IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

Sex Ratio Kabupaten Rokan Hilir. Sex Ratio = 106. = 283,7 ribu orang. = 268,7 ribu orang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ha, terletak pada kordinat 101'21 BT. Batas Kabupaten Rokanbb

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Undang-undang RI No. 53 tahun 1999.Kabupaten Rokan Hilir terletak di pesisir timur Pulau

BERITA RESMI STATISTIK

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III 2010)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2010 DAN ANGKA RAMALAN II 2011)

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

ANGKA TETAP TAHUN 2013 DAN ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA TETAP TAHUN 2013)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KABUPATEN ASAHAN (ANGKA TETAP TAHUN 2013)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

I. PENDAHULUAN. nangka, semangka, melon, cabai dan sebagainya. Akibat serangan hama ini

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015)

STATISTIK PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA TAHUN 2012 DAN KONDISI TAHUN 2013

PENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2015)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

STATISTIK PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA TAHUN 2011 DAN RAMALAN KONDISI TAHUN 2012

PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011)

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2006 DAN ANGKA RAMALAN I 2007)

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I)

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA 2014)

Transkripsi:

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan hasil pemekaran Kabupaten Bengkalis dengan Undang-Undang Nomor 53 tahun 1999. Wilayah ini terletak dibagian paling utara dari Provinsi Riau atau pada pesisir Timur Pulau Sumatera, yaitu antara 1 14' - 2 30' lintang Utara dan 100 16' - 101 21' Bujur Timur. Berdasarkan letak geografis ini, Kabupaten Rokan Hilir berada pada posisi yang strategis, yaitu jalur pelayaran internasional Selat Malaka. Hal ini menempatkannya menjadi salah satu gerbang lintas regional bagi Provinsi Riau dari/ke Selangor Malaysia maupun ke Sumatera Utara. Disamping itu, Kabupaten Rokan Hilir mempunyai keunggulan dengan dekatnya wilayah administrasi dan aksesibilitas yang baik dengan Kota Dumai yang salah satu fungsi utama kotanya sebagai pusat kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan internasional. Wilayah Kabupaten Rokan Hilir memiliki luas daerah sebesar 8.881,59 km 2 berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara dan Selat Malaka di sebelah Utara, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Rokan Hulu di sebelah Selatan, Kota Dumai di sebelah Timur dan Propinsi Sumatra Utara di sebelah Barat yang terbagi dalam 12 kecamatan dan 107 kepenghuluan/kelurahan, seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa wilayah Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Tanah Putih, mencapai 24,16 persen sedangkan Kecamatan Tanjung Melawan adalah kecamatan terkecil yang hanya 2,23 persen dari totol luas Kabupaten Rokan Hilir. Sementara itu, jumlah kepenghuluan/kelurahan terbanyak terdapat di Kecamatan Bangko, yaitu sebanyak 22 atau 20,56 persen dan terkecil di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Tp. Tanjung Melawan, Simpang Kanan, Pasir Limau Kapas dan Sinaboi yang masing-masing hanya 4 desa atau 3,74 persen dari total desa yang ada di Kabupaten Rokan Hilir. Banyak sedikit jumlah kepenghuluan/kelurahan pada setiap kecamatan dapat menggambarkan keadaan jangkaunan pelayanan administrasi pemerintah terhadap masyarakat. Semakin besar jumlah kepenghuluan/kelurahan di suatu kecamatan maka akan

