BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA

Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns.

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

PERANCANGAN E- POSYANDU DI POSYANDU MEKARSARI RW.VI KELURAHAN PEDALANGAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

TINJAUAN PUSTAKA. mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi.

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

BAB I PENDAHULUAN. optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki inteligensi

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi atau peran serta masyarakat mempunyai arti yang sangat luas, yang pada

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pencapaian derajat kesehatan ditandai dengan menurunnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum. pertumbuhan dan perkembangannya (Nursalam, 2005: 31-

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS Tri Novi Kurnia Wardani,S.ST,M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

Perilaku Kesehatan Individu dan Keluarga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang

KONSEP DASAR ASKEB KELOMPOK KHUSUS

PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

KELUARGA SEBAGAI UNIT PELAYANAN KESEHATAN. Dr. H. Fahrurazi, M. Kes

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Effendy, 1998). Posyandu adalah pusat pelayanan kesehatan keluarga dan Keluarga Berencana yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Syahlan, 1996). 2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (Indeks Maternal Rate) atau angka kematian ibu c. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

7 penduduk berdasarkan letak geografi f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat 3. Sasaran dalam pelayanan kesehatan di posyandu a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun b. Anak balita usia 1 sampai 5 tahun c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas d. Wanita Usia Subur (WUS) 4. Macam Kegiatan a. Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) 1. Kesehatan Ibu dan Anak 2. Keluarga Berencana 3. Imunisasi 4. Peningkatan gizi 5. Penanggulangan diare b. Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu) 1. Kesehatan Ibu dan Anak 2. Keluarga Berencana 3. Imunisasi 4. Peningkatan gizi 5. Penanggulangan diare 6. Sanitasi dasar 7. Penyediaan obat esensial

8 5. Pelayanan kesehatan yang dijalankan a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita b. Penimbangan bulanan c. Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang d. Imunisasi bayi 3-14 bulan e. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare f. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama g. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur h. Pemeriksaan kesehatan umum i. Pemeriksaan kehamilan dan nifas j. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah k. Imunisasi TT untuk ibu hamil l. Penyuluhan kesehatan dan KB m. Pemberian alat kontrasepsi KB n. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare o. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama p. Pertolongan pertama pada kecelakaan

9 6. Sistem lima meja a. Meja I 1) Pendaftaran 2) Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur b. Meja II 1) Penimbangan balita, ibu hamil c. Meja III 1) Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) d. Meja IV 1) Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, Pasangan Usia Subur yang belum mengikuti KB 2) Penyuluhan kesehatan 3) Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom e. Meja V 1) Pemberian imunisasi 2) Pemeriksaan kehamilan 3) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan 4) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya (Effendy, 1998).

10 B. Kunjungan Balita 1. Pengertian Kunjungan adalah hal atau perbuatan berkunjung ke suatu tempat. Kunjungan balita ke posyandu adalah datangnya balita ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi, penyuluhan gizi, dan lain sebagainya. Kunjungan balita ke posyandu yang paling baik adalah teratur setiap bulan atau 12 kali pertahun. Untuk ini kunjungan balita diberi batasan 8 kali pertahun. Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balitanya kurang dari 8 kali pertahun dianggap masih rawan. Sedangkan bila frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau lebih dalam kurun waktu satu tahun dianggap sudah cukup baik, tetapi frekuensi penimbangan tergantung dari jenis posyandunya (Dinkes Prov. Jateng, 2007). 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu (Sri poerdji, 2002) a. Umur balita Umur balita merupakan permulaan kehidupan untuk seseorang dan pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat. Menurut Sri Poerdji menyatakan bahwa umur 12 hingga 35 bulan merupakan umur yang paling berpengaruh terhadap kunjungan karena pada umur ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan

11 mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Hal lain yang menyebabkan ibu balita tidak lagi hadir di posyandu khususnya balita diatas usia 36 bulan, karena ibu balita merasa bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan perkembangan sosial anak semakin bertambah. b. Jumlah Anak Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi kehadiran ibu yang mempunyai anak balita untuk hadir atau berpartisipasi dalam posyandu. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hurlock (2005) bahwa semakin besar keluarga maka semakin besar pula permasalahan yang akan muncul dirumah terutama untuk mengurus kesehatan anak mereka. Dalam kaitannya dengan kehadirannya di posyandu seorang ibu akan sulit mengatur waktu untuk hadir di posyandu karena waktunya akan habis untuk memberi perhatian dan kasih sayang dalam mengurus anak-anaknya di rumah. c. Status Pekerjaan Ibu Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga dan waktu untuk mengasuh anak akan berkurang, sehingga ibu balita yang harus bekerja di luar rumah waktunya untuk berpartisipasi dalam posyandu mungkin sangat kurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk ikut berpartisipasi di posyandu.

