sirkulasi pertukaran udara lebih kecil. Sirkulasi udara sangat menentukan kondisi iklim mikro di dalam greenhouse (Mastalerz, 1977) Profil sebaran suhu pada sore hari pada GH 1 memperlihatkan profil sebaran suhu yang heterogen antara 22,5 C-23,0 C sedangkan GH 2 dan GH 3 profil suhu homogen pada masing-masing 25,0 o C dan 24,5 o C. Kapasitas ruang greenhouse yang mempengaruhi jumlah panas yang dapat terakumulasi dalam greenhouse menjadikan hasil suhu GH 2 dan GH 3 memiliki suhu relatif lebih tinggi dibanding GH 1 dengan tinggi 2,5 m. Suhu yang rendah pada GH 1 dipengaruhi oleh kapasitas ruangan yang sempit yang berakibat sedikitnya kapasitas udara terakumulasi dalam greenhouse. sesuai dengan pendapat Megasari (2006) semakin luas kapasitas ruangan maka semakin tinggi pula jumlah udara panas yang terperangkap dalam ruangan. b. Profil suhu pagi, siang dan sore umur tanaman bunga krisan 45 hari 150 cm 16,0 C 200 cm 22,0 C 21,5 C 250 cm 24,0 C 21,5 C Gambar 5. Profil suhu pagi (06.00) pada greenhouse 2,5 m greenhouse 3,0 m dan greenhouse 3,5 m umur tanaman bunga krisan 45 hari 24,0 C 24,0 C 24,5 C 24,0 C 150 cm 24,5 C 200 cm 250 cm Gambar 6. Profil suhu siang (12.00) pada greenhouse 2,5 m greenhouse 3,0 m dan greenhouse 3,5 m umur tanaman bunga krisan 45 hari 19,0 C 19,0 C 24,0 C 150 cm 24,5 C 200 cm 250 cm 19,5 C Gambar 7. Profil suhu sore (18.00) pada greenhouse 2,5 m greenhouse 3,0 m dan greenhouse 3,5 m umur tanaman bunga krisan 45 hari Pada GH 1 umur 45 HST memiliki sebaran suhu yang homogen 16,0 C, GH 2 memiliki sebaran suhu yang heterogen 21,0 C-22,0 C dan GH 3 sebaran suhunya homogen 24,0 C. Suhu yang terendah pada GH 1 hal ini terjadi karena kapasitas ruangan berpengaruh pada jumlah akumulasi udara panas 5

6 yang terperangkap dalam ruang greenhouse, semakin luas kapasitas dalam ruangan maka semakin tinggi pula jumlah udara panas yang terperangkap dalam ruangan (Megasari, 2006). GH 1 dan GH 2 umur 45 HST pada siang hari memiliki sebaran suhu yang heterogen 24,0 C - 24,5 C dengan pola kontur suhu berbeda, Pada GH 3 dengan suhu yang homogen 24,0 C. Tanaman krisan pada umur 45 hari setelah tanam memiliki tinggi batang kurang lebih 50 cm dengan jumlah daun kurang lebih 25 helai sudah memiliki pengaruh besar pada suhu ruangan. Hal ini mengacu pada kemampuan tanaman dalam menyerap CO 2 untuk fotosintesis dan menghasilkan O 2. Apabila dikaitkan dengan kapasitas ruang greenhouse maka akan ditemukan perbandingan antara jumlah tanaman dengan total CO 2 dalam ruang yang dapat diserap oleh tanaman sesuai dengan pendapat (Sudaryono, 2004). Keadaan suhu pada sore hari GH 1 heterogen yaitu pada 19,0 C-19,5 C untuk suhu pada GH 2 dan GH 3 memiliki sebaran profil yang homogen 19,0 C dan 24,0 C. Suhu rata-rata tertinggi yang diperoleh pada GH 3 pada sore hari diakibatkan jumlah intensitas sinar matahari yang diterima bangunan lebih tinggi serta dipengaruhi juga dengan luas dinding. Menurut Suhardiyanto (2009) luas dinding yang lebih luas pada GH 3 serta volume ruang yang besar memungkinkan porsi cahaya matahari yang diterima lebih banyak dan selanjutnya menjadikan gelombang panjang yang masuk kedalam ruang greenhouse 3 lebih intensif sehingga suhu naik dan kerapatan udara. Perbedaan suhu pada greenhouse saat tanpa tanaman dan setelah tanaman