memperpendek dan mempercepat pelayanan administrasi pemerintah kepada masyarakat yang ada di kawasan tersebut. Tabel 2. Luas Wilayah Kecamatan dan Kepenghuluan/kelurahan di Kabupaten Rokan Hilir No Kecamatan Luas Kepenghuluan Persentase (km2) Kelurahan Persentase 1 Tanah Putih 2.146 24,16 10 9,34 2 Pujud 985 11,10 8 7,48 3 Tp. Tj. Melawan 199 2,23 4 3,74 4 Bagan Sinembah 847 9,54 14 13,08 5 Simpang Kanan 446 5,02 4 3,74 6 Kubu 1.1061 12,45 14 13,08 7 Ps. Limau Kapas 670 7,54 4 3,74 8 Bangko 941 10,59 22 20,56 9 Senaboi 336 3,78 4 3,74 Lo Rimba Melintang 236 2,65 8 7,48 11 Bangko Pusako 733 8,25 9 8,41 12 Batu Hampar 284 3,20 6 5,61 Jumlah 8.882 100,00 107 100,00 Sumber: Dinas Pertanian TanamanPangan Kabupaten Rokan Hilir 4.2. Keadaan Kependudukan Penduduk merupakan potensi sumberdaya manusia penting dalam pembangunan suatu daerah. Potensi ini dapat dilihat dari segi jumlah, umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan penduduk itu sendiri. Penduduk Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2004 menurut BPS tercatat sebanyak 440.894 jiwa yang terdiri dari 93.896 rumah tangga dengan laju pertumbuhan penduduk 4,40 persen per tahun. Untuk melihat jumlah penduduk dirinci menurut kecamatan dan jenis kelamin disajikan pada Tabe1 3

Tabe1 3 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk Menurut Jenis Kelamin, dan Kepadatan per Kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2004 Kecamatan Luas wilayah (km) Rumah tangga Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan Total Kepadatan (jiwa /km) Tanah Putih 2.146,36 9.910 23.853 22.277 46.130 21 Pujud 984,90 9.973 21.814 24.808 46.622 47 Tp. Tj. Melawan 198,39 1.772 3.627 4-319 7-946 40 Bagan Sinembah 847,35 24.572 53.622 53.806 107.428 127 Simpang Kanan 445,55 4.105 9.318 10.126 19.444 44 Kubu 1.061,06 6.204 15.273 15.864 31.137 29 Ps. Limau Kapas 669,63 6.077 14.695 13.971 28.666 43 Bangko 940,56 14.148 38.252 36.483 74.735 61 Senaboi 335,48 1.806 4.671 4.476 9.147 27 Batu Hampar 284,31 1.109 2.881 2.609 5.490 23 Rimba Melintang 235,48 5.943 14.440 11-686 26.126 111 Bangko Pusako 732,52 8.277 19.092 18.931 38.023 52 Jumlah 8.881,59 93.896 221.538 219.356440.894 50 Sumber: BPS Tahun 2004 Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Rokan Hilir terbanyak terdapat di Kecamatan Bagan Sinembah yakni berjumlah 107.428 jiwa dan terkecil terdapat di Kecamatan Batu Hampar yang hanya 5.490 jiwa. Kepadatan penduduk terpadat terdapat di Kecamatan Bagan Sinembah sebanyak 127 jiwa/km 2 dan yang terjarang dijumpai di Kecamatan Tanah Putih yakni 21 jiwa/km2. Sementara rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 50 jiwa/km2. Sedangkan jumlah penduduk penduduk berdasarkan kelompok umur disajikan dalam Tabe1 4 Tabel 4 Jumlah Penduduk Kabupaten Rokan Hilir Berdasarkan Kelompok Umur tahun 2003 No Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase 1 < 2 12.279 2,91 2 2-4 40,698 7,81 3 5-9 51,268 2,17 4 10-14 53-219 12,63 5 15-49 233-070 55,32 6 50-64 22.865 5,43 7 65+ 7.882 1,87 421.281 100,00 Sumber: Dinas pertanian Tanaman Pangan Provinsi Riau Tahun 2005