12 Sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu untuk membawa anaknya ke posyandu. Peran ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat berpengaruh terhadap perawatan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu yang diberikan ibu untuk mengasuh dan membawa anaknya berkunjung ke posyandu masih kurang karena waktunya akan habis untuk menyelesaikan semua pekerjaannya. Aspek lain yang berhubungan dengan alokasi waktu adalah jenis pekerjaan ibu dan tempat ibu bekerja serta jumlah waktu yang dipergunakan untuk keluarga di rumah (Husnaini, 1989). d. Jarak tempat tinggal Jarak antara tempat tinggal dengan posyandu sangat mempengaruhi ibu untuk hadir atau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) bahwa faktor lingkungan fisik/letak geografis berpengaruh terhadap perilaku seseorang/masyarakat terhadap kesehatan. Ibu balita tidak datang ke posyandu disebabkan karena rumah balita tersebut jauh dengan posyandu sehingga ibu balita tersebut tidak datang untuk mengikuti kegiatan dalam posyandu. Demikian juga sesuai yang dikemukakan oleh WHO dalam Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung dari situasi pada saat itu. Ibu balita

13 mau datang ke posyandu tetapi karena jaraknya jauh atau situasi kurang mendukung maka balita tidak berkunjung ke posyandu. C. Kesehatan Balita 1. Kesehatan Undang-Undang kesehatan No.23 tahun 1992 memberikan batasan kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat (Notoatmodjo, 2003). 2. Perkembangan anak balita Anak balita adalah salah satu sasaran pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh bidan komunitas. Anak baru lahir (umur 0-28 hari) dan bayi (umur 1 bulan-11 bulan) termasuk anak balita. (Syahlan,1996). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Frankerburg dkk (1981) melalui DDST (Denver Developmental

14 Screening Test) yang dikutip dalam Soetjiningsih (1995) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita, yaitu : a. Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya b. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus). Aspek yang berhubungan dengan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat c. Language (bahasa). Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan d. Grass motor (perkembangan motorik kasar). Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh Menurut Soetjiningsih (1995) perkembangan balita dibagi menjadi 7 aspek perkembangan, seperti pada program Bina Keluarga dan Balita yaitu: a. Tingkah laku sosial b. Menolong diri sendiri c. Intelektual d. Gerakan motorik halus e. Komunikasi pasif

15 f. Komunikasi aktif g. Gerakan motorik kasar 3. Pemeliharaan kesehatan balita Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak balita adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan balita dititik beratkan pada upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan dari pada pengobatan dan pemulihan. Pelayanan kesehatan anak balita yang diberikan di posyandu, antara lain : a. Pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala b. Penyuluhan pada orang tau menyamgkut perbaikan gizi, perbaikan kesehatan lingkungan, pengawasan tumbuh kembang anak c. Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya d. Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada balita dan cara menanggulanginya Kegiatan pelayanan dan pembinaan kesehatan anak balita akan berhasil dengan baik apabila didukung oleh pemerintah desa, pemimpin dan orang terkemuka di masyarakat termasuk dukun. Para ibu perlu didorong untuk memeriksakan kesehatan anaknya (Syahlan, 1996). Menurut Behrman&Klieghman (1996), beberapa penyakit yang sering menyerang anak antara lain :