berumur 45 hari, memiliki perbandingan sebagai berikut pada greenhouse tanpa tanaman suhu pagi hari berkisar antara 18 C-30 C sedangkan pada saat tanaman berumur 45 hari suhu menurun yaitu berkisar antara 16 C- 24 C. Perbadingan suhu pada greenhouse tanpa tanaman dan greenhouse yang sudah berisi tanaman sangat berbeda dimana setelah tanaman berumur 45 hari suhu dalam greenhouse menurun. Hal ini terjadi kari dipengaruhi oleh aktivitas tanaman dalam mengalami proses fotosintesis. Pengaruh Tinggi Greenhouse Tipe Arch Terhadap Produktifitas Tanaman Krisan a. Tinggi Tanaman Gambar 8 merupakan grafik rata-rata tinggi tanaman krisan dari minggu ke-1 sampai ke-8 pada masing-masing perlakuan tinggi GH 1, GH 2 dan GH 3 Tinggi Tanaman (cm) 100 80 60 40 20 0 6.80 5.80 5.67 10.97 9.08 7.73 16.97 16.07 13.20 25.93 24.33 22.60 37.60 35.14 30.60 45.07 44.00 43.20 69.53 60.27 43.93 81.93 71.53 1 2 3 4 5 6 7 8 minggu ke- 51.40 GH 1 GH 2 GH 3 Gambar 8. Grafik rata-rata tinggi tanaman krisan Berdasarkan Gambar 8. Pada minggu ke-8, tanaman krisan di GH 1 menunjukan pertumbuhan tertinggi yaitu 81,93 cm. Pada hasil pengamatan untuk profil suhu dalam greenhouse pada GH 1, GH 2 dan GH 3 memiliki suhu yang berbeda yaitu pada GH 1 suhunya adalah 16 C- 28 C, pada GH 2 memiliki suhu 19 C-30 C dan untuk GH 3 memiliki suhu antara 19 C-31 C dari hasil suhu berpengaruh terhadap tinggi tanaman bunga krisan dimana pada GH 1 memiliki suhu yang sesuai dengan syarat tumbuh bunga krisan antara 20 C-28 C.Tanaman krisan yang berasal dari daerah subtropis dapat tumbuh pada kisaran suhu harian antara 17 28 C. Pada fase vegetatif, kisaran suhu harian antara 22-28 o C pada malam hari dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal krisan (Khattak dan Pearson, dalam Budiarto, et. al, 2006). Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan pertumbuhan tanaman terutama pada tanaman bunga krisan akan mempersingkat fase vegetatifnya. Hasil tinggi tanaman krisan sesuai dengan standar nasional yang sudah ditetapkan dengan masing-masing kelas mutu dengan tinggi minimal 50 cm serta kelas mutu terbaik dengan tinggi 80 cm (SNI 01-4478-1998). 6

7 b. Umur Berbunga Hasil yang diperoleh dari data pengamatan umur berbunga yang dihasilkan tanaman oleh masing-masing perlakuan dapat dilihat di Gambar 9. umur berbunga(hari-ke) 46 45 45 44 44 43 43 42 42 41 45.27 44.67 42.47 GH 1 GH 2 GH 3 Perlakuan Gambar 9. Grafik umur berbunga masing-masing perlakuan pada greenhouse tipe arch Berdasarkan Gambar 9, menunjukkan umur berbunga yang berbeda dari masing-masing perlakuan pada tinggi greenhouse. pada GH 1 dengan tinggi 2,5 m mulai berbunga pada umur 46 hari, pada GH 2 dengan tingg 3,0 m tanaman mulai berbunga pada umur 45 hari, sedangkan pada GH 3 dengan tinggi 3,5 m tanaman mulai berbunga pada umur 43 hari. Perbedaan waktu berbunga selain diakibatkan karena pengaruh penyinaran juga dipengaruhi oleh suhu dalam ruangan greenhouse. Hasil suhu sore hari pada GH 1 yaitu 16 o C sampai 18,5 o C sedangkan pada greenhouse 2 dan 3 hasil suhunya masing-masing suhu antara lain 19 o C. Tanaman krisan tumbuh dengan baik pada suhu 20 o C 26 o C pada siang hari dan suhu ideal pada sore atau malam hari 16 o C 18 o C, karena suhu di sore dan malam hari mampu mempercepat tunas bunga ( Hasim dan Reza, 