Tabel 4 memperlihatkan bahwa kelompok umur produktif berjumlah 255.935 jiwa (60,75%) dengan asumsi umur produktif dari 15 tahun sampai 64 tahun. Kelompok umur ini sangat penting dalam kaitannya dengan ketersediaan tenaga kerja produktif untuk melakukan usaha pertanian dan usaha fisik lain pada suatu daerah tertentu. Jumlah penduduk berdasarkan golongan ini juga dapat menggambarkan rasio ketergantungan (dependency ratio), yaitu perbandingan penduduk produktif terhadap non produktif. Dependency ratio penduduk di Kabupaten Rokan Hilir adalah sebesar 65 persen yang berarti setiap 100 penduduk produktif menanggung sebanyak 65 jiwa penduduk non produktif. 4.3 Distribusi Penggunaan dan Potensi Lahan Lahan merupakan sumberdaya alam sekaligus faktor produksi penting dalam usaha pertanian. Disamping sebagai tempat pemukiman penduduk, di atas tanah dapat diusahakan berbagai jenis tanaman tergantung kepada tingkat kesuburan dan kesesuaian lahan yang ada. Disamping itu, di atas tanah dapat juga dibangun usaha ekonomi lain seperti kolam/empang untuk pemeliharaan ikan air tawar. Luas penggunaan lahan di Kabupaten Rokan Hilir disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 menjelaskan bahwa dari luas wilayah Kabupaten Rokan Hilir seluas 888.159 hektar, 8,20 persen (72.791 ha) adalah lahan sawah dan selebihnya 91,80 persen (815.368 ha) adalah lahan kering. Sawah di Kabupaten Rokan Hilir didominasi oleh sawah tadah hujan seluas 50.321 hektar (68,13 persen), sawah lebak dan pasang surut yang masing-masing 12,17 persen dan 2,94 persen. Sementara lahan sawah yang tidak diusahakan masih cukup luas yang mencapai 11.991 hektar (16,47%). Sedangkan penggunaan lahan bukan sawah (lahan kering) didominasi untuk perkebunan negara/swasta yang mencapai 190.288 hektar (23,34%), kemudian diikuti lahan untuk tegalan seluas 121.564 hektar (14,91%), dan hutan negara seluas 108.303 hektar (13,28%).

Tabel 5. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2005 No Penggunaan lahan Luas (ha) Persentase A Sawah 1 Pasang surut 2.140 2,94 2 Tadah hujan 50.321 69,13 3 Lebak 8.861 12, 4 Sedan tidak diusahakan 11.991 16,47 Jumlah 72.791 8,20 B Bukan lahan sawah 1 Lahan kering A Pekarangan/bangunan/halaman sekitarnya 29.063 3,56 b Tegalan/Kebun 121.564 14,91 c Ladang/Huma 5.857 0,72 d Pengembalaan padang rumput 99 0,02 e Rawa-rawa yang tidak diusahakan 27.839 3,41 f Kolam/Tebat/Empang 89 0,01 g Perkebunan negara/swasta 190.288 23,34 h Sedang tidak diusahakan 31-977 3,83 2 Lahan hutan a Hutan Negara 108.303 13,28 b Hutan Rak at 41.676 5,11 3 Lahan Lainnya 258.513 31,71 Jumlah 815.368 91,80 Lahan sawah + bukan lahan sawah 888.159 100,00 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Rokan Hilir Tahun 2006. Penggunaan tanah yang tersempit adalah untuk kolam/tebat/empang yang hanya 0,01 persen. Ini menunjukkan bahwa potensi budidaya perikanan darat, khususnya usaha budidaya perkoloman belum tergarap dengan baik pada hal punya potensi yang cukup besar bila dilihat dari ketersediaan air di kawasan tersebut. Disamping penggunaan lahan di atas, masih ada penggunaan lainnya seluas 815.368 hektar atau 31,71 persen dari luas lahan bukan sawah. Khusus mengenai potensi lahan sawah di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 6. Luas lahan sawah terluas dijumpai di Kecamatan Bangko seluas 24.619 hektar atau 33,82 persen dari seluruh lahan sawah yang ada di Kabupaten Rokan Hilir. Urutan kedua terluas adalah di Kecamatan Kubu yaitu seluas 14,050 hektar atau 19,30 persen dari total lahan sawah. Luas lahan sawah terkecil dijumpai di Kecamatan Pujud yang hanya 130 hektar atau 0,18 persen,