16 a. Pneumonia Pneumonia menyebabkan kematian sebagian besar anak. Kekurangan Vit.A berhubungan dengan peningkatan insiden, morbiditas dan mortalitas penyakit saluran pernafasan. Vit.A menstabilkan struktur dan fungsi permukaan mukosa dan terlibat dalam respon imun dan produksi mucus b. Penyakit diare Infeksi parasit sering disebabkan oleh salmonella dan shigela. Infeksi parasit bersifat endemis tetapi biasanya menyebabkan kekurangan gizi dan bukan diare akut. Korela tetap menjadi problem di seluruh negara yang sedang berkembang c. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Enam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu cacar, difteri, pertusis, tetanus, dan tuberculosis dimana dapat membunuh, membutakan, membuat cacat dan dapat membuat kerusakan mental pada lebih kurang sepuluh juta anak tiap tahun d. Malnutrisi Malnutrisi adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas serta faktor yang mempersulit penyakit lainnya. Pendidikan wanita, KB dan jarak kelahiran adalah beberapa diantara strategi paling efektif mencegah malnutrisi e. Masalah kesehatan lainnya Malaria, sistomiosis dan demam dengue adalah contoh-contoh

17 penyakit menular lain yang umum bagi anak di negara sedang berkembang. D. Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Friedman keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena ikatan tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional (Stanhope, 1997) Dalam UU No.10 tahun 1992 disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anak atau ayah/ibu dan anak. 2. Tipe/bentuk Keluarga a. Tipe keluarga tradisional 1) Keluarga inti (nuclear family) : keluarga terdiri dari suami, istri dan anak-anak (kandung/angkat) 2) Keluarga besar (extended family) : keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah 3) Keluarga dyad (dyad family) : satu rumah tangga terdiri dari suami, istri tanpa anak 4) Keluarga single (single family/single parent) : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua karena perceraian atau kematian dengan anak (kandung atau angkat) 5) Keluarga berkomposisi (composite) : keluarga yang perkawinannya

18 berpoligami dan hidup bersama 6) Keluarga usila : rumah tangga yang terdiri atas suami-istri berusia lanjut b. Tipe keluarga non tradisional 1) Comune family : lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah 2) Keluarga kabitas (cohabitation) : orang tua menjadi satu tanpa ikatan perkawinan dengan atau tanpa anak hidup bersama dalam satu rumah tangga 3) Keluarga homoseksual : dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga dengan/tanpa anak 3. Peran Keluarga a. Peran ayah Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak mempunyai peran sebagai pencari nafkah, kepala keluarga, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, memelihara hubungan keluarga, memenuhi hubungan afektif pasangan, sebagai anggota masyarakat dan kelompok b. Peran ibu Sebagai istri dan ibu dari anak-anak mempunyai peran sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelindung, sebagai anggota masyarakat dan lingkungan, pencari nafkah tambahan

19 c. Peran anak Melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, mental, sosial, spiritual 4. Fungsi Keluarga a. Fungsi biologis : meneruskan keturunan, membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga b. Fungsi psikologis : memberi kasih sayang, memberi perhatian, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberi identitas keluarga c. Fungsi sosialisasi : membina sosialisasi anak, membentuk norma tingkah laku anak, meneruskan nilai budaya keluarga d. Fungsi ekonomi : mencari sumber penghasilan keluarga, mengatur penggunaan penghasilan keluarga, menabung untuk masa depan e. Fungsi pendidikan : menyekolahkan anak termasuk memberi pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku, mempersiapkan anak menuju dewasa mendidik anak sesuai tahap perkembangan 5. Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Friedman (2003) tahap perkembangan keluarga di bagi menjadi 8 tahap, yaitu : a. Tahap keluarga baru

20 Dimulai saat suami dan istri membentuk keluarga melalui ikatan perkawinan. Tugas perkembangannya adalah membina hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial, mendiskusikan rencana untuk memiliki anak. b. Tahap keluarga menanti kelahiran anak Dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Tugas perkembangannya adalah persiapan menjadi orang tua, adaptasi dengan peran anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. c. Tahap keluarga dengan anak prasekolah Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 sampai 5 tahun. Tugas perkembangannya adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan anak yang baru lahir sedangkan kebutuhan anak lain tetap dipenuhi, menegakkan hubungan yang sehat didalam dan luar keluarga, pembagian tanggung jawab anggota keluarga, stimulasi tubuh kembang anak. d. Tahap keluarga dengan anak sekolah Dimulai saat anak pertama masuk sekolah pada usia 6-12 tahun. Tugas perkembangannya adalah membantu sosialisasi anak, tetangga, sekolah dan lingkungan, mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia, memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan.