1995). c. Jumlah Bunga per batang (kuntum) Hasil yang diperoleh dari data pengamatan jumlah bunga yang dihasilkan tanaman oleh masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 10. Jumlah bunga(kuntum) 6 4 2 0 5.00 4.67 4.00 GH 1 GH 2 GH 3 Perlakuan Gambar 10. Grafik jumlah rata-rata bunga krisan masing-masing perlakuan pada greenhouse Gambar 10, menunjukkan bahwa tanaman pada GH 1 memiliki jumlah rata-rata bunga paling banyak dibandingkan dengan GH 2 dan GH 3 yaitu 5,00 kuntum per batang. Faktor suhu juga dapat mempengaruhi banyaknya jumlah bunga, dari data dilapangan pada GH 1 memiliki suhu yang paling rendah yang berkisar antara 16 C-28 C sehingga dengan semakin rendahnya suhu pada ruangan greenhouse akan berakibat pada pertumbuhan terutama semakin banyak mengeluarkan cabang karena suhu 16 C-28 C sudah memenui syarat tumbuh tanaman bunga krisan (Sudaryono,2004). 7

8 Tanaman krisan memiliki standar untuk jumlah kuntum per bunga yang dapat diterima dipasaran 3,00 kuntum per batang hasil dari penelitian untuk tinggi tanaman pada GH 1 yang menghasilkan tinggi rata-rata 5,00 kuntum per batang, tapi dari data perhitungan sebelum dirata-rata mencapai 7 kuntum per batang. Sesuai dengan standar nasional yang sudah ditetapkan dengan masing-masing kelas mutu jumlah bunga 4,00 kuntum per batang (SNI 01-4478-1998). d. Luas Bunga Hasil yang diperoleh dari data pengukuran luas bunga yang dihasilkan tanaman oleh masingmasing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 12. Luas Bunga (cm2) 60 40 20 0 44.26 37.14 35.26 GH 1 GH 2 GH 3 Perlakuan Gambar 12. Grafik rata-rata luas bunga krisan masing-masing perlakuan pada greenhouse Gambar 12, memperlihatkan tanaman pada GH 1 menghasilkan luas bunga yang terbesar yaitu 44,26 cm 2 bila dibandingkan dengan perlakuan tinggi greenhouse lainnya, akan tetapi luas bunga yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan tidak menunjukan perbedaan yang begitu jauh. Luas bunga juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu udara dalam ruangan greenhouse yang berakibat pada ketersediaan air atau kelembaban, dimana suhu yang tinggi akan berakibat menurunkan kelembaban begitu juga sebaliknya. Pertumbuhan untuk luas bunga sangat berkaitan erta pada proses pembungaan dan hasil bunga, semakin tinggi suhu akan mengakibatkan luas bunga lebih kecil. jika dilihat dari hasil data suhu pada siang hari pada GH 1 yaitu 24 C-28 C pada GH 2 memiliki suhu 24 C-30 C dan untuk GH 3 memiliki suhu 24 C-31 C. Suhu yang rendah berada pada GH 1 sesuai dengan pendapat Maaswinkel dan Sulyo (2004) proses inisiasi bunga akan terhambat dan menyebabkan pertumbungan bunga terlambat karena suhu yang tinggi. e. Berat KeringTanaman (gram) Pada penelitian ini hasil yang diperoleh dari data pengukuran berat kering tanaman yang dihasilkan tanaman oleh masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 13.. Berat Kering Tanaman (gram) 15 10 5 0 13.11 11.52 9.81 GH 1 GH 2 GH 3 Perlakuan Gambar 13. Grafik rata-rata berat kering tanaman bunga krisan pada masing-masing greenhouse 8

9 Gambar 13, menunjukkan bahwa tanaman krisan yang berada di GH 1 menghasilkan berat kering yang tertinggi yaitu 13,11 gram dibandingkan dengan GH 2 dan GH3. Berat kering yang paling tertinggi diperoleh pada GH 1 diakibatkan karena proses fotosistesin tanaman pada GH 1 lebih maksimal jika dibandingan dengan GH 2 dan GH 3. Berat kering tanaman mengindikasikan pola tanaman mengakumulasi produk dari proses fotosintesis, selain itu merupakan integrasi dengan faktor lingkungan lainnya (Inggrit, 2013). Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN 1. Suhu di ruang GH tinggi 2,5 m, 3,0 m dan 3,5 m memiliki pola kontur yang berbeda-beda akibat waktu pengamatan, pola aliran udara akibat lubang ventilasi dan perbandingan luas dinding. Pola suhu pada greenhouse sebelum terdapat tanaman dengan tinggi 2,5 m berpola homogen, 3,0 m berpola hetrogen dan 3,5 m berpola hetrogen. Sedangkan setelah tanaman berumur 45 hari pada GH tinggi 2,5 m berpola homogen, 3,0 m berpola hetrogen dan 3,5 m berpola homogen, suhu di ruangan greenhouse 18,0 o C 31,5 o C (tanpa tanaman), namun kisaran suhu saat ada tanaman (16,0 o C 24,5 o C). 2. Produktifitas tanaman dengan parameter dari tinggi tanaman, jumlah bunga per batang, umur berbunga dan berat kering tanaman krisan, dari ketiga greenhouse yang menghasilkan kualitas paling baik adalah tanaman yang berada pada GH 1 dengan tinggi 2,5 m. Pertumbuhan dan pembungaan bunga krisan yang memenuhi syarat lingkungan pada suhu udara 18 ºC - 25 ºC sesuai pada hasil suhu pada GH 1 dengan tinggi 2,5 m. Hasil tinggi tanaman 81,93 cm dan jumlah kuntum bunga per tanaman 5,00 kuntum per tanaman, sudah sesuai dengan standar nasional yang telah ditetapkan (SNI 01-4478-1998). Saran 1. Pada budidaya tanamanbunga krisan ukuran tinggi greenhouse yang baik diaplikasikan adalah tinggi 2,5 m. 2. Saran untuk bangunan dimana perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut atau penelitian terutama untuk jari-jari atap dan pembuatan dinding yang akan berpengaruh terhadap pemantulan cahaya. DAFTAR PUSTAKA Anne Noor Inayah, 2007. Analisis lingkungan dalam bangunan greenhouse tipe tunnel yang telah dimodifikasi di PT. Alam Indah Bunga Nusantara,Cipanas, Cianjur. Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Budiarto, Y. Sulyo, R. Maaswinkel dan S. Wuryaningsih. 2006. Budidaya Krisan Bunga Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.Jakarta. Harjadi, S. S. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. 197 hal. Hasim,I. Dan M,Reza.1995. Krisan. Penerbit penebar swadaya. Jakarta. Herpinawati. 2010. Tingkat Pertumbuhan dan Biomassa Bibit Rhizophora apiculata di Perairan Delta Upang Banyuasin Sumatera Selatan.ejournal.unsri. ac.id/index.php/maspari/article/download /1116/335 (diakses pada tanggal 18 Juli 2015). Inggrit. 2013. Fisiologi Tumbuhan. http://inggritmemo.com/2013/02/fisiologi-tumbuhan-soal-danjawaban.html (diakses pada tanggal 15 Agustus 2015). 9

10 Lakitan, B. 2002. Dasar- dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mastalerz, J. W. 1977. The Greenhouse Environment. John Wiley and Sons, Inc.New York. Megasari, D. 2006. Profil Iklim Mikro dan Konstruksi Greenhouse (Studi Kasus di Bogor dan Cianjur). Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, FATETA, IPB. Bogor. Sudaryono. 2004. Pengaruh Naungan Terhadap Perubahan Iklim Mikro Pada Budidaya Tanaman Tembakau Rakyat. Pusat Pengkajian dan Penerapan Tenkologi Lingkungan. Suhardiyanto, H. Januari 2009. Teknologi Rumah Tanaman Untuk Iklim Tropika Basah. Bogor. 10