akan tetapi lahan kering di daerah tersebut cukup potensial yaitu nomor 2 terluas setelah Kecamatan Tanah Putih, yaitu 98.360 hektar atau 12,60 persen. Sedangkan di Kecamatan Tanah putih mencapai 212.866 hektar atau 26,11 persen dari total luas lahan kering di Kabupaten Rokan Hilir seluas 815.368 hektar. Dari luas lahan sawah dan lahan kering yang ada ternyata tidak semua luas lahan tersebut dapat diusahakan karena berbagai kendala. Luas lahan yang sementara tidak dapat diusahakan ini merupakan potensi potensi yang belum diusahakan untuk menghasilkan produksi tanaman. Untuk lahan sawah potensi yang belum diusahakan selnas 11.991 hektar (1,35%), sedangkan lahan kering mencapai luas 31.977 hektar (3,60%). Untuk mengetahui luas lahan sawah dan kering yang sementara tidak diusahakan di Kabupaten Rokan Hilir tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Luas Lahan Menurut Jenis Lahan dan Kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2004 No Kecamatan Lahan sawah Luas lahan (ha) Sementara tidak Lahan kering diusahakan Sementara tidak diusahakan 1 Tanah Putih 1.770 1.252 212.866 18.000 2 Pujud 130 0 98.360 0 3 Tp. Tj. Melawan 1.500 306 18.339 0 4 Bagan Sinembah 480 0 84.255 0 5 Simpang Kanan 663 438 43.984 150 6 Kubu 14.050 150 92.056 3.000 7 Ps. Limau Kapas 1.947 25 65.016 1.150 8 Bangko 24.619 4.833 69.573 1.953 9 Senaboi 11.812 2.232 21.827 2.875 1o Batu Hampar 7.177 2.140 21.254 2.875 11 Rimba Melintang 7.141 408 16.407 978 12 Bangko Pusako 1.931 570 71.431 996 72.791 11.991 815.368 31.977 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2006 Tabel 6 juga menunjukkan jumlah luas lahan sawah dan lahan kering sedang tidak diusahakan yang terdapat di 12 kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir seluas 45.378 hektar. Lahan sawah yang sementara tidak dapat diusahakan terluas

dijumpai di Kecamatan Bangko yang mencapai 4.833 hektar, sedangkan lahan kering terluas yang untuk sementara tidak diusahakan dijumpai di Kecamatan Tanah Putih yang mencapai 18.000 hektar. Lahan ini cukup potensial untuk perluasan pengembangan (ekstensifikasi) tanaman padi dan palawija serta tanaman hortikultura. Permasalahan serius yang mengancam pertanian tananam pangan dilihat dari penggunaan lahan di Kabupaten Rokan Hilir adalah tingginya tingkat pengalihan (alih fungsi) lahan dari lahan tanaman pangan ke tanaman non pangan, seperti perkebunan terutama tanaman sawit dan pemukiman sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang cepat. Dalam kasus kelapa sawit, penyebab utama alih fungsi lahan tersebut semata karena masalah ekonomi dimana tanaman sawit mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi dari pada tanaman pangan seperti padi, palawija dan sayursayuran. Luas alih fungsi lahan di Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2005 disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Alih Fungsi Lahan Tanaman Pangan Ke Non Pangan Diwilayah Kabupaten Rokan Hilir Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2005. No Kecamatan Potensi Lahan (ha) Pemanfaatan padi (ha) 1 x T 2 x T Sawit Alih fungsi lahan (ha) Pemu kiman Dll Jum lah 1 Tanah Putih 2 Pujud 470 280 0 60 0 0 60 3 Tp. Tj. Melawan 1.150 559 0 25 0 0 25 4 Bagan Sinembah 1.100 160 0 0 600 0 600 5 Simpang Kanan 550 150 0 0 0 0 0 6 Kubu 1.210 810 0 25 2 4 31 7 Ps. Limau Kapas 59.346 1.672 0 0 39 27,5 0 8 Bangko 17.299 11.287 0 561 14 10 606 9 Senaboi 4.155 2.206 0 18 4 3 25 10 Batu Hampar 2.665 1.581 0 41 5 4 50 12 Rimba Melintang 21.312 3.088 2.756 253 13,5 6,5 273 13 Bangko Pusako 3.865 2.487 0 507 0,5 0 507,5 Total 59.346 24.280 2.75 2.11 39 27,5 2.176 Persentase 100,00 40,91 4,64 3,561 0,07 0,05 3,67 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2006

Tabel 7 memperlihatkan bahwa selama tahun 2005 telah terjadi alih fungsi lahan 3,67 persen dari potensi lahan yang ada seluas 59.346 hektar. Dari total luas alih fungsi lahan tersebut didominasi oleh tanaman kelapa sawit yang mencapai 3,56 persen. Dari semua kecamatan yang ada, alih fungsi lahan untuk kelapa sawit selama tahun 2005 terluas terjadi di Kecamatan Bangko yang mencapai 561 hektar, kemudian diikuti oleh Kecamatan Bangko Pusako dan Kecamatan Rimba Melintang. Sementara alih fungsi untuk pemukiman terluas terjadi di Kecamatan Bagan Sinembah seluas 606 hektar, kemudian diikuti oleh Kecamatan Pasir Limau Kapas dan Kecamatan Rimba Melintang; yang masing-masing seluas 39 dan 13,5 hektar selama tahun 2005. 4.4. Potensi Pertanian Tanaman Pangan Lebih dari 50 persen perekonomian penduduk bersumber dari sektor pertanian, sehingga pembangunan bidang ekonomi dititikberatkan pada sektor pertanian guna mendorong dan menopang sektor industri dan sektor perdagangan serta sektor-sektor lainnya untuk tumbuh dan berkembang. Tanaman pangan yang diusahakan petani di Kabupaten Rokan Hilir adalah padi, palawija, sayuran dan buah-buahan. Untuk melihat potensi komoditas padi berdasarkan tingkat produktivitas yang dicapai dapat dilihat pada Tabel 8. Produktivitas lahan tanaman padi sawah di Kabupaten Rokan Hilir mencapai 4,26 ton gabah kering giling (GKG) per hektar, sedangkan pada lahan kering padi gogo mencapai 2,43 ton GKG per hektar. Rata-rata produktivitas lahan komoditas jagung 2,06 ton pipilan kering per hektar, kedelai 1,34 ton biji kering per hektar, kacang hijau 1,08 ton biji kering per hektar, kacang tanah 1,01 ton biji kering per hektar, ubi kayu 9,96 umbi basah per hektar, dan ubi jalar 5,30 ton umbi basah per hektar.

Tabel 8. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Lahan Padi dan Padi Gogo di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2005 No Komoditas Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton ha) 1 Padi sawah 34.547 147.242,8 4,26 2 Padi gogo 353 726,6 2,06 3 Jagung 634 1.512,8 2,43 4 Kedelai 973 1.307,5 1,34 5 Kacang Hijau 42 45,5 1,08 6 Kacang tanah 66 66,6 1,01 7 Ubi kayu 272 2.708,0 9,96 8 Ubi jalar 92 488,0 5,30 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2006. Sedangkan produktivitas lahan tertinggi yang pernah dicapai komoditas padi dan palawija pada sentra-sentra produksi di Kabupaten Rokan Hilir disajikan pada Tabel 9. Bila produktivitas lahan tertinggi dapat dicapai melalui program intensifikasi, maka pada kondisi luas panen tahun 2005 saja, prediksi produksi padi dan palawija Kabupaten Rokan Hilir adalah sebagai berikut: padi sawah 190-353,97 ton dan padi gogo 1.129,6 ton. Ini artinya Kabupaten Rokan Hilir bisa memproduksi padi sebanyak 191483,57 ton. Sedangkan jagung 1.512,8 ton, kedelai 1.361,64 ton, kacang hijau 54,60 ton, kacang tanah 70,62 ton, ubi kayu 2.720 ton dan ubi jalar 552 ton. Melihat rendahnya produktivitas tanah di kecamatan-kecamatan tertentu dapat disebabkan rendahnya penerapan teknologi Sapta Usahatani tanaman pangan yang telah dianjurkan. Produksi padi dan palawija di Kabupaten Rokan Hilir mempunyai peluang untuk ditingkatkan melalui peningkatan mutu intensifikasi dan pengelolaan yang efektif dan efisien. Minimal mencapai proyeksi produktivitas lahan tertinggi yang dapat dicapai pada sentra-sentra produksi padi dan palawija di Kabupaten Rokan Hilir.

Tabel 9. Produktivitas Lahan Teringgi Komoditas Padi dan Palawija Pada Kecamatan Sentra Produksi di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2005 No Komoditas Produktivitas Tertinggi (ton/ha) 1 Padi sawah 5,51 Bangko 2 Padi gogo 2,20 Pujut 3 Jagung 3,12 Simpang Kanan 4 Kedelai 1,40 Bangko 5 Kacang hijau 1,30 6 Kacang tanah 1,07 7 Ubi Kayu 10,0 8 Ubi jalar 6,0 Simpang Kanan Kecamatan Batu Hampar, Rimba Melintang, Bangko Pusako, Pujut dan Bagan Sinembah Tanah Putih, Pujut dan Tp. Tj. Melawan Rimba Melintang, Bangko, Tanah Putih, Pujut, Tp. Tj. Pusako, Kubu, Ps. Limau Kapas, Melawan, Bagan Sinembah dan Sp. Kanan. Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Rokan Hi1ir Tahun 2006 4.5. Kelompok Tani Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terlibat secara non formal atas dasar keserasian, keakraban dan kepentingan bersama serta saling percaya untuk mencapai tujuan bersama dalam melakukan usahatani. Kelompok tani juga merupakan kelembagaan yang berfungsi sebagai wadah untuk mengorganisir petani dalam mendapatkan pembinaan dan penyuluhan. Untuk meningkat pengetahuan dan ketrampilan petani serta merubah perilaku peranan kelompok tani sangat penting. Selanjutnya untuk mengorganisasikan kegiatan usahatani, kelompok tani berfungsi sebagai wadah untuk mengajukan programprogram kelompok terutama yang berhubungan dengan permohonan kredit usahatani. Adapun jumlah kelompok tahun 2005 di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabe1 10. Jumlah Kelompok Tani di Kebupaten Rokan Hilir Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2005 No Kecamatan Jumlah Kelas Kelompok Tani Pemula Lanjut Madya Utama 1 Tanah Putih 24 12 12 0 0 2 Pujud 33 33 0 0 0 3 Tp. Tj. Melawan 12 12 0 0 0 4 Bagan Sinembah 84 42 26 10 6 5 Simpang Kanan 32 32 0 0 0 6 Kubu 108 67 36 4 1 7 Ps. Limau Kapas 5 5 0 0 o 8 Bangko 128 84 44 0 0 9 Senaboi 30 30 0 0 0 10 Batu Hampar 30 30 0 0 0 11 Rimba Melintang 65 42 21 2 0 12 Bangko Pusako 37 37 0 0 0 Jumlah 588 428 139 16 7 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2006 Melihat kepada Tabel 10 terlihat bahwa jumlah kelompok tani tahun 2005 berjumlah 588 kelompok, 72,79 persen masih kelompok tani pemula, 23,64 persen lanjut, 2,72 persen madya dan baru 1,19 persen yang termasuk ke dalam kelas lanjut. Semakin banyak kelompok tani tentunya semakin baik karena semakin banyak pula petani yang terlibat sebagai anggota kelompok tani tersebut. Hal ini tentunya membawa dampak pada perluasan penyebaran teknologi ke petani sehingga produksi usahatani yang dilakukan berpeluang untuk meningkat. 4.6. Mesin Rice Milling Unit Setelah panen gabah yang dihasilkan oleh petani akan diolah di mesin RMU. Mesin ini tersedia hampir di setiap kecamatan, kecuali Kecamatan Tanah Putih, Bagan Sinembah, Pujud dan Ps. Limau Kapas. Jumlah mesin RMU terbanyak adalah di Kecamatan Bangko sejumlah 55 buah (30 persen), berikutnya adalah Kecamatan Rimba Melintang sejumlah 47 RMU (25 persen) dan Kecamatan Kubu sejumlah 44 RMU (24 persen).

Tabel 11. Jumlah Mesin RMU di Kabupaten Rokan Hilir per Kecamatan Tahun 2007 No Kecamatan Jumlah RMU Persentase 1 Bangko 55 30% 2 Rimba Melintang 47 25% 3 Tanah Putih 0 0% 4 Simpang Kanan 2 1% 5 Tanah Putih Tg.Melawan 5 3% 6 Bangko Pusako 12 6% 7 Sinaboi 10 5% 8 Kubu 44 24% 9 Bagan Sinembah 0 0% 10 Pujud 0 0% 11 Ps. Limau Kapas 0 0% 12 Batu Hampar 10 5% Total 185 100% Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Rokan Hilir, 2007 Kepemilikan mesin RMU terbagi dua, yaitu masyarakat dan pemerintah, berdasarkan Tabel 12, Kecamatan Bangko merupakan kecamatan yang paling banyak memiliki mesin RMU di Kabupaten Rokan Hilir yang dimiliki masyarakat, sebesar 42 buah (33 persen). Berikutnya adalah Kecamatan Kubu sebanyak 30 buah (23 persen) dan Rimba Melintang sebanyak 25 buah (19 persen). Kepemilikan mesin RMU yang berasal dari bantuan pemerintah, yang terbanyak adalah di Kecamatan Rimba Melintang yaitu sejumlah 22 buah (39 persen), lalu Kecamatan Kubu sebanyak 14 buah (25 persen) dan Kecamatan Bangko sebanyak 13 buah (23 persen).

Tabel 12. Jumlah dan Persentase RMU menurut Kepemilikan di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2007 No Kecamatan Swadaya Persentase Pemerintah Persentase 1 Bangko 42 33% 13 23% 2 Rimba Melintang 25 19% 22 39% 3 Tanah Putih 0 0% 0 0% 4 Simpang Kanan 2 2% 0 0% Tanah Putih Tg.Melawan 5 4% 0 0% 5 6 Bangko Pusako 9 7% 3 5% 7 Sinaboi 7 5% 3 5% 8 Kubu 30 23% 14 25% 9 Bagan Sinembah 0 0% 0 0% 10 Pujud 0 0% 0 0% 11 Ps. Limau Kapas 0 0% 0 0% 12 Batu Hampar 9 7% 1 2% Total 129 100% 56 100% Jika dibandingkan setiap kecamatan, Kecamatan Simpang Kanan dan Tanah Putih Tg Melawan kepemilikannya 100 persen milik masyarakat. Sedangkan kecamatan yang terbanyak memiliki RMU dari pemerintah di kecamatannya adalah Kecamatan Rimba Melintang, sejumlah 22 buah (47 persen), Kecamatan Kubu sebanyak 14 buah (32 persen) dan Kecamatan Sinaboi sejumlah 3 RMU (30 persen). Selengkapnya dapat dilihat di Tabel 13. Tabel 13. Jumlah dan Persentase RMU menurut Kepemilikan per Kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2007 No Kecamatan Swadaya Persentase Pemerintah Persentase 1 Bangko 42 76% 13 24% 2 Rimba Melintang 25 53% 22 47% 3 Tanah Putih 0 0 4 Simpang Kanan 2 100% 0 0% Tanah Putih Tg.Melawan 5 100% 0 0% 5 6 Bangko Pusako 9 75% 3 25% 7 Sinaboi 7 70% 3 30% 8 Kubu 30 68% 14 32% 9 Bagan Sinembah 0 0 10 Pujud 0 0 11 Ps. Limau Kapas 0 0 12 Batu Hampar 9 90% 1 10% Total 129 70% 56 30%

4.7. Pasar Pasar merupakan saraan ekonomi sangat penting di suatu daerah. Di pasar orang bisa mendapatkan segala kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan yang lebih penting lagi adalah di pasar orang dapat menjual produksi barang dan produksi pertanian dengan imbalan berupa perolehan dalam bentuk uang yang dapat digunakan untuk kepentingan lain. Berkaitan dengan pasar ini, Mosher (1968) menyatakan bahwa pasar merupakan faktor mutlak dalam pembangunan pertanian. Tidak ada lebih menggembirakan petani dari pada diperolehnya harga yang layak (tinggi) pada waktu mereka menjual produksi. Hal ini akan dapat terealisasi salah satunya jika pasar tempat menjual produk tersebut tersedia di sekitar areal petani. Jadi petani bisa langsung menjual produksinya ke pasar tanpa melalui pedagang (perantara) dalam keadaan segar. Bagaimanapun keterlibatan pedagahg perantara dalam memasarkan produksi pertanian akan menyebabkan harga ditingkat petani rendah yang pada akhirnya pendapatn petani rendah. Jarak pasar dari areal produksi juga mempengaruhi terhadap pendapatan petani sebagai akibat dari besarnya biaya transprotasi. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pasar yang ada di Kabupaten Rokan Hilir umunya ada di Ibukota Kecamatan. Sementara jarak antara tempat produksi dengan pasar kecamatan tersebut sangatlah jauh dengan sarana transportasi yang kurang memadai (tidak lancar). Ini salah satu permasalahan pemasaran produksi pangan di Kabupaten Rokan Hilir.