21 e. Tahap keluarga dengan anak remaja Dimulai pada saat anak pertama berusia 13-20 tahun. Tugas perkembangannya adalah memberi kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, perubahan sistem peran dan peraturan dalam keluarga. f. Tahap kelurga dengan anak dewasa awal Dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tugas perkembangannya adalah memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri di masyarakat, penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga. g. Tahap keluarga dengan anak dewasa tengah Dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah sampai dengan pensiun atau salah satu meninggal dunia. Tugas perkembangannya adalah mempertahankan kesehatan dan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak, meningkatkan keakraban pasangan. h. Tahap keluarga dengan usia lanjut Dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangannya adalah adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan, mempertahankan

22 keakraban suami istri dan saling merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat. E. Peran Serta Masyarakat 1. Pengertian Peran Serta Masyarakat Dalam pembahasan ini partisipasi masyarakat diartikan sebagai keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, masyarakat, maupun lingkungannya (Mantra, 1985). Menurut WHO, seperti yang dikemukakan dalam pertemuan Alma Ata 1978, yang dimaksud dengan peran serta masyarakat adalah suatu proses sehingga individu/keluarga : a. Bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat b. Berkembang kemampuannya untuk berkontribusi dalam pembangunan c. Mengetahui keadaannya dengan lebih baik dan termotivasi untuk memecahkan masalahnya d. Memungkinkan tumbuh menjadi perintis pembangunan (Agent of development) 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Peran Serta Masyarakat a. Faktor perilaku individu Perilaku individu sangat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti :

23 tingkat pengetahuan dan keyakinan, sikap mental, tingkat kebutuhan, tingkat keterikatan dalam kelompok dan tingkat kemampuan sumber daya yang ada. 1) Tingkat pengetahuan dan keyakinan Tingkat pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi perilaku individu. Makin tinggi pendidikan atau pengetahuan kesehatan seseorang, makin tinggi kesadaran untuk berperan serta. Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara tingkat pendidikan ibu dan kesehatan lingkungannya. Dalam permasalahan kesehatan, sering dijumpai bahwa persepsi masyarakat tidak selalu sama dengan persepsi pihak provider kesehatan. Untuk menyamakan persepsi itu diperlukan suatu proses Komunikasi-Informasi-Motivasi yang mantap. Dalam proses ini diharapkan terjadi perubahan perilaku yang tahaptahapnya adalah Pengenalan (Awareness), Permintaan (Interest), Penilaian (Evaluation), Percobaan (Trial), Penerimaan (Adoption). 2) Sikap Mental Sikap mental pada hakikatnya adalah kondisi kejiwaan, perasaan dan keinginan seseorang, sehingga hal tersebut berpengaruh pada perilaku serta pada akhirnya perbuatan yang diwujudkannya. Kondisi ini didapatkan dari proses tumbuh kembang individu sejak masa bayi atau anak dan berkembang pula dari pendidikan serta pengalaman hidup dalam berinteraksi dengan

24 lingkungan/masyarakat. Dengan memahami sikap mental masyarakat (norma) maka para pemberi pelayanan sebagai agen pembaharu akan dapat membentuk strategi pelayanan yang baik. 3) Tingkat Kebutuhan Individu Berkaitan dengan sistem kebutuhan yang terdapat dalam diri individu, Maslow mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat sejumlah kebutuhan dasar yang menggerakkannya untuk berperilaku tertentu. Kebutuhan tersebut terdiri dari 5 macam kebutuhan pokok : kebutuhan faali (biologic), kebutuhan rasa nyaman (security), kebutuhan rasa sayang dan rasa ketergolongan (social), Kebutuhan untuk dihargai (ego/esteem), kebutuhan untuk dapat mengaktualisasi diri dengan seluruh potensi yang ingin dikembangkan (self actualization). Prinsip dari teori Maslow adalah sebelum kebutuhan yang lebih rendah terpenuhi, maka kekuatan desakan kebutuhan yang lebih tinggi terbatas daya dorongnya. Namun tidak berarti bahwa secara mutlak kebutuhan yang lebih rendah harus sepenuhnya terpuaskan lebih dulu sebelum kebutuhan lainnya akan muncul, karena setiap ragam kebutuhan tersebut hadir secara simultan atau bersamaan. 4) Tingkat keterikatan dalam kelompok Suatu masyarakat adalah terdiri dari individu, keluarga

25 yang hidup bersama, terorganisir dalam suatu sistem sosial atau ikatan. Kepribadian atau perilaku seseorang muncul sebagai akibat dari pengalaman dari berbagai interaksi (interelationship) yang dilakukannya. Setiap masyarakat memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengadakan hubungan antara manusia, baik hubungan kekuasaan maupun sosial, formal maupun informal 5) Tingkat kemampuan sumber daya Perilaku individu juga dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya terutama sarana untuk pemenuhan kebutuhan baik yang dimiliki olehnya maupun yang tersedia di masyarakat. b. Faktor Perilaku Masyarakat Perilaku masyarakat dipengaruhi oleh keadaan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan agama. Keadaan dan struktur politik dipandang sebagai salah satu aspek penting yang tidak kecil peranannya dalam mempengaruhi derajat perilaku masyarakat. Keadaan ekonomi tidak disangsikan lagi mempunyai pengaruh terhadap perwujudan peran serta masyarakat. Kemajuan dibidang ekonomi lebih memungkinkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam berbagai aspek pembangunan. Aspek sosial budaya turut menentukan perwujudan peran serta masyarakat. Tingkat pendidikan suatu bangsa akan mempengaruhi perilaku rakyatnya. Makin tinggi pendidikan masyarakat, makin tinggi pula kesadaran kesehatannya. Ketentuan atau ajaran yang berlaku

26 dalam berbagai agama mempengaruhi perilaku masyarakat. Agama dapat merupakan jembatan atau hambatan bagi terwujudnya perilaku positif masyarakat dalam kesehatan. Faktor-faktor diatas baik yang mempengaruhi perilaku seseorang maupun masyarakat akan menentukan tingkat keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan (Depkes RI, 1990). 3. Tahap-tahap Peran Serta Masyarakat Peran Serta Masyarakat dalam bidang kesehatan mempunyai beberapa tahap sebagai berikut : a. Partisipasi dalam tahap pengenalan masalah dan penentuan prioritas b. Partisipasi dalam tahap penentuan cara pemecahan masalah c. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan, penyediaan sumber daya d. Partisipasi dalam tahap penilaian dan pemantapan. 4. Keuntungan Peran Serta Masyarakat Peran Serta Masyarakat mempunyai beberapa keuntungan bagi masyarakat, antara lain : a. Upaya kesehatan yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat, tidak hanya bertolak dari asumsi para penyelenggara semata. b. Upaya kesehatan bisa diterima dan terjangkau oleh masyarakat, baik secara fisik, sosial maupun secara ekonomis. Ini karena masyarakat berpartisipasi dalam merumuskan masalahnya dan dalam

Umur balita Jumlah anak dalam keluarga Kunjugan balita ke posyandu 27 merencanakan pemecahannya. c. Masyarakat merasa puas karena mempunyai andil pula dalam menilai pelaksanaan daripada upaya kesehatan yang sudah direncanakan dan dilaksanakan bersama. d. Dengan berpartisipasinya masyarakat dalam proses pemecahan masalah di bidang kesehatan maka akan mengembangkan kemampuan dan sikap positif serta motivasi mereka untuk hidup sehat atas dasar swadaya. F. Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan : Umur balita Jumlah anak dalam keluarga Status pekerjaan ibu Kunjugan balita ke posyandu Jarak tempat tinggal Sumber : Sri Poerdji, 2002 Gambar 1 : Kerangka Teori

28 G. Kerangka Konsep Variabel Independent - Umur balita - Jumlah anak dalam keluarga - Status pekerjaan ibu - Jarak tempat tinggal Variabel Dependent Kunjungan balita ke posyandu Gambar 2 : Kerangka Konsep H. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas/independent Faktor-faktor yang berhubungan meliputi umur balita, jumlah anak dalam keluarga, status pekerjaan ibu dan jarak tempat tinggal dengan posyandu 2. Variabel terikat/dependent Kunjungan balita ke posyandu I. Hipotesis 1. Ada hubungan antara umur balita dengan kunjungan balita ke posyandu 2. Ada hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan kunjungan balita ke posyandu 3. Ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke posyandu 4. Ada hubungan antara jarak tempat tinggal dengan kunjungan balita ke